MENCERMATI DETERMINAN SOSIAL DAN KENDALA ANGGARAN UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN KESEHATAN PRIMER BAGI KAUM MISKIN DI KOTA AMBON

dokumen-dokumen yang mirip
MODAL SOSIAL: KEKUATAN DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DISEKITAR HUTAN TAMAN NASIONAL MANUSELA, MALUKU TENGAH

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN DI PULAU-PULAU KECIL PROVINSI MALUKU UTARA

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KURIKULUM 2013; RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR KOTA AMBON

Persepsi dan Evaluasi Keberhasilan Penertiban. Di Kabupaten Manokwari

ORANG TALIABU DI PULAU TALIABU: MERETAS JALAN MENUJU KESEJAHTERAAN

KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT KABUPATEN BONE BOLANGO: DAMPAK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN

MONITORING PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN DAN KEPULAUAN

Membangun Kelembagaan Berbasis Masyarakat; Menuju Komunitas Tanggap Bencana di Renjani

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009

ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BIDANG STRATEGIS AKUNTANSI DAN PELAPORAN PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 36 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. dukungan kesehatan prima dapat menciptakan suatu inovasi dan terobosan baru. menciptakan perubahan dari kondisinya sekarang ini.

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu contoh kebijakan publik yang paling mendasar.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 31 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. prioritasnya adalah pembangunan di bidang kesehatan. Untuk memenuhi

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

Pendanaan Sektor Kesehatan di Indonesia: Studi Kasus Bantuan Operasional Kesehatan. Fatmah Afrianty Gobel

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan. kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Timbal baliknya setiap

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

RESPON MASYARAKAT TERHADAP JAMKESMAS SEBAGAI UPAYA PELAYANAN KESEHATAN

OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. kegiatan di bidang kesehatan. Sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23. yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

REKAPITULASI LAPORAN TRI WULAN 1 s.d 4 TAHUN ANGGARAN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pulo Brayan Kota Medan dengan

POLICY BRIEF. Pemenuhan Hak atas Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil bagi Penyandang Disabilitas

POTRET PEMBIAYAAN KESEHATAN BERSUMBER PEMERINTAH: CONTOH KASUS KABUPATEN PIDIE JAYA. April 8 th 2015 HANIFAH HASNUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

Peningkatan Pelayanan untuk Riau Sehat. Riau Sehat Pemprov Riau melalui dinas terkait terus memberikan pelayanan kesehatan terbaik pada masyarakat.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib

KONDISI TERKINI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara

STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN. Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. belanja modal sendiri terjadi akibat kebutuhan sarana dan prasarana suatu daerah

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

Oleh Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND PADANG 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman Volume 8, Nomor 1, Mei 2017 ISSN

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan sistem kesehatan (nasional) adalah meningkatkan dan memelihara status kesehatan penduduk, responsif

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP KELUARGA MENGGUNAKAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT KOTA PALANGKA RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sebagai hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 56

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rakyat Indonesia? Visi Indonesia sehat 2010 bertujuan untuk meningkatkan

Transkripsi:

1 MENCERMATI DETERMINAN SOSIAL DAN KENDALA ANGGARAN UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN KESEHATAN PRIMER BAGI KAUM MISKIN DI KOTA AMBON PENGANTAR Bellytra Talarima, S.K.M., M.Kes. Ivy Violan Lawalata, S.K.M., M.Kes. Peneliti Anggota JiKTI Provinsi Maluku Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) Dr. Frits Oscar Fanggidae, M.Si. Akademisi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang Peneliti Senior JiKTI Provinsi Nusa Tenggara Timur Layanan kesehatan dasar yang baik bagi masyarakat, menjadi sangat penting dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Masyarakat yang sehat, menjadi salah satu pondasi terbentuknya masyarakat prod uktif. Pemerintah, memiliki kepentingan yang sangat besar untuk menciptakan masyarakat produktif, melalui penyediaan layanan kesehatan yang merata bagi semua lapisan masyarakat. Didalam praktiknya, layanan kesehatan yang merata tersebut, tidak hanya dipengaruhi oleh Pemerintah, tetapi kondisi masyarakat itu sendiri ikut berpengaruh. Berbagai perbedaan kondisi sosial ekonomi masyarakat, dapat berakibat pada keti dakmerataan dalam layanan penyediaan dan pemanfaatan layanan kesehatan. Salah satu kelompok penduduk yang senantiasa menghadapi masalah dalam memanfaatkan layanan kesehatan adalah kelompok penduduk miskin. Pada tahun 2013, jumlah penduduk Kota Ambon sebanyak 383.286 jiwa, dan 5,49% atau 21.042 adalah penduduk miskin. Penduduk Kota Ambon yang mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan melalui Askes, Jamkesmas dan Jamsostek s ebanyak 42%. Masih terdapat 58% penduduk yang belum mendapatkan layanan kesehatan melalui Askes, Jamkesmas dan Jamsostek. Kuat dugaan, sebagian besar penduduk miskin Kota Ambon termasuk d idalam 58% penduduk yang belum mendapatkan fasilitas jaminan pemeliharaan kesehatan tersebut. Pemerintah Kota Ambon, terus berupaya menyediakan layanan kesehatan primer bagi penduduk, utamanya penduduk miskin. P uskesmas menjadi ujung tombak layanan kesehatan primer bagi penduduk miskin. Karena itu, Pemerintah Kota Ambon terus berupaya

