BAB IV PENGEMBANGAN SARANA TERAPI INSOMNIA MENGGUNAKAN AIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Optimasi Ergonomi Pada Fasilitas Kamar Di Hotel Kapsul My Studio Surabaya

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

III. DATA PERANCANGAN SIFAT DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

BAB 2 LANDASAN TEORI

USULAN RANCANGAN TEMPAT SAMPAH DI GERBANG TOL KENDARAAN GOLONGAN SATU BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

MODUL I DESAIN ERGONOMI

BAB V ANALISIS DAN INTEPRETASI HASIL

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT

REDESAIN BONCENGAN ANAK PADA SEPEDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI

BAB V HASIL DAN ANALISA

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD.

:Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SARANA PENYARING AIR BANJIR UNTUK SKALA RUMAH TANGGA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

BAB III METODE PENELITIAN

KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN PENGGUNAAN BED DECUBITUS DAN BLANKET ELECTRIC DOSEN : BU MIRA ASMIRAJANTI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PERBAIKAN RANCANGAN PERALATAN DAN FASILITAS KERJA PEMBUATAN GELAMAI (Studi Kasus : Usaha Galamai X)

Rancang Bangun Mesin Pengolahan Kopi Terpadu

APLIKASI ANTHROPOMETRI UNTUK PERANCANGAN STASIUN KERJA DI LOBBY PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X, SURABAYA

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN SURVEI PERUSAHAAN

LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri)

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

REDESAIN SHELTER BUS TRANS JOGJA DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DAN AKSESIBILITAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

Transkripsi:

BAB IV PENGEMBANGAN SARANA TERAPI INSOMNIA MENGGUNAKAN AIR 4.1. Kebutuhan desain Sarana penanggulangan gangguan insomnia dengan pengobatan berbentuk suatu terapi semburan air dengan penggunaan suhu yang berbeda. Proses terapi dilakukan dengan cara teknik semburan yang dilakukan oleh air yang dihasilkan oleh pompa air ke tubuh pengguna secara langsung. Semburan air yang dihasilkan pompa diarahkan pada dibagian belakang tubuh penderita insomnia. Posisi user saat menggunakan sarana ini adalah posisi telungkup layaknya hendak dipijat. Terapi dilakukan dengan bantuan seorang operator yang bertugas untuk mengatur tahapan-tahapan terapi. Sehingga perlu dirancang sebuah sistem pengoperasian yang mudah dan jelas untuk dioperasikan. Pengoperasian produk dilakukan didalam ruangan (indoor) dengan sasaran tempat/ fasilitas umum untuk terapi seperti spa dan sauna. Pertimbangan material yang digunakan harus material yang tahan air, karena media yang digunakan adalah media air. Pemilihan material plastik dan karet menjadi pilihan utama sebagai material yang akan digunakan pada sarana ini 4.2. Konsep Produk Produk alat terapi yang menggunakan media air (semburan, suhu) yang bersentuhan langsung dengan kulit manusia. Alas tidur yang dirancang berdasarkan posisi telungkup. Sistem semburan dan perubahan suhu air sebagai metode terapi utama yang menghasilkan ion-ion negatif. Seluruh tubuh bagian belakang kena semburan air. Pemanfaatan energi kinetik air yang bersentuhan dengan tubuh manusia. Memiliki 3 metode terapi yaitu teknik hujan, air terjun dan semburan besar 29

4.3. Pertimbangan desain Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam mendesain produk ini adalah Fungsi produk yang merupakan sarana terapi gangguan insomnia dengan menggunakan air dan suhu sebagai media terapinya. Selain itu yang juga harus diperhatikan adalah faktor antropometri dan ergonomi dari user yang menggunakan sarana tersebut dan operator yang mengoperasikan produk. Bentuk produk Kenyamanan user saat menggunakan sarana. Kemudahan operasional sarana oleh seorang operator. Keamanan saat sarana dioperasikan. 4.4. Studi dan eksperimen yang dilakukan A. Studi antropometri Studi antropometri dilakukan untuk mencari ukuran pengguna sarana. Khususnya pada posisi user saat tidur dalam posisi telungkup. Yang menjadi perhatian utama adalah ukuran tubuh user terutama tinggi dan lebar tubuh Gambar 4.1 Studi posisi tidur telungkup Selain itu studi ergonomi dilakukan pada saat posisi kepala, dan kaki user saat sedang tidur dalam keadaan telungkup. 30

