BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan

dokumen-dokumen yang mirip
laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sukirno (2008), industri adalah perusahaan yang menjalankan

MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

[ OPISSEN YUDISYUS ]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

BAB V KESEMPATAN KERJA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA BERDASARKAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA TEGALSARI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

No. Katalog :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Perekonomian Indonesia

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH

A. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih rendah dibanding jumlah penduduk

Employment and Unemployment Dewi Pancawati N.,S.Pd.,M.M.

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu negara/masyarakat dapat di

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

Keadaan Ketenagakerjaan Bali Agustus 2017

ANALISIS PARTISIPASI KERJA PENDUDUK LANJUT USIA DI INDONESIA

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut (Subri, 2003).Pada tiap negara batas umur tenaga kerja berbeda-beda hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Gadjah Mada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jambi Agustus 2017

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Pengant eng ant Ilmu E o k nomi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga. dengan keberadaan industri yang ada di pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2016

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

SOSIOLOGI KEBUTUHAN TENAGA KERJA INDUSTRI BERDASARKAN KLASIFIKASI KETENAGA KERJAAN Oleh : Ahmad Darmawi

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu ( maksudnya seminggu sebelum pencacahan ). Tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja ( working-age population ). Sedangkan pengertian tenaga kerja yang dimuat dalam Undang-undang No. 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan / atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Dumairy (1997) yang tergolong sebagai tenaga kerja adalah penduduk yang mempunyai umur didalam batas usia kerja. Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut, supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Setiap negara memilih batas umur yang berbeda karena situasi tenaga kerja pada masing-masing negara juga berbeda, sehingga batasan usia kerja antar negara menjadi tidak sama. Di Indonesia, batas umur minimal untuk tenaga kerja yaitu 15 tahun tanpa batas maksimal. Dengan demikian semua penduduk yang telah berumur 15 tahun keatas dapat digolongkan sebagai tenaga kerja. Hal ini sudah diatur dalam Undang-

Undang No. 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan. Berlakunya Undang_Undang ini mulai tanggal 1 Oktober 1998. Pemilihan umur 15 tahun sebagai batas umur minimal adalah berdasarkan kenyataan penduduk umur 15 tahun di Indonesia sudah bekerja atau mencari kerja terutama di desa-desa. Demikian juga Indonesia tidak menetapkan batasan umur maksimal tenaga kerja karena belum adanya jaminan sosial nasional. Hanya sebagian kecil penduduk yang menerima tunjangan hari tua, yaitu pegawai negeri dan sebagian pegawai swata. Bagi golongan ini pun pendapatan yang diterima tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga mereka yang telah mencapai umur pensiun masih tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhannya, sehingga mereka tetap digolongkan sebagai tenaga kerja ( Simanjuntak, 1998 ). Tenaga kerja ( man power ) terdiri dari angkatan kerja ( labor force ) dan bukan angkatan kerja ( non labor force ). 2.1.1 Angkatan Kerja Angkatan kerja ( labor force ) adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Arti dari mampu adalah mampu secara fisik dan jasmani, kemampuan mental dan secara yuridis mampu serta tidak kehilangan kebebasan untuk memilih dan melakukan pekerjaan serta bersedia secara aktif maupun pasif melakukan dan mencari pekerjaan ( Sumarsono, 2009 ). Angkatan kerja dapat dibedakan menjadi dua sub kelompok yaitu : 1. Bekerja terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu : a. Bekerja penuh yaitu, orang yang memanfaatkan jam kerja secara penuh dalam pekerjaannya kurang lebih 8-10 jam per hari. Angkatan kerja yang digolongkan bekerja adalah mereka yang selama seminggu melakukan

pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh penghasilan atas keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 2 hari. Dan mereka yang selama seminggu tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari dua hari, tetapi mereka adalah orang-orang yang bekerja dibidang keahliannya seperti dokter serta pegawai pemerintahan atau swasta yang sedang tidak masuk kerja karena sakit, cuti, mogok, dan sebagainya. b. Setengah menganggur, yakni mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan. Setengah menganggur dapat digolongkan berdasarkan jumlah jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan dalam 2 kelompok yaitu setengah menganggur kentara yakni mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan setengah menganggur tidak kentara yakni mereka yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah. 2. Penggangguran ( unemployment ) adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan ( Sumarsono, 2009 ). Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Atau dengan kata lain terjadinya ketidakseimbangan ( inbalance ) antara penawaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Tingkat Pengangguran = Jumlah Penganggur Jumlah Angkatan Kerja x 100 %

