DESKRIPSI PENYELENGGARAAN PROGRAM KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA DI BKB LAMAHU DESA LONUO KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. keluarga lainnya tentang bagaimana mendidik dan mengasuh anak balitanya serta

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia diperlukan satu upaya pembinaan dan pembentukan karakter sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dasar Pembentukan Bina Keluarga Balita

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pembinaan

KETERPADUAN BKB-POSYANDU-PAUD (SEBUAH PENGALAMAN DARI KULON PROGO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bisri Fitriani Afina Meiti Eka Isdhiyanti, 2014

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF

B A B I P E N D A H U L U A N

BIDANG PENDIDIKAN. Ida Rindaningsih, M.Pd

PENGELOLAAN KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA (BKB) SECARA HOLISTIK DAN INTEGRATIF. Farihah dan Masitowarni S. *) ABSTRACT

2015 PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA BALITA D ALAM PENINGKATAN PERAN PENGASUHAN IBU UNTUK ANAK USIA D INI D I BKB D AHLIA PURWAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. PAUD terintegrasi BKB adalah program layanan pendidikan bagi anak usia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak merupakan masa emas (golden period) atau Jendela

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM PENGINTEGRASIAN BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK - INTEGRATIF KABUPATEN SIAK

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

._-" 'x'- '\~ ~ -.'\:.:,;.'.".;,~p,.. ",:,..;...:t;1l. -91.:'l;1. !JI~ f!i'~plj~ ~ wkkta~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

2015 PENYELENGGARAAN PROGRAM PAUD HOLISTIK INTEGRATIF MELALUI KEMITRAAN DALAM MENINGKATKAN ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dari dalam kandungan hingga lanjut usia. Dalam siklus hidup manusia,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR MINIMAL PELAYANAN POSYANDU PLUS DI KABUPATEN ACEH TIMUR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

d. Mendistribusikan kartu panggilan/undangan penimbangan melalui pengurus kelompok PKK RT 2. Hari Pelaksanaan Penimbangan (H) Pada hari buka Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa negara kita sedang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini tumbuh subur di masyarakat, baik dalam bentuk formal dan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYELENGGARAAN KELOMPOK BERMAIN DI KB IDAMAN DESA SOGU KECAMATAN MONANO KABUPATEN GORONTALO UTARA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan sebelum memasuki pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

NSPK Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Periode emas atau yang lebih dikenal dengan golden age adalah masa

PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BONTANG SELATAN II Jl. Hayam Wuruk RT.18 No.01 Berbas Tengah Bontang Selatan Telp.

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 57 / HUK / 2010 TENTANG PENDIRIAN TAMAN ANAK SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

PEDOMAN UMUM PROGRAM POS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. usia emas perkembangan ( golde age ). Untuk melejitkan potensi perkembangan tersebut, setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN ANAK SEJAHTERA

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

PENYELENGGARAAN PAUD HOLISTIK INTEGRATIF. Oleh : Dr. Sri Sutarsi, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

Transkripsi:

DESKRIPSI PENYELENGGARAAN PROGRAM KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA DI BKB LAMAHU DESA LONUO KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh Iyam Sinubu Ruslin W. Badu, Nunung Suryana Jamin Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum optimalnya peran pengelola dan kader BKB dalam penyelenggaraan program kegiatan Bina Keluarga Balita di BKB Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Tujuan penelitian ini adalah mendekripsikan peran pengelola dan peran kader dalam penyelenggaraan program kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) di PAUD Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Metode penelitian kualitatif Dalam pengumpulan data menggunakan teknik observasi wawancara dan dokumentasi Materi wawancara menyangkut peran pengelola (penyelenggara) dalam penyelenggaraan program kegiatan BKB Informan penelitian adalah keluarga balita (orang tua) dan anak balitanya di PAUD Lamahu Desa Lonuo kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola dan kader telah berperan penting dalam penyelenggaraan program kegiatan BKB di PAUD Lamahu Desa Lonuo kecamatan Tilongkabila kabupaten Bone Bolango Dan peran tersebut dapat diwujudkan karena adanya kerjasama antara pengelola kader dan keluarga balita lainnya yang ikut serta dalam program tersebut Dalam hasil observasi diketahui bahwa ada beberapa keluarga balita yang belum memahami tentang program BKB yang diadakan di Paud Lamahu hal ini terlihat masih kurangnya kehadiran dan peran serta keluarga balita dalam pelaksanaan kegiatan BKB Kata Kunci Penyelenggaraan Bina Keluarga Balita

