BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-dasar atau prinsip pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah nilai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. 128/MENKES/SK/II/2004 sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2013 telah tersedia Puskesmas, sekitar Puskesmas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Administrasi dan Kebijakan Upaya Kesehatan Perorangan. Amal Sjaaf Dep. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM UI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 128/Menkes/Sk/II/2004 tentang. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Menteri Kesehatan RI,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

Manajemen Pelayanan di Puskesmas

BAB IV PENUTUP. wilayah kerjanya. Sejak didirikan tahun 1976, Puskesmas ini bernama. Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Semarang Timur, berubah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2.1.2 URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. 01 kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarag Utara Kota Semarang. Puskesmas memiliki luas tanah 567 dan luas bangunan 346

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara maksimal. Untuk mewujudkan pelayanan yang maksimal,

BUPATI BATANG PEMERINTAH KABUPATEN BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

PROFIL UPT PUSKESMAS SEMIN I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Kesehatan

2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. harapan masyarakat sebagai pemakai jasa kesehatan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Struktur Organisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal (Nursalam, 2013). Keperawatan merupakan indikator dari kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN PROGRAM PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS DALU SEPULUH KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bayi terjadi transisi epidemiologis penyakit. Populasi lansia semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG

Deskripsi: Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas merupakan bagian dari sumber data dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya kesehatan masyarakat harus benar-benar mendapatkan perhatian,

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kesehatan yang

PUSKESMAS. VISI Tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berhasil meningkatkan pelayanan kesehatan secara lebih merata. Kemajuan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

PENDATAAN PUSKESMAS TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta )

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWANG NOMOR : TENTANG PENGELOLAAN REKAM MEDIS KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWANG

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang atau individu mampu untuk hidup produktif dalam segi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

WALIKOTA TASIKMALAYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting bagi manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial tidak terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Sistem kesehatan nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuannya mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam UUD 1945. Menurut Depkes RI Tahun 2003 salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam sistem kesehatan nasional adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat secara ekonomis, serta tersedianya pelayanan kesehatan tidak sematamata berada di tangan pemerintah melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat. Puskesmas sebagai salah satu pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai tugas pokok memberikan pembinaan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar. Puskesmas memiliki tiga fungsi dasar yakni sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Wilayah kerja Puskesmas dapat merupakan satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastrukur Efa Faridhotul Hasanah, 2012 Studi Komparasi Pemanfaatan Puskesmas di Kecamatan Bandung Kulon Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2 lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas. Saat ini distribusi puskesmas dan puskesmas pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Berdasarkan syarat yang dikemukakan Depkes RI pada tahun 2003 setiap puskesmas melayani 30.000-50.000 penduduk atau sekurang-kurangnya 1 (satu) kecamatan mempunyai satu puskesmas. Perluasan jangkauan pelayanan kesehatan setiap puskesmas dibantu oleh 3-4 puskesmas pembantu dan satu puskesmas keliling. Penyediaan fasilitas kesehatan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu kesehatan masyarakat dan menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakan fasilitas layanan kesehatan dan fasilitas layanan umum yang layak bagi setiap warga negara. Salah satu tanggung jawab seluruh jajaran kesehatan adalah menjamin tersediannya pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata, dan terjangkau oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat luas. Lokasi pusat pelayanan kesehatan sebaiknya ditempatkan pada lokasi yang tepat dengan mempertimbangkan organisasi keruangan, hal ini dimaksudkan agar pusat pelayanan kesehatan tersebut lebih efisien dan merata penyebarannya dalam suatu wilayah, sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Wilayah pelayanan Puskesmas akan sangat dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitasnya. Lokasi Puskesmas yang mudah untuk dijangkau dari segi transportasi tentunya memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk mengunjunginya. Hal ini dapat mengakibatkan wilayah

3 pelayanan Puskesmas melebihi wilayah kerja yang telah ditentukan oleh pemerintah setempat. Kecamatan Bandung Kulon memiliki tiga buah Puskesmas yang terletak di Kelurahan Cibuntu, Kelurahan Cijerah, dan Kelurahan Cigondewah. Ketiga Puskesmas tersebut berpadu dalam UPT Puskesmas Cibuntu yang merupakan salah satu unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kota Bandung yang bertanggung jawab atas pembangunan kesehatan masyarakat di Kecamatan Bandung Kulon. Harapan yang diamanatkan kepada UPT Puskesmas Cibuntu dari Dinas Kesehatan Kota Bandung adalah membawa masyarakat Kota Bandung hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat dan mendapatkan pelayanan kesehatan secara adil, merata dan bermutu secara optimal, dengan demikian UPT Puskesmas Cibuntu berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Wilayah kerja puskesmas UPT Puskesmas Cibuntu terdiri dari 8 (delapan) Kelurahan dengan luas wilayah 581,91 Ha yang dibagi menjadi 69 RW dan 437 RT. Jumlah penduduk keseluruhan yang terdapat pada wilayah kerja Puskesmas Cibuntu adalah 120.039 jiwa dan jumlah penduduk terbanyak berada di Kelurahan Cijerah dengan 21.205 jiwa. Dari ketiga Puskesmas yang ada di Kecamatan Bandung Kulon, rentang rata-rata jumlah kunjungan per hari bervariasi. Data jumlah kunjungan pasien UPT Puskesmas Cibuntu tahun 2010 menunjukkan bahwa kunjungan pasien