Menurut sebab-sebab terjadinya, pengangguran dapat digolongkan menjadi 6 jenis ( Arfida, 2003 ) yaitu : a. Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk tenggang waktu yang diperlukan selama proses/prosedur pelamaran dan seleksi, kurangnya informasi dan kurangnya mobilitas pencari kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah atau negara akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. Pengangguran friksional adalah sesuatu yang tidak bisa dielakkan walaupun secara teoritis jangka waktu pengangguran tersebut dapat dipersingkat melalui penyediaan informasi pasar kerja yang lebih lengkap. b. Pengangguran Musiman adalah keadaan menganggur yang terjadi karena pergantian musim. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam. Diluar musim panen dan turun ke sawah banyak orang yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka hanya sekedar menunggu musim yang baru. Selama masa menunggu tersebut mereka digolongkan sebagai penganggur musiman. c. Pengangguran Siklikal adalah pengangguran yang terjadi akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran tenaga kerja.

d. Pengangguran Struktural adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan dalam struktur atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur yang demikian memerlukan perubahan dalam keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan baru tersebut. Misalnya dalam suatu pergeseran dari ekonomi yang dominan agraris menjadi ekonomi yang dominan industri. e. Pengangguran Teknologi. Dalam perkembangan industri, teknologi yang dipakai dalam proses produksi selalu berubah. Laju perubahan itu semakin hari semakin cepat. Di berbagai industri elektronika perubahan teknologi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Perubahan teknologi produksi membawa dampak kesempatan kerja ke berbagai arah. Kekuatan subtitutif dan kekuatan mengubah spesifikasi jabatan yang ditimbulkan membawa dampak negatif bagi kesempatan kerja berupa pengangguran. Sebagai contoh dapat disebutkan adanya perubahan lokomotif tenaga uap menjadi lokomotif diesel sehingga tidak lagi dibutuhkan tukang api. Bila tukang api tidak cepat menguasai keterampilan yang baru, maka kemungkinan ia tergusur oleh perubahan teknologi. f. Pengangguran Karena Kurangnya Permintaan Agregat. Permintaan total masyarakat merupakan dasar untuk diadakannya kegiatan investasi. Pengeluaran investasi memberikan peluang untuk tumbuhnya kesempatan kerja. Bila permintaan terhadap barang dan jasa lesu, maka pada gilirannya timbul pula kelesuan pada permintaan tenaga kerja, Kurangnya permintaan

agregat disini diartikan secara mendasar, bukan sementara bulanan atau tahunan, tetapi merupakan kondisi yang berlaku dalam jangka panjang. Pengangguran memiliki dampak-dampak negatif baik terhadap perekonomian maupun bagi individu dan masyarakat ( Sumarsono,2009 ), antara lain : 1. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan pendapatan nasional. Karena pendapatan nasional yang dicapai lebih rendah daripada pendapatan nasional potensial. 2. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang. 3. Pertumbuhan tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. 4. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan. 5. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan. 6. Pengangguran dapat juga menyebabkan ketidakstabilan politik. 7. Pengangguran dapat menyebabkan timbulnya penyakit sosial di masyarakat. 2.1.2 Bukan Angkatan Kerja Bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat di dalam kegiatan produktif yaitu yang memproduksi barang dan jasa. Jadi yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja yaitu bagian dari tenaga kerja yang tidak mampu mencari pekerjaan, yang termasuk dalam golongan ini adalah ( Simanjuntak, 1998 ) : 1. Golongan yang bersekolah ( pelajar dan mahasiswa ), yaitu mereka yang kegiatannya hanya atau terutama sekolah 2. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang hanya mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah

3. Golongan lain-lain. Yang termasuk golongan lain-lain ini ada 2 macam, yaitu penerima pandapatan, yaitu mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan ekonomi tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pensiun, bunga simpanan, atau sewa atas milik. Dan mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain, misalnya karena lanjut usia, cacat, dalam penjara, atau sakit kronis. Pada dasarnya mereka yang termasuk kelompok bukan angkatan kerja ini ( kecuali mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain ) sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja sehingga kelompok ini sering juga dinamakan potesial labor force. Bila kondisi pekerjaan cukup menarik atau bila keluarga tidak mampu membiayai sekolahnya, maka tenaga kerja yang tergolong bersekolah akan meninggalkan sekolahnya untuk sementara dan mencari pekerjaan. Sebaliknya orang tersebut akan kembali lagi ke bangku sekolah bila kondisi pekerjaan berubah menjadi kurang menarik atau keluarga sudah mampu membiayainya. Demikian juga tenaga kerja yang mengurus rumah tangga akan masuk ke pasar kerja bila tingkat upah tinggi atau bila penghasilan keluarga rendah. Mereka akan kembali mengurus rumah tangga apabila keadaan sebaliknya terjadi ( Simanjuntak, 1998 ).

