BAB I PENDAHULUAN. menggali, mengelola, dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesenjangan ekonomi antar wilayah dalam suatu negara.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

2. Awal Musim kemarau Bilamana jumlah curah hujan selama satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter serta diikuti oleh dasarian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan, beras, dan lain

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. karena produksi padi Indonesia yang masih rendah dan ditambah dengan. diperbaiki dengan manajemen pascapanen yang benar.

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

RINGKASAN RANCANGAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

(SP2010) merupakan dasar. administrasi terkecil. tim. dasar. tangga. Klaten, Agustus 2010 BPS Kabupaten. Klaten Kepala,

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BUPATI KLATEN BUPATI KLATEN,

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

Produk Domestik Bruto (PDB)

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN. NOMOR : /PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/ /2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PENYUSUNAN USULAN PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KLATEN DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan Pipa Air Minum

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

Katalog BPS :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB V PENUTUP. Belanja Daerahnya juga semakin tinggi. Belanja Daerahnya juga semakin tinggi. Belanja Daerahnya juga semakin tinggi.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan bidang ekonomi dilakukan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional, yaitu mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Pencapaian sasaran yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan direalisasikan melalui penyusunan perencanaan pembangunan. Salah satu perhatian dalam penyusunan perencanaan tersebut dapat dilakukan dengan menggali, mengelola, dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang selanjutnya hasilnya ditujukan untuk kepentingan pembangunan nasional. Ini berarti diperlukan suatu model perencanaan yang dapat mengidentifikasikan atas keunggulan maupun kelemahan dari sektor-sektor ekonomi yang ada di suatu daerah (Tarigan, 2004 : 75). Secara makro, sektor ekonomi dibagi manjadi tiga kelompok besar yang sering disebut sebagai sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier (Badan Pusat Statistik, 2004). Pengelompokan ini berdasarkan input maupun output dari asal terjadinya proses produksi. Disebut sektor primer apabila outputnya berasal langsung dari sektor primer, yang dicakup dalam sektor ini adalah sektor pertambangan dan penggalian. Yang tergolong sektor sekunder adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, serta sektor bangunan atau konstruksi. Sedangkan sektor lainnya yaitu sektor perdagangan, hotel dan 1

2 restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa dikelompokkan dalam sektor tersier. Salah satu indikator ekonomi dari keberhasilan pembangunan ekonomi nasional adalah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan PDB tidak lepas dari peran aktif setiap sektor ekonomi yang merupakan hasil perencanaan serta pembangunan sektoral yang dlaksanakan. Perekonomian Indonesia selama tahun 2005-2008 mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 5,7 persen (2005), 5,5 persen (2006), 6,3 persen (2007) dan 6,1 persen (2008) dibanding tahun sebelumnya. Sementara pada semester I tahun 2009 bila dibanding dengan semester II tahun 2008 tumbuh sebesar 1,0 persen dan bila dibanding dengan semester I tahun 2008 tumbuh sebesar 4,2 persen. (Tabel 1.1 dan Tabel 1.2). Tabel 1.1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha tahun 2005-2008 Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan Sumber Pertumbuhan 2005 2006 2007 2008 2005 2006 2007 2008 Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2.7 3.4 3.4 4.8 0.4 0.5 0.5 0.7 Pertambangan dan Penggalian 3.2 1.7 2.0 0.5 0.3 0.2 0.2 0.0 Industri Pengolahan 4.6 4.6 4.7 3.7 1.3 1.3 1.3 1.0 Listrik, Gas dan Air Bersih 6.3 5.8 10.3 10.9 0.0 0.0 0.1 0.1 Konstruksi 7.5 8.3 8.6 7.3 0.4 0.5 0.5 0.5 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.3 6.4 8.4 7.2 1.4 1.1 1.4 1.2 Pengangkutan dan Komunikasi 12.8 14.2 14.0 16.7 0.8 0.9 1.0 1.2 Keuangan, Real estat dan Jasa Perusahaan 6.7 5.5 8.0 8.2 0.6 0.5 0.7 0.8 Jasa-jasa 5.2 6.2 6.6 6.4 0.5 0.5 0.6 0.6 PDB 5.7 5.5 6.3 6.1 5.7 5.5 6.3 6.1 PDB non migas 6.6 6.1 6.9 6.5 - - - - Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008 Sektor pengangkutan-komunikasi selama tahun 2005-2008 selalu mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,8 persen (2005), 14,2 persen