PENDAHULUAN Dalam keseluruhan siklus hidup manusia, masa dibawah usia lima tahun (balita) merupakan periode yang paling kritis dalam menentukan kualitas sumber daya manusia, pada lima tahun pertama kehidupan manusia, proses tumbuh kembang berjalan sangat cepat. Menurut Rosadi, (dalam Asmani, 2009:39) bahwa masa balita disebut sebagai masa emas (golden age period) khususnya pada usia 0-2 tahun perkembangan otak mencapai 80%. Apabila pada masa tersebut anak balita tidak dibina secara baik, maka anak tersebut akan mengalami gangguan perkebangan baik emosi, sosial, mental, intelektual, dan moral yang akan sangat menentukan sikap serta nilai pola perilaku anak dikemudian hari, oleh karena itu diperlukan program Bina Keluarga Balita (BKB) program yang bertujuan untuk meningkatkan peran orang tua (ayah dan ibu) serta anggota keluarga lainnya dalam pembinaan tumbuh kembang anak balita sesuai dengan usia dan tahap perkembangan yang harus dimiliki agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang mandiri dan berkualitas. Keluarga sebagai lembaga pendidikan informal dilindungi dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Direktorat Pembinaan PAUD, 2012:1) Keluarga adalah Lingkungan Pendidikan yang Pertama dan Utama. Dengan demikian, peran keluarga dalam hal pendidikan bagi anak, tidak dapat tergantikan sekalipun anak telah dididik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Untuk itu, keluarga harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan proses peningkatan gizi dan kesehatan, perawatan, pengasuhan, pendidikan dan perlindungan. Kenyataan yang dijumpai di masyarakat, masih banyak keluarga yang belum memahami peran penting tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga agar orang tua (keluarga balita) dapat memberikan dukungan kepada anak usia dini secara lebih optimal. Salah satu kegiatan tersebut adalah Gerakan Bina Keluarga Balita (BKB).

BKB atau bina keluarga balita merupakan sebuah program dari pemerintah dalam rangka pembinaan keluarga untuk mewujudkan tumbuh kembang balita secara optimal. BKB tidak sama dengan PAUD (Pendidikan anak usia dini) ataupun TPA karena sasaran dari BKB adalah keluarga/orangtua yang memiliki anak balita 0-5 tahun. Hasil penelitian pusat studi keluarga BKKBN tentang peranan orangtua (ayah dan ibu) dan anggota keluarga lainnya dalam upaya pemantapan pembinaan tumbuh kembang anak menunjukkan bahwa anak dapat belajar dengan baik di sekolah yang lebih lanjut bila mana telah dipersiapkan terlebih dahulu antara lain dengan mengikuti kelompok BKB. Namun masalah yang terjadi di BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila justru sebaliknya. Dimana program kegiatan BKB tersebut jauh dari harapan. Contoh kongkrit yang dijumpai di lapangan masih banyak orang tua (keluarga balita) yang tidak memiliki pendidikan dalam mengasuh serta mendidik anak sehingga banyak anak-anak yang terhambat pertumbuhan dan perkembanganya, misalnya dalam hal kesehatan anak yaitu kekurangan gizi, anak selalu sakit-sakitan, dalam hal pendidikan adalah banyak anak yang tidak sekolah karena kurangnya kesadaran orang tua untuk mengantar anaknya kesekolah, kurangnya pendidikan karakter yang diberikan oleh orang tua terhadap anak sehingga banyak anak-anak yang berperilaku yang tidak baik sehingga anak hanya suka berkelahi, berbohong, berkata-kata yang tidak baik serta tidak patuh pada orang tua. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam skripsi yang berjudul: Deskripsi Penyelenggaraan Program Kegiatan Bina Keluarga Balita di PAUD Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyelengaaraan program kegiatan Bina Keluarga Balita di BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan TilongKabila Kabupaten Bone Bolango. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi sekolah, guru serta orang tua anak tentang program kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB).

