Powerpoint Templates K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M

dokumen-dokumen yang mirip
TATA CARA PERENCANAAN

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG

Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 36

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMANENAN AIR HUJAN SEBAGAI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH PENGUNGSI BENCANA BANJIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DUKUNGAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN RISIKO BENCANA

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL PERLINDUNGAN MATA AIR

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dengan kemiringan yang cukup landai yaitu 2 % dan untuk panjang aliran permukaan

KEPUTUSAN NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2017

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \l TAHUN 2017 TENTANG CADANGAN PANGAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

VI. POLA DAN PERILAKU PENGGUNAAN AIR BERSIH OLEH PENDUDUK. 6.1 Pola Penggunaan Air Bersih oleh Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

DAFTAR USULAN KEGIATAN PEMBANGUNAN MUSRENBANG KABUPATEN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2014

Diktat Perencanaan Infrastruktur Kota

Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API GAMALAMA DI PERMUKIMAN KAMPUNG TUBO KOTA TERNATE

RENJA K/L TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

MANAJEMEN HABITAT DAN POPULASI SATWALIAR LANGKA PASCA BENCANA ALAM ERUPSI DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 297 / KPTS / M / 2013 TENTANG SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan air bersih untuk domestik dan industri telah

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Bencana alam menjadi salah satu permasalahan kompleks yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. respon terhadap penanggulangan bencana sangat berperan penting.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kelangsungan hidup

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

1.1 Pentingnya pelayanan. 1.2 Tujuan penyediaan air bersih. 1.3 Komponen penyediaan air. 1.4 Parameter Standar Kualitas

UCAPAN TERIMA KASIH. Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. Abstrak... Kata Pengantar. Ucapan Terima Kasih... Daftar Isi... Daftar Gambar.. Daftar Tabel Latar Belakang..

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

- Laporan dan Analisa Berita Media Cetak dan Online Bidang Cipta Karya. Edisi: April 2014

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN STATUS POTENSI BENCANA

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Safrudin J Mohamad, Sunarto Kadir 1, Lia Amalia 2

SEMINAR NASIONAL APLIKASI TEKNOLOGI PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA Jakarta, 16 Juni 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

Kerja Telaten. PENANGANAN bencana alam adalah kerja telaten. dan butuh ketekunan serta tentunya bukan pencitraan.

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

Panduan Praktis Pemeriksaan Kerusakan Bangunan akibat Gempa Bumi

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut indeks rawan bencana Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia. Air sangat dibutuhkan dalam segenap aspek kehidupan manusia. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Korban Bencana dan Kecelakaan. Pencarian. pertolongan. Evakuasi. Standar Peralatan.

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Transkripsi:

PENDAYAGUNAAN TEKNOLOGI PENJERNIHAN Powerpoint Templates AIR UNTUK DAERAH BENCANA Kode : Non KE Peneliti Utama Peneliti Anggota 1 Peneliti Anggota 2 Peneliti Anggota 3 Peneliti Anggota 4 : Ir. Ida Yudiarti Yunus, M.Si : Atang Sarbini, ST : Dadang Sobana,ST : Sugeng Paryanro, ST. MT : Lia Iriani, SH. M.Si : K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N P U S A T P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N P E R M U K I M A N Jl. P a n y a u n g a n C i l e u n y i W e t a n K a b u p a t e n B a n d u n g 4 0 3 9 3 Powerpoint Templates Telp:(022) 7798393 (4 saluran) - Fax: (022) 7798392 - E-mail: info@puskim.pu.go.id - Website: http://puskim.pu.go.id Page 1

Indonesia mempunyai kondisi memungkinkan terjadinya bencana, karena faktor alam, faktor non alam dan faktor manusia yang menimbulkan krisis antara lain: masalah ketersediaan air minum/air bersih, Dalam masa tanggap darurat, diperlukan fasilitas air minum yang bersifat massal dan bersifat pemenuhan sementara bagi masyarakat yang kehilangan akses air minum akibat bencana yang terjadi, banjir, tsunami dan gempa bumi, dapat mengakibatkan terkontaminasinya fasilitas air minum serta merusak fasilitas tersebut. Diperlukan suatu metode pendayagunakan pengolahan air minum yang memenuhi persyaratan dalam upaya penanggulangan di kawasan bencana yang berbasis masyarakat yang memenuhi syarat-syarat menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, sehingga aman untuk dikonsumsi.