3 (2006), 14,0 persen (2007), dan 16,7 persen (2008). Walaupun demikian pada sektor pengangkutan-komunikasi tersebut kontribusinya terhadap total pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 0,8 persen (2005), 0,9 persen (2006), 1,0 persen (2007), dan 1,2 persen (2008). Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2005 yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,4 persen, sektor industri pengolahan sebesar 1,3 persen (2006), sektor industri perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,4 persen (2007), dan sektor perdagangan-hotel-restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,2 persen (2008) (Badan Pusat Statistik, 2008). Tabel 1.2 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Semester I Tahun 2009 (%) Lapangan Usaha Semester I 2009 Semester I 2009 Sumber thdp semester II thdp semester I Pertumbuhan 2008 2008 Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 6.0 3.8 0.5 Pertambangan dan Penggalian 0.1 2.3 0.2 Industri Pengolahan -1.0 1.5 0.4 Listrik, Gas dan Air Bersih 7.8 13.7 0.1 Konstruksi 0.9 6.3 0.4 Perdagangan, Hotel dan Restoran -4.8 0.2 0.0 Pengangkutan dan Komunikasi 7.4 17.3 1.3 Keuangan, Real estat dan Jasa Perusahaan 2.1 5.8 0.6 Jasa-jasa 3.8 7.1 0.7 PDB 1.0 4.2 4.2 PDB non migas 1.2 4.6 - Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 Dari data tabel 1.2 di atas, pada semester I tahun 2009, sumber pertumbuhan terbesar juga terjadi pada sektor pengangkutan-komunikasi sebesar 1,3 persen dari total pertumbuhan yang sebesar 4,2 persen. Sementara pada sektor industri pengolahan hanya memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 0,4 persen walaupun pertumbuhannya sebesar 1,5 persen (BPS, 2009).

4 Pertumbuhan ekonomi nasional sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi propinsi atau regional seluruh wilayah Indonesia. Data yang diperoleh Badan Pusat Statistik, dari enam Propinsi di Pulau Jawa tahun 2007, ada dua propinsi yang mengalami pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan nasional, diantaranya : Propinsi DKI Jakarta 6,44 persen dan Propinsi Jawa Barat 6,41 persen. Sedangkan empat propinsi yang mengalami pertumbuhan ekonomi di bawah pertumbuhan nasional adalah Propinsi Jawa Tengah sebesar 5,59 persen, Propinsi DI Yogyakarta sebesar 4,31 persen, Propinsi Jawa Timur sebesar 6,11 persen, dan Propinsi Banten sebesar 6,04 persen. Penjelasan tersebut bisa dilihat pada tabel 1.3 berikut ini. Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Enam Propinsi di Jawa Tahun 2003 2007 (%) Propinsi 2003 2004 2005 2006 2007 1 Jawa tengah 4.98 5.13 5.35 5.33 5.59 2 DI. Yogyakarta 4.58 5.12 4.73 3.70 4.31 3 DKI Jakarta 5.31 5.65 6.01 5.95 6.44 4 Jawa Barat 4.67 4.77 5.60 6.02 6.41 5 Jawa Timur 4.78 5.83 5.84 5.80 6.11 6 Banten 5.07 5.63 5.88 5.57 6.04 Nasional 4.78 5.03 5.69 5.51 6.32 Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2007 Dalam kurun waktu tahun 2002 2006 laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan PDRB atas harga dasar harga konstan menunjukkan angka yang positif. Walaupun demikian, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sedikit mengalami perlambatan, yaitu sebesar 5,33 persen, lebih rendah dari tahun 2005 yang mencapai 5,35 persen. Rendahnya laju pertumbuhan ekonomi tahun 2006 ini, sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi pada Oktober 2005. Selama periode tersebut