Penduduk Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Menganggur Bekerja Sekolah Mengurus Rumah Tangga Penerima Pendapatan Bekerja Penuh Setengah menganggur Kentara Tidak Kentara Produktivitas Rendah Penghasilan Rendah Gambar 2.1 Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja (Sumber : Payaman S. 1998)

2.1.3 Pasar Kerja Pasar kerja merupakan keseluruhan aktivitas dari para pelakunya dalam usaha untuk mempertemukan pencari kerja dengan lowongan pekerjaan atau bagaimana mempertemukan penawaran tenaga kerja ( rumah tangga ) dengan permintaan tenaga kerja ( unit usaha ). Bentuk pasar kerja berbeda dengan pasar barang dan pasar modal. Masalah-masalah yang terjadi di pasar kerja tidak sepenuhnya dapat diselesaikan melalui mekanisme pasar. Hal ini diakibatkan oleh kompleksnya faktor faktor yang mempengaruhi penyediaan ataupun permintaan tenaga kerja di dalam pasar kerja. Adapun pelaku-pelaku dalam pasar kerja ( Simanjuntak, 1998 ) antara lain : 1. Rumah tangga sebagai pencari kerja yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan guna membiayai kebutuhan hidupnya menurut ukuran yang diinginkannya. 2. Pengusaha di dalam tujuannya untuk memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya membutuhkan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan ( derived demand ) dari permintaan barang dan jasa oleh konsumen. Artinya semakin besar jumlah barang dan jasa yang diminta oleh konsumen maka semakin besar pula permintaan akan tenaga kerja oleh pengusaha. 3. Perantara atau pihak ketiga yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi rumah tangga dan unit usaha, untuk saling berhubungan fungsi perantara ini dapat dilakukan oleh lembaga pemerintah ( Departemen Tenaga Kerja ) atau oleh lembaga-lembaga swasta/konsultan.

Pasar tenaga kerja dibedakan dalam 2 golongan yaitu : ( 1 ) pasar tenaga kerja utama atau primary labor market ; dan ( 2 ) pasar kerja biasa atau secondary labor market. Perbedaan primary dan secondary labor market dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Perbedaan Primary dan Secondary Labor Market Primary Labor Market Skala perusahaan besar Manajemen perusahaan baik Tingkat pendidikan dan keterampilan karyawan umumnya tinggi Produktivitas kerja karyawan tinggi Upah tinggi Jaminan sosial yang baik Lingkungan pekerjaan yang menyenangkan Disiplin kerja karyawan tinggi Tingkat absensi rendah Jumlah perpindahan karyawan biasanya kecil Sumber : Sumarsono,2009. Secondary Labor Market Skala perusahaan kecil Manajemen perusahaan kurang baik Tingkat pendidikan dan keterampilan karyawan umumnya rendah Produktivitas kerja karyawan rendah Upah rendah Jaminan sosial yang kurang baik Lingkungan pekerjaan yang kurang menyenangkan Disiplin kerja karyawan rendah Tingkat absensi tinggi Karyawan sering berpindah-pindah pekerjaan Pada dasarnya tenaga kerja adalah tidak homogen akan tetapi bersifat heterogen, sehingga terdapat beberapa pasar tenaga kerja sesungguhnya terpisah ( segmented labor market ) seperti :

1. Pasar tenaga kerja terdidik adalah pasar tenaga kerja yang membutuhkan persyaratan dengan kualifikasi khusus yang biasanya diperoleh melalui jenjang pendidikan formal dan membutuhkan waktu yang lama serta biaya pendidikan yang cukup besar. Sehingga dalam pemenuhannya baik pengusaha maupun tenaga kerjanya sendiri membutuhkan waktu yang relatif lama karena masing-masing mencari penyesuaian dengan yang diinginkan. 2. Pasar tenaga kerja tidak terdidik merupakan pasar kerja yang menawarkan dan meminta tenaga kerja yang tidak membutuhkan kualifikasi khusus dan tingkat pendidikan yang relatif rendah. Hal ini bisa terjadi karena bidang pekerjaan yang akan ditangani tidak memerlukan keterampilan dan pendidikan khusus.

Tabel 2.2 Perbedaan Pasar Tenaga Kerja Terdidik dan Tidak Terdidik Pasar Tenaga Kerja Terdidik Produktivitas kerja tinggi Penghasilan tinggi Setiap lowongan pekerjaan selalu dikaitkan dengan persyaratan pendidikan bagi calon yang akan mengisinya Penyediaan tenaga kerja harus melalui sistem sekolah yang lama sehingga elastisitas tenaga kerja kecil Tingkat partisipasi kerja lebih tinggi Tenaga kerja biasanya berasal dari keluarga relatif mampu Proses pengisian lowongan kerja dibutuhkan waktu lebih lama dalam seleksi Lamanya pengangguran biasanya lebih panjang Sumber : Sumarsono,2009. Pasar Tenaga Kerja Tidak Terdidik Produktivitas kerja rendah Penghasilan rendah Setiap lowongan pekerjaan tidak perlu dikaitkan dengan persyaratan pendidikan bagi calon yang akan mengisinya Penyediaan tenaga kerja tidak harus melalui sistem sekolah dan elastisitas tenaga kerja besar Tingkat partisipasi kerja rendah Tenaga kerja biasanya berasal dari keluarga kurang mampu Proses pengisian lowongan kerja dapat dilakukan dengan cepat Lamanya pengangguran biasanya lebih pendek 2.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK ) Jumlah partisipasi angkatan kerja dalam suatu negara atau daerah pada suatu waktu tertentu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja. Menurut Payaman Simanjuntak ( 1998 ), perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja dalam kelompok yang sama ini disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja atau Labour Force Participation Rate (LFPR). TPAK = Jumlah Angkatan Kerja Jumlah Penduduk usiakerja x 100%

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dapat dinyatakan untuk seluruh penduduk dalam usia kerja dan dapat pula dinyatakan untuk satu kelompok penduduk tertentu seperti kelompok laki-laki, kelompok wanita, di kota, di desa, kelompok tenaga terdidik, kelompok umur 10-14 tahun di desa dan lain-lain. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi TPAK yaitu : 1. Jumlah penduduk yang masih bersekolah. Semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah semakin kecil jumlah angkatan kerja dan semakin kecil TPAK. Jumlah penduduk yang bersekolah dipengaruhi oleh tingkatan penyediaan fasilitas pendidikan dan kondisi serta tingkat penghasilan keluarga. 2. Jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga. Semakin banyak anggota dalam tiap-tiap keluarga yang mengurus rumah tangga maka semakin kecil TPAK. 3. Struktur umur. Penduduk berumur muda umumnya tidak memiliki tanggung jawab yang begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga, hal ini disebabkan mereka sebagian besar masih sekolah. Penduduk dalam kelompok umur 25-55 tahun terutama laki-laki dituntut untuk lebih banyak ikut mencari nafkah, sehingga TPAKnya relatif besar. Lebih lanjut lagi penduduk diatas 55 tahun sudah mulai menurun kemampuannya untuk bekerja, sehingga TPAK umumnya rendah. 4. Tingkat upah. Semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak anggota keluarga yang tertarik untuk masuk pasar kerja. Kenaikan tingkat upah mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, disatu pihak tingkat upah meningkatkan pendapatan ( income effect ) yang cenderung untuk mengurangi

TPAK dan dilain pihak peningkatan upah membuat harga waktu menjadi relatif mahal. Pekerjaan menjadi lebih menarik dan menggantikan waktu senggang ( substitution effect ). 5. Tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja. Terutama bagi para wanita dengan semakin tinggi pendidikan kecenderungan untuk bekerja semakin besar, dengan kata lain TPAK juga akan semakin besar. 6. Kegiatan ekonomi. Program pembangunan, disatu pihak menuntut keterlibatan banyak orang dan dilain pihak dapat menumbuhkan harapan-harapan yang baru. Harapan untuk dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut dinyatakan dalam peningkatan partisipasi kerja. Jadi semakin bertambah adanya kegiatan ekonomi maka TPAK akan semakin besar. ( Simanjuntak, 1998). 2.3 Partisipasi Wanita Dewasa Ini Kata partisipasi dalam kamus populer, berasal dari bahasa Belanda yaitu participate yang artinya hal ikut serta atau pengikutsertaan. Jadi partisipasi kerja wanita adalah keikutsertaan wanita dalam menyumbangkan tenaganya di pasar kerja. Berlainan dengan laki-laki, fungsi pokok dari wanita adalah sebagai istri dan ibu. Tugas pokok mereka adalah melaksanakan tugas rumah tangga, melahirkan dan membesarkan anak. Karena itu, partisipasi wanita dalam angkatan kerja sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, sosial dan budaya.