Permasalahan Tidak terpenuhinya ketersediaan air minum di lokasi bencana karena rusaknya jaringan air minum yang ada Kualitas air baku tidak memenuhi baku mutu untuk penggunaan langsung air minum Kualitas air baku terancam pencemaran air limbah domestik Meningkatnya ancaman water borne disease di kawasan bencana Keterbatasan teknologi air minum yang praktis (memanfaatkan bahan lokal, pendayagunaan air oleh pengungsi, kemudahan operasi & perawatan) Keterbatasan sistem penampungan ( reservoar tiup) air minum komunal

POLA PIKIR METODOLOGI Permasalahan kebutuhan air minum di kawasan bencana : - tidak terpenuhinya ketersediaan air minum - kualitas air baku tidak memenuhi standar - kualitas air baku terancam pencemaran air limbah domestik - ancaman water borne disease meningkat - keterbatasan teknologi air minum yang praktis Teknologi penjernihan air : - sistem mobile, mudah dibawa, praktis - tidak membutuhkan bahan kimia - kemudahan operasi dan pemeliharaan Perencanaan dan kelayakan teknis : - pendekatan teoritis - pendekatan praktis - karakteristik kawasan bencana - karakteristik air baku - dukungan data penelitian sebelumnya Pentingnya aplikasi prototype teknologi penjernihan air Pengumpulan data : eksperimen lapangan Teknologi Penjernihan air untuk : - kekeruhan, zat organik, besi, mangan yang tinggi Analisis Deskriftif kuantitatif dan kualitatif - kinerja teknologi penjernihan air - analisis penerapan (fisik, sosial dan ekonomi Tujuan dan Sasaran Penelitian - meningkatkan akses infrastruktur air minum - tersedianya pilihan teknologi penjernihan air di kawasan bencana - terpeliharanya kesehatan dan produktifitas

Air Sungai P-1 Flow aliran aktif (mengalir) Flow aliran mati (tidak mengalir) Catrige filter Karbon Filter Air gambut Ultrafiltrasi Air payau RO Buffer Tank RO/ Produk gambut Produk RO Instalasi Pengolahan Air (IPA) Mobile Untuk Paska Bencana

SINERGI KORDINASI Pelaksanaan kegiatan Pendayaangunaan Teknologi Penjernihan Air untuk Daerah Bencana merupakan program dari dua lemabaga terkait yaitu antara BPPT dengan Pusat Litbang Permukiman sebagai pelaksanan operasional. sehingga produk dari hasil litbang tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal oleh lembaga teknis sebagai aplikator dari hasil litbang tersebut. Dalam perjalanan pelaksanaannya program kegiatan setiap kegiatan litbang dikoordinasikan pula dengan lembaga teknis sebagai aplikator di daerah rawan bencana dan perusahan yang bergerak di bidang pabrikasi Agar sistem dan teknologi dapat diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi paska bencana, maka diperlukan masukan-masukan dari setiap pemangku kepentingan di daerah yang berhadapan langsung dengan permasalahan di lapangan. Sehingga diperlukan koordinasi antar lembaga yang saling memberikan kontribusi positif terhadap permasalahan yang dihadapi bersama secara bersinergi.