Gambar 4.2 Studi posisi kepala saat sedang telungkup 31

Gambar 4.3 Studi antropometri posisi duduk Studi posisi duduk dilakukan agar didapat tinggi alas tidur dari alas bawah sarana, dan posisi user yang memang harus dalam posisi duduk dahulu sebelum akhirnya berbaring. B. Studi ergonomi Gambar 4.4 Studi antropometri tangan manusia. Studi ergonomi dilakukan untuk mendapatkan beberapa unsur desain dari alas produk agar produk nyaman untuk digunakan oleh pengguna, khususnya pada tidur telungkup. 32

Gambar 4.5 Studi ergonomi tubuh user pada posisi tidur telungkup. Pengukuran menggunakan seleksi persentil 50 sebagai acuan standar rata-rata orang Indonesia khususnya pada umur 25-65 yang merupakan usia rata-rata penderita insomnia. Data yang dijadikan acuan antara lain adalah: Berat badan sebagai acuan berapa kuat konstruksi sarana untuk menopang tubuh user Tinggi badan sebagai acuan ukuran alas tidur sarana. Tinggi duduk tegak sebagai acuan tinggi alas tidur sarana dari tanah. Tinggi duduk normal sebagai acuan tinggi jarak aman kepala user dengan atap sarana. Tinggi bersih paha, tinggi lutut, tinggi lipatan dalam lutut sebagai acuan tinggi alas yang berhubungan saat user sedang duduk. 33

25-34 35-44 45-54 55-64 18-79 tahun tahun tahun tahun tahun (total) 50 Pria - Wanita berat badan 76,7-59 77,6 62,1 77,6 64,9 74,8 66,2 75,3 62,1 (kg) tinggi badan (cm) 175,3-161,8 174,2 161,0 173,5 159,5 171,7 158,2 173,5 159,8 tinggi 91,7-84,8 91,4 85,6 90,7 85,1 89,7 83,8 90,7 84,8 duduk tegak tinggi 87,4-82,8 87,1 82,6 86,9 82,0 86,1 81,5 86,6-82 duduk normal tinggi 14,7 13,7 14,7-14 14,2-14 14,0 13,7 14,5 13,7 bersih paha tinggi lutut 54,9 50,0 54,6 49,8 54,4 49,5 53,6 49,5 54,4 49,8 tinggi lipatan dalam lutut 44,5 40,1 43,9 39,9 43,7 39,4 43,4 39,1 43,9 39,9 Tabel 4.1. Persentil 50 (Sumber : Dimensi Manusia & Ruang Interior oleh JULIUS PANERO, AIA, ASID dan MARTIN ZELNIK, AIA, ASID) Persentil 50 ini diambil berdasarkan pengukuran yang diambil penulis seperti yang tertera pada gambar-gambar studi antropometri 34

Gambar 4.6 Acuan tubuh user pada posisi tidur telungkup. (Sumber : Dimensi Manusia & Ruang Interior oleh JULIUS PANERO, AIA, ASID dan MARTIN ZELNIK, AIA, ASID) Gambar 4.7 Acuan tubuh user pada posisi tidur telungkup. (Sumber : Dimensi Manusia & Ruang Interior oleh JULIUS PANERO, AIA, ASID dan MARTIN ZELNIK, AIA, ASID) 35

C. Eksperimen Semburan air Eksperimen semburan air dilakukan unruk mendapat jenis semburan yang nantinya akan dilakukan sebagai proses utama terapi. Pada proses studi ini, penulis menggunakan pipa air yang telah dilubangi per pipa guna mendapat bentuk akhir air yang keluar dari pipa saat dialiri air. Gambar 4.8 Studi Eksperimen jenis semburan air. Studi ergonomi yang dilakukan antara lain : Studi bentuk, dilakukan untuk mendapatkan bentuk produk yang nyaman untuk digunakan pengguna. Selain itu juga untuk mencari bentuk yang aman agar tidak membahayakan pengguna. Sisi produk sedapat mungkin dibuat membulat guna menghindari cedera yang dapat terjdi ketika pasien sedang menggunakan alat ini. 36

Studi image, dilakukan untuk mencari bentuk sederhana dan warna yang sesuai dari produk yang didesain. Dari studi image ini didapatkan keyword modern dan bersih. Hal ini akan berakibat pada pewarnaan produk yang akan menggunakan kombinasi warna putih dan biru atau warna-warna yang sejuk. Gambar 4.9. Studi image bersih pada produk 4.5. Proses Desain Ide awal 1. Pencarian bentuk sarana terapi Pencarian bentuk dilakukakan dengan cara pengembangan stilasi bentuk dari bentuk bentuk dasar sederhana agar dihasilkan rancangan bentk yang imagenya bersih, dan sederhana/simple namun tetap modern. 37

Gambar 4.10. Pengembangan desin awal bentuk sarana dari bentuk dasar sederhana 2. Pencarian bentuk alas tidur Bentuk alas tidur yang didesain mengacu pada posisi user yang nantinya akan menggunakan alas dalam posisi tidur telungkup. Bentuk alas harus menunjang kenyamanan dan ukuran tubuh user yang akan menggunakan alas tidur tersebut. 38