Pada awalnya alasan umum perempuan bekerja adalah untuk membantu perekonomian keluarga. Kondisi ekonomi nasional yang semakin tidak menentu serta naiknya harga-harga kebutuhan pokok sementara pendapatan keluarga yang cenderung tidak meningkat akan berakibat pada terganggunya stabilitas perekonomian keluarga. Namun, sejalan dengan kemajuan pembangunan nasional secara keseluruhan terdapat kecenderungan meningkatnya peranan wanita dalam ikut mencari nafkah bagi keluarga. Partisipasi wanita dewasa ini bukan hanya untuk membantu perekonomian keluarga tetapi dalam bentuk menyatakan fungsinya yang juga dapat turut serta berpartisipasi bagi pembangunan dalam masyarakat di Indonesia secara langsung. Wanita tidak hanya ikut bekerja di sektor pertanian, peternakan dan kerajinan melainkan juga memasuki sektor industri, bisnis bahkan sektor pemerintahan dan dunia politik. Peningkatan peranan wanita dalam pembangunan nasional pada dasarnya adalah upaya peningkatan peranan, kemampuan, kemandirian dan kualitas wanita sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). 2.4 Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga adalah penghasilan keluarga yang berbentuk uang maupun dalam bentuk lain yang dapat diuangkan dari hasil usaha yang dilakukan oleh anggota keluarga. Menurut Sumarsono ( 2009 ) pendapatan yang diperoleh suatu keluarga digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun materil, baik kebutuhan penting maupun tidak sesuai dengan kemampuan

mereka. Kebutuhan yang harus dipenuhi adalah kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar yaitu kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup, baik yang terdiri dari kebutuhan atau konsumsi individu ( makan, perumahan, pakaian ) maupun keperluan pelayanan sosial tertentu ( air minum, sanitasi, transportasi, kesehatan dan pendidikan ). Pendapatan suami tidak sepenuhnya mencerminkan pendapatan keluarga. Karena pendapatan keluarga juga dapat berasal dari pendapata istri atau anggota keluarga lainnya yang bekerja, penerimaan dari kekayaan, dan sebagainya. Tinggi rendahnya pendapatan keluarga dapat dipengaruhi oleh pendapatan suami, namun pendapatan istri belum tentu dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan suami ( Elfindri dan Nasri Bachtiar, 2004 ). Menurut Susanto dalam Sumarsono ( 2009 ) Pekerja wanita dihadapkan pada kenyataan bahwa produktivitas wanita dalam usahanya berpartisipasi di luar rumah dibatasi oleh sektor domestiknya, sehingga mempengaruhi ibu rumah tangga untuk memasuki berbagai jenis pekerjaan yang ada di pasar kerja. Keterlibatan ibu rumah tangga dalam mencari nafkah menentukan besar kecilnya pendapatan keluarga, yang berarti pula menentukan tingkat hidup, status sosial ekonomi serta tingkat hidup dari keluarganya. Peranan wanita dalam rumah tangga diukur atau dilihat dari seberapa besar kontribusi pendapatan keluarga, semakin bernilai sumbangan pendapatan yang diberikan istri, semakin berarti. Menurut Budiman dalam Sumarsono ( 2009 ) menambahkan konsep tingkat pendapatan pekerja wanita sebagai berikut :