5 hampir seluruh sektor ekonomi menunjukkan pertumbuhan kearah positif. Pada tahun 2007, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan yang paling tinggi, diikuti dengan sektor bangunan, sedangkan sektor pertanian merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah (Badan Pusat Statistik, 2007). Sementara itu laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota pada tahun 2006 cukup bervariasi. Beberapa daerah mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari tahun 2005, yaitu sebanyak 21 kabupaten/kota. Sebaliknya ada 14 kabupaten/kota yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Namun, secara keseluruhan tidak ada satupun kabupaten/kota di Jawa Tengah yang pada tahun 2006 mengalami pertumbuhan negatif. Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2006. Laju Pertumbuhan (%) Kabupaten/Kota Jumlah < 2,99 Kab. Klaten, Kab. Kudus, Kab.Batang, Kota Magelang. 4 Kab.Wonosobo, Kab.Semarang, 3,00 3,99 4,00 4,99 > 4,99 Kota.Pekalongan, Kab.Temanggung, Kab.Kendal, Kab.Pemalang, Kab.Blora Kab.Cilacap, Kab.Banyumas, Kab.Banjarnegara, Kab.Kebumen, Kab.Magelang, Kab.Boyolali, Kab.Sukoharjo, KabWonogiri, Kab.Grobogan, Kab.Pati, Kab.Jepara, Kab.Demak, Kab.Pekalongan, Kab.Brebes, Kota Salatiga. Kab.Purbalingga, Kab.Purworejo, Kab.Karanganyar, Kab.Sragen, Kab.Rembang, Kab.Tegal, Kota Surakarta, Kota Semarang, Kota Tegal. 7 15 9 Sumber : BPS tahun 2006

6 Pada tabel 1.4 di atas, menunjukkan bahwa dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah pada tahun 2006, ada 4 kabupaten/kota yang mengalami pertumbuhan ekonomi kurang dari 3,0 persen dan 7 kabupaten/kota mengalami pertumbuhan antara 3,00 sampai 3,99 persen. Adapun kabupaten/kota yang mengalami pertumbuhan antara 4,00 sampai 4,99 persen sebanyak 15 kabupaten/kota, sedangkan 9 kabupaten/kota pertumbuhan ekonominya berada diatas 5,00 persen. Struktur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sangat ditentukan oleh besarnya peran sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Sampai saat ini sektor pertanian masih dominan dalam pembentukan PDRB. Pada tahun 2006, sekitar 65 persen kabupaten/kota di Jawa Tengah mempunyai peranan sektor petanian terhadap total PDRB 20 persen, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian, perannya di masing-masing daerah umumnya relatif kecil. Peran sektor industri dalam pembentukan PDRB di setiap daerah sangat bervariasi. Ada tiga kabupaten/kota di mana sektor industri menjadi leading sector, yaitu Kabupaten Kudus, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Semarang. Sumbangan sektor industri yang relatif besar itu, karena pada daerah-daerah tersebut pada umumnya terdapat kegiatan industri besar. Sektor listrik, gas, dan air minum merupakan sektor yang paling kecil perannya, selain sektor pertambangan dan penggalian. Sumbangan sektor tersebut terhadap PDRB untuk daerah kabupaten pada umumnya berada dibawah 2 persen, sedangkan untuk daerah kota berkisar antara 2 sampai 6 persen. Peran sektor bangunan terhadap total PDRB masing-masing kabupaten/kota umumnya bervariasi. Untuk daerah kabupaten pada umumnya