Gambar 4.11. Pengembangan desin awal bentuk alas tidur 3. Pencarian bentuk alas kepala dan penyangga kaki Penyangga kepala yang didesain harus mampu menyangga kepala user dengan baik agar user nyaman. Bentuk alas kepala juga didasari dari posisi kepala user baik dalam posisi miring, lurus. Selain itu dipertimbangkan juga bagian tangan yang sering dilipat oleh user saat dalam posisi tidur. Bentuk dasar alas didesain dengan bentuk membulat atau kotak 39

Gambar 4.12. Pengembangan desin awal bentuk alas kepala 4. Pencarian bentuk penyangga kaki. Setelah dilakukan studi ergonomi pada posisi user saat telungkup, ditemukan masalah kenyamanan posisi kaki saat bertemu dengan bidang datar yang menjadi alas tidur. Dari masalah ini maka perlu didesain bentuk alas yang mampu menyangga kaki agar bisa dalam posisi yang nyaman. 40

Gambar 4.13 Desain penyangga kaki Konsep 3 jenis semburan air - metode gerimis - metode air terjun - metode semburan besar Metode gerimis Gambar 4.14. Metode terapi gerimis Metode ini menggunakan jenis semburan berupa rinti-rintik air layaknya ketika sedang gerimis. Rintik-rintik air yang dihasilkan bermaksud untuk melakukan permulaan terapi dengan menggunakan air dingin. Rintik-rintik yang dihasilkan dimaksudkan juga agar tubuh user tidak terlalu terkejut saat dilakukan terapi dengan air dingin. 41

Metode Air terjun Gambar 4.15. Metode terapi air terjun Metode yang dilakukan setelah metode gerimis adalah metode air terjun, dimana metode ini bertujuan untuk memulai pijatan yang bertujuan untuk merangsang otot-otot mengendur. Dimana bentuk semburan air yang memanjang di tujukan pada bagian sekitar punggung user. Metode Semburan besar/ gelontor Gambar 4.16. Metode terapi semburan besar Metode semburan ini dimaksudkan untuk mendapatkan pijatan yang lebih terasa pada bagian tubuh penderita. Dimana pada jenis semburan ini ion-ion negatif dari air yang dihasilkan besentuhan langsung dengan tubuh pasien. Tekanan yang dihasilkan juga dimaksudkan untuk memperlancar peredaran darah. Ketiga jenis semburan air ini akan ditujukan langsung ke bagian belakang tubuh user, dimana bagian yang terkena semburan air antara lain adalah dari daerah bahu hingga kaki. Besar semburan berbeda-beda tiap satu sama lain. Pada teknik gerimis, air yang 42

dihasilkan berupa rintik-rintik air yang menyerupai gerimis. Semburan ini di tujukan untuk mengenai sebagian besat tubuh bagian belakang. Sementara pada teknik air terjun semburan ditujukan dibagian kanan dan kiri sekitar tulang belakang. Teknik semburan besar ditujukan untuk mengenai daerah tepat pada bagian tengah dari punggung. Gambar 4.17. titik semburan pada tubuh manusia Berikut adalah urutan, durasi dan suhu yang digunakan pada tiap metode semburan air. Jenis metode Durasi Suhu Metode gerimis 10-15 menit 37-38 C Metode air terjun 5-10 menit 15-25 C Metode semburan besar 5--10 jmenit 15-25 C Tabel 4.2. Pembagian Metode terapi. 43

Didalam produk terdapat berbagai sistem untuk mengoperasikan produk seperti: Sistem pompa, Sistem pengairan Sistem pengaturan semburan pada tubuh user Sistem pembuangan air Sistem tirai penutup 4.5.1 Sistem pompa Pompa yang digunakan adalah pompa dengan kemampuan menyuplai debit air yang cukup untuk melakukan terapi.. Didalam pengoperasiannya, sarana terapi ini memerlukan 2 buah pompa yang masing-masing pompa menyalurkan air dingin atau air hangat. Maksudnya disini adalah untuk mempermudah pembagian penyaluran air yang akan digunakan sebagai proses terapi. Pompa yang digunakan adalah pompa yang dapat menyuplai air sebanyak 1-2 L/detik Gambar 4.18. Ide sistem pompa. 44

4.5.2 Sistem pengairan Penggunaan 2 buah pompa air, dimaksudkan untuk mempermudah pembagian terapi air hangat atau ar dingin. Sistem pengairan ini memiliki 2 buah pipa utama yang menerima suplai air langsung dari pompa dimana nantinya akan dibagi bagi lagi pada 3 buah pipa yang masing-masing tersambung ke pipa-pipa yang memiliki jenis terapi berbeda. Gambar 4.19. Gambar detail sistem pengairan 45