KAJIAN TEORI 1. Pengertian BKB Bina Keluarga Balita adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya tentang bagaimana mendidik dan mengasuh anak balitanya serta bagaimana memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya (BKKBN, 2001:5-6). Bina keluarga balita adalah kegiatan yang khusus mengelola tentang pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umur, yang dilaksanakan oleh sejumlah kader dan berada ditingkat RW (Burankara, 2012:2). Program kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya peningkatan peranan dan kemampuan orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk memberikan stimulasi dini dalam berbagai aspek tumbuh kembang anak balita melalui rangsangan fisik, mental, intelektual dan spiritual, sosial emosional, serta moral yang berlangsung dalam proses interaksi antara orang tua dan anak (BKKBN, 2001:2). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Bina Keluarga balita merupakan program yang sangat penting bagi orang tua, untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengasuh, mendidik serta memantau semua perkembangan dan pertumbuhan anak balita sesuai dengan usianya. 2. Tujuan Program Bina Keluarga Balita (BKB) Dalam program BKB dapat dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya tentang pentingnya Proses tumbuh kembang balita dalam aspek fisik, mental dan sosial dan pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya di Posyandu. b. Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal, antara lain dengan stimulus mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dan memanfaatkan pelayanan yang tersedia.

Dalam BKKBN (2003:2-3) kegiatan BKB mempunyai dua tujuan yaitu sebagai berikut : 1. Tujuan umum yakni memberdayakan orang tua (ayah dan ibu) dan anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang anak untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. 2. Tujuan Khusus yakni: (1) Meningkatkan pengetahuan orang tua (ayah dan ibu) dan anggota keluarga lainnya tentang tumbuh kembang balita melalui kegiatan rangsangan fisik, mental, intelektual dan spiritual, sosial, emosional serta moral (2) Meningkatkan sikap dan perilaku orang tua (ayah dan ibu) dan anggota kelurga lainnya dalam membina tumbuh kembang anak (3) Meningkatkan keterampilan orang tua (ayah dan ibu) dan anggota kelurga lainnya dalam pengasuhan anak (4) Meningkatkan kesadaran perhatian dan keterlibatan lembaga-lembaga masyarakat yang ada dalam lingkungan untuk membina tumbuh kembang anak (5) Melembagakan kegiatan BKB dalam lingkungan keluarga dan masyarakat luas. 3. Manfaat Program Bina Keluarga Balita (BKB) Program kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) mempunyai manfaat bagi orang tua maupun anak, berikut manfaat BKB adalah : a. Bagi orang tua Orang tua akan menjadi: (a) Pandai mengurus dan merawat anak, serta pandai membagi waktu dan mengasuh anak; (b) Lebih luas wawasan dan pengetahuannya tentang pola asuh anak; (c) Meningkat keterampilannya dalam hal mengasuh dan mendidik balita; (d) Lebih baik dalam pembinaan anaknya; (e) Lebih dapat mencurahkan perhatian pada anaknya sehingga tercipta ikatan bathin yang kuat antara anak dan orang tua; (f) Akhirnya akan tercipta keluarga yang berkualitas. b. Bagi anak Anak akan tumbuh dan berkembang sebagai anak yang : (a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) Berkepribadian luhur; (c) Tumbuh dan berkembang secara optimal, cerdas, trampil dan sehat; (d) Memiliki dasar kepribadian yang kuat, guna perkembangan selanjutnya (BKKBN, 2009:4).

