HUBUNGAN PENDAMPINGAN ORANG TUA DENGAN KECEMASAN PADA ANAK SAAT PENGAMBILAN DARAH DI RUANGAN ANAK RSUD NOONGAN KABUPATEN MINAHASA MENTORING RELATIONSHIP WITH PARENTS OF ANXIETY IN CHILDREN WHEN TAKING BLOOD IN ROOM CHILD DISTRICT HOSPITALS NOONGAN MINAHASA Desry N. Rolos, Muh. Hadi, Joost Rumampuk Mahasiswa Fakultas keperawatan Universitas sariputra Indonesia Tomohon Dosen Fakultas keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon ABSTRAK Dirawat di rumah sakit merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pendampingan ortang tua dengan kecemasan pada anak saat pengambilan darah di Ruangan Anak RSUD Noongan Kabupaten Minahasa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan menggunakan kuisioner dan lembar observasi pada 97 orang tua dan anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 responden dengan presentase 67.0% memiliki pendampingan orang tua yang baik, 32 diantaranya dengan kecemasan yang baik dan 33 responden dengan kecemasan yang cukup. Sedangkan 32 responden memiki pendampingan orang tua yang cukup dengan presentase 33.0%, diantaranya 0 responden dengan kecemasan baik dan 32 responden dengan kecemasan cukup. Berdasarkan uji statistic Spearman Rho didapatkan korelasi sebesar 0,492 hasil ini dapat dikategorikan korelasi sedang. Dengan demikian disimpulkan bahwa ada hubungan pendampingan orang tua dengan kecemasan pada anak saat pengambilan darah di Ruangan Anak RSUD Noongan Kabupaten Minahasa. Kata Kunci : Pendampingan Orang Tua, Kecemasan, Anak ABSTRACT Hospitalized is a situation where the sick are in the hospital environment to get help in the care or treatment that can overcome or alleviate disease. But in general, hospitalization can cause tension and fear and can cause emotional or behavioral disorders that affect healing and child during the course of the disease being treated in hospital. This study aimed to examine the relationship between mentoring ortang parents with anxiety at the time of taking the blood of children in Room Children's Hospital Noongan Minahasa. This study used a cross-sectional study design using questionnaires and observation sheets in 97 parents and children. The results showed that 65 respondents with a percentage of 67.0% has a good parent mentoring, 32 of them with a good anxiety and 33 respondents with considerable anxiety. While 32 respondents have an enough mentoring parents with a percentage of 33.0%, of which 0 respondents with both anxiety and 32 respondents with enough anxiety. Based on statistical test of Spearman Rho correlation of 0.492 this result can be categorized as moderate correlation. Thus concluded that there is a mentoring relationship of parents with anxiety at the time of taking the blood of children in Room Children's Hospital Noongan Minahasa. Keywords: Mentoring Parents, Anxiety, Child PENDAHULUAN Anak merupakan anugerah, karunia dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya (Ramdaniati, 2011). Jumlah populasi anak di Indonesia berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Nasional 2007 yaitu 82.840.600 jiwa anak dari 231.294.200 jiwa penduduk. Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai 18, yang sedang dalam proses tumbuhkembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual ) yang berbeda dengan orang dewasa, apabila kebutuhan tersebut terpenuhi maka anak akan mampu beradaptasi dan kesehatanya terjaga, sedangkan bila anak sakit maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual (Supartini, 2004). Sehat dan sakit merupakan sebuah rentang yang 13
dapat dialami oleh semua manusia, tidak terkecuali oleh anak. Anak dengan segala karakteristiknya memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami sakit jika dikaitkan dengan respon imun dan kekuatan pertahanan dirinya yang belum optimal (Markum, 2002 dalam Ramdaniati, 2011). Suatu keadaan dimana anak mengalami sakit dan mengharuskan anak tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan terapi dan perawatan hingga pemulanganya kembali ke rumah, merupakan suatu alasan proses hospitalisasi yang harus dijalani (Supartini, 2004). Dirawat di rumah sakit merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit. (Nursalam, Susilaningrum, Utami, 2005). Sakit dan dirawat dirumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat dirumah sakit,maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak mengalami kecemasans akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan. (Nursalam, Susilaningrum, Utami, 2005). Reaksi anak dalam mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat, sistem dukungan yang tersedia serta keterampilan koping dalam menangani adanya kecemasans (Nursalam, Susilaningrum, Utami, 2005). Sakit dan dirawat adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Kecemasan yang mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari dampak perpisahan, kehilangan