4.5.3 Sistem pengaturan semburan pada tubuh user Sistem pengaturan semburan air ini diatur oleh 3 buah keran yang masing-masing berfungsi untuk membuka atau menutup aliran air menuju pipa-pipa penyembur. Gambar 4.20. Sistem keran (sumber:koleksi penulis) Bentuk dari ketiga handle keran ini berbeda satu sama lain. Penggunaan bentuk yang berbeda-beda ini dimaksudkan agar operator dengan mudah mengetahui teknik semburan yang akan dilakukan. Sistem penggunaan keran ini hampir sama dengan keran-keran pada umumnya. Dimana pengoperasiannya dengan cara diputar searah dengan arah jarum jam. 46

Gambar 4.21. Desain handle keran 47

Gambar 4.22. Sistem pengoperasian keran Gambar 4.23. Sistem kerja keran Pada sistem kerja keran, terdapat bola penghalang yang akan menutup jalan masuk air ketika posisi handle dalam keadaan off. 48

4.5.4 Sistem pembuangan air Gambar 4.24. Gambar alas dengan lubang pembuangan air Setelah air telah digunakan, hasil dari semburan air yang tadinya telah mengenai tubuh pasien selanjutnya segera dialirkan melalui lubang-lubang yang terdapat disisi-sisi alas tidur. Air sisa tadi dialirkan menuju bagian bawah alas tidur, dimana pada bagian bawah alas tidur terdapat sebuah tabung penampungan sementara yang digunakan untuk menampung air sisa dari terapi. Dari bagian penampungan, air bekas terapi akan dialirkan menuju sebuah pipa pembuangan yang terdapat dibagan tengah bawah tabung pembuangan. Posisi pipa diletakkan diposisi tersebut agar air dengan lancar dapat dialirkan ke pipa. 49

Gambar 4.25. Gambar sistem pembuangan air 4.5.5 Sistem tirai penutup Hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah masalah cipratan yang dihasilkan dari semburan air saat terapi sedang berlangsung. Untuk mengatasinya, dibutuhkan adanya suatu penutup yang berfungsi untuk menghalangi cipratan air menyiprat kemana-mana. Hal ini dapat membuat area disekitar sarana menjadi basah/becek karena air cipratan, maka perlu adanya suatu sistem untuk mengatasi masalah ini. 50

Gambar 4.26. Gambar masalah ciprtan air Hal ini dapat diatasi dengan cara menggunakan tirai penutup yang dapat dibuka-tutup pada saat sarana hendak atau telah selesai digunakan. Tirai penutup terdapat didalam bagian body sarana. Tirai penutup ini dapat digulung sehingga saat akan digunakan atau dioperasikan, operator tinggal menarik handle untuk menarik gulungan tirai yang akan menutupi bagian sisi sarana yang terbuka. Tirai ini tidak menutupi seluruh sisi sarana, tetapi hanya setinggi sekitar 50 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penumpukan uap saat dilakukan terapi dengan air hangat. 51

Gambar 4.27. Ide sistem tirai penutup 52

Alternatif Desain Gambar 4.28. Alternatif desain. Gambar 4.29. Operasional Alternatif desain. Pada alternative desain 1 ini, sarana memiliki bagian penyembur yang ditempatkan diatas dan dapat diputar. Bagian penyembur ini memiliki 3 bagian sisi yang memiliki pipa-pipa dengan metode penyemburan berbeda-beda. 53

Desain terpilih Gambar 4.30 Desain akhir sarana terapi (sumber:koleksi penulis) 4.6 Deskripsi Produk Nama Produk Julukan Fungsi Produk Tujuan Pembuatan Produk Kelas Produk Pengguna Produk Material Sarana Penanggulangan gangguan insomnia menggunakan hydropressuretheraphy dan thermotheraphy Neptun Sebagai alat terapi berbasiskan metode hydrotheraphy Membantu mengatasi gangguan insomnia Produk kesehatan Penderita insomnia Plastik (Body) Karet busa tahan air (alas kepala dan penyangga kaki) Tabel 4.3 Deskripsi Produk 54

Gambar operasional produk Gambar 4.31 Gambar operasional. Gambar 4.32 Gambar operasional teknik gerimis 55

Gambar 4.33 Gambar operasional teknik air terjun. Gambar 4.34 Gambar operasional teknik gelontor/semburan besar. 56

Gambar Sistem Keseluruhan Gambar 4.35 Gambar Sistem keseluruhan. Prosedur urutan operasional Gambar 4.36 Prosedur Operasional. 57