Reformasi di tengah ketidakpastian

dokumen-dokumen yang mirip
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Desember Ndiame Diop Lead Economist & Economic Advisor, Indonesia Bank Dunia

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Kondisi Perekonomian Indonesia

Oktober Di tengah volatilitas dunia

1. Tinjauan Umum

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Perkembangan Industri

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Perekonomian Suatu Negara

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Ringkasan eksekutif: menjaga ketahanan. P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Juni Tangguh berkat reformasi

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Januari Mempertahankan momentum reformasi

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

Maret Investasi yang tak menentu

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Piliha n sulit

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

Perkembangan Triwulanan Ekonomi Indonesia Tantangan saat ini, peluang masa depan

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

Tinjauan Perekonomian Bulanan

PERKEMBANGAN TRIWULANAN INDONESIA PEREKONOMIAN ECONOMIC QUARTERLY

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

Robohnya Rupiah Kami 1

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Oktober 2012 Menjaga Ketahanan

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Maju perlahan. Juli Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

Juni 2017 RESEARCH TEAM

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Monthly Market Update

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

Transkripsi:

Reformasi di tengah ketidakpastian Supported by funding from the Australian Government (Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT), under the Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA) program.

PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Reformasi di tengah ketidakpastian

Kata Pengantar Perkembangan Triwulanan (Indonesia Economic Quarterly/IEQ) mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan perkembangan utama perekonomian Indonesia dalam tiga bulan terakhir, dan menempatkan dalam konteks jangka panjang dan global. Berdasarkan perkembangan ini, serta perubahan kebijakan dalam periode tersebut, laporan ini menyediakan perkembangan terkini secara rutin tentang prospek perekonomian dan kesejahteraan sosial Indonesia. Kedua, laporan IEQ ini memberikan penilaian mendalam terhadap isu-isu ekonomi dan kebijakan tertentu, dan analisis terhadap tantangan pembangunan jangka menengah Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak luas termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan profesional yang terlibat dan mengikuti perkembangan ekonomi Indonesia. IEQ merupakan laporan Bank Dunia di Jakarta dan mendapatkan bimbingan editorial dan strategis oleh dewan editorial yang dipimpin oleh Rodrigo Chaves, Country Director untuk Indonesia. Laporan ini disusun oleh tim Macroeconomic and Fiscal Management Global Practice, dibawah bimbingan Shubham Chaudhuri, Practice Manager, Ndiame Diop, Lead Economist, dan Hans Anand Beck, Senior Economist. Tim utama penyusun laporan ini dipimpin oleh Elitza Mileva, Country Economist dan bertanggung jawab di bagian A, pengeditan dan produksi, tim inti terdiri dari Arsianti, Magda Adriani, Masyita Crystallin, Fitria Fitrani, Ahya Ihsan, Yue Man Lee, dan Violeta Vulovic dengan tambahan pengeditan oleh Edgar Janz, Matt Wai-Poi dan Sinead Maguire. Dukungan administrasi diberikan oleh Titi Ananto. Diseminasi dilakukan oleh Indra Irnawan, Jerry Kurniawan, GB Surya Ningnagara dan Nugroho Sunjoyo dibawah bimbingan Dini Sari Djalal. Edisi ini juga mencakup kontribusi dari Mattia Makovec (Part A.7, Ketenagakerjaan), Magda Adriani, Mubariq Ahmad, Ann Jeannette Glauber, Iwan Gunawan, Elitza Mileva, Sarah Moyer (Bagian B.1, Kebakaran hutan), Samuel Clark, Ihsan Haerudin, Jennifer Noveck, Kevin A. Tomlinson, Kathleen A. Whim (Bagian B.2, Undang-Undang Desa), Agnesia Adhissa, Evarist Baimu, Massimiliano Cali, Brasukra Sudjana (Bagian C.1, Trans Pacific Partnership). Data dan masukan utama juga diterima dari Massimiliano Cali, Letizia Ferlito, Pandu Harimurti, Muhammad Farman Izhar, Anita Ellen Kendrick, Ruby Mangunsong, Rosfita Roesli, George Henry Stirrett Wood, Rinsan Tobing. Special thanks to Fauziah Alhasanah, Augustan, Nugraheni Setyaningrum (BPPT) dan Ridho Benardo Becken, Paulina Laurentia Diana, Gita Febriyanti, Rina Octavia, Owen Podger, Dian Puspita (Yayasan Pengurangan Resiko Bencana, PRB). Laporan ini juga mendapat tambahan masukan yang penting dari Ernest Berthe and Triyanto Fitriyardi (IFC), Sudhir Shetty, Nikola L. Spatafora, Maria Monica Wihardja and John Burch (Australian Treasury, Australia-Indonesia Government Partnership Fund). Laporan ini disusun oleh para staf International Bank for Reconstruction and Development Bank Dunia, dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia (Departemen Luar Negeri dan Perdagangan atau Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT) melalui program Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA). Temuan-temuan, interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan di dalam laporan ini tidak mencerminkan pandangan AusAID dan Pemerintah Australia, para Direktur Pelaksana Bank Dunia atau pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data-data yang termuat dalam laporan ini. Batas-batas, warna, denominasi dan informasi-informasi lain yang digambarkan pada setiap peta di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Bank Dunia mengenai status hukum dari wilayah atau dukungan atau penerimaan dari batas-batas tersebut. Foto di sampul depan dan Ringkasan Eksekutif diambil oleh dan merupakan hak cipta Pusdatinmas, BNPB 215 dan foto di bagian lain diambil oleh Arsianti, Curt Carnemark and Josh Estey dan merupakan Hak Cipta Bank Dunia. Semua Hak Cipta dilindungi. Untuk mendapatkan lebih banyak analisis Bank Dunia tentang ekonomi Indonesia: Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke website ini www.worldbank.org/id Untuk mendapatkan publikasi ini melalui e-mail, silakan hubungi madriani@worldbank.org. Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan hubungi emileva@worldbank.org.

