BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN.

NO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota.

IDENTIFIKASI URUSAN RIIL YANG DILAKSANAKAN DI DAERAH KENDAL

- 6 - SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah.

C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM

PEMERINTAH. 3. Penetapan rencana. 3. Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai

D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Sumber Daya Air

G. BIDANG PERUMAHAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pembiayaan 1. Pembangunan Baru

1. Sumber Daya Air D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah.

I. URUSAN WAJIB A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR : 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BONE

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

2 C. SUB BIDANG KURIKULUM 1. Koordinasi dan supervisi pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pendidikan dasar. 2. Sosialisasi kerangka

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BANGLI


PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 18 TAHUN 2009 TANGGAL : 28 AGUSTUS 2009

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SELUMA

URUSAN WAJIB A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SERUYAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA Nomor : 3 Tahun 2008 Tanggal : 18 Februari 2008

1. Kebijakan 1.a.Penetapan Kebijakan Operasional pendidikan di Kabupaten/Kota sesuai dengan kebijakan nasional dan provinsi.

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MAGETAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 11 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 38 TAHUN 2008

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN DINAS PERUMAHAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2008 T E N T A N G URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH I. URUSAN WAJIB

WALIKOTA SURABAYA TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG JRUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 08

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI PAPUA

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SIGI

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 31 TAHUN 2008

LAMPIRAN IX. 1. KEPALA DINAS Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karangasem mempunyai tugas :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

DAFTAR : URUSAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN KABUPATEN AGAM

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA

191- TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 02 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 66 SERI D

Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang penataan

Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang penataan ruang.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 90 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 21 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS SOSIAL DAN PEMUKIMAN PROVINSI PAPUA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

PEMERINTAH KOTA PADANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN ROKAN HILIR

PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

GubernurJawaBarat GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 62 Tahun : 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN

A. Latar Belakang. LAKIP Dinas Pekerjaan Umum Kota Probolinggo BAB I 1

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA )

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2011

Rencana Strategis (Renstra) Perubahan Tahun

-2- Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 30 TAHUN 2008

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah mengamanatkan bahwa visi, misi, dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih, menjadi dokumen resmi daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka telah ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 1 Tahun 2014 tentang Rencana Pembagunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013-2018. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasonal, mengamanatkan bahwa setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang disusun dengan berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif. Berdasarkan ketentuan sebagaimana disebutkan di atas, maka Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu SKPD menyusun Renstra Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT Tahun 2013-2018 yang selanjutnya disebut Renstra-PU sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013-2018. 1

Renstra-PU merupakan dokumen perencanaan yang penting, karena dalam masa 5 (lima) tahun kedepan Dinas PU berkewajiban untuk mempertanggung-jawabkan kinerjanya sesuai dengan dokumen perencanaan ini. Selain itu urgensi penyusunan Renstra-PU adalah : 1. Menjadi acuan penyusunan Rencana Kerja (Renja) Dinas PU selama tahun 2013-2018. 2. Kontrak kerja antara Gubernur dengan Kepala Dinas PU Provinsi NTT. 3. Dasar penilaian kinerja Kepala Dinas PU Provinsi NTT. 4. Menjadi acuan penyusunan LAKIP Dinas PU. Renstra-PU dapat pula dipakai sebagai bahan evaluasi yang penting agar arah pembangunan dapat berjalan lebih sistematis, komperhensif dan tepat fokus akan masalah-masalah yang mendasar yang dihadapi oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya di bidang Pekerjaan Umum. Untuk mewujudkan Visi Misi dan arah kebijakan yang tertuang dalam dokumen Renstra ini perlu didukung dengan strategi umum yang kemudian diterjemahkan kedalam program-program pembangunan bidang Pekerjaan Umum, yang selanjutnya diuraikan dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung program tersebut. Bagan alur keterkaitan renstra dan RPJMD 2

1.2. LANDASAN HUKUM Dasar hukum penyusunan Renstra-PU tahun 2013 2018 adalah: 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara; 3

7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 9. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 10. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 11. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 12. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 4

13. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 14. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 15. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 16. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan; 20. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 5

2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara, Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha Dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi 6

26. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; 27. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 Nomor 001 Seri E Nomor 001, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 0011);Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013-2018; 28. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Provinsi; 29. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 10 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 Nomor 010 Seri D Nomor 003); 30. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013-2018; 31. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 36 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah Provinsi NTT (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 Nomor 010 Seri D Nomor 003); 7

32. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 10 Tahun 2008 tentang Unit Pelaksana Teknis Pengelola Sumber Daya Air (UPT-PSDA) Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT; 33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 35. Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional Umum di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT; 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud penyusunan Renstra-PU ini adalah tersedianya dokumen perencanaan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT Tahun 2013-2018 sesuai Tugas Pokok dan Fungsi berdasarkan Perda No. 10 Tahun 2008. Sedangkan tujuan penyusunan Renstra-PU ini adalah tersedianya suatu dokumen yang strategic dan komperhensif yang menjamin adanya konsistensi perumusan kondisi atau masalah daerah, sebagai informasi perencanaan arah kebijakan, sebagai arah 8

pedoman pengendalian, pembuatan rencana startegi di Bidang Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan. 1.4. SISTIMATIKA PENULISAN Renstra-PU tahun 2013-2018 ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan yang memuat latar belakang, landasan hukum penyusunan, maksud dan tujuan, serta sistimatika penulisan. Bab II. Gambaran pelayanan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT yang memuat Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi, Sumber Daya yang dimiliki, Kinerja Pelayanan, Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT. Bab III. Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT. Bab IV. Memuat visi, misi, tujuan dan sasaran pelayanan, strategi dan kebijakan Dinas PU Provinsi NTT. Bab V. Memuat Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif. Bab VI. Indikator kinerja SKPD Yang Mengacu Pada Tujuan dan Sasaran RPJMD. 9

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI NTT 2.1. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM 2.1.1. Tugas dan Fungsi: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 10 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang Pekerjaan Umum. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pekerjaan Umum menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum, penataan ruang dan perumahan; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum, penataan ruang dan perumahan; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum, penataan ruang dan perumahan; d. Pembinaan unit pelaksana teknis; e. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, perlengkapan, sarana dan prasarana serta rumah tangga; f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. Uraian tugas jabatan eselon II (Kepala Dinas) dan eselon III 10

(Sekretaris, Kepala Bidang dan Kepala UPTD PSDA) sesuai Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional Umum di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebagaimana terlampir (Lampiran 1). Mengacu kepada Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, mandat yang diberikan kepada Daerah (Dinas yang membidangi Urusan Pekerjaan Umum, Urusan Penataan Ruang dan Urusan Perumahan) dibagi ke dalam 3 (tiga) bidang utama, yaitu: 1) urusan bidang Pekerjaan Umum, 2) urusan bidang Penataan Ruang dan 3) urusan Perumahan, yang selanjutnya dibagi lagi ke dalam subsub bidang urusan sesuai dengan lingkup urusan Pemerintah Provinsi yang secara lengkap adalah sebagai berikut: 1. Bidang Pekerjaan Umum (10 Sub Bidang) Sub Bidang Sumber Daya Air Pengaturan, meliputi: 1) Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air provinsi; 2) Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; 3) Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota; 4) Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; 5) Pembentukan wadah koordinasi sumber daya air di tingkat provinsi dan/atau pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; 6)Pembentukan komisi irigasi provinsi dan pengesahan pembentukan komisi irigasi antar kabupaten/kota. Pembinaan, meliputi: 1)Penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan sumber 11

daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; 2) Penetapan dan pemberian rekomendasi teknis atas penyediaan, pengambilan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas kabupaten/kota; 3) Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; 4) Pemberian bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada kabupaten/kota; 5) Fasilitasi penyelesaian sengketa antar kabupaten/ kota dalam pengelolaan sumber daya air; 6) Pemberian izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasi lintas kabupaten/kota; 7) Pemberdayaan para pemilik kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air tingkat provinsi dan kabupaten/kota; 8) Pemberdayaan kelembagaan sumber daya air tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Pembangunan/Pengelolaan, meliputi: 1) Konservasi sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; 2) Pendaya-gunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; 3) Pengendalian daya rusak air yang berdampak skala provinsi; 4) Penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air tingkat provinsi; 5) Pembangunan dan peningkatan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi lintas kabupaten/kota; 6) Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya 1.000 ha sampai dengan 3.000 ha atau pada daerah irigasi yang bersifat lintas kabupaten/kota; 7) Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi pada sungai, danau, waduk dan pantai pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota. Pengawasan dan Pengendalian, meliputi: Pengawasan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/ kota; Sub Bidang Bina Marga. Pengaturan jalan provinsi, meliputi: 1) Perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan provinsi berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan; 2) Penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan provinsi dengan memperhatikan keserasian antar wilayah provinsi; 3) Penetapan fungsi jalan dalam sistem jaringan jalan sekunder dan jalan kolektor yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota 12