2 Wawancara dengan salah satu responden di Dusun Amaory.

3 memperluas kapasitas layanan dari 22 P uskesmas yang tersedia, agar dapat menyelenggarakan layanan kesehatan primer bagi ibu dan anak, layanan kesehatan rujukan dan perbaikan gizi masyarakat dengan baik. Namun demikian, fakta menunjukkan bahwa layanan kesehatan primer tersebut belum mampu menjangkau sebagian besar penduduk miskin. Karena itu, masalah aksesibilitas penduduk miskin terhadap layanan kesehatan primer kiranya perlu mendapat perhatian. MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN Kajian epidemiologi sosial pada umumnya menggunakan sejumlah determinan sosial untuk me nerangkan perilaku kesehatan masyarakat. Karena itu, dengan m enggunakan perspektif epidemiologi sosial, digunakan 3 (tiga) determinan sosial untuk m enerangkan aksesibilitas p enduduk miskin terhadap layanan kesehatan primer di Kota Ambon. Ketiga determinan sosial tersebut adalah: dukungan sosial, status sosial dan pengucilan sosial. Dengan demikian penelitian ini bertujuan mengetahui seberapa kuat hubungan dukungan sosial, status sosial dan pengucilan sosial ter hadap aksesibilitas penduduk miskin terhadap layanan kesehatan pri mer di Kota Ambon. LINGKUP KAJIAN DAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini terfokus pada penduduk miskin pada 3 (tiga) kecamatan di Kota Ambon, yaitu Kecamatan Leitimur Selatan, Nusniwe dan Baguala, dengan pertimbangan bahwa kon sentrasi penduduk miskin terbesar terdapat pada tiga kecamatan tersebut. Dengan metode cluster sampling, dipilih 210 Kepala Keluarga miskin, yang diambil secara proporsional dari ketiga kecapatan tersebut. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis bivariate menggunakan statitik uji chi square dan fisher exact test pada tingkat signifikansi p < 0,05. TEMUAN-TEMUAN POKOK 1 Hubungan dukungan sosial dengan aksesibilitas terhadap layanan kesehatan primer. Dukungan sosial dilihat dari bantuan yang didapatkan keluarga miskin dari keluarga, teman atau tetangga dalam bentuk moril atau materil ketika ada anggota keluarga yang sakit dan membutuhkan pelayanan kesehatan. Hasil an alisis menunjukkan bahwa, proporsi res ponden yang mendapatkan dukungan sosial dan memanfaatkan layanan kesehatan dasar sebesar 81,30%; sementara proporsi responden yang tidak mendapat dukungan sosial tetapi memanfaatkan layanan kesehatan primer sebesar 77,30%. Secara nominal, kedua proporsi tersebut berbeda, tetapi perbedaannya tidak signifikan secara statistik. 2 Hubungan status sosial dengan aksesibilitas terhadap layanan kese hatan primer. Status sosial dilihat dari kedudukan/jaba tan/ p e ran di dalam masyarakat (seperti; terlibat dalam struktur organisasi Pemerintahan Desa/ Ne geri). Hasil analisis menunjukkan bahwa, prop orsi re sponden yang memiliki jabatan/ peran dalam masyarakat dan memanfaatkan layanan kese hatan primer sebesar 80,00% lebih besar dibanding proporsi responden yang tidak m emiliki jabatan/peran didalam masyarakat sebesar 77,30%. Karena itu dapat dikatakan bahwa status sosial mempunyai hubungan yang kuat dengan asksesibilitas terhadap layanan k esehatan p rimer. Wawancara dengan salah satu responden di Singsinga Mangaraja, Desa Passo.