Daftar Isi RINGKASAN EKSEKUTIF: REFORMASI DI TENGAH KETIDAKPASTIAN... I A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI... 1 1. Meskipun terdapat perbaikan sentimen pasar, kondisi ekonomi luar negeri masih kurang mendukung.... 1 2. Belanja pemerintah mendukung pertumbuhan PDB yang moderat pada kuartal ketiga... 2 3. Inflasi mengalami moderasi akibat pengaruh dasar (base effect), namun risiko-risiko terkait El Niño tetap bertahan... 5 4. Aliran modal semakin menurun, sesuai dengan tren negara-negara berkembang... 6 5. Kondisi keuangan masih tetap ketat, sebagian karena lebih rendahnya aliran masuk modal asing... 8 6. Kenaikan tingkat pelaksanaan anggaran mendukung pertumbuhan di kuartal ketiga... 11 7. Penciptaan lapangan kerja melemah dan semakin bergantung pada sektor dengan produktivitas rendah... 14 8. Peningkatan investasi swasta bergantung pada upaya reformasi pemerintah... 16 B. BEBERAPA PERKEMBANGAN TERKINI PEREKONOMIAN INDONESIA... 19 1. Krisis kebakaran di Indonesia: Siapa yang diuntungkan dan siapa yang menanggung?... 19 a. Produksi minyak kelapa sawit bernilai miliaran: siapa yang diuntungkan?... 22 b. Kebakaran di Indonesia tahun 215 diperkirakan membawa kerugian sebesar Rp 221 triliun: siapa yang menanggung?... 23 c. Kasus moratorium dan pemulihan lahan gambut... 27 2. Mewujudkan potensi UU Desa... 29 a. Memastikan Undang-Undang Desa menargetkan masyarakat miskin dan hampir miskin... 3 b. Memperlancar penyaluran dana desa... 32 C. INDONESIA 216 DAN SELANJUTNYA: TINJAUAN PILIHAN... 35 1. Kesepakatan Trans-Pacific Partnership: Peluang atau Ancaman bagi Indonesia?... 35 a. TPP akan mempengaruhi perekonomian Indonesia... 36 b. Bergabung dengan TPP akan mempengaruhi kebijakan ekonomi Indonesia... 38 LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA... 41

DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Prospek harga komoditas semakin melemah... 2 Gambar 2: Kondisi keuangan dunia masih ketat bagi negara berkembang... 2 Gambar 3: Pertumbuhan PDB menjadi stabil pada 4,7 persen yoy pada kuartal ketiga 215... 3 Gambar 4: didorong oleh kenaikan yang signifikan dalam belanja modal sektor publik secara riil... 3 Gambar 5: Indikator kegiatan investasi bulanan dapat mengisyaratkan kenaikan... 4 Gambar 6: walau sentimen dunia usaha dan konsumen tetap lemah... 4 Gambar 7: Inflasi IHK turun akibat pengaruh dasar... 5 Gambar 8: Neraca keuangan terus menurun... 6 Gambar 9: Aliran masuk modal ke negara berkembang diperkirakan akan mencapai titik terendah pada kuartal keempat... 7 Gambar 1: Investor asing menjual aset-aset portofolio dalam denominasi Rupiah pada kuartal ketiga 215... 7 Gambar 11:Ekuitas negaraberkembang mencatat peningkatan sejak bulan September... 9 Gambar 12: Utang swasta luar negeri terus melambat pada kuartal ketiga 215, dengan naiknya beban pinjaman... 9 Gambar 13: Kenaikan pertumbuhan kredit sejak Juli didorong oleh pinjaman investasi... 1 Gambar 14: Penerimaan terkait migas terus menjadi pendorong utama perlambatan penerimaan... 12 Gambar 15: Kecuali untuk subsidi energi, laju pencairan lebih tinggi dibanding tahun-tahun yang lalu... 12 Gambar 16: Rencana kenaikan belanja untuk kesehatan, infrastruktur dan bantuan sosial untuk 216... 13 Gambar 17: Perlambatan pertumbuhan mengakibatkan kenaikan pengangguran... 15 Gambar 18: dengan hanya sektor konstruksi dan perdagangan yang mendorong penciptaan lapangan kerja... 15 Gambar 19: Provinsi terdampak telah mengalami kerusakan dan kerugian akibat kebakaran dan kabut asap... 24 Gambar 2: yang telah mengurangi pertumbuhan PDB tahun 215... 24 Gambar 21: Kesenjangan infrastruktur sangat bervariasi di seluruh Indonesia... 3 Gambar 22: Rumus Dana Desa 9/1 memperlakukan warga desa secara kurang merata... 31 Gambar 23:Penyaluran DD dari kabupaten ke desa melambat di tahun 215... 32 Gambar 24: Pangsa negara-negara TPP dalam ekspor barang Indonesia tinggi, meskipun sedikit menurun... 37 Gambar 25: Negara-negara TPP menjadi pasar yang lebih penting untuk ekspor manufaktur Indonesia... 37 Gambar 26: AS menerapkan tarif yang pada umumnya sangat rendah; hanya beberapa produk yang dikenai tarif di atas 2 persen... 38 Gambar 27: Potensi pengalihan perdagangan dari ekspor Indonesia terkonsentrasi pada produk pakaian... 38 Gambar 28: Indonesia adalah pengguna aktif hambatan perdagangan dan investasi... 4 DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB... 41 Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran... 41 Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB produksi... 41 Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor... 41 Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen... 41 Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri... 41

Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran... 42 Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan... 42 Lampiran Gambar 9: Ekspor barang... 42 Lampiran Gambar 1: Impor barang... 42 Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus modal... 42 Lampiran Gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter... 42 Lampiran Gambar 13: Rincian bulanan IHK... 43 Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa negara... 43 Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan internasional... 43 Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran... 43 Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional... 43 Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS... 43 Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah 5-tahunan dalam mata uang lokal.. 44 Lampiran Gambar 2: Spread obligasi dolar AS pemerintah EMBI... 44 Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, pedesaan dan deposito... 44 Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan... 44 Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah... 44 Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri... 44 DAFTAR TABEL Tabel 1: Pada proyeksi dasar (base case), pertumbuhan PDB diproyeksikan pada 4,7 persen untuk tahun 215... iii Tabel 2: Pada keadaan dasar, pertumbuhan PDB diproyeksikan meningkat ke 5,3 persen pada tahun 216... 6 Tabel 3: Proyeksi defisit neraca berjalan adalah sebesar 2, persen dari PDB untuk 215... 8 Tabel 4: Kementerian Keuangan memproyeksikan defisit fiskal sebesar 2,2 persen dari PDB untuk 216... 14 Tabel 5: Agenda reformasi pemerintah memiliki cakupan luas *... 17 Tabel 6: Total hektar yang terbakar menurut provinsi, Juni-Oktober 215... 2 Tabel 7: Perkiraan kerugian dan kerusakan akibat kebakaran hutan dan kabut asap pada bulan Juni-Oktober 215 mencapai Rp 221 triliun... 25 Tabel 8: Perkiraan pendapatan masyarakat yang hilang selama lebih dari satu tahun sebagai akibat dari moratorium pengembangan lahan gambut cukup besar jumlahnya... 27 Tabel 9: Perkiraan biaya pembangunan pemulihan lahan gambut... 28 Tabel 1: Dampak transfer fiskal ke desa-desa berdasarkan UU Desa diharapkan meningkat dalam jangka menengah... 29 Tabel 11: Status Kerangka Peraturan tingkat Daerah... 33 DAFTAR LAMPIRAN TABEL Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja Pemerintah... 45 Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran... 45 Lampiran Tabel 3: Indikator utama makro-ekonomi... 46 Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator pembangunan Indonesia... 47 DAFTAR KOTAK Kotak 1: Pemerintah telah memprakarsai proses reformasi yang penting dan bersifat luas pada bulan September... 17 Kotak 2: Standar sertifikasi dapat mendorong praktik-praktik produksi ramah lingkungan.. 21 Kotak 3: Kebakaran, lahan gambut, dan perubahan iklim... 23

Kotak 4: Biaya lainnya dampak kumulatif yang tidak diketahui dari kebakaran dan kabut asap terhadap flora dan fauna... 26 Kotak 5: Menilai kesetaraan alokasi Dana Desa dengan membandingkan dua desa... 32

Ringkasan eksekutif: Reformasi di tengah ketidakpastian Dengan kondisi lingkungan dalam dan luar negeri yang menantang, dan diperburuk oleh bencana asap dan kebakaran, pemerintah tetap berkomitmen untuk meningkatkan pertumbuhan Akan tetapi, resiko rendahnya penerimaan, dapat membatasi kemampuan kebijakan fiskal untuk mendorong investasi dan pertumbuhan Walau pasar keuangan dunia telah kembali stabil sejak bulan Oktober, kondisi global masih tetap kurang mendukung. Bagi Indonesia, pertumbuhan PDB yang telah melambat, mendapat tambahan pengaruh negatif dari kondisi ekonomi dan lingkungan yang berasal dari kebakaran dan asap akibat perilaku manusia. Kerugian akibat kebakaran dan asap ini diperkirakan berjumlah sekitar 221 triliun rupiah (1,9 persen dari PDB) dalam waktu lima bulan. Dalam kondisi yang tidak mudah ini, pemerintah memperlihatkan niat yang tegas untuk melaksanakan reformasi dengan fokus pada peningkatan laju investasi, revitalisasi industri dalam negeri dan peningkatan perdagangan. Salah satu indikasi akan hal tersebut adalah kenaikan belanja modal pemerintah yang signifikan, sebesar kira-kira 49,8 persen tahun-ketahun (year on year, yoy) secara riil pada kuartal ketiga, membalikkan tren negatif yang tercatat pada tahun 214 dan awal tahun 215. Selain itu, APBN 216 juga memperlihatkan perbaikan lebih lanjut dalam komposisi belanja negara, dengan pengalihan sumber daya dari subsidi energi ke infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial bersasaran. Sinyal kedua adalah agenda reformasi yang diprakarsai pada bulan September melalui pengumuman tujuh paket kebijakan untuk pengaturan dan reformasi struktural dan stimulus fiskal. Komitmen pemerintah untuk mempercepat belanja publik pada tahun 215, meskipun dengan penerimaan yang lebih rendah dibanding proyeksi, telah memperlebar defisit fiskal menjadi 2,5 persen dari PDB pada bulan Oktober dan, dapat semakin meningkat pada bulan November, jika melihat tren terakhir. Namun, meningkatkan batas defisit menjadi 3 persen untuk pemerintahan (pusat dan daerah) tampaknya tidak akan memberikan ruang yang cukup untuk mencapai sasaran belanja sesuai revisi prospek fiskal bulan Juli. Selain itu, pencapaian sasaran penerimaan untuk tahun 216 secara keseluruhan merupakan hal yang tidak mudah, seiring dengan lemahnya pencapaian sasaran penerimaan tahun 215 dan tetap lemahnya kondisi ekonomi makro dan rendahnya harga-harga komoditas. Jika i