d. Ciri-Ciri Program Bina Keluarga Balita (BKB) Program kegiatan BKB memiliki beberapa ciri utama diantaranya sebagai berikut: (1) Menitikberatkan pada pembinaan ibu dan anggota keluarga lainnya yang memiliki balita; (2) Membina tumbuh kembang anak; (3) Menggunakan alat bantu seperti Alat Permainan Edukatif (APE), dongeng, nyanyian sebagai perangsang tumbuh kembang anak; (4) Menekankan pada pembangunan manusia pada usia dini, baik fisik maupun mental; (5) Tidak langsung ditujukan kepada balita; (6) Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya agar dapat mendidik dan mendidik balitanya (Sipayung, 2012: 2). e. Pokok-Pokok Kegiatan Program Bina Keluarga Balita (BKB) Dalam program kegiatan Bina Keluarga Balita memiliki pokok-pokok kegiatan (BKKBN, 2003: 17-23) sebagai berikut: 1. Penggalangan kesepakatan Untuk meningkatkan dan memantapkan kesepakatan politis dan operasional disemua tingkat wilayah, dapat dilakukan melalui berbagai upaya antara lain pertemuan-pertemuan baik ditingkat pusat maupun di daerah untuk memantapkan kesepakatan diantara unsur terkait. Kegiatan BKB dititik beratkan kepada upaya pembinaan proses interaksi antara orang tua dan anak agar lebih bermakna. Pelaksanaan kegiatan BKB dilakukan secara komprehensif dan holistik meliputi menjaga kelangsungan hidup bagi balita, pembinaan tumbuh kembang anak balita secara menyeluruhdan tidak dapat dipisahkan dengan aspek-aspek lain yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita antara lain aspek kesehatan, gizi dan pendidikan pengasuhan balita. 2. KIE/BKB a. Persiapan Kegiatan KIE/BKB yang memanfaatkan semua kegiatan strategis yang berhubungan dengan persiapan KIE/BKB, antara lain: a) identifikasi karakteristik dari kelompok sasaran; b) kesepakan tentang tema sentral; c) pembuatan bahan KIE/BKB seperti brosure, leaflet, billboard dan bahan informasi lainnya; d)

pengembangan strategi kegiatan KIE/BKB yang lain seperti: sponsorship dan kampanye sosial marketing. b. Pelaksanaan (a) Kegiatan KIE/BKB untuk penggalangan kesepakatan dengan sector unsur potensial yang ada, seperti: kunjungan atau anjangsana, peyebar luasan hasil anjangsana lewat media masa yang tepat, pemanfaatan momentum yang ada dalam menciptakan suasana kondusif. (b) Kegiatan KIE/BKB yang ditujukan kepada sasaran langsung yaitu orang tua dan anggota keluarga lainnya, tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman kesadaran dan perilaku positif orang tua dan keluarga terhadap pembinaan tumbuh kembang balita yang optimal. (c) Kegiatan KIE/BKB yang ditujukan kepada masyarakat luas, tujuannya untuk mewujudkan pengetahuan dan sikap yang positif dari masyarakat tentang pentingnya gerakan BKB (BKKBN, 2003: 17-18). 3. Pelatihan Kegiatan pelatihan yang dapat dilaksanakan secara berjenjang yaitu : a. Pelatihan pelatih BKB (TOT) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bagi pelatih BKB dengan melibatkan para tenaga ahli, LSM, widyaiswara dan tenaga structural serta sektor terkait yang akan dilaksanakan disemua tingkatan wilayah. b. Pelatihan peyegaran PLKB/BKB bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas lapangan dalam pengelolaan kegiatan BKB sesuai dengan kebijakan, strategi dan mekanisme operasional. c. Pelatihan komunikasi/konseling Inter Personal (KIP) bagi petugas/pelaksana di lapangan d. Orientasi bagi pengelolaan gerakan BKB bagi pokja di setiap tingkatan e. Pelatihan kader BKB bertujuan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam penyelenggaraan kegiatan BKB (BKKBN, 2003: 19-20).

4. Pelayanan a. Pelayanan kegiatan BKB diberikan dalam bentuk : penyuluhan kepada orang tua (ayah dan ibu) memiliki balita, memantau pertumbuhan dan perkembangan anak melalui Kartu Menuju Sehat (KMS), Kartu Kembang Anak (KKA), bagi pengembangan keluarga BKB paripurna, dapat mengembangkan pelayanan bagi orang tua (ayah dan ibu) yang mempunyai anak usia 5-6 tahun b. Keterpaduan BKB dengan gizi dan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses perubahan meliputi aspek fisik, mental, spiritual, emosional dan sosial yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling mempengaruhi. c. Memadukan materi pembentukan karakter sejal dini sebagai salah satu materi inti penyuluhan BKB. 5. Pembinaan Untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan BKB, dilakukan pembinaan secara berjenjang dan berkesinambungan melalui : forum-forum pertemuan dan momentum yang ada, pembinaan kunjungan rumah, pemilihan pengelola kelompok BKB terbaik dan pemilihan balita sehat sejahtera. (BKKBN, 2003: 21-22) 6. Monitoring dan Evaluasi a. Untuk memantau perkembangan kegiatan BKB, maka dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala. Monitoring dan evaluasi dilakukan melalui pencatatan pelaporan, pendataan keluarga, penelitian, review, rapat koordinasi, kunjungan lapangan dan forum-forum pertemuan lainnya. b. Memantau pertumbuhan perkembangan balita maka digunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan Kartu Kembang Anak (KKA) 7. Penelitian dan pengembangan Untuk mengkaji dan mengembangkan program BKB, maka diadakan penelitian-penelitian (Operasional research, pengembangan model) (BKKBN, 2003: 23).

f. Mekanisme Pengelolaan Bina Keluarga Balita (BKB) Mekanisme pengelolaan BKB terdapat beberapa tahapan (BKKBN, 2003:9) yaitu antara lain : 1. Pengorganisasian a) Koordinasi Tingkat Pusat 1) Koordinasi dan penanggung jawab umum dan kebijakan di tingkat pusat adalah Kementrian Pemeberdayaan perempuan; 2) Kepala BKKBN sebagai penanggung jawab pelaksanaan operasional; 3) Susunan kelompok kerja BKB tingkat pusat. 2) Koordinasi Tingkat Daerah Penanggung jawab umum gerakan BKB di daerah adalah pimpinan wilayah setempat. Susunan keanggotaan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah. Untuk melaksanakan pengelolaan gerakan BKB dibentuk pokja disetiap tingkatan wilayah dengan susunan keanggotaannya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing daerah. 3) Koordinasi Tingkat Kabupaten/Kotamadya (a) Bupati/Walikota penanggung jawab umum; (b) Kepala BKKBN Dati II sebagai penanggung jawab operasional; (c) Susunan kelompok kerja BKB Dati II disesuaikan dengan kebutuhan wilayah. 4) Koordinasi Tingkat kecamatan (a) Camat adalah penanggung jawab umum pelaksanaan gerakan BKB; (b) Dikecamatan dibentuk tim operasional BKB yang membantu camat dalam pelaksanaan gerakan BKB didaerahnya dan berada dalam bimbingan tim pembina LKMD; (c) Susunan tim operasional BKB Kecamatan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan wilayah masing-masing. 5) Koordinasi Tingkat Desa/Kelurahan (a) Lurah/Kepala Desa adalah penanggung jawab umum gerakan BKB dibantu oleh tim pelaksanaan gerakan BKB; (b) Susunan tim pelaksana program BKB di desa/kelurahan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah; (c) Tugas tim pelaksana BKB tingkat desa adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan; (d) Petugas Lapangan keluarga Berencana

(PLKB) bertugas membantu kelancaran penyelenggaraan gerakan BKB di desa yang bersangkutan; (e) Kader. 2. Mekanisme Kerja Bina Keluarga Balita (BKB) Gerakan BKB yang ditangani secara menyeluruh disemua tingkatan wilayah mulai dari tingkat pusat,propinsi,kabupaten/tingkat kota,kecamatan dan desa, memerlukan kerja sama terpadu dan beberapa sektor sehingga kegiatan BKB merupakan bagian integral dan program-program yang dilaksanakan oleh instansi dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam mendayagunakan program tersebut telah diatur mekanisme kerja sesuai dengan tingkatan wilayah program mulai dari tahapan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berupa deskriptif. Penelitian ini hanya mendeskripsikan data apa adanya dan menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat secara kualitatif. Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi sumber. Trianggulasi dengan sumber data dilakukan dengan cara pengecekan data (cek, cek ulang, dan cek silang). Mengecek adalah melakukan wawancara kepada dua atau lebih sumber informan dengan pertanyaan yang sama. Cek ulang berarti melakukan proses observasi secara berulang dengan menggunakan pedoman observasi yang sama dalam waktu yang berlainan. Cek silang berarti menggali keterangan tentang keadaan antar observasi yang satu dengan observasi yang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa model interaktif yang meliputi koleksi data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pembahasan Terhadap Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa penyelenggara BKB Lamahu memberikan pembinaan serta pelayanan yang baik pada keluarga balita melalui penyelenggaraan program Bina Keluarga Balita di BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, namun melalui hasil wawancara tersebut terlihat masih banyak orang tua atau keluarga balita yang belum memahami dan tidak mau ikut dalam program tersebut walaupun berbagai upaya yang dilakukan ketua penyelengara dalam memberikan pengertian dan motivasi akan tetapi keluarga balita masih ada keraguan dalam mengikuti program tersebut. Dalam proses penyelenggaraan Bina Keluarga Balita di Paud Lamahu ketua penyelenggara sangat mengharapkan program berjalan dengan lancar dan berupaya dalam mengelola semua program kegiatan dengan dibantu oleh para kader yang siap melayani, membina, memberikan penyuluhan, berdiskusi dengan keluarga balita, melakukan monitoring, pengawasan serta membuat pelaporan kepada ketua penyelenggara dan mengadakan bekerjasama dengan sesama tim pelaksana baik dari kecamatan maupun dari desa setempat serta kerjasama dari kelurga balita sebagai peserta BKB. Dari hasil penelitian yang telah diwawancarai sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa jelas peran penyelenggara dalam program Bina Keluarga Balita (BKB) adalah sangat baik karena adanya hubungan kerjasama antara para kader, sesama tim pelaksana BKB dari kecamatan, dan kerjasama dengan keluarga balita sehingga program kegiatan BKB berjalan dengan baik. 2. Pembahasan Terhadap Hasil Observasi Peneliti melaksanakan awal penelitian dengan melakukan observasi terhadap peran penyelenggara (pengelola) dalam menyelenggarakan program kegiatan BKB dan melihat sejauh mana peran kader dalam penyelenggaraan tersebut, berdasarkan hasil observasi tersebut diketahui bahwa Pengelola bina keluarga balita adalah sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pada anak balita untuk mencapai tujuan

pendidikan secara efektif dan efisien, dan mengingat pentingnya kegiatan bina keluarga balita, maka penyelenggaraan bina keluarga balita harus dikelola semaksimal mungkin. Dalam menyelenggarakan program kegiatan BKB Lamahu, maka pengelola (penyelenggara) telah mempersiapkan beberapa upaya untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu dimulai dengan menyusun jadwal pertemuan, mengadakan pertemuan sebulan sekali, menyelenggarakan program. Adapun tugas kader adalah untuk memberikan penyuluhan sesuai dengan materi, mengadakan pengamatan perkembangan peserta BKB dan anak balitanya, memberikan pelayanan dan mengadakan kunjungan rumah dan memotivasi orang tua dalam merujuk anak apabila mengalami masalah dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini dilakukan penyelenggara dan para kader agar peserta BKB (orang tua dan anak balitanya) mendapatkan pendidikan dan pelayanan yang terbaik dalam mengasuh dan mendidik anak melalui program kegiatan BKB dan program tersebut dapat bermanfaat bagi keluarga balita demi terwujudnya keluarga bahagia sejahtera dan anak mendapatkan pengasuhan yang baik dari orang tuanya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Berdasarkan hasil observasi yang telah diuraikan di atas telah menunjukkan bahwa keluarga balita (orang tua anak didik) belum sepenuhnya memahami program tersebut dan ada beberapa orang tua yang menolak untuk ikut dalam program BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango tersebut. 3. Analisis Data Hasil Observasi Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data melalui teknik wawancara yang merupakan teknik utama dalam penelitian ini. Dengan teknik wawancara peneliti memperoleh gambaran tentang deskripsi penyelenggaraan Bina Keluarga Balita di BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, kemudian peneliti melakukan observasi terhadap beberapa kriteria yang berhubungan dengan pendidikan, pengasuhan dan pembinaan kepada keluarga balita dan anak balitanya melalui penyelenggaraan program bina keluarga balita di