4 Tempat tinggal salah satu responden di Kelurahan Batu Koneng. 3 Hubungan pengucilan sosial dengan aksesibilitas terhadap layanan kesehatan primer. Pengucilan sosial dihat dari pengetahuan responden tentang informasi (syarat dan prosedur) untuk mendapatkan fasilitas jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin (Jamkesmas). Hasil analisis menunjukkan bahwa, proporsi responden yang mengetahui informasi J amkesmas dan memanfaatkan layanan kesehatan primer sebesar 96,50%, lebih besar dari proporsi responden yang tidak mengetahui informasi Jam kesmas tetapi memanfaatkan layanan kesehatan pri mer sebesar 37,30%. Karena itu dapat dikatakan bahwa pengucilan sosial mempunyai hubungan yang kuat dengan asksesibilitas terhadap laya nan kesehatan primer. 4 Selain tiga temuan di atas, dari p en gu m pulan data terkait pelaksanaan program layanan kesehatan primer di Kota Ambon, diketahui bahwa alokasi belanja kesehatan pada tahun 2013 hanya sebesar 4,92%; sementara ke tersediaan tenaga kesehatan berupa dokter dan paramedis masih sangat terbatas. Kondisi seperti ini dapat menjadi kendala dalam p erluasan cakupan layanan kesehatan primer bagi penduduk miskin. IMPLIKASI BAGI KELUARGA MISKIN DALAM MENGAKSES LAYANAN KESEHATANPRIMER Hasil analisis menunjukkan bahwa ketiga det erminan sosial yang digunakan dapat menjelaskan dengan baik perilaku aksesibilitas penduduk miskin terhadap layanan kesehatan primer. Im plikasi dari ketiga determinan sosial tersebut bagi keluarga miskin dalam mengakses layanan kesehatan primer di Kota Ambon adalah sebagai berikut: (1) Dukungan sosial dapat menjadi media yang sangat efektif guna mendorong individu atau keluarga dalam mengambil k eputusan untuk dapat mengakses (memanfaatkan) pe layanan kesehatan. Dukungan sosial yang dimaksud terkait dengan keberadaan k elembagaan lokal yaitu Muhabet. Lembaga lokal ini me mberikan dukungan sosial yang d ifokuskan pada pelayanan terhadap

a nggota masyarakat/anggota p erhimpunan yang meninggal. Adanya dukungan dari k eluarga/tetangga maupun lembaga sosial yang bersifat lokal merupakan modal sosial yang pen ting untuk ditingkatkan. Hal ini karena dapat memberikan dukungan sosial yang sangat baik bagi masyarakat miskin. (2) Masyarakat miskin yang diberikan peran/ jabatan/kedudukan dalam struktur sosial di masyarakat akan sangat membantu men ingkatkan interaksi sosial yang berdampak pada peningkatan pe ngetahuan tentang masalah-masalah yang ada di masyarakat, diantaranya juga adalah masalah kesehatan. Pengetahuan dan pemahaman yang semakin baik, diharapkan membentuk perilaku yang lebih proaktif dalam hal pemanfaatan l ayanan ke sehatan primer yang tersedia. B ukti empiris menunjukkan bahwa, partisipasi sosial di dalam pengorganisasian dan penyelenggaraan kesehatan masyarakat, memiliki potensi untuk mengurangi kesenjangan kesehatan antar kelompok, dan meningkatkan kesehatan k elompok-kelompok yang tak diuntungkan di dalam masyarakat (d Hombres et al., 2007). (3) Akses informasi oleh masyarakat miskin dapat mempengaruhi tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan 5 penelitian (Restiyani, dkk 2013) tentang akses informasi Jamkesmas oleh masyarakat miskin, menunjukkan bahwa informasi Jamkesmas yang semakin terbuka memungkinkan masyarakat untuk mengaksesnya. Karena itu, informasi tentang layanan k esehatan dasar yang menjangkau semua lapisan masyarakat miskin, sangat membantu mereka untuk memanfaatkan layanan kesehatan primer tersebut. (4) Layanan kesehatan primer yang berbasis pada masyarakat, memberi peluang yang semakin besar bagi masyarakat untuk dapat m e ngaksesnya. Pada sisi lain, p enduduk miskin dengan segala keterbatasannya, dapat m enjadikan mereka abai terhadap pem enuhan kebutuhan kesehatannya. Karena itu, perlu dipikirkan, suatu model layanan kesehatan primer yang memudahkan penduduk miskin untuk mengaksesnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa kelembagaan masyarakat lokal s eperti Muhabet d apat menjadi entry point yang baik, selain untuk meningkatkan dukungan sosial, dapat mendorong penduduk miskin untuk meningkatkan peran sosialnya, dan menjadi media penyampaian informasi ihwal layanan kesehatan primer yang efektif bagi penduduk miskin. Wawancara dengan responden di Negeri Seilale.