penerimaan pemerintah tetap lemah pada tahun 216, momentum belanja infrastruktur publik yang diharapkan menjadi dorongan pertumbuhan akan ikut terancam. Penghindaran risiko (risk aversion) investor mulai menunjukkan penurunan, namun kegiatan ekonomi dunia masih lemah Belanja publik telah mendorong pertumbuhan pada kuartal ketiga, sementara investasi swasta tetap lemah Kebakaran dan asap yang disebabkan manusia dan menghabiskan dana 221 triliun rupiah bagi Indonesia dalam waktu lima bulan, turut berkontribusi terhadap perlambatan pertumbuhan Walau defisit neraca berjalan relatif rendah, tekanan dari perekonomian global terus berlanjut Aset negara-negara berkembang kembali meningkat pada bulan Oktober setelah mencatat penurunan yang tajam pada bulan Agustus dan September, ketika ketidakpastian perlambatan ekonomi Tiongkok dan prospek suku bunga AS mengalami peningkatan. Meskipun sentimen pasar lebih positif, aliran masuk modal ke negara-negara berkembang masih tetap lemah dan biaya pinjaman tetap relatif tinggi. Selain kondisi pembiayaan yang ketat, Indonesia masih menghadapi lemahnya permintaan luar negeri untuk ekspor dalam jangka pendek dan tetap rendahnya harga-harga komoditas dalam jangka menengah. Data terakhir menunjukkan kecenderungan perlemahan pertumbuhan PDB di seluruh dunia untuk empat kuartal secara berturut-turut. Pada kuartal ketiga, PDB riil tumbuh sebesar 4,7 persen yoy, laju yang sama pada kuartal pertama dan kedua tahun 215. Pertumbuhan didukung oleh kenaikan belanja sektor publik, baik untuk konsumsi maupun modal. Pada saat yang bersamaan, investasi sektor swasta diperkirakan akan tetap lemah. Beberapa data berfrekuensi tinggi mengindikasikan peningkatan pada kuartal empat, sementara data yang lain, terutama indikator sentimen usaha, justru mengindikasikan berlanjutnya lemahnya pertumbuhan. Angka pengangguran agregat meningkat menjadi 6,2 persen, dari 5,9 persen pada bulan Agustus 214, mengubah arah tren penurunan pengangguran yang tercatat selama dekade lalu. Selain itu, sektor-sektor yang masih menciptakan lapangan kerja seperti konstruksi dan perdagangan adalah sektor-sektor dengan produktivitas yang rendah. Faktor lain yang merintangi pertumbuhan PDB pada kuartal ketiga adalah kerugian yang terkait dengan kebakaran dan asap di sejumlah provinsi. Antara bulan Juni dan Oktober 215, lebih dari 1. kebakaran akibat perilaku manusia ini menghanguskan 2,6 juta hektar lahan, seluas empat setengah kali Pulau Bali. Bank Dunia memperkirakan bahwa kebakaran tersebut menyebabkan kerugian setidaknya 221 triliun rupiah (16,1 miliar dolar AS) bagi Indonesia, setara dengan 1,9 persen dari PDB tahun 215 dan lebih dari dua kali lipat biaya pembangunan kembali pasca bencana tsunami di Aceh. Akibat kekeringan yang terkait dengan El Niño dan kebakaran hutan, produksi pertanian riil menurun sebesar 4,9 persen pada kuartal ketiga tahun 215 (quarter-on-quarter seasonally adjusted annualized rate, qoq-saar), penurunan signifikan yang pertama selama empat tahun terakhir. Kalimantan, tempat di mana sebagian besar lahan gambut yang rawan di Indonesia berada, mendapatkan dampak terbesar, dengan penurunan PDB sebesar 1,2 persen qoq-saar pada kuartal ketiga (-5,1 persen qoq-saar di Kalimantan Timur). Pemerintah telah menetapkan moratorium pada konsesi lahan gambut yang baru, pembatalan konsesi yang telah diberikan pada lahan yang tidak dikembangkan, dan restorasi lahan gambut. Upaya tambahan harus difokuskan pada konservasi hutan-hutan gