BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang memiliki kompeten, tidak memihak, dan objektif, yang disebut akuntan publik atau lebih dikenal dengan auditor. Peran auditor sangat penting dalam menilai kewajaran laporan keuangan suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Penilaian atas kewajaran laporan keuangan tersebut disampaikan melalui opini yang disajikan dalam laporan auditor independen. Untuk itu, auditor dituntut untuk bersikap independen dan memperhatikan kode etik sebagai pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Pada praktiknya, masih banyak ditemukan kasus-kasus pelanggaran yang melibatkan akuntan publik. Kasus pelanggaran tersebut menjadi suatu permasalahan yang besar dan menimbulkan kerugian bagi banyak pihak. Kasus ini berdampak pada kepercayaan publik terhadap auditor yang semakin berkurang. Sebelumnya, masyarakat sangat mengharapkan auditor untuk memberikan penilaian yang bebas dan tidak memihak atas informasi yang disajikan oleh perusahaan dalam laporan keuangan. Namun dengan adanya kasus-kasus tersebut, auditor ditantang untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap profesi akuntan. Salah satu contoh kasus pelanggaran adalah Enron dan KAP Arthur Andersen yang terungkap pada akhir tahun 2001. KAP Arthur Andersen yang merupakan salah satu KAP Big Five pada saat itu bersikap tidak independen dan terlibat dalam manipulasi laporan 17
keuangan yang dilakukan oleh klien, yaitu Enron. Perilaku yang dilakukan oleh KAP Arthur Andersen tersebut mencerminkan perilaku audit disfungsional. Perilaku audit disfungsional merupakan tindakan menyimpang yang dilakukan oleh auditor, yang mengurangi integritas dan profesionalismenya dalam melaksanakan tugas, sehingga tindakannya tidak mencerminkan kejujuran dan objektivitas. Menurut Kelley & Margheim (1990), perilaku audit disfungsional dapat berdampak langsung maupun tidak langsung dalam mengurangi kualitas audit. Perilaku disfungsional yang secara langsung mempengaruhi kualitas audit disebut sebagai perilaku reduksi kualitas audit (audit quality reduction behaviors). Perilaku reduksi kualitas audit dapat dilakukan dengan melakukan penyelesaian langkah audit yang terlalu dini tanpa memenuhi keseluruhan prosedur (premature sign-off), membuat review yang dangkal terhadap dokumen klien, menerima penjelasan klien yang tidak kuat, mengabaikan prinsip akuntansi yang diterapkan oleh klien, dan tidak melakukan pengujian lebih lanjut pada item-item yang diragukan. Perilaku disfungsional yang secara tidak langsung mengurangi kualitas audit disebut perilaku underreporting of time, yaitu pelaporan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek dari waktu yang sebenarnya (Kelley & Margheim, 1990). Perilaku ini biasanya dilakukan auditor dengan berbagai cara, seperti membawa dan mengerjakan tugas audit di rumah dan tidak melaporkan waktu lembur yang dihabiskannya untuk mengerjakan tugas tersebut ke dalam anggaran waktu audit (Alderman & Deitrick, 1982). Perilaku disfungsional sangat penting untuk dihindari oleh auditor, karena ketika auditor melakukan tindakan yang menurunkan kualitas audit dalam pelaksanaan 18
prosedur audit, maka tingkat kesalahan opini yang diberikan oleh auditor menjadi sangat tinggi. Tindakan yang dilakukan oleh auditor tersebut akan merugikan para pengguna laporan keuangan. Berbagai penelitian telah mencoba meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku audit disfungsional pada auditor di Kantor Akuntan Publik. Faktor-faktor tersebut meliputi tekanan anggaran waktu (Alderman & Deitrick, 1982; McNamara & Liyanarachchi, 2008), locus of control eksternal (Donnelly et al., 2003), keinginan berpindah (Malone & Roberts, 1996; Donnelly et al., 2003), self-rated employee performance (Donnelly et al., 2003), prosedur review dan kontrol kualitas (Malone & Roberts, 1996; Herrbach, 2001), client importance (Yuen et al., 2013), dan independensi auditor (Yuen et al., 2013). Alderman & Deitrick (1982) dan McNamara & Liyanarachchi (2008) mengungkapkan bahwa tekanan anggaran waktu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku disfungsional auditor, namun Malone & Roberts (1996) tidak menemukan adanya pengaruh signifikan antara tekanan anggaran waktu dan perilaku disfungsional auditor, hal ini dikarenakan adanya sedikit variansi dalam pengukuran tekanan anggaran waktu. Selain itu, Malone & Roberts (1996) mengemukakan bahwa karakteristik personal yaitu locus of control eksternal tidak memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Donnelly et al. (2003) menunjukkan adanya pengaruh positif antara karakteristik personal terhadap perilaku disfungsional auditor. Donnelly et al. (2003) juga menemukan adanya pengaruh positif antara keinginan berpindah auditor (turnover intention) dengan perilaku disfungsional. 19
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Yuen et al. (2013) di Macau. Namun, Paino et al. (2010) menemukan adanya pengaruh yang negatif ketika penelitian ini dilakukan di Malaysia. Menurut penelitian yang dilakukan Donnelly et al. (2003), kinerja auditor (dinilai oleh yang bersangkutan) dan penerimaan auditor terhadap perilaku disfungsional memiliki hubungan yang negatif, bila dikaitkan dengan locus of control dan komitmen organisasi. Auditor yang memiliki laporan kinerja yang lebih rendah dikaitkan dengan penerimaan terhadap perilaku disfungsional yang lebih tinggi. Hasil penelitian Malone & Roberts (1996) dan Herrbach (2001) menunjukkan bahwa prosedur review dan kontrol kualitas berpengaruh signifikan dengan perilaku reduksi kualitas audit, sedangkan Margheim & Pany (1986) menemukan bahwa prosedur review dan kontrol kualitas tidak berpengaruh terhadap kecenderungan auditor melakukan perilaku reduksi kualitas audit. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku disfungsional auditor, yaitu pentingnya klien bagi auditor (client importance) dan independensi auditor (Yuen et al., 2013). Dari penelitian tersebut ditunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepentingan klien dengan perilaku audit disfungsional. Sementara itu, terdapat hubungan negatif antara independensi auditor dengan perilaku audit disfungsional. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan pengujian kembali penelitian tersebut guna mengetahui pengaruh dari faktor-faktor, yaitu tekanan anggaran waktu, locus of control eksternal, keinginan berpindah 20
auditor, dan self-rated employee performance terhadap perilaku disfungsional auditor di Indonesia. Hal ini dikarenakan peneliti melihat adanya ketidakkonsistenan hasil dari penelitian terdahulu. Selain itu, peneliti juga menjelaskan variabel moderasi yaitu prosedur review dan kontrol kualitas. Pada penelitian sebelumnya variabel ini diperlakukan sebagai variabel independen. Peneliti memperlakukan prosedur review dan kontrol kualitas sebagai variabel moderasi, karena peneliti berpendapat bahwa faktor-faktor individu yang mempengaruhi auditor untuk melakukan perilaku disfungsional dapat dicegah dengan adanya review dan kontrol yang dilakukan atasan/senior. Perlakuan berbeda yang dilakukan peneliti terhadap variabel prosedur review dan kontrol kualitas ini akan membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Terlebih lagi kondisi Indonesia dimana jumlah akuntan publiknya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah akuntan publik di negara lainnya. Berdasarkan data statistik per Oktober 2013, jumlah akuntan publik yang terdaftar di Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) hanya sekitar 1000 orang. Bahkan sekitar 37% telah berusia di atas 60 tahun. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya jumlah akuntan publik di Indonesia adalah tingkat turnover auditor di Indonesia yang terbilang cukup tinggi. Faktanya, orang yang ingin meniti karir di KAP dan bekerja menjadi akuntan publik untuk jangka waktu yang lama sangat sedikit. Pengunduran diri auditor disebabkan oleh alasan yang bermacam-macam, sesuai dengan keperluan masing-masing. Tidak kecil kemungkinan adanya keterlibatan auditor dalam perilaku disfungsional, yang menjadi sebuah keputusan bagi auditor untuk segera 21
meninggalkan perusahaan sebelum atasannya mengetahui perilaku disfungsional yang telah dilakukannya (Malone & Roberts, 1996). Faktor-faktor lain, seperti pentingnya klien bagi auditor (client importance) dan independensi auditor tidak diteliti dalam penelitian ini. Adapun alasan variabelvariabel tersebut tidak diukur adalah karena peneliti berpendapat bahwa pada kenyataannya auditor memiliki banyak klien. Untuk mengukur independensi auditor terhadap klien dan pentingnya klien bagi auditor merupakan hal yang tidak mudah untuk diukur dalam skala tertentu. Objek penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia, baik yang termasuk Big Four maupun yang non Big Four. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, beberapa permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap perilaku audit disfungsional? 2. Bagaimana pengaruh locus of control eksternal terhadap perilaku audit disfungsional? 3. Bagaimana pengaruh keinginan berpindah auditor terhadap perilaku audit disfungsional? 4. Bagaimana pengaruh kinerja auditor (dinilai oleh yang bersangkutan) terhadap perilaku audit disfungsional? 22
5. Apakah terdapat efek moderasi dari prosedur review dan kontrol kualitas kepada hubungan beberapa variabel independen terhadap perilaku audit disfungsional? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pengaruh tekanan anggaran waktu, locus of control eksternal, keinginan berpindah, dan kinerja auditor (dinilai oleh yang bersangkutan) terhadap perilaku audit disfungsional. Selain itu, peneliti juga menguji efek moderasi dari prosedur review dan kontrol kualitas kepada hubungan antara beberapa variabel independen dengan perilaku audit disfungsional. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk menindaklanjuti penelitian yang telah dilakukan oleh Donnelly et al. (2003) yang meneliti hubungan antara pengaruh locus of control eksternal, keinginan berpindah, dan kinerja auditor (dinilai oleh yang bersangkutan) terhadap perilaku disfungsional auditor. Penelitian ini akan dilakukan pada objek yang berbeda yaitu Kantor Akuntan Publik di Indonesia, khususnya Jakarta dan Yogyakarta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh variabel tekanan anggaran waktu, locus of control eksternal, keinginan berpindah, dan kinerja auditor terhadap perilaku disfungsional di Indonesia. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan 23
evaluasi dan solusi bagi Kantor Akuntan Publik untuk menyelesaikan praktik perilaku disfungsional yang dilakukan auditor di Indonesia. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut: Bab I Pendahuluan memuat latar belakang diadakannya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan teori, kerangka model penelitian dan hasil penelitian terdahulu, yang mendukung hipotesis. Bab III Metode penelitian terdiri dari penentuan sampel penelitian, metode pengumpulan data, variabel penelitian, pengukuran instrumen penelitian, metode analisis data, pengujian kualitas data dan pengujian hipotesis. Bab IV Hasil penelitian yang meliputi gambaran umum responden, stastistik deskriptif, hasil pengujian, pembahasan hipotesis dan analisis tambahan. Bab V Penutup berisi kesimpulan hasil penelitian, implikasi, keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya. 24