7 berada di bawah 10 persen. Sedangkan untuk daerah kota berkisar antara 1 hingga 16 persen. Sementara itu sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai pangaruh yang relatif cukup besar terhadap pembentukan PDRB masing-masing kabupaten/kota. Umumnya peran sektor perdagangan, hotel, dan restoran di suatu daerah akan besar apabila sektor pertanian dan sektor industri pengolahan mendominasi pembentukan PDRB. Selanjutnya untuk sektor angkutan, sektor kauangan, dan sektor jasa-jasa peranannya pada masing-masing kabupaten/kota bervariasi (Badan Pusat Statistik, 2006). Setiap Kabupaten/Kota hendaknya mampu mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh daerahnya, dalam hal ini adalah masing-masing kecamatan dan juga peran pemerintah harus mampu mendukung pembangunan di tiap-tiap daerah/kecamatan sehingga tujuan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya oleh pemerintah dapat dilaksanakan dengan baik. Kebijakan pemerataan dalam pembangunan daerah harusnya dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah, melalui pembangunan yang serasi dan terpadu antar sektor pembangunan daerah yang efektif dan efisien menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata. Kebijakan ini didukung oleh pertumbuhan yang terus mambaik dari berbagai sektor ekonomi. Dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi propinsi Jawa Tengah, tidak terlepas dari peran seluruh kabupaten/kota yang berada di propinsi Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Klaten. Kabupaten Klaten berada di Propinsi Jawa Tengah yang secara geografis berbatasan dengan daerah ekonomi maju. Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan langsung dengan kota Surakarta, yang

8 merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan wisata. Dilihat dari sudut pandang ekonomi, letak Kabupaten Klaten berada di tengah jalur perdagangan dan industri. Laju perekonomian Kabupaten Klaten dari tahun 2004 hingga 2008 sedikit mengalami pasang surut. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.5 berikut. Tabel 1.5 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klaten 2004 2008 (%) Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan (%) 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian 5.14 2.17 2.70 1.51 4.22 Penggalian 4.47 20.04 16.86 4.66 9.13 Industri Pengolahan 4.08 4.85-6.14 3.36 2.43 Listrik, dan Air Minum 20.42 3.44 4.07 9.24 4.99 Bangunan / Konstruksi 6.56 8.45 15.03 8.82 1.64 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4.22 5.19 4.53 3.24 3.49 Pengangkutan dan Komunikasi 5.12 4.77 4.41 4.74 1.64 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 3.75 3.97-8.17 5.33 6.39 Jasa-jasa 5.72 3.98 4.82 1.61 6.53 Sumber : Badan Pusat Statistik Klaten 2010 Dari tabel di atas, dari tahun 2004 hingga 2008 perekonomian di Kabupaten Klaten menurut sektor lapangan usaha ada beberapa yang mengalami kenaikan dan penurunan laju pertumbuhan. Dari tahun 2004 hingga 2008 ada beberapa sektor lapangan usaha yang mengalami fluktuasi, antara lain adalah sektor pertanian, penggalian, listrik dan air minum, bangunan/konstruksi, perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa. Beberapa sektor tersebut mengalami kenaikan dan penurunan dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain faktor ketersediaan modal, sumber daya alam serta sumber daya manusia yang memadai. Pada tahun 2006 sektor industri pengolahan