kabupaten, antar ibukota kabupaten, jalan lokal, dan jalan lingkungan dalam sistem jaringan jalan primer; 4) Penetapan status jalan provinsi; 5) Penyusunan perencanaan umum dan pembiayaan jaringan jalan provinsi. Pembinaan. 1) Pembinaan jalan provinsi, meliputi: a) Pemberian bimbingan penyuluhan serta pendidikan dan pelatihan para aparatur penyelenggara jalan provinsi dan aparatur penyelenggara jalan kabupaten/kota; b) Pengkajian serta penelitian dan pengembangan teknologi bidang jalan untuk jalan provinsi; c) Pemberian fasilitasi penyelesaian sengketa antar kabupaten/kota dalam penyelenggaraan jalan; 2) Pengembangan teknologi terapan di bidang jalan untuk jalan kabupaten/desa dan jalan kota. Pembangunan dan Pengusahaan. Pembangunan jalan provinsi, meliputi: 1)Pembiayaan pembangunan jalan provinsi; 2) Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan provinsi; 3) Pengoperasian dan pemeliharaan jalan provinsi; 4) Pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen jalan provinsi. Pengawasan jalan provinsi, meliputi: 1) Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan provinsi; 2) Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan provinsi. Sub Bidang Perkotaan dan Perdesaan Pengaturan meliputi: 1) Penetapan kebijakan dan strategi wilayah provinsi dalam pembangunan perkotaan dan perdesaan (mengacu kebijakan nasional); 2) Penetapan peraturan daerah provinsi mengenai pengembangan perkotaan dan perdesaan mengacu NSPK nasional. Pembinaan, meliputi: 1) Fasilitasi peningkatan kapasitas manajemen pembangunan dan pengelolaan PS perkotaan dan pedesaan tingkat provinsi; 2) Fasilitasi pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan perkotaan dan perdesaan di wilayah provinsi. Pembangunan, meliputi: 1) Fasilitasi penyiapan program pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan perdesaan jangka panjang dan jangka menengah kota/kabupaten di wilayah; 2) Fasilitasi kerjasama/ kemitraan antara pemerintah/ daerah dalam pengelolaan dan 13

pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan perdesaan di lingkungan provinsi; 3) Penyelenggaraan pembangunan PS perkotaan dan perdesaan lintas kabupaten/ kota di lingkungan wilayah provinsi; 4) Fasilitasi pembentukan lembaga/ badan pengelola pembangunan perkotaan dan perdesaan lintas kabupaten/kota. Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan dan pengendalian terhadap pembangunan dan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan di provinsi; 2) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK Sub Bidang Air Minum Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah provinsi mengenai kebijakan dan strategi pengembangan air minum lintas kabupaten/ kota di wilayahnya; 2) Penetapan BUMD provinsi sebagai penyelenggara SPAM lintas kabupaten/ kota; 3) Penetapan peraturan daerah NSPK pelayanan PS air minum berdasarkan SPM yang disusun pemerintah; 4) Memberikan izin penyelenggaraan untuk lintas kabupaten/kota. Pembinaan, meliputi: 1) Penyelesaian masalah dan permasalahan yang bersifat lintas kabupaten/kota; 2) Peningkatan kapasitas teknis dan manajemen pelayanan air minum di lingkungan wilayah provinsi. Pembangunan, meliputi: 1) Penetapan kebutuhan air baku untuk kebutuhan pengembangan SPAM di lingkungan wilayah provinsi; 2) Fasilitasi penyelenggaraan (bantuan teknis) penyelenggaraan pengembangan SPAM di wilayah provinsi; 3) Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM wilayah pelayanan lintas kabupaten/ kota setelah berkoordinasi dengan daerah kabupaten/ kota; 4) Penyediaan PS air minum untuk daerah bencana dan daerah rawan air skala provinsi; 5) Penanganan bencana alam tingkat provinsi. Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan terhadap seluruh tahapan penyelenggaraan pengembang-an SPAM yang berada di wilayah provinsi; 2) Evaluasi kinerja pelayanan air minum di lingkungan wilayah provinsi; 3) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK. 14