kontrol (pembatasan aktivitas), perlukaan tubuh dan nyeri, dimana kecemasansor tersebut tidak bisa diadaptasikan karena anak belum mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan segala rutinitas dan ketidakadekuatan mekanisme koping untuk menyelesaikan masalah sehingga timbul prilaku maladaptif dari anak. (duniakesehatan, 2009). Sesuai data yang diperoleh peneliti melalui pengamatan di ruangan anak RSUD Noongan Kabupaten Minahasa selama tiga bulan terakhir yaitu antara bulan Oktober sampai Desember 2014 pasien anak berjumlah 97 yang dikategorikan dalam berbagai jenjang usia mengalami kecemasan karena pengambilan darah. Pasien anak baik yang baru dirawat maupun sudah beberapa hari dirawat cenderung menjadi rewel dan mudah mengalami ketakutan. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pendampingan orang tua dengan kecemasan pada anak saat pengambilan darah di ruangan anak RSUD Noongan Kabupaten Minahasa. Penelitian ini dilaksanakan di Ruangan Anak RSUD Noongan Kabupaten Minahasa. Sampel yang digunakan adalah anak dan orang tua yang anaknya dirawat. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dimana variabel bebas dan terikatnya diukur dalam waktu yang bersamaan. Rancangan ini untuk mencari hubungan pendampingan orang METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik demografi responden 1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia 36-40 5% 31-35 37% tua dengan stres pada anak saat pengambilan darah dengan cara membagikan kuisioner pada orang tua dan lembar observasi untuk mengobservasi anak. Setelah itu data diuji statistic untuk melihat apakah ada hubungan antara kedua variable. Analisis statistic menggunakan Spearman Rho. Usia Orang Tua 20-25 21% 26-30 37% Gambar 1. Diagram Distribusi Responden Orang Tua Berdasarkan Usia di Ruangan Anak RSUD Noongan Tahun 2015 14
responden orang tua berdasarkan usia sebagian besar berusia antara 26-30 sebanyak 36 orang (37%) dan usia antara 31-35 dengan jumlah yang sama sebanyak 36 orang (37%), kemudian usia antara 20-25 berjumlah 20 orang (21%), dan usia antara 36-40 sebanyak 5 orang (5%). 7 6 8% 10% Usia Anak 3 15% 5 23% 4 44% Gambar 2. Diagram Distribusi Responden Anak Berdasarkan Usia di Ruangan Anak RSUD Noongan Tahun 2015 responden anak berdasarkan usia sebagian besar berusia 4 sebanyak 43 orang (44%), usia 5 berjumlah 22 orang (23%), usia 3 berjumlah 14 orang (15%), usia 6 10 orang (10%), dan usia 7 8 orang (8%). 1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Orang Tua Perempuan 57% Laki-laki 43% Gambar 3. Diagram Distribusi Responden Orang Tua Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruangan Anak RSUD Noongan Tahun 2015 Gambar di atas menunjukkan distribusi responden orang tua berdasarkan jenis kelamin yang sebagian besar berjenis kelamin perempuan 55 orang (57%) dan laki-laki 42 orang (43%). Jenis Kelamin Anak Perempuan 57% Laki-laki 43% Gambar 4. Diagram Distribusi Responden Anak Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruangan Anak RSUD Noongan Tahun 2015 Gambar di atas menunjukkan distribusi responden anak berdasarkan jenis kelamin yang sebagian besar berjenis kelamin perempuan 55 orang (57%) dan laki-laki 42 orang (43%). 15
2. ANALISA UNIVARIAT 2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pendampingan Orang Tua Pendampingan Orang Tua Cukup 33% Baik 67% Gambar 5. Digram Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendampingan Orang Tua di Ruangan Anak RSUD Noongan Tahun 2015 frekuensi responden berdasarkan pendampingan orang tua sebagian besar baik 65 orang (67%) dan cukup 32 orang (33%). 2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kecemasan Pada Anak Saat Pengambilan Darah Kecemasan Cukup 67% Baik 33% Gambar 6. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kecemasan Pada Anak Saat Pengambilan Darah di Ruangan Anak RSUD Noongan Tahun 2015 frekuensi responden berdasarkan kecemasan pada anak saat pengambilan darah yang sebagian besar cukup 65 orang (67%) dan baik 32 orang (33%). 3. ANALISA BIVARIAT Tabel 1. Tabulasi Silang Pendampingan Orang Tua Dengan Kecemasan Pada Anak Saat Pengambilan Darah di Ruangan Anak RSUD Noongan Tahun 2015 Kecemasan Pada Anak Saat Pengambilan Darah Pendampingan Orang Tua Baik Cukup Total n % n % n % Baik 32 33.0 33 34.0 65 67.0 Cukup 0 0 32 33.0 32 33.0 TOTAL 32 33.0 65 67.0 97 100 Signifikan (r) = 0,000 Koefisien Korelasi (p) = 0, 492 16