1. Bahwa peran wanita sebagai penunjang ekonomi menjadi penting dengan bertambah miskinnya keluarga 2. Sumbangan pendapatan pekerja wanita pada anggaran rumah tangga dapat dikatakan semakin miskin keluarga semakin tinggi persentase sumbangannya Kedua konsep tersebut menjelaskan bahwa aktivitas kerja wanita dalam menghasilkan pendapatan maupun kontribusinya semakin tampak, apabila tingkat ekonomi keluarga rendah. 2.5 Tingkat Pendidikan Ibu Bekerja Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi perhatian semua pihak dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini. Pendidikan memegang peranan penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia agar dapat menghadapi persaingan bebas. Investasi pendidikan merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan nilai stock manusia. Dimana nilai stock manusia setelah mengikuti pendidikan, dengan berbagai jenis, jenjang dan bentuk pendidikan., dapat meningkatkan berbagai bentuk nilai. Para ekonom mengklasifikasikan bahwa nilai yang diperoleh adalah berupa peningkatan penghasilan individu, peningkatan produktifitas kerja, peningkatan nilai sosial ( social benefit ) individu dibandingkan dengan sebelum memperoleh pendidikan. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dengan proses investasi saat sekarang, maka manfaat yang akan diperoleh oleh individu adalah pada masa yang akan datang. Sedangkan untuk meningkatkan nilai stock manusia, maka seseorang atau rumah tangga juga perlu mengorbankan biaya, baik yang ditanggung oleh individu maupun oleh masyarakat ( Elfindri, 2001a).

Proses pendidikan yang diterapkan oleh suatu negara tidak jarang berpengaruh terhadap percepatan penawaran angkatan kerja. Seperti halnya penerapan wajib belajar pendidikan dasar jelas-jelas telah menunda penawaran angkatan kerja. Demikian juga dengan semakin terbatasnya fasilitas pendidikan lanjutan, maka secara potensial kelompok yang tidak dapat melanjutkan pendidikan, baik disengaja maupun tidak, akan semakin besar. Meningkatnya pendidikan wanita dari tahun ke tahun bersamaan dengan semakin menurunnya jumlah anak yang dilahirkan, pada gilirannya waktu efektif untuk kegiatan yang berkaitan dengan home production menjadi berkurang menyebabkan nilai waktu pasar menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya ( Elfindri dan Nasri Bachtiar, 2004 ). 2.5.1 Kaitan Tingkat Pendidikan Ibu Bekerja terhadap Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Keluarga Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin besar alternatif untuk memperoleh pekerjaan. Menurut Payaman Simanjuntak ( 1998 ), dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang, nilai waktu semakin bertambah mahal. Orang yang waktunya relatif mahal cenderung menggantikan waktu senggangnya untuk bekerja (substitution effect). Pengaruh ini terutama lebih nyata di kalangan wanita, wanita berpendidikan tinggi umumnya tidak tinggal diam di rumah untuk mengurus rumah tangga, tetapi akan masuk dalam pasar kerja. 2.6 Jam Kerja Curahan waktu kerja adalah proporsi waktu bekerja ( yang dicurahkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu di sektor pertanian dan di luar sektor pertanian )

terhadap total waktu kerja angkatan kerja. Curahan waktu kerja tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Ada jenis-jenis kegiatan yang memerlukan curahan waktu yang banyak dan berkelanjutan, tapi sebaliknya ada pula jenisjenis kegiatan yang memerlukan curahan waktu kerja yang terbatas ( Nurmanaf, 2006 ). Secara umum wanita mempunyai peran baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin dalam curahan waktu kerja wanita. Menurut Putri ( 2007 ) curahan waktu kerja wanita secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu: curahan waktu kerja untuk kegiatan ekonomi ( mencari nafkah ) dan kegiatan non ekonomi yaitu kegiatan dasar, kegiatan sosial, dan kegiatan rumah tangga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiandarini ( 2001 ) terhadap curahan jam kerja wanita dan pria di luar sektor petanian menunjukkan bahwa curahan jam kerja wanita lebih besar ( 877,04 jam setahun ) dibanding pria ( 657,14 jam setahun ). Besarnya curahan jam kerja wanita pada kegiatan di luar sektor pertanian menunjukkan bahwa wanita mempunyai peranan cukup besar dalam rumah tangga, yaitu dalam membantu kepala rumah tangga memenuhi kebutuhan rumah tangga. Rumah tangga merupakan satu unit pengambil keputusan kerja memiliki sebuah fungsi sebagai kesatuan utama dalam produksi, konsumsi dan reproduksi serta kesatuan interaksi sosial ekonomi. Umumnya masalah pokok yang dihadapi seorang wanita berkeluarga yang bekerja adalah bagaimana mereka mengalokasikan waktu yang tersedia dalam berbagai macam kegiatan rumah