Sub Bidang Air Limbah Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah kebijakan pengembangan PS air limbah di wilayah provinsi mengacu pada kebijakan nasional; 2) Pembentukan lembaga tingkat provinsi sebagai penyelenggara PS air limbah di wilayah provinsi; 3) Penetapan peraturan daerah NSPK berdasarkan SPM yang ditetapkan oleh pemerintah; 4) Memberikan izin penyelenggaraan PS air limbah lintas kabupaten/kota. Pembinaan, meliputi: 1) Fasilitasi penyelesaian masalah yang bersifat lintas kabupaten/ kota; 2) Fasilitasi peran serta dunia usaha dan masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan PS air limbah kabupaten/ kota; 3) Fasilitasi penyelenggaraan (bantek) pengembangan PS air limbah lintas kabupaten/ kota. Pembangunan, meliputi: 1) Fasilitasi pengembangan PS air limbah lintas kabupaten/ kota di wilayah provinsi; 2) Penyusunan rencana induk pengembangan PS air limbah lintas kabupaten/ kota; 3) Penanganan bencana alam tingkat provinsi. Pengawasan, meliputi: 1) Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan PS air limbah di wilayahnya; 2) Evaluasi atas kinerja pengelolaan PS air limbah di wilayah provinsi lintas kabupaten/kota; 3) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK. Sub Bidang Persampahan Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah kebijakan pengembangan PS persampahan lintas kabupaten/kota di wilayah provinsi mengacu pada kebijakan nasional; 2) Penetapan lembaga tingkat provinsi penyelenggara pengelolaan persampahan lintas kabupaten/kota di wilayah provinsi; 3) Penetapan peraturan daerah NSPK pengelolaan persampahan mengacu kepada SPM yang ditetapkan oleh pemerintah; 4) Memberikan izin penyelenggara pengelolaan persampahan lintas kabupaten/kota. Pembinaan, meliputi: 1) Fasilitasi penyelesaian masalah dan permasalahan antar kabupaten/kota; 2) Peningkatan kapasitas manajemen dan fasilitasi kerjasama pemda/dunia usaha dan 15

masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan PS persampahan lintas kabupaten/kota; 3) Memberikan bantuan teknis dan pembinaan lintas kabupaten/kota. Pembangunan, meliputi: 1) Fasilitasi penyelenggaraan dan pembiayaan pembangunan PS persampahan secara nasional di wilayah provinsi; 2) Penyusunan rencana induk pengembangan PS persampahan lintas kabupaten/kota. Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan dan pengendalian pengembangan persampahan di wilayah provinsi; 2) Evaluasi kinerja penyelenggaraan yang bersifat lintas kabupaten/kota; 3) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK. Sub Bidang Drainase Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah kebijakan dan strategi provinsi berdasarkan kebijakan dan strategi nasional; 2) Penetapan peraturan daerah NSPK provinsi berdasarkan SPM yang ditetapkan oleh pemerintah di wilayah provinsi. Pembinaan, meliputi: 1) Bantuan teknis pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan); 2) Peningkatan kapasitas teknik dan manajemen penyelenggara drainase dan pematusan genangan di wilayah provinsi. Pembangunan, meliputi: 1) Fasilitasi penyelesaian masalah dan permasalahan operasionalisasi sistem drainase dan penanggulangan banjir lintas kabupaten/kota; 2) Fasilitasi penyelenggaraan pembangunan dan pemeliharaan PS drainase di wilayah provinsi; 3) Penyusunan rencana induk PS drainase skala regional/lintas daerah. Pengawasan, meliputi: 1) Evaluasi di provinsi terhadap penyelenggaraan sistem drainase dan pengendali banjir di wilayah provinsi; 2) Pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan drainase dan pengendalian banjir lintas kabupaten/kota; 3) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK. 16

Sub Bidang Permukiman 1. Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang berdiri sendiri: Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah kebijakan dan strategi Kasiba/Lisiba di wilayah provinsi; 2) Penetapan Peraturan Daerah NSPK Kasiba dan Lisiba di wilayah provinsi. Pembinaan, meliputi: 1) Fasilitasi peningkatan kapasitas manajemen dalam pembangunan Kasiba dan Lisiba; 2) Fasilitasi penyelesaian pembangunan Kasiba/Lisiba antar kab/kota. Pembangunan, meliputi: 1) Fasilitasi penyeleng-garaan pembangunan Kasiba/Lisiba lintas kabupaten/kota; 2) Fasilitasi kerjasama swasta, masyarakat tingkat nasional dalam pembangunan Kasiba/Lisiba lintas kabupaten/ kota; 3) Penetapan izin lokasi Kasiba/ Lisiba lintas kabupaten/kota. Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan pelaksanaan kelayakan program Kasiba dan Lisiba di provinsi; 2) Evaluasi penyelenggaraan pembangunan Kasiba dan Lisiba di provinsi; 3) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK di provinsi. 2. Permukiman Kumuh/ Nelayan: Pembinaan, meliputi: Fasilitasi peningkatan kapasitas manajemen dalam penanganan permukiman kumuh di wilayah provinsi. Pembangunan, meliputi: 1) Fasilitasi penyelenggaraan penanganan permukiman kumuh di wilayahnya; 2) Fasilitasi peremajaan/ perbaikan permukiman kumuh/nelayan. Pengawasan, meliputi: 1) Monitoring evaluasi pelaksanaan program penanganan permukiman kumuh di wilayahnya; 2) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK di provinsi. 3. Pembangunan Kawasan: Pembinaan, meliputi: Fasilitasi penyelesaian masalah pembangunan kawasan di wilayah provinsi. 17

Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan dan pengendalian pembangunan kawasan di wilayah provinsi; 2) Evaluasi pelaksanaan program pembangunan kawasan di provinsi; 3) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK di provinsi. Sub Bidang Bangunan Gedung dan Lingkungan Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah Provinsi, mengenai bangunan gedung dan lingkungan mengacu pada norma, standar, prosedur dan kriteria nasional; 2) Penetapan kebijakan dan strategi wilayah provinsi mengenai bangunan gedung dan lingkungan. Pembinaan, meliputi: 1) Pemberdayaan kepada pemerintah daerah dan penyelenggara bangunan gedung dan lingkungannya; 2) Fasilitasi penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan. Pembangunan, meliputi: 1) Penyelenggaraan model bangunan gedung dan lingkungan; 2) Pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang menjadi aset pemerintah provinsi; 3) Penetapan status bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala provinsi atau lintas kabupaten/kota. Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan secara regional terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, pedoman dan standar teknis bangunan gedung dan lingkungannya gedung dan rumah negara; 2) Pengawasan dan penertiban pelestarian bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala provinsi atau lintas kabupaten/kota. Sub Bidang Jasa Konstruksi Pengaturan meliputi: 1) Pelaksanaan kebijakan pembinaan jasa konstruksi yang telah ditetapkan. Pemberdayaan, meliputi: 1) Pengembangan sistem informasi jasa konstruksi dalam wilayah provinsi yang bersangkutan; 2) Penelitian dan pengembangan jasa konstruksi dalam wilayah provinsi yang bersangkutan; 3) Pengembangan sumber daya manusia bidang jasa konstruksi di tingkat provinsi; 4) Peningkatan kemampuan teknologi jasa konstruksi dalam wilayah provinsi yang bersangkutan; 5) Pelaksanaan 18

pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan dalam wilayah provinsi; 6) Pelaksanaan pemberdayaan terhadap LPJK daerah dan asosiasi di provinsi yang bersangkutan. Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan tata lingkungan yang bersifat lintas kabupaten/ kota; 2) Pengawasan sesuai kewenangannya untuk terpenuhinya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi; 3) Pengawasan terhadap LPJK daerah dan asosiasi di provinsi yang bersangkutan. 2. Bidang Penataan Ruang (4 Sub Bidang) Sub Bidang Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah bidang penataan ruang tingkat provinsi; 2) Penetapan pedoman pelaksanaan NSPK bidang penataan ruang; 3) Penetapan penataan ruang perairan di luar 4 (empat) mil sampai 12 (dua belas) mil dari garis pantai; 4) Penetapan kriteria penentuan dan perubahan fungsi ruang kawasan lintas kabupaten/ kota dalam rangka penyusunan tata ruang khususnya untuk menjaga keseimbangan ekosistem, sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh pemerintah; 5) Penetapan kawasan strategis provinsi; 6) Pemberian arahan pengelolaan kawasan andalan sebagai bagian RTRWP. Sub Bidang Pembinaan, meliputi: 1) Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang wilayah kabupaten/kota; 2) Sosialisasi NSPK bidang penataan ruang; 3) Sosialisasi SPM bidang penataan ruang; 4) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang terhadap kabupaten/kota; 5) Pendidikan dan pelatihan; 6) Penelitian dan pengembangan; 7) Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang provinsi; 8) Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; 9) Pengembangan kesadaran dan tanggungjawab masyarakat; 10) Koordinasi dan fasilitasi penataan ruang lintas kabupaten/kota; 11) Pembinaan penataan ruang untuk lintas kabupaten/kota. Sub Bidang Pembangunan. Perencanaan Tata Ruang, meliputi: 1) Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP); 2) Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi; 3) Penetapan rencana detail tata ruang untuk RTRWP. 19

Pemanfaatan Ruang, meliputi: 1) Penyusunan program dan anggaran provinsi di bidang penataan ruang, serta fasilitasi dan koordinasi antar kabupaten/kota; 2) Pemanfaatan kawasan strategis provinsi; 3) Pemanfaatan kawasan andalan sebagai bagian dari RTRWP; 4) Pemanfaatan investasi di kawasan strategis provinsi dan kawasan lintas kabupaten/kota bekerjasama dengan pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha; 5) Pemanfaatan SPM di bidang penataan ruang; 6) Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRWP dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi; 7) Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kawasan strategis provinsi; 8) Pelaksanaan pembangunan sesuai program pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kawasan strategis provinsi. Pengendalian Pemanfaatan Ruang, meliputi: 1) Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi termasuk lintas lintas kabupaten/kota; 2) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi; 3) Penyusunan peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang provinsi; 4) Pemberian izin pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRWP; 5) Pembatalan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRWP; 6) Pengambilalihan kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam hal pemerintah kabupaten/kota tidak dapat memenuhi SPM di bidang penataan ruang; 7) Pemberian pertimbangan atau penyelesaian permasalahan penataan ruang yang tidak dapat diselesaikan pada tingkat kabupaten/kota; 8) Fasilitasi penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan penataan antar kabupaten/kota; 9) Pembentukan lembaga yang bertugas melaksanakan pengendalian pemanfaatan ruang tingkat provinsi. Sub Bidang Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah provinsi; 2) Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah. 20