4 puskesmas Cibuntu sebesar 45.389, puskesmas Cijerah 14.863 dan puskesmas Cigondewah 22.157. Data tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan pada rata-rata jumlah kunjungan di antara puskesmas-puskesmas di Kecamatan Bandung Kulon, ada puskesmas dengan rata-rata jumlah kunjungan pasien per hari banyak dan sebaliknya ada pula puskesmas dengan rata-rata jumlah kunjungan pasien per hari sedikit. Pemanfaatan puskesmas oleh penduduk di Kecamatan Bandung Kulon bisa dikatakan timpang jika dilihat dari jumlah kunjungan pasien. Puskesmas yang berada pada wilayah dengan penduduk terbanyak malah memiliki jumlah kunjungan pasien paling sedikit dibanding puskesmas lainnya. Teori lokasi yang dikemukakan oleh Christaller dalam Sumaatmadja (1988:125) menyatakan bahwa: Orang akan berjalan ke tempat yang paling dekat dengan tempat tinggalnya untuk mendapatkan barang kebutuhan, bagi orang-orang yang bertempat tinggal di kawasan pengaruh tempat-tempat sentral yang bertampalan (overlapping), maka mereka akan pergi ke tempat sentral yang paling dekat. Berdasarkan teori tersebut, seharusnya puskesmas yang berada pada wilayah dengan penduduk terbanyak memiliki jumlah kunjungan pasien yang banyak pula. Namun pada kenyatannya puskesmas yang memiliki jumlah kunjungan pasien terbanyak bukanlah puskesmas yang berada di wilayah yang memiliki penduduk terbanyak yaitu di Kelurahan Cijerah, melainkan puskesmas yang berada di wilayah Kelurahan Cibuntu.

5 Dengan perbandingan jumlah pasien tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti pemanfaatan puskesmas di setiap wilayah yang ada di Kecamatan Bandung Kulon. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa puskesmas Cibuntu memiliki jumlah kunjungan paling banyak dibandingkan dengan puskesmas lainnya yang berada di wilayah kecamatan Bandung Kulon. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis pemanfaatan Puskesmas di Kecamatan Bandung Kulon. Untuk mengkaji masalah tersebut penulis membuat judul penelitian yaitu : Studi Komparasi Pemanfaatan Puskesmas Di Kecamatan Bandung Kulon B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien terbanyak bukanlah berada pada wilayah dengan penduduk terbanyak. Jika kita mengacu pada teori yang dikemukakan Christaller yang dikutip oleh Sumaatmadja (1988:125) yang menyatakan bahwa orang akan berjalan ke tempat yang paling dekat dengan tempat tinggalnya untuk mendapatkan barang kebutuhan, maka kenyataan yang terjadi pada puskesmas di Kecamatan Bandung Kulon tidak sesuai dengan teori tersebut. Padahal, ditinjau dari sarana dan prasarana yang ada setiap puskesmas di Kecamatan Bandung Kulon dapat dikatakan sebanding (Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas, 2010). Maka dari itu timbulah pertanyaan : mengapa terjadi perbedaan jumlah kunjungan pasien yang signifikan diantara puskesmas yang terdapat di Kecamatan Bandung Kulon?. Penulis merasa tertarik untuk

6 meneliti faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab pemanfaaatan puskesmas di wilayah menjadi berbeda dilihat dari jumlah kunjungan pasien yang mempunyai perbedaan yang cukup signifikan di setiap wilayah. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka penulis mengajukan sejumlah pertanyaan penelitian yaitu: 1. Apakah ada hubungan antara lokasi puskesmas dengan kunjungan pasien puskesmas? 2. Apakah ada hubungan antara sarana dan prasarana transportasi menuju puskesmas dengan kunjungan pasien puskesmas? 3. Apakah ada hubungan antara pelayanan puskesmas dengan kunjungan pasien puskesmas? 4. Apakah ada hubungan antara fasilitas puskesmas kunjungan pasien puskesmas? 5. Apakah ada hubungan antara ketersediaan ketenagaan puskesmas dengan kunjungan pasien puskesmas? C. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi hubungan antara lokasi puskesmas dengan kunjungan pasien puskesmas. 2. Mengidentifikasi hubungan antara sarana dan prasarana transportasi menuju puskesmas dengan kunjungan pasien puskesmas. 3. Mengidentifikasi hubungan antara pelayanan puskesmas dengan kunjungan pasien puskesmas.

