BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB I PENDAHULUAN. 1945, yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan walau belum memenuhi standar. 2. Persepsi perawat terhadap motivasi lebih dari separuh memiliki motivasi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberlakuan zona ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada 2015 nanti. ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diperlukan pegawai yang profesional, bertanggung jawab, jujur

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. profesional sesuai kebutuhan masyarakat (Wuryanto, 2010). swaktu diperlukan untuk berangkat dan pulang kerja.

SKRIPSI HUBUNGAN KOMPONEN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH DAN NON BEDAH RSUP. DR.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Dari 22 RSU di

BAB I PENDAHULUAN. lagi bersifat lokal, tetapi menjadi global. Contohnya pada era ini masyarakat lebih

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam memberikan pelayanan kepada klien. Pelayanan keperawatan

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya menjaga mutu pelayanan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

BAB 1 PENDAHULUAN. Standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu menjelaskan bahwa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena tenaga keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit sekarang ini menjadi semakin penting dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

I. PENDAHULUAN. pembangunan yang bersifat sentralistik ke arah desentralistik yang. masing-masing Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Tujuan pembangunan di

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga mencapai

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR DOKUMEN APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan berdasarkan pola pelayanan berfokus pada pasien (Patient

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era global berdampak pada tingginya kompetisi dalam sektor kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan sumber pemberi jasa pelayanan kesehatan. Saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. saja membuat RS mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas atau mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL.

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan sarana tempat pelayanan kesehatan. Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dan merupakan masukan bagi pemberi pelayanan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana penyedia layanan kesehatan untuk masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna memiliki peran yang sangat strategis untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009; Departemen Kesehatan Republik Indonesia [DEPKES RI] 2009). Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008) Pelayanan kesehatan bermutu merupakan salah satu wujud dari tuntutan masyarakat di era globalisasi saat ini. Masyarakat yang semakin kritis dan terdidik kian menguatkan agar pelayanan kesehatan lebih responsif atas kebutuhan masyarakat, menerapkan manajemen yang transparan, partisipatif dan akuntabel (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional [BAPPENAS], 2011 dalam Komapo, 2013). Selain itu, masyarakat menuntut rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terkait dengan kebutuhan pasien harus dapat dilayani oleh rumah sakit secara mudah, cepat, akurat, dengan biaya terjangkau (Ilyas, 2004). 1

2 Meningkatnya tuntutan masyarakat di sarana kesehatan terutama di rumah sakit, secara berkesinambungan membuat rumah sakit harus melakukan upaya peningkatan mutu pemberian pelayanan kesehatan. Salah satu mutu pelayanan kesehatan yang harus ditingkatkan secara berkesinambungan adalah mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit (Depkes RI, 2012). Setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Mulyono, 2013) Keperawatan sebagai profesi dan tenaga profesional bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain (Gustini, 2010). Di era pasar bebas dan liberalisasi, profesionalisme merupakan suatu instrumen yang unggul untuk memenangkan kompetensi, untuk itu tenaga keperawatan harus lebih kompeten dan memiliki daya saing yang tinggi secara regional maupun global (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [KEMENKES RI], 2010). Oleh karena itu pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional demi peningkatan mutu pelayanan yang merupakan salah satu indikator manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit. Salah satu upaya manajemen keperawatan dalam mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas melalui Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP). Melalui penerapan SP2KP diharapkan mampu mewujudkan kualitas pelayanan keperawatan yang diharapkan dan mampu memacu diri dalam kualitas pelayanan keperawatan sesuai dengan

3 standar rumah sakit kelas dunia atau bertaraf internasional (Kemenkes RI, 2012) Demi tercapainya kualitas pelayanan keperawatan dengan standar rumah sakit kelas dunia atau bertaraf internasional, maka pelayanan keperawatan didasarkan pada profesionalisme, ilmu pengetahuan, aspek legal dan etik. Untuk itu diselenggarakan program penerapan SP2KP untuk mendukung sistem pelayanan kesehatan secara komprehensif (Kemenkes RI, 2012). SP2KP sebagai salah satu upaya dalam peningkatan indikator mutu pelayanan keperawatan (Depkes RI, 2009) SP2KP merupakan pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan. Pelaksanaan MPKP maupun SP2KP merupakan upaya untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan sehingga menjadi efektif dan efisien (Budi, 2009). SP2KP mempunyai lingkup yang meliputi aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik keperawatan, manajemen dan pemberian asuhan keperawatan serta pengembangan profesional diri (Suhartati, 2009), sedangkan MPKP meliputi komponen yaitu hubungan antar profesional, pendekatan manajemen serta sistem kompensasi dan penghargaan (Sitorus, 2006). SP2KP memperlihatkan pelayanan yang lebih terstruktur dan terorganisir karena SP2KP merupakan bentuk pengembangan dari MPKP yang lebih profesional dan lebih baik dalam memberikan tingkat pelayanan asuhan keperawatan terhadap klien (Karunianingrum, 2013). Salah satu evaluasi outcome (hasil) dari penerapan SP2KP adalah meningkatkan kepuasan pasien

4 (Kemenkes, 2012). Namun dalam pelaksanaanya menurut hasil bimbingan teknis dan monitoring-evaluasi Kemenkes RI tentang implementasi Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) di 22 provinsi diperoleh gambaran bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan RS masih sangat bervariasi, belum memiliki rencana strategis bidang keperawatan, manajemen dan administrasi pelayanan keperawatan masih belum berorientasi pada mutu pelayanan serta belum kuatnya peran bidang dan komite keperawatan (Kemenkes, 2012). Dari hasil penelitian Wati, dkk tahun 2010 di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau diperoleh gambaran pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan dari masing-masing komponen dari SP2KP secara keseluruhan belum mencapai kategori baik. Penerapan SP2KP sebagai salah satu bentuk dari kinerja perawat. Kinerja merupakan pencapaian seseorang yang berkenaan dengan seluruh tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja perawat adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan (Triwibowo, 2013). Kunci utama dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah perawat yang mempunyai kinerja tinggi (Mulyono, 2013). Dari hasil penelitian Mulyono (2013) kepuasan kerja merupakan variabel yang paling kuat/ dominan pengaruhnya terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Tingkat III Ambon. Kepuasan kerja menjadi isu yang menarik dan penting terbukti karena besar manfaatnya bagi perawat, pasien dan rumah sakit. Perawat yang memiliki kepuasan kerja menampilkan kinerja lebih baik dibandingkan dengan

5 perawat yang tidak memiliki kepuasan kerja. (Triasih, 2007 dalam Sitrait 2012). Menurut Robbin (2009), Luthans (2008) dan Nursalam (2007) kepuasan kerja sekurang-kurangnya memiliki lima dimensi yaitu kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap pengawasan, kepuasan terhadap gaji atau imbalan, kepuasan terhadap peluang promosi, dan kepuasan terhadap rekan kerja. Dari beberapa penelitian dibidang keperawatan di Amerika Serika didapatkan bahwa perawat mengalami derajat kepuasan kerja yang rendah (Zamzahar, 2010). Menurut Baumann di Amerika Serikat, Kanada, lnggris, Jerman menunjukkan bahwa 41% perawat di rumah sakit mengalami ketidakpuasan dengan pekerjaannya dan 22% diantaranya merencanakan meninggalkan pekerjaannya dalam satu tahun (Wuryanto, 2010). Kepuasan kerja rendah ini bisa disebabkan oleh penghargaan psikologis dan penghargaan keamaan yang kurang. Sehingga, berdampak terhadap praktik keperawatan dalam rangka mewujudkan asuhan asuhan keperawatan yang profesional (Sitorus, 2006). Beberapa penelitian telah dilakukan dengan implementasi MPKP dengan kepuasan kerja perawat, salah satunya Profesional Nursing Practice Model dikembangkan di Beth Israel Hospital (BIH) tahun 1973, model ini berfokus pada hubungan caring antara klien/keluarga dan perawat. Evaluasi model menunjukkan peningkatan kepuasan perawat dan kepuasan klien (Clifford & Horvart 1990 dalam Sitorus 2006). Dari beberapa hasil penelitian terkait di Indonesia sendiri mengenai penelitian model praktik keperawatan profesional

6 (MPKP), seperti penelitian di RS PGI Cikini Jakarta menyatakan bahwa penerapan MPKP Pemula mempunyai hubungan yang bermakna dengan kepuasan kerja perawat (Sirait, 2012). Begitu juga dengan penelitian Kharistiayanto (2008) didapatkan hubungan yang signifikan antara kemampuan perawat dalam pelaksanaan MPKP dengan kepuasan kerja perawat. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang sebagai rumah sakit pendidikan dan penelitian yang terdiri dari empat bagian instalasi rawat inap, yaitu Instalasi Kebidanan dan Anak, Instalasi Rawat Bedah, Instalasi Rawat non Bedah, dan Instalasi Paviliun Ambun Pagi. Alur pelayanan pasien di instalasi rawat inap adalah melalui IGD untuk kasus-kasus emergensi. Sedangkan, untuk kasus-kasus elektif atau berencana pasien harus mendaftar terlebih dahulu di bagian pendaftaran masing-masing instalasi rawat inap setelah mendapat rujukan dari poliklinik, praktik dokter, poli spesialis atau bagian unit lainnya. Kasus dan kondisi pasien akan menentukan di instalasi mana seorang pasien akan dirawat. (Profil RSUP Dr. M.Djamil 2013) Berdasarkan data rekam medis, Bed Occupancy Rate (BOR) RSUP Dr. M. Djamil Padang mengalami penurunan selama 3 (tiga) tahun terakhir, tahun 2011 67,08%, tahun 2012 66,73%, dan tahun 2013 64,28%. Berdasarkan Distribusi Frekuensi Pencapaian Indikator Klinik Keperawatan di RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2013 yaitu angka kejadian pasen jatuh 0,18% dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan 0%, angka kepuasan pasien 79,28% dari SPM 90%, angka pasien dengan nyeri terdokementasi

7 40,5 dari SPM 90%, angka jumlah pasien yang tidak dibuat discharge planning 2,89 dari SPM 0%. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan terutama pelayanan keperawatan di RSUP Dr. M. Djamil Padang telah diterapkan model praktik keperawatan profesional pada beberapa ruangan sejak tahun 2006 yaitu ruang rawat inap kelas I penyakit dalam, ruang rawat inap kelas I bedah, ruang rawat inap kelas I anak, ruang rawat inap syaraf. Berdasarkan Laporan Kinerja Kepala Bidang Keperawatan Triwulan I Tahun 2014 RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk penerapan SP2KP dilakukan revitalisasi pada ketiga ruangan tersebut sejak tahun 2013, dikarenakan pelaksanaannya yang masih berfluktuasi. Berdasarkan hasil evaluasi yang sudah dilakukan Kemenkes Tahun 2008 dan 2011 di RSUP Dr. M. Djamil Padang bahwa penerapan SP2KP masih belum optimal sesuai dengan harapan. Dari hasil penelitian Zamzahar (2010) mengenai Analisis Implementasi Model Praktik Keperawatan Profesioal (MPKP) di RSUP Dr. M. Djamil menyatakan bahwa tahap evaluasi struktur, proses, dan outcome dari MPKP yang belum dilaksanakan secara optimal. Pada umumnya banyak hal yang perlu dilakukan perbaikan, mulai dari tenaga perawat yang membutuhkan suatu model dalam implementasi praktik keperawatan profesional agar perawat dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan tuntunan profesi dan pelayanan Dari hasil wawancara dengan ketua tim SP2KP Penyakit Dalam pada tanggal 12 Mei 2014 mengatakan bahwa program SP2KP ini dalam

8 perjalanannya masih lemah dalam monitoring serta evaluasi sehingga terjadi kemunduran dalam pencapaian target pelayanan yang diberikan. Kemudian dari penjelasan dan hasil studi dokumentasi di ruangan yang telah menerapkan SP2KP yakni ruang rawat syaraf, ruang rawat kelas I penyakit dalam, ruang rawat inap kelas I bedah, ruang rawat anak memiliki persepsi yang sama bahwa implementasi masih belum optimal. Hal ini dijelaskan dalam laporan pelaksanaan SP2KP bahwa beberapa dari kegiatan pemberian asuhan keperawatan profesional belum dilakukan sesuai dengan standar, bahkan ada dari beberapa kegiatan yang jarang dilakukan, seperti pelaksanaan post conference, studi kasus dan supervisi klinik Hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa pada saat residensi tentang kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan masih kurangnya kepuasan kerja perawat pelaksana di ruangan berkaitan dengan kepemimpinan, insentif, promosi dan kepemimpinan (Transyah, 2012). Berdasarkan penelitian Zamzahar juga didapatkan rata-rata kepuasan kerja 65%. Jika hal ini dibandingkan dengan indikator kinerja yang disepakati rumah sakit bahwa kepuasan kerja minimal 90%, maka kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUP Dr. M. Djamil Padang masih rendah. Berarti, menunjukkan banyak perawat yang masih banyak perawat pelaksana yang belum merasa puas bekerja di ruang rawat inap RSUP Dr. M.Djamil. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan Bulan Mei 2014 dengan melakukan wawancara dengan 6 orang perawat pelaksana. 3 perawat mengatakan kegiatan pengawasan dari atasan yang kurang. 5 dari 6 perawat

9 mengeluh berkenaan dengan imbalan atau jasa pelayanan yang diterima belum sesuai dengan beban kerja yang beratsedangkan tenaga masih kurang, penghargaan secara finansial yang diterima seluruh perawat hanya dalam bentuk gaji. Kemudian, 6 perawat menyatakan kurangnya sarana dan prasarana yang ada diruangan. Serta, saat dilihat dari daftar dinas yang dibuat oleh kepala ruangan, hanya sebagian kecil dari jumlah perawat pelaksana yang mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan SP2KP. Berdasarkan penjelasan diatas diduga bahwa penerapan SP2KP masih belum sesuai dengan harapan, sehingga perlu diketahui adakah Hubungan Kepuasan Kerja Perawat dengan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) Di RSUP Dr. M. Djamil Padang B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan terkait apakah terdapat hubungan kepuasan kerja dengan penerapan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Professional (SP2KP) di RSUP Dr. M. Djamil C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja dengan penerapan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) di RSUP Dr. M. Djamil Padang

10 2. Tujuan Khusus a. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik perawat meliputi umur, jenis kelamin, masa kerja, dan pendidikan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. b. Diketahui distribusi frekuensi sub variabel dan komposit kepuasan kerja perawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang c. Diketahui distribusi frekuensi penerapan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) di RSUP Dr. M. Djamil Padang d. Diketahui hubungan kepuasan kerja perawat (meliputi: pekerjaan, gaji, promosi, pengawasan dan rekan kerja) dengan penerapan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) di RSUP Dr. M. Djamil Padang e. Diketahui hubungan komposit kepuasan kerja perawat dengan penerapan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) di RSUP Dr. M. Djamil Padang D. Manfaat 1. Bagi RSUP.Dr. M. Djamil Padang a. Sebagai masukan bagi pihak manajemen rumah sakit khususnya bagian keperawatan dalam upaya meningkatkan manajemen mutu pelayanan terutama pada pelayanan keperawatan RSUP Dr. M. Djamil

11 b. Dapat memberikan masukan dan bahan informasi membuat strategi untuk meningkatkan kepuasan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUP. DR. M. Djamil Padang c. Dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan pelaksanaan SP2KP di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2. Bagi Perawat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi tentang kepuasan kerja perawat dan penerapan SP2KP, selain itu, dapat dijadikan masukan dan bahan informasi yang digunakan dalam membuat stategi pembinaan terhadap kinerja perawat dalam penerapan SP2KP. 3. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dijadikan sebagai bahan kepustakaan khususnya manajemen keperawatan. Selain itu, penelitian ini sebagai bahan evaluasi hasil proses pembelajaran bagi institusi pendidikan keperawatan tentang hubungan kepuasan kerja dengan penerapan SP2KP. 4. Bagi Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar pada penelitian selanjutnya terutama hal terkait perkembangan dalam lingkup manajemen keperawatan terutama yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan penerapan SP2KP.