tangga seperti mengurus suami, mengurus anak dan mengelola keuangan keluarga serta mencari nafkah ( Arif, 2009 ). Menurut Arif ( 2009 ) alokasi waktu bagi ibu rumah tangga yang memiliki peran ganda tersebut meliputi berbagai kegiatan yaitu kegiatan mencari nafkah, kegiatan mengelola rumah tangga, kehidupan dalam bermasyarakat ( kelembagaan ) dan kegiatan untuk waktu luang. Maksud dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah : 1. Kegiatan untuk mencari nafkah adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan atau keuntungan. 2. Kegiatan dalam rumah tangga. Menurut Pudjiwati dalam Arif ( 2009 ), wanita melakukan pekerjaan rumah tangga ( house work ) yang tetap merupakan pekerjaan seorang wanita sesuai dengan masyarakat tempat dimana ia tinggal yaitu : memasak, mencuci, mengasuh anak dan sebagainya. Dan waktu yang dicurahkan untuk pekerjaan rumah tangga oleh wanita di pedesaan adalah intensif dan banyak, khususnya dari golongan ekonomi lemah yang pekerjaannya memerlukan banyak waktu dan energi. 3. Yaitu waktu yang dipakai untuk beristirahat misalnya tidur, mandi, makan, mengunjungi sanak keluarga, rekreasi dan sebagainya. Untuk mandi, makan dan tidur adalah waktu luang karena merupakan kebutuhan pokok setiap individu. Menurut Payaman J. Simanjuntak ( 1998 ) bahwa : Waktu yang tersedia per hari bagi tiap-tiap keluarga sudah tetap yaitu 24 jam. Dari jumlah waktu tersebut keluarga yang bersangkutan harus menyediakan waktu keperluan tidur,

makan, mandi dan lain-lain yang bersifat personal. Sisanya dipakai untuk bekerja ( untuk memperoleh barang konsumsi ) dan untuk waktu senggang. Jadi dasarnya setiap penambahan barang konsumsi ( melalui penambahan waktu kerja ) berarti juga mengurangi waktu senggang. Selanjutnya Ken Suratiyah (1997) membagi waktu kerja wanita ini menjadi : 1. Kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan rumah tangga. 2. Kegiatan mencari nafkah untuk kebutuhan rumah tangga. 3. Kegiatan sosial masyarakat. 4. Kegiatan individual masyarakat. Sedangkan Neoklasikal teori tentang house hold function menyatakan bahwa terdapat tiga alokasi waktu dari waktu yang tersedia bagi ibu rumah tangga yaitu : 1. Bekerja di rumah. 2. Bekerja di luar rumah ( diantaranya mencari nafkah ). 3. Waktu istirahat. Ketiga alokasi waktu tersebut dapat menghasilkan tiga macam komoditi antara lain : 1. Hasil kerja dirumah diantaranya adalah memasak, mengurus anak atau membersihkan rumah ( house work ).

2. Hasil kerja di luar rumah ( market work ) berupa upah yang digunakan untuk membeli keperluan hidup sehari-hari. 3. Utility yang diperoleh dari waktu istirahat. Banyak faktor yang mempengaruhi alokasi waktu seseorang. Alokasi waktu bagi setiap anggota keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : keadaan sosial ekonomi keluarga, pemilihan aset produktif, tingkat upah, karakteristik yang melekat pada setiap anggota keluarga yang dicirikan dengan faktor umur, tingkat pendidikan atau keahlian yang dimiliki anggota keluarga yang lain. Pertambahan pendapatan cenderung untuk mengurangi jam kerja (income effect). Dengan meningkatnya status ekonomi (pertambahan pendapatan) seseorang cenderung untuk meningkatkan konsumsinya dan akan lebih banyak menikmati waktu senggangnya. Hal ini berarti mereka telah mengurangi jam kerja untuk keperluan tersebut ( Sumarsono, 2009 ). 2.6.1 Kaitan Jam Kerja terhadap Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Keluarga Menurut Mubyarto dalam Sumarsono ( 2009 ) tingkat pencurahan jam kerja adalah persentase banyaknya jam kerja yang dicurahkan terhadap jumlah jam kerja yang tersedia. Jam kerja dan pendapatan merupakan variabel yang sulit untuk dipisahkan. Pendapatan/upah diperoleh seseorang dari suatu pekerjaan melalui pencurahan jam kerja untuk bekerja yang menghasilkan barang dan jasa. Curahan jam kerja adalah jumlah jam kerja yang dilakukan oleh buruh untuk melakukan pekerjaan di pabrik, di rumah dan pekerjaan sambilan. Lama