7 4. Mengidentifikasi hubungan antara fasilitas puskesmas dengan kunjungan pasien puskesmas. 5. Mengidentifikasi hubungan antara ketenagaan puskesmas dengan kunjungan pasien puskesmas. D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan dalam membuat strategi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. 2. Penelitian ini akan menghasilkan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih puskesmas. 3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan jasa pelayanan umum. E. Definisi Operasional 1. Kunjungan pasien puskesmas Kunjungan pasien adalah penduduk yang memanfaatkan puskesmas sebagai sarana untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pada penelitian ini, kunjungan pasien dijadikan tolak ukur apakah suatu puskesmas termanfaatkan secara optimal atau tidak. 2. Lokasi Puskesmas Bintarto (1990:77) mengemukakan bahwa analisa lokasi dalam geografi menekankan pada tiga unsur geografi, yaitu jarak (distance), interaksi (interaction), dan gerakan (movement). Lokasi Puskesmas yang dimaksud dalam

8 penelitian ini adalah lokasi yang mudah dijangkau sehingga pengaturan distribusi kesehatan pada setiap masyarakat menjadi merata, tidak terkonsentrasi pada suatu wilayah saja. Jika terkonsentrasi pada satu wilayah saja maka akan timbul ketidakseimbangan dalam optimalisasi pelayanan puskesmas di setiap wilayah. 3. Sarana dan prasarana transportasi Sarana dan prasarana transportasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sarana dan prasarana perhubungan yang mendukung tingkat aksesibilitas suatu puskesmas. Menurut Tarigan (2006:78) tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Maka dalam penelitian ini, penilaian mengenai sarana dan prasarana transportasi didasarkan pada : a. Kondisi prasarana transportasi seperti kondisi jalan dan lebar jalan b. Ketersediaan berbagai moda transportasi dan frekuensinya c. Tingkat keamanan dan kenyamanan untuk melalui jalur menuju puskesmas 4. Pelayanan kesehatan Levey dan Lombia dalam Azwar (2010:122) Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Berdasarakan pengertian tersebut maka, penilaian untuk pelayanan puskesmas didasarkan kepada mutu pelayanan yang diberikan oleh puskesmas.

9 5. Fasilitas Pelayanan Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU No. 26 Tahun 2009). Depkes RI pada tahun 1992 mengemukakan bahwa tingkat fasilitas pelayanan adalah kemampuan yang dimiliki puskesmas untuk menyediakan keseluruhan dari sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebagai pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tingkat fasilitas pelayanan dikatakan baik bila Puskesmas tersebut memiliki sarana dan prasarana yang memadai dengan tersedia fasilitas pendukung (gedung, obat yang tersedia, tenaga medis), kegiatan pokok yang merupakan kegiatan rutin puskesmas, dana operasional a. Fasilitas pendukung (gedung, obat yang tersedia, tenaga medis) b. Kegiatan pokok yang merupakan kegiatan rutin puskesmas. Mengacu pada Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas maka upaya puskesmas dibagi menjadi 2, yaitu : a) Upaya kesehatan wajib puskesmas 1. Upaya promosi kesehatan 2. Upaya kesehatan lingkungan 3. Upaya perbaikan gizi 4. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular 5. Upaya kesehatan ibu, anak dan KB 6. Upaya pengobatan dasar

10 b) Upaya kesehatan pengembangan puskesmas 1. Dilaksanakan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang ada dan kemampuan Puskesmas. 2. Bila ada masalah kesehatan, tetapi puskesmas tidak mampu menangani, maka pelaksanaan dilakukan oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota 3. Upaya Laboratorium (medis dan kesehatan masyarakat) dan Perkesmas serta Pencatatan Pelaporan merupakan kegiatan penunjang dari tiap upaya wajib atau pengembangan. 6. Ketenagaan Puskesmas Menurut undang undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Berdasarkan dari upaya kesehatan wajib puskesmas, maka setidaknya puskesmas harus memiliki : 1) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. 2) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan. 3) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. 4) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. 5) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.

11 F. Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian ini antara lain : a. H 1 : Ada hubungan antara lokasi puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien H 0 : Tidak ada hubungan antara lokasi puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien b. H 1 : Ada hubungan antara sarana dan prasarana transportasi menuju puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien H 0 : Tidak ada hubungan antara sarana dan prasarana transportasi menuju puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien c. H 1 : Ada hubungan antara hubungan antara pelayanan puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien H 0 : Tidak ada hubungan antara hubungan antara pelayanan puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien d. H 1 : Ada hubungan antara fasilitas puskesmas jumlah kunjungan pasien H 0 : Tidak ada hubungan antara fasilitas puskesmas jumlah kunjungan pasien e. H 1 : Ada hubungan antara ketersediaan ketenagaan puskesmas dengan jumlah kunjungan Tidak ada hubungan antara ketersediaan ketenagaan puskesmas dengan jumlah kunjungan