3. Bidang Perumahan (7 Sub Bidang) Sub Bidang Pembiayaan: Pembangunan Baru, meliputi: 1) Penetapan kebijakan, strategi, dan program provinsi di bidang pembiayaan perumahan; 2) Penyusunan NSPM provinsi bidang pembiayaan perumahan; 3) Koordinasi penyelenggaraan dan mendorong terciptanya pengaturan instrumen pembiayaan dalam rangka penerapan sistem pembiayaan perumahan; 4) Fasilitasi bantuan teknis bidang pembiayaan perumahan kepada para pelaku di tingkat provinsi; 5) Pemberdayaan pelaku pasar dan pasar perumahan di tingkat provinsi; 6) Fasilitasi bantuan pembiayaan pembangunan dan pemilikan rumah serta penyelenggaraan rumah sewa; 7) Pengendalian penyelenggaraan bidang pembiayaan perumahan di tingkat provinsi; 8) Melakukan evaluasi penyelenggaraan bidang pembiayaan perumahan di tingkat provinsi. Perbaikan, meliputi: 1) Penetapan kebijakan, strategi, dan program provinsi di bidang pembiayaan perumahan; 2) Penyusunan NSPM provinsi bidang pembiayaan perumahan; 3) Koordinasi penyelenggaraan dan mendorong terciptanya pengaturan instrumen pembiayaan dalam rangka penerapan sistem pembiayaan perumahan; 4) Fasilitasi bantuan teknis bidang pembiayaan perumahan kepada para pelaku di tingkat provinsi; 5) Pemberdayaan pelaku pasar dan pasar perumahan di tingkat provinsi; 6) Fasilitasi bantuan pembiayaan perbaikan/ pembangunan rumah swadaya milik; 7) Pengendalian penyelenggaraan bidang pembiayaan perumahan di tingkat provinsi; 8) Melakukan evaluasi penyelenggaraan bidang pembiyaan perumahan di tingkat provinsi. Sub Bidang Pembinaan Perumahan Formal Pembangunan Baru, meliputi: 1a) Koordinasi masukan penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di Kabupaten/Kota; b) Koordinasi peninjauan kembali (review) kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di kabupaten/kota dengan peraturan perundang- 21

undangan terkait; 2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pembangunan dan pengembangan pada skala provinsi; 3) Koordinasi upaya efisensi pasar dan industri perumahan skala provinsi; 4) Koordinasi pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan, produk NSPM, serta kebijakan dan strategi nasional perumahan skala provinsi; 5) Koordinasi pelaksanaan bantuan teknis penyelenggaraan perumahan; 6) Pembinaan terhadap badan usaha pembangunan perumahan, baik BUMD, koperasi, perorangan maupun swasta, yang bergerak di bidang usaha industri bahan bangunan, industri komponen bangunan, konsultan, kontraktor dan pengembang; 7) Penyusunan pedoman perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan PSU lintas kabupaten/ kota; 8) Koordinasi pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan, produk SPM, serta kebijakan dan strategi nasional perumahan dan provinsi bersangkutan; 9) Koordinasi pelaksanaan peningkatan kapasitas penyelenggara dan pelaku pembangunan perumahan; 10) Koordinasi pelaksanaan bantuan teknis penyelenggaraan perumahan; 11) Pembinaan terhadap badan usaha pembangunan perumahan, baik BUMD, koperasi, perorangan maupun swasta, yang bergerak di bidang usaha industri bahan bangunan, industri komponen bangunan, konsultan, kontraktor dan pengembang di provinsi; 12) Fasilitasi pelaksanaan tindakan turun tangan dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan PSU yang berdampak lintas kabupaten/kota; 13) Perumusan RPJP dan RPJM provinsi; 14) Fasilitasi percepatan pembangunan perumahan skala provinsi; 15) Pelaksanaan pembangunan Rusunawa dan Rusunami sebagai stimulan di perkotaan, perbatasan internasional, pusat kegiatan perdagangan/produksi dan fasilitasi pengelolaan, pemeliharaan kepada kabupaten/kota; 16) Pelaksanaan pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai stimulan di RSH, Rusun, Rusus dan fasilitasi pengelolaan, pemeliharaan kepada kabupaten/kota; 17) Pelaksanaan pembangunan rumah contoh (RSH) sebagai stimulan pada daerah terpencil dan uji coba serta fasilitasi pengelolaan, pemeliharaan kepada kabupaten/kota; 18) Pembangunan rumah untuk korban bencana dan khusus lainnya serta pengelolaan depo dan pendistribusiannya. Perbaikan, meliputi: 1) Perumusan kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan perumahan skala provinsi; 2) Perumusan SPO baku 22