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa 65 responden dengan presentase 67.0% memiliki pendampingan orang tua yang baik, 32 diantaranya dengan kecemasan yang baik dan 33 responden dengan kecemasan yang cukup. Sedangkan 32 responden memiki pendampingan orang tua yang cukup dengan presentase 33.0%, diantaranya 0 responden dengan kecemasan baik dan 32 responden dengan kecemasan cukup. Berdasarkan uji statistic Spearman Rho didapatkan korelasi sebesar 0,492 hasil ini dapat dikategorikan korelasi sedang, selanjutnya nilai p=0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak atau ada hubungan pendampingan orang tua dengan kecemasan pada anak saat pengambilan darah. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ada hubungan antara pendampingan orang tua dan kecemasan pada anak saat pengambilan darah. Hal ini dibuktikan dengan teori Wills, Friedman (1998) yang mengatakan dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat membantu anak dalam mengkoping stressor. Menurut yang menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat menimbulkan efek penyangga yaitu dukungan keluarga menahan efek-efek negatif dari stress terhadap kesehatan dan efek utama yaitu dukungan keluarga secara langsung mempengaruhi peningkatan kesehatan. Dukungan orang tua yang tinggi juga akan meningkatkan harga diri, kemampuan koping anak dalam menghadapi berbagai stressor yang dihadapinya saat hospitalisasi. Dengan kemampuan koping tersebut maka tingkat kecemasan anak yang dialaminya ketika hospitalisasi dapat diminimalisir. Kecemasan adalah reaksi yang normal terhadap stres dan ancaman bahaya. Kecemasan merupakan reaksi emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik yang nyata atau yang hanya bayangan. Kecemasan dan ketakutan sering digunakan dengan arti yang sama, tetapi ketakutan biasanya merujuk akan adanya ancaman spesifik sedangkan kecemasan merujuk akan adanya ancaman yang tidak spesifik (Smeltzer & Bare 2001, h.145). Pendampingan orang tua adalah upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam mendampingi anaknya dalam proses memandirikan anak. Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan psikologi anak. Orang Tua merupakan pemberi motivasi dan membantu dalam kecemasan (Darwis, 2010). Hasil penelitian Stella Lumiu (2013) tentang hubungan pendampingan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di Irina E BLU RSUP Prof. R. D. Kandou Manado menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra-sekolah BLU RSUP Prof Dr.R.D Kandou Manado. Semakin baik dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat mengurangi tingkat kecemasan pada anak. Hasil penelitian ini pun didukung oleh peneliti sebelumnya N. Laelyana (2012) dengan judul Hubungan Pendampingan Orang Tua terhadap Ketakutan anak usia toddler yang dilakukan pemasangan infus di ruang Teratai lantai 3 Selatan RS. Fatmawati Jakarta. Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara anak toddler yang dilakukan pemasangan infus dengan didampingi orang tua dan yang tidak didampingi orang tua, dari hasil analisis diperoleh pendampingan orang tua pada saat dilakukan pemasangan infus mempunyai peluang 5,95 kali untuk anak mengalami respon ketakutan yang rendah dibandingkan tanpa didampingi orang tua. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : 1. Pendampingan orang tua di Ruangan Anak RSUD Noongan Kabupaten Minahasa pada sebagian besar responden pada kategori baik 2. Kecemasa pada anak saat pengambilan darah di Ruangan Anak RSUD Noongan pada sebagian besar responden pada kategori cukup 3. Adanya hubungan pendampingan orang tua dengan kecemasan pada anak saat pengambilan darah di Ruangan Anak RSUD Noongan dengan tingkat korelasi sedang. 17
SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka saran : 1. Bagi Peneliti Agar dapat lebih memahami tentang konsep perawatan pada anak khususnya dapat mengaplikasikan hasil penelitian dalam pelayan sebagai perawat 2. Bagi Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Agar dapat meningkatkan wawasan keperawatan anak melalui penelitian ini dan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya 3. Bagi Institusi Rumah sakit Agar dapat memberikan dorongan kepada orang tua untuk mendampingi anak mereka pada saat dilakukan tindakan akibat hospitalisasi DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta Friedman M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. EGC, Guyton & Hall (1996), Fisiologi Kedokteran, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hawari, D. (2001), Psikiater Manajemen Stress, Cemas dan Depresi, Jakarta : FKUI. Hidayat, A.A.(2005), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Salemba Medika, Jakarta. Hudak & Gallo (1994), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Edisi VI, Vol. I, Phyladelphia, J.B. Lippincolt. Long, B.C. (1996), Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan ), Bandung: Yayasan Pajajaran Bandung. IAPK Notoatmodjo (2002), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, PT. Rineka Cipta. Nurjannah, I.(2005). Komunikasi Keperawatan: Dasar-Dasar Komunikasi Bagi Perawat,Muco Medika,Yogyakarta. Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi I. Salemba Medika.Jakarta. Nursalam, Susilaningrum R., & Utami,S.( 2005).Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (untuk perawat dan bidan). Salemba medika. Jakarta. 18