Paud Lamahu, Kegiatan observasi ini dilakukan dengan lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Dari analisis data hasil observasi dapat disimpulkan bahwa peran penyelenggara dalam menjalankan program kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) belum berjalan dengan baik karena masih ada beberapa keluarga balita (orang tua) yang tidak mau mengikuti program tersebut. Observasi dan pengamatan dilakukan pada keluarga balita dan anak balitanya yang berjumlah 30 orang. Setiap penilaian dilakukan oleh pengelola program dan para kader BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Pada awal penelitian dilakukan ada beberapa kriteria yang diamati oleh penyelenggara (pengelola) BKB terhadap keluarga balita adalah: a) Kehadiran keluarga balita dalam kegiatan BKB; b) Peran serta keluarga balita dalam pelaksanaan kegiatan BKB; c) Pemahaman keluarga balita tentang materi yang diberikan oleh kader. Berdasarkan dari hasil observasi tersebut dapat diketahui bahwa ada beberapa keluarga balita (orang tua) yang belum memahami tentang program BKB yang diadakan di Paud Lamahu, hal ini terlihat masih kurangnya kehadiran dan peran serta keluarga balita dalam pelaksanaan kegiatan BKB. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Dari keseluruhan proses penelitian yang peneliti lakukan mengenai deskripsi penyelenggaraan program kegiatan Bina Keluarga Balita di BKB Lamahu Desa Lonuo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, akhirnya dapat peneliti ambil kesimpulan bahwa pengelola dan kader telah berperan dengan baik dalam penyelenggaraan program Bina Keluarga Balita di BKB Lamahu Desa Lonuo. Peran tersebut dapat diwujudkan karena adanya kerjasama antara pengelola, kader dan keluarga balita lainnya yang ikut serta dalam program tersebut. Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pengelola berupa mengunjungi keluarga balita kerumah-rumah, memberikan motivasi dan nasehat kepada keluarga balita yang tidak mau datang ke pelaksanaan program kegiatan BKB, dan upaya

dilakukan juga oleh para kader dengan melalui sosialisasi, mengundang para keluarga balita dalam pertemuan, memberikan materi tentang cara pengasuhan dan mendidik anak dengan baik, hal ini dapat membantu para keluarga balita tentang Bina Keluarga Balita (BKB) mengenai tata cara pengasuhan dan pemberian pendidikan yang layak bagi anak balita mereka nanti agar anak balita mereka akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangannya dan menjadi anak yang baik, sehat, cerdas dan ceria. 2. Saran Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti memberikan sedikit saran yang mudah-mudahan bisa bersifat membangun yang didasarkan pada hasil penelitian ini yakni: 1. Berdasarkan hasil penelitian, penyelenggaraan program Bina Keluarga Balita di BKB Lamahu Desa Lonuo sudah cukup baik, namun alangkah baiknya pengelola (penyelenggara) dan kader lebih meningkatkan lagi perhatiannya dan berusaha lebih dekat lagi dengan para keluarga balita yang tidak mau ikut dalam program kegiatan BKB agar keluarga balita ikut termotivasi dalam program tersebut. 2. Jalinlah kerjasama yang baik antara pengelola, kader, guru dan keluarga balita agar komunikasi dapat berjalan dengan baik guna terwujudnya tujuan bersama. DAFTAR PUSTAKA Asmani, M.Jamal.2009. Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta. Diva Press. BKKBN. 2001. Pedoman Pengembangan Model keterpaduan Bina keluarga balita (BKB) dengang pelayanan Kesehatan Ibid an Anak (KIA). Jakarta BKKBN. 2003. Pedoman Pola dan Strategi Peningkatan Pelaksanaan Gerakan BKB. Jakarta BKKBN. 2009. Badan Penyuluhan Bina Keluarga balita Pengasuhan dan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak. Bone Bolango.

Burankara,2012. Mengenal Kelompok Bina Keluarga balita. (online) http://boerankara.wordpress.com/tag/bina-keluarga-balita/, di akses 20 Maret 2013 Direktorat Pembinaan PAUD,2012. Pedoman Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Anak Usia Dini. 2012. Jakarta: Depdiknas. Sipayung, Hendra.2012. Program BKB Mengawal Tumbuh Kembang Anak Pada Periode Emas. Latbang Perwakilan BKKBN. Kalimantan Tengah. http://kalteng.bkkbn.go.id/viewartikel.aspx?artikelid=43, diakses 01 Februari 2013