BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya dikatakan sebagai lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. semua spesies" (Weiss 1965, dan Shack dalam Hadywinoto dan Tony 1999). Dilihat

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Penelitian. Peningkatan populasi lanjut usia yang lebih banyak akan terjadi di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB 1 PENDAHULUAN. era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. satunya yaitu proses penuaan. Proses penuaan (aging. proses) adalah norma (Suling dan Palenkahu, 2002). Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA SUMBERGONDO KECAMATAN GLENMORE KABUPATEN BANYUWANGI

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi perhatian individu (Moustafa, 2015). Kualitas hidup yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan kesehatan nasional dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA PABELAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA II

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Lansia adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan semua orang akan

BAB I PENDAHULUHAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERHATIAN PADA LANSIA DI DESA SENGKLEYAN JENGGRIK KEDAWUNG SRAGEN. Oleh : Ade Pratiwi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi fisiologis yang. berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatankegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, salah satu indikatornya adalah adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan sosial lanjut usia (lansia) adalah proses pemberian

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahapan siklus kehidupan manusia, mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja,

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Perubahan struk-tur demografi ini

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP SIKAP KELUARGA DALAM PEMBERIAN PERAWATAN ACTIVITIES DAILY LIVING

BAB I PENDAHULUAN. ( orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupaka proses alamiah. Menjadi tua merupakan proses yang tidak dapat dihindari. Masa tua dapat dikatakan masa emas, karena tidak semua orang dapat melaluinya. Indonesia saat ini termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni, pada tahun 2000 (17,2 juta) meningkat 3 kali lebih besar dari pada tahun 1970 dan mencapai 18,04 juta jiwa pada tahun 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk dan pada tahun 2011 penduduk lanjut usia mencapai 19,5 juta (Anna dalam Kompas,2012). Pada tahun 2020 nanti, jumlah dan proporsi kelompok lansia di Indonesia diprediksi akan mencapai 28 juta jiwa ( Berita Satu,2012). Di Dki Jakarta sendiri jumlah lansia mencapai 715.000 jiwa ( Pos Kota News,2012) dan untuk wilayah Jakarta Barat jumlah lansia mencapai 120.762 jiwa (Rosdiansyah dalam Lensa Indonesia, 2012), Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia serta mobilitas yang meningkat di era globalisai ini akan berdampak pada pola hidup masyarakat dan tentunya akan berdampak pula pada kualitas hidupnya. Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Berdasarkan Undang-Undang nomor 13 pasal 1 ayat (2), (3), (4) tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menurut Undang-Undang nomor 23 pasal 19 tahun 1992, lansia 1

2 atau lanjut usia merupakan seseorang yang karena pertambahan usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan yang terjadi pada lansia itu mengarah pada kemunduran, perubahan dari segi biologi seperti menurunnya cairan tulang sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tedon mengerut, dan mengalami sklerosis, dan lain-lain. Dari sisi social, kehilangan pasangan hidup dan teman-teman yang akhirnya lansia tersebut merasakan kesepian. Dari sisi psikologi Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi short term memory, frustasi, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi, kecemasan dan kesepian akibat dari kehilangan orang-orang terdekatnya serta kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep Kes R.I, 1998, dalam Puspita dkk, 2010). Keluarga sebagai suatu kelompok individu didalam keluarga dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Dari pengertian keluarga diatas, dapat disimpulkan keluarga merupakan orang-orang yang berkumpul membentuk suatu kelompok dan saling ketergantungan sehingga menghasilkan kondisi take and give atau memberi dan menerima, yang dapat dilakukan dengan segala cara, bisa dalam bentuk fisik, materi dan psikologi. Memberikan dukungan untuk salah satu anggota kelompoknya merupakan salah satu contoh wujud nyata dari hubungan saling ketergantungan dari suatu kelompok itu sendiri yang kita sebut sebagai keluarga. Seperti pengertian dukungan keluarga menurut Kuncoro (2002, dalam Rahayu, 2009), dukungan keluarga adalah

3 komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan keluarga itu merupakan bentuk nyata dari subyek didalam lingkungan sosialnya dan mempengaruhi tingkah laku penerimanya Kemunduran yang dialami oleh lansia serta kurangnya dukungan dari keluarga sangat mempengaruhi kualitas hidup lansia itu sendiri seperti, karena kualitas hidup itu sendiri dipertimbangkan melalui status fisik, psikologis, sosialnya seperti yang dikatakan oleh para ahli seperti Polinsky (2000, dalam Nurchayati, 2010) yang mengatakan bahwa untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup seseorang maka dapat diukur dengan mempertimbangkan status fisik, psikologis, sosial dan kondisi penyakit. Kinghron & Gamlin (2004, dalam Nurchayati, 2010) menyebutkan bahwa kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan dengan pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefinisikannya, karena kualitas hidup merupakan suatu yang bersifat subyektif. Dan WHO mendefinisikan kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tersebut hidup, dan hubungan terhadap tujuan, harapan, standar dan keinginan (WHOQOL group dalam Lopez and Snyder, 2004), penilaian terhadap kualitas hidup sendiri menurut WHO dibagi menjadi 4 domain yaitu domain kesehatan fisik, domain psikologi, domain hubungan social dan domain linkungan. Hal ini merupakan suatu konsep, yang dipadukan dengan berbagai cara seseorang untuk mendapat kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat independen, hubungan sosial, dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.