9 dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami penurunan pertumbuhan yang sangat signifikan, bahkan nilai penurunan ini mencapai angka negatif. Hal ini disebakan karena pada tahun 2006 tersebut terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak yang menyebabkan kenaikan harga beberapa kebutuhan, sehingga kenaikan harga tersebut berdampak terhadap industri pengolahan yang sebagian besar bergantung dari kebutuhan pemakaian bahar bakar minyak dan bahan baku serta berdampak terhadap sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang bergantung pada kestabilan harga. Namun penurunan laju pertumbuhan tahun 2006 ini tidak berlangsung lama, mengingat pada tahun tahun 2007 kedua sektor lapangan usaha tersebut sudah mengalami kenaikan laju pertumbuhan kearah positif dan stabil (Badan Pusat Statistik, 2010). Pertumbuhan laju perekonomian di Kabupaten Klaten tidak terlepas dari peran serta perekonomian antar kecamatan di seluruh Kabupaten Klaten. Kabupaten Klaten terdiri dari 26 kecamatan yang masing-masing kecamatan memiliki potensi sumber daya yang sangat besar dan dapat memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi di daerah. Kecamatan tersebut antara lain, Kecamatan Jogonalan, Kecamatan Kebonarum, Kecamatan Kalikotes, Kecamatan Trucuk, Kecamatan Cawas, Kecamatan Bayat, Kecamatan Wedi, Kecamatan Gantiwarno, Kecamatan Prambanan, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Delangggu, Kecamatan Juwiring, Kecamatan Karangdowo, Kecamatan Pedan, Kecamatan Ceper, Kecamatan Ngawen, Kecamatan Karangnongko, Kecamatan Manisrenggo, Kecamatan Klaten Utara, Kecamatan Klaten Tengah, Kecamatan Klaten Selatan, Kecamatan Kemalang, Kecamatan Tulung, Kecamatan Jatinom,

10 Kecamatan Karanganom, dan Kecamatan Polanharjo. Dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten, ada beberapa kecamatan yang memiliki potensi laju pertumbuhan perekonomian yang sangat baik, hal ini disebabkan karena beberapa kecamatan yang berada di Kabupaten Klaten menjadi target perusahaan industri besar dan sedang. Sektor industri di Kabupaten Klaten merupakan sektor utama dalam perekonomian di Kabupaten Klaten. Sektor ini sebagai salah satu penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB selama lima tahun terakhir. Penyebaran kawasan industri dan usaha di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel 1.6 di bawah ini. Tabel 1.6 Target perusahaan industri besar dan sedang di Kabupaten Klaten tahun 2009 Bidang Usaha Kecamatan Makanan dan Kec.Tulung, Kec.Klaten Selatan, Kec.Klaten Utara, minuman Kec.Klaten Tengah, Kec.Pedan, Kec.Karangnongko Kec.Trucuk, Kec.Manisrenggo, Kec.Ceper, Kec.Gantiwarno, Tembakau Kec.Prambanan Tekstil Pakaian jadi dan barang dari kulit Kayu dan furniture Kec.Pedan, Kec.Polanharjo, Kec.Ceper, Kec.Cawas, Kec.Juwiring Kec.Wonosari, Kec.Ngawen, Kec.Klaten Tengah, Kec.Kalikotes, Kec.Pedan, Kec.Karanganom Kec.Juwiring, Kec.Ceper, Kec.Klaten Utara, Kec.Bayat, Kec.Klaten Selatan, Kec.Trucuk, Kec.Klaten Tengah, Kec.Cawas, Kec.Wonosari, Kec.Tulung. Kertas dan percetakan Kec.Klaten Utara, Kec.KlatenTengah, Kec.Klaten Selatan Kec.Ceper, Kec.Juwiring, Kec.Klaten Tengah, Kec.Klaten Logam dan mesin Selatan. Kec.Kemalang, Kec.Ceper, Kec.Prambanan, Kec.Klaten Lain-lain Utara, Kec.Wedi, Kec.Bayat. Sumber : Badan Pusat Statistik 2009

11 Dari tabel 1.6 diatas, target perusahaan industri besar dan sedang menurut unit usaha antar kecamatan di Kabupaten Klaten pada tahun 2009 tersebar di beberapa kecamatan. Untuk unit usaha makanan dan minuman terdapat di Kecamatan Tulung, Kecamatan Klaten Selatan, Kecamatan Klaten Utara, Kecamatan Klaten Tengah, Kecamatan Pedan dan Kecamatan Karangnongko. Beberapa kecamatan tersebut terdapat industri air minum dalam kemasan, makanan olahan dan bahan baku pembuatan makanan. Bidang usaha pengolahan tembakau terdapat di Kecamatan Trucuk, Kecamatan Manisrenggo, Kecamatan Ceper, Kecamatan Gantiwarno dan Kecamatan Prambanan. Bidang usaha tekstil terdapat di Kecamatan Pedan, Kecamatan Polanharjo, Kecamatan Ceper, Kecamatan Cawas, dan Kecamatan Juwiring. Bidang usaha industri pakaian jadi dan barang dari kulit terdapat di Kecamatan Wonosari, Kecamatan Ngawen, Kecamatan Klaten Tengah, Kecamatan Kalikotes, Kecamatan Pedan, dan Kecamatan Karanganom. Industri pengolahan kayu dan furniture tersebar di Kecamatan Juwiring, Kecamatan Ceper, Kecamatan Klaten Utara, Kecamatan Klaten Selatan, Kecamatan Klaten Tengah, Kecamatan Bayat, Kecamatan Trucuk, Kecamatan Cawas, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Tulung. Bidang usaha kertas dan percetakan terdapat di Kecamatan Klaten Utara, Kecamatan Klaten Tengah, dan Kecamatan Klaten Selatan. Bidang usaha pengolahan logam dan mesin terdapat di Kecamatan Ceper, Kecamatan Juwiring, Kecamatan Klaten Tengah, dan Kecamatan Klaten Selatan. Sedangkan industri-industri lainnya tersebar di Kecamatan Kemalang, Kecamatan Ceper, Kecamatan Prambanan, Kecamatan Klaten Utara,Kecamatan Wedi dan Kecamatan Bayat.

12 Untuk kecamatan yang potensial atau mempunyai sektor andalan diseluruh Kabupaten Klaten diharapkan mampu mengangkat sektor-sektor yang lain untuk lebih maju lagi, sehingga pergeseran sektoral dalam perekonomian Kabupaten Klaten dapat berjalan bersamaan meskipun dengan tingkat perkembangan yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat pembangunan akan membawa dampak terhadap perbedaan tingkat kesejahteraan antar daerah/kecamatan yang pada akhirnya menyebabkan ketimpangan antar kecamatan semakin besar. Berdasarkan latar belakang diatas maka dimungkinkan terjadi ketidakmerataan pertumbuhan PDRB dan pelaksanaan pembangunan tiap daerah/kecamatan di Kabupaten Klaten. Hal ini terjadi kaerena perbedaan kemampuan sumberdaya yang dimiliki oleh masingmasing daerah/kecamatan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana ketimpangan pertumbuhan ekonomi dan klasifikasi pola serta struktur pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Klaten tahun 1999-2009. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan penelitian ini adalah untuk mengklasifikasikan kecamatan berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB

13 yang ada di Kabupaten Klaten dan menganalisis ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Klaten. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai: 1. Pemerintah Dati II Kabupaten Klaten sebagai informasi tambahan dalam penyusunan rencana pembangunan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 2. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan perbandingan penelitian lebih lanjut, dan dapat memperluas khasanah penelitian didalam pemerintahan daerah Kabupaten Klaten. 3. Sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S1 pada Fakultas Ekonomi, Program Studi Ilmu Ekonomi, Universitas Atmajaya Yogyakarta.

14 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam karya tulis ini dibagi dalam beberapa bab. Secara umum pembagian bab tersebut adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori, dan literature / studi terkait penelitian sebelumnya. BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan menguraikan tentang data dan sumber data, alat analisis, dan difinisi operasional. BAB IV ANALISIS DATA Bab ini berisi tentang hasil analisis yang dilakukan dan disertai pembahasan terhadap hasil yang diperoleh. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari penulisan dan saransaran sebagai masukan yang sifatnya membangun dengan pihakpihak yang terkait.