bekerja dalam seminggu bagi setiap orang tidak sama. Hal itu tergantung pada keadaan masing-masing buruh, alasan ekonomi adalah yang paling dominan, untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari atau untuk menambah penghasilan keluarga. Menurut Payaman Simanjuntak ( 1998 ), bahwa waktu yang tersedia dipergunakan untuk mengelola rumah tangga, untuk bekerja dan ada pula waktu untuk senggang. Bagi masyarakat di desa waktu senggang pada umumnya digunakan untuk menambah penghasilan keluarga dengan jalan bekerja sambilan. Misalnya pada hari minggu atau pada hari libur, maka waktunya digunakan untuk mencari tambahan pendapatan misalnya dengan menerima pencucian dan setrika pakaian dari tetangga atau menjual hasil kebunnya di pasar. Hal-hal seperti ini memang tidak berlangsung setiap hari, tetapi bisa menambah pendapatan keluarga sehingga meningkatkan kesejahteraan keluarga. 2.7 Jumlah Tanggungan Keluarga Menurut Irawati dalam Arif ( 2009 ) jumlah anggota rumah tangga mencerminkan pengeluaran rumah tangga. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak tanggungan anggota rumah tangga, maka semakin banyak jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh wanita pedesaan ibu rumah tngga untuk mencari nafkah. Demikian pula jumlah anak yang tertanggung dalam keluarga akan berdampak pada besar kecilnya pengeluaran suatu keluarga. Demikian juga anggota-anggota keluarga yang cacat maupun lanjut usia. Mereka tidak bisa menanggung biaya hidupnya sendiri sehingga mereka bergantung pada kepala keluarga dan istrinya. Anak-anak yang belum dewasa perlu di bantu biaya

pendidikan, kesehatan dan biaya hidup lainnya. Jumlah anggota yang ditanggung baik yang tinggal bersama dalam satu rumah maupun tinggal ditempat lain tetapi masih menjadi tanggung jawab rumah tangga tersebut. 2.7.1 Kaitan Jumlah Tanggungan Keluarga terhadap Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Keluarga Bila dihubungkan dengan tingkat partisipasi maka total penghasilan keluarga berpengaruh terhadap keputusan anggota keluarga untuk bekerja. Hal ini diterangkan oleh Payaman Simanjuntak ( 1998 ) bahwa, bagaimana suatu keluarga mengatur siapa yang bekerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga pada dasarnya tergantung pada tingkat penghasilan dan jumlah tanggungan dari keluarga yang bersangkutan. Jumlah anggota keluarga menentukan jumlah kebutuhan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga. Setiap individu mempunyai kebutuhan sendiri. Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, kebutuhan-kebutuhannya akan banyak. Dalam keluarga dengan penghasilan rendah, jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan cenderung lebih mendorong ibu rumah tangga untuk ikut bekerja guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Peran wanita sebagai the secondary worker sangat penting dalam perekonomian keluarga berpendapatan rendah.

Wanita yang telah menikah, yang suaminya mempunyai pendapatan lebih rendah dari batas garis kemiskinan dan mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang banyak cenderung untuk masuk ke dalam pasar kerja. Pada negara berkembang seperti Indonesia persentase rumah tangga yang pendapatannya lebih rendah dari tingkat subsisten, secara relatif cukup banyak. Oleh sebab itu banyak wanita yang masuk ke dalam pasar kerja terutama disebabkan oleh tingkat kemiskinan yang mendasar dan bertujuan untuk mencapai tingkat pendapatan di atas tingkat subsisten ( Elfindri dan Nasri Bachtiar, 2004 ). 2.8 Jumlah Anggota Keluarga yang Bekerja Keputusan untuk bekerja adalah suatu keputusan yang mendasar tentang bagaimana menghabiskan waktu ( Sumarsono,2009 ). Keputusan untuk bekerja di pasar kerja tidak hanya ditentukan oleh keputusan individu. Dalam suatu rumah tangga keputusan seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh anggota keluarga yang lain. Besar kecilnya upah salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi keputusan anggota keluarga lain untuk masuk ke pasar kerja. Pendapatan keluarga adalah penghasilan keluarga yang berbentuk uang maupun dalam bentuk lain yang dapat diuangkan dari hasil usaha yang dilakukan oleh anggota keluarga ( Sumarsono, 2009 ). Hal ini berarti semakin banyak anggota keluarga yang berpartisipasi dalam pasar kerja maka semakin tinggi pendapatan keluarga karena sumber-sumber pendapatan keluarga bertambah. Terdistribusinya sumber pendapatan keluarga pada akhirnya mengakibatkan kontribusi anggota keluarga terhadap pendapatan keluarga semakin merata.