4 Kualitas hidup lansia sendiri dapat dipengaruhi oleh keadaan fisik, psikologis, dan sosial, karena aspek-aspek tersebut mengalami perubahan dan cenderung mengalami kemunduran, dengan kondisi fisik yang menurun mengakibatkan tidak memungkinkan bagi lansia untuk menjalin hubungan dengan lingkungan sekitarnya ditambah lagi dengan teman-teman atau pasangan hidup yang sudah meninggal terlebih dahulu sehingga timbul rasa cemas dan kesepian dan akhirnya dapat berpengaruh pada kualitas hidupnya. Ketika peneliti mencoba mewawancarai 10 orang lansia dan keluarganya, 60% dari lansia yang diwawancara yaitu 6 orang mengatakan dirinya sedih ketika dia sakit atau sedang kesulitan keluarganya tidak membantu terkadang malah menambah masalah atau justru lansia tersebut dimarahi karena dianggap menyusahkan dan merasa hidupnya tidak berarti, namun ketika keluarganya diwawancarai 50% dari 6 orang lansia yaitu 3 orang lansia yang mengeluh tersebut keluarganya mengatakan sering memperhatikan orang tua mereka apalagi ketika sedang sakit, sisanya mengatakan kadang-kadang merasa capek ketika lansia tersebut sedang sakit, 20% yang lainnya yatu 2 orang lansia mengatakan keluarganya tidak lagi memperdulikan dia dan sibuk dengan keluarga barunya sehingga jarang mengunjungi dirinya dan ketika diwawancarai keluarganya mengakui memang mereka jarang menunjungi lansia tersebut, 20% diantaranya mengatakan merasa lelah karena masih harus membiayai sewa kontrakan rumah yang ditempati oleh dia beserta anak dan menantunya dan keluarganya diwawancarai mereka mengatakan mereka masih membutuhkan bantuan orang tuanya karena masalah ekonomi. Besarnya pengaruh keluarga bagi lansia itu sendiri dan perbedaan antara pendapat dari keluarga dan lansia itu sendiri menjadi sorotan bagi peneliti. Menurut Studi yang

5 dilakukan oleh Pratikwo dkk (2006) yang dilakukan di Kelurahan Medono Kota Pekalongan ada pengaruh yang bermakna antara usia lansia, tingkat pendidikan lansia, kemandirian lansia, nilai hidup lansia, dukungan keluarga sehat lansia terhadap perilaku sehat lansia. Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di RW 002 Kelurahan Duri Kepa Jakarta Barat Tahun 2013. B. Perumusan Masalah Peningkatan kualitas hidup pada lansia dapat dilakukan dengan memberikan dukungan keluarga yang maksimal dari segala aspek. Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut Apakah ada Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di RW.002 Kelurahan Duri Kepa Jakarta Barat Tahun 2013? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Teridentifikasinya hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia di RW 002. Kelurahan Duri Kepa Jakarta 2. Tujuan Khusus a. Teridentifikasinya gambaran karakteristik responden di RW 002. Kelurahan Duri Kepa Jakarta b. Teridentifikasinya dukungan informasional keluarga di RW 002. Kelurahan Duri Kepa Jakarta

6 c. Teridentifikasinya dukungan penilaian keluarga di RW 002. Kelurahan Duri Kepa Jakarta d. Teridentifikasinya dukungan instrumental keluargadi RW 002. Kelurahan Duri Kepa Jakarta e. Teridentifikasinya dukungan emosional keluarga di RW 002. Kelurahan Duri Kepa Jakarta f. Teridentifikasinya kualitas hidup lansia di RW 002. Kelurahan Duri Kepa Jakarta g. Teridentifikasinya hubungan antara dukungan informasional keluarga h. Teridentifikasinya hubungan antara dukungan penilaian keluarga i. Teridentifikasinya hubungan antara dukungan instrumental keluarga j. Teridentifikasinya hubungan antara dukungan emosional keluarga D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat dalam pemberian Asuhan Keperawatan khususnya pada lansia

7 demi meningkatkan kualitas hidupnya baik di Rumah Sakit, puskesmas maupun tempat-tempat pelayanan kesehatan khusus lansia yang berbasis home care serta dapat menjadi sarana konsultasi keluarga yang memiliki lansia. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Ilmu Keperawatan dan memberikan tambahan informasi khususnya dibidang Gerontik dan keluarga serta dapat menjadi acuan peneliti selanjutnya. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai dukungan keluarga terhadap kualitas hidup lansia. 4. Bagi lansia dan Keluarga Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi lansia dan keluarga mengenai pentingnya dukungan keluarga serta kualitas hidup bagi lansia sehingga dapat dipraktikan dikeluarga