penanganan pengungsi akibat bencana skala provinsi; 3) Penyusunan SPM perumahan dan PSU pesisir dan pantai serta pulau kecil, khususnya di perbatasan antar kabupaten/kota; 4) Koordinasi penetapan sasaran penerima bantuan perumahan dan pengawasannya; 5) Koordinasi pengendalian penetapan harga sewa rumah; 6) Koordinasi usulan pembangunan perumahan untuk penampungan pengungsi lintas kabupaten/ kota. Pemanfaatan, meliputi: 1) Koordinasi usulan penerima bantuan pembangunan dan kelembagaan perumahan di provinsi serta penyelenggaraan perumahan dengan dana dekonsentrasi; 2) Koordinasi penetapan penerima bantuan investasi rumah susun untuk MBR dan rumah khusus, rumah nelayan, perbatasan internasional dan pulau-pulau kecil; 3) Koordinasi penetapan penerima bantuan PSU; 4) Fasilitasi pembentukan kelembagaan perumahan skala provinsi; 5) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pengembangan perumahan di provinsi; 6) Koordinasi penyusunan pedoman pembangunan, penghunian dan pengelolaan perumahan lintas kabupaten/kota; 7) Pengawasan langsung terhadap penghunian dan pengelolaan rusun dan rusus penerima bantuan investasi ke kabupaten/kota. Sub Bidang Pembinaan Perumahan Swadaya Pembangunan Baru, meliputi: 1) Perumusan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 2) Penyusunan RPJP dan RPJM provinsi tentang perumahan swadaya; 3) Penyusunan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 4) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 5) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 6) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, 23

pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 7) Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di pusat; 8) Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah provinsi yang terkait dengan pembangunan perumahan swadaya. Pemugaran, meliputi: 1) Perumusan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 2) Penyusunan RPJP dan RPJM provinsi perumahan swadaya; 3) Penyusunan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 4) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 5) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 6) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 7) Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di tingkat provinsi; 8) Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah provinsi yang terkait dengan pembangunan perumahan swadaya. Perbaikan, meliputi: 1) Perumusan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 2) Penyusunan RPJP dan RPJM provinsi perumahan swadaya; 3) Penyusunan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 4) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 5) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 6) Pengawasan 24

dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 7) Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 8) Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah provinsi yang terkait dengan pembangunan perumahan swadaya. Perluasan, meliputi: 1) Perumusan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 2) Penyusunan RPJP dan RPJM provinsi perumahan swadaya; 3) Penyusunan NSPM pembangunan perumahan swadaya tingkat provinsi; 4) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 5) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 6) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 7) Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 8) Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah provinsi yang terkait dengan pembangunan perumahan swadaya. Pemeliharaan, meliputi: 1) Perumusan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 2) Penyusunan RPJP dan RPJM provinsi perumahan swadaya; 3) Penyusunan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 4) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 5) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung 25

pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 6) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 7) Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 8) Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah provinsi yang terkait dengan pembangunan perumahan swadaya. Pemanfaatan, meliputi: 1) Perumusan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 2) Penyusunan RPJP dan RPJM provinsi perumahan swadaya; 3) Penyusunan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 4) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 5) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 6) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 7) Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 8) Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah provinsi yang terkait dengan pembangunan perumahan swadaya. Sub Bidang Pengembangan Kawasan. Sistem Pengembangan Kawasan, meliputi: 1) Penetapan kebijakan dan strategi provinsi dalam pengembangan kawasan; 2) Penyusunan Rencana Provinsi dalam Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D-Provinsi); 3) Pembinaan teknis penyusunan RP4D di wilayahnya; 4) Fasilitasi dan bantuan teknis penyusunan RP4D di wilayahnya; 5) Monitoring dan evaluasi 26

pelaksanaan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan dan RP4D skala provinsi; 6) Pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan dan RP4D di wilayahnya. Kawasan Skala Besar, meliputi: 1) Penetapan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan skala besar; 2) Pembinaan teknis pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan skala besar di wilayahnya; 3) Fasilitasi, bantuan teknis dan bantuan stimulan pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan skala besar di wilayahnya; 4) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan skala besar di wilayahnya; 5) Pengendalian pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus di wilayahnya. Kawasan Khusus, meliputi: 1) Penetapan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus; 2) Pembinaan teknis pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan skala khusus di wilayahnya; 3) Fasilitasi, bantuan teknis dan bantuan stimulan pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus di wilayahnya; 4) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus di wilayahnya; Pengendalian pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus di wilayahnya. Keterpaduan Prasarana Kawasan, meliputi: 1) Penetapan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan; 2) Pembinaan teknis pelaksanaan penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan di wilayahnya; 3) Fasilitasi dan bantuan teknis pelaksanaan penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan di wilayahnya; 4) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan di wilayahnya; 5) Pengendalian pelaksanaan penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan di wilayahnya. Keserasian Kawasan, meliputi: 1) Penetapan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang; 2) Pembinaan teknis pelaksanaan penyelenggaraan 27

keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang di wilayahnya; 3) Fasilitasi dan bantuan teknis pelaksanaan penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang di wilayahnya; 4) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang di wilayahnya; 5) Pengendalian pelaksanaan penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang di wilayahnya. Sub Bidang Pembinaan Hukum, Peraturan Perundang-undangan dan Pertanahan untuk Perumahan. Pembangunan Baru, meliputi: 1) Koordinasi penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di tingkat provinsi; 2) Peninjauan kembali (review) kesesuaian peraturan daerah kabupaten/kota dengan peraturan perundang-undangan terkait di bidang perumahan; 3) Sosialisasi peraturan perundangundangan bidang perumahan dalam rangka mewujudkan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam bermukim di provinsi; 4) Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di provinsi; 5) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 6) Koordinasi fasilitasi penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 7) Fasilitasi penyusunan, koordinasi dan sosialisasi NSPM bidang perumahan di tingkat provinsi; 8) Koordinasi dan sosialiasi NSPM penyediaan lahan untuk pembangunan perumahan tingkat provinsi lintas kabupaten/kota; 9) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan lintas kabupaten/kota; 10) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 11) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 12) Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 13) Fasilitasi penyelesaian eksternasitas pembangunan perumahan lintas kabupaten/kota. 28

Pemugaran, meliputi: 1) Koordinasi penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di tingkat provinsi; 2) Peninjauan kembali (review) kesesuaian peraturan daerah kabupaten/kota dengan peraturan perundang-undangan terkait di bidang perumahan; 3) Sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang perumahan dalam rangka mewujudkan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam bermukim di provinsi; 4) Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di provinsi; 5) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan penangangan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 6) Koordinasi fasilitasi penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 7) Fasilitasi penyusunan, koordinasi dan sosialisasi NSPM bidang perumahan di tingkat provinsi; 8) Koordinasi dan sosialiasi NSPM penyediaan lahan untuk pembangunan perumahan tingkat provinsi lintas kabupaten/ kota; 9) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan lintas kabupaten/kota; 10) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanaha; 11) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 12) Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 13) Fasilitasi penyelesaian eksternalitas pembangunan perumahan lintas kabupaten/ kota. Perbaikan, meliputi: 1) Koordinasi penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di tingkat provinsi; 2) Peninjauan kembali (review) kesesuaian peraturan daerah kabupaten/ kota dengan peraturan perundang-undangan terkait di bidang perumahan; 3) Sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang perumahan dalam rangka mewujudkan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam bermukim di provinsi; 4) Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan 29

perundang-undangan bidang perumahan di provinsi; 5) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 6) Koordinasi fasilitasi penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 7) Fasilitasi penyusunan, koordinasi dan sosialisasi NSPM bidang perumahan di tingkat provinsi; 8) Koordinasi dan sosialisasi NSPM penyediaan lahan untuk pembangunan perumahan tingkat provinsi lintas kabupaten/kota; 9) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang Pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan lintas kabupaten/kota; 10) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 11) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 12) Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan fruang dan penataan pertanahan; 13) Fasilitasi penyelesaian eksternasitas pembangunan perumahan lintas kabupaten/ kota. Perluasan, meliputi: 1) Koordinasi penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di tingkat provinsi; 2) Peninjauan kembali (review) kesesuaian peraturan daerah kabupaten/kota dengan peraturan perundang-undangan terkait di bidang perumahan; 3) Sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang perumahan dalam rangka mewujudkan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam bermukim di provinsi; 4) Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di provinsi; 5) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 6) Koordinasi fasilitasi penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di Provinsi; 7) Fasilitasi penyusunan, koordinasi dan sosialisasi NSPM bidang perumahan di tingkat provinsi; 8) Koordinasi dan sosialiasi NSPM penyediaan lahan untuk pembangunan perumahan tingkat provinsi lintas kabupaten/kota; 9) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan lintas kabupaten/kota; 10) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan yang sesuai 30