PEMANFAATAN HASIL Pemanfaatan hasil litbangyasa: Hasil Litbangyasa harus dirasakan sebagai kebutuhan oleh masyarakat di daerah bencana & masyarakat pada umumnya; Hasil Litbangyasa haru smemberi keuntungan secara kongkrit; Hasil Litbangyasa harus mempunyai kompatibilitas/ keselarasan; Hasil Litbangyasa harus dapat mengatasi faktor-faktor pembatas; Hasil Litbangyasa harus dapat mendayagunakan sumber daya yang ada; Hasil Litbangyasa harus terjangkau oleh kemampuan finansial yakni Pemerintah & Pengusaha) Hasil Litbangyasa harus sederhana, tidak rumit dan mudah dilaksanakan/ diujicobakan; Hasil Litbang dapat diproduksi secara masal..

Potensi Pengembangan Ke depan Pengembangan teknologi penjernihan air kedepan dapat dikembangkan jenis peralatan yang mobile dalam skala kecil maupun besar untuk kemudahan dalam berbagai kondisi aksesibilitas dan beragam kualitas air baku yang tersedia di lapangan. Teknologi penjernihan air untuk daerah bencana harus dapat dengan mudah beradaptasi dengan berbagai kendala aksesibilitas dan sumber air serta kualitasnya yang sangat beragam. Pengembangan bahan setempat dan pabrikasi peralatan yang adaptif dengan berbagai kondisi perlu dikembangkan terus, karena kualitas air baku cenderung memburuk disebabkan berbagai aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air baku.

PEMANFAATAN HASIL Pihak yang dapat memanfaatkan kegiatan pendayagunaan teknologi penjernihan air untuk daerah bencana : Direktorat Pengembangan Air Minum (PAM), Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum memanfaatkan hasil kegiatan ini dalam berbagai Lembaga Teknis di tingkat pusat Badan Nasional Penanggulangan Bencana ditingkat Pusat Palang Merah Indonesia Badan Daerah Penanggulangan Bencana di tingkat daerah Satker Air Minum di daerah sebagai pelaksana langsung penyediaan air minum PDAM daerah yang termasuk dalam koridor pelaksanaan litbangyasa. Produsen Intalasi Pengolahan Air (IPA)

Rapat di Koridor 1, Fasilitas BDPB Sumsel & PDAM Tirtamusi Palembang Ujicoba IPA Mobile S. Citarik di Kab.Sumedang & Air kolam Nanjung Mekar Kab.Bandung Team Leader REKOMPAK dg binaan Desa Kepuharjo, Gn. Merapi, Jogyakarta

Penutup Instalasi pengolahan air mobile yang LATAR digunakan untuk BELAKANG penyediaan air minum pasca bencana terdapat beberapa hal yang sangat mendukung: 1. Aspek sistem pengolahan dipengaruhi oleh potensi air baku yg tersedia di lapangan. Sumber air baku dari air permukaan selain mempengaruhi sistem juga memerlukan bahan kimia & sumber daya manusia. 2. Aspek penting dalam pelayanan sistem penyediaan air minum dg sistem mobil dipengaruhi oleh aksesibilitas yang diperlukan untuk mendekatkan sistem penyediaan air minum dg sarana hunian, sebagai areal pelayanan air. 3. Setiap lokasi pasca bencana seperti banjir, erupsi gunung berapi maupun longsor, tidak dapat digeneralisir baik sistem pengolahan, sumber air baku maupun operasi serta pelayanannya. 4. Dari aspek kesamaan pelayanan air minum dari berbagai kondisi bencana - terhadap pengungsi terutama pada masa tanggap darurat diperlukan sistem penyediaan air yang langsung dapat dikonsumsi oleh masyarakat. 5. Pemilihan sistem untuk setiap bencana dipengaruhi oleh: Sumber air baku yang akan diolah menjadi air minum Akasesibilitas baik ke sumber air baku, ke areal pelayanan & aksesibilitas bagi mobilisasi pelayanan ke lokasi bencana/tempat pengungsi. Sumber daya untuk mengoperasikan unit instalasi & sumber daya manusia dalam mendukung operasi dan pelayanan ke semua pengungsi.

Powerpoint Templates Page 12