6 Wawancara dengan responden di Negeri Seilale. Foto: BellytraTalarima Foto: BellytraTalarima / JiKTI /- JiKTI BaKTI- BaKTI

7 REKOMENDASI Peluang dan tantangan yang dihadapi berkenaan dengan sejumlah keterbatasan dan hasil analisis diatas adalah, bagaimana meningkatkan efisiensi dalam p emanfaatan anggaran, sarana/prasarana dan tenaga kesehatan yang terbatas, serta memanf aatkan secara efektif hasil analisis tersebut untuk m eningkatkan akses kaum miskin t erhadap layanan kesehatan primer. Implikasinya adalah, keterbatasan sarana, prasarana, a nggaran dan tenaga medis dapat diatasi dengan mengembangkan layanan k esehatan primer yang bersifat mobile; s ementara hasil analisis peran pengucilan sosial menjadi dasar untuk meningkatkan promosi layanan k esehatan pr imer bagi kaum miskin. Berdasarkan i mplikasi tersebut, disampaikan rekomendasi sebagai berikut: 1. Pemkot Ambon perlu mem pertimbangkan pengadaan unit layanan Puskesmas keliling, sehingga dapat menjangkau kaum miskin yang tersebar pada berbagai kecamatan dan desa/kelurahan; 2. Penambahan jumlah tenaga dokter secara bertahap untuk mencapai rasio yang ditetapkan WHO, yaitu 100.000 : 40. Mengingat gap rasio penduduk per dokter di Kota Ambon relatif jauh dari standar WHO, maka diperlukan rancangan yang kuat dari segi perencanaan dan pen ganggaran. Kepala Daerah perlu menjamin bahwa rekrutmen terhadap tenaga dokter direncanakan dan mendapat dukungan anggaran yang pasti setiap tahunnya. 3. Anggaran belanja kesehatan perlu ditingkatkan secara bertahap untuk mencapai standar WHO, yaitu minimal 10% dari total belanja daerah setiap tahun. 4. Meningkatkan promosi layanan kesehatan primer bagi kaum miskin melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sosialisasi layanan kesehatan primer. Sosialisasi yang dimaksud dapat dilakukan melalui berbagai media yang relevan dengan kondisi kaum miskin, misalnya melalui pemutaran film, brosur dan poster, serta pemanfaatan kelembagaan sosial lokal (Muhabet) yang tumbuh didalam lingkungan masyarakat dan kaum miskin khususnya. Policy Briefs JiKTI 2015 adalah luaran akhir dari rangkaian Hibah Penelitian JiKTI 2014. Hibah Penelitian JiKTI dilaksanakan guna membangun tradisi penyusunan kebijakan berdasarkan penelitian (evidence-based policy) di KTI untuk menjawab tantangan pembangunan. Hibah Penelitian JiKTI adalah proses kolaboratif antara JiKTI-BaKTI, peneliti penerima hibah dan Dewan Panel Hibah Penelitian yang beranggotakan 4 orang peneliti senior JiKTI. Sekretariat Forum KTI JiKTI Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) Jl. H.A. Mappanyukki No. 32, Makassar 90125 Telepon: +62 411 832228 / 833383 Fax. +62 411 852146 Email: info@bakti.or.id Website: www.bakti.or.id www.batukarinfo.com Stock of Knowledge JiKTI: http://jikti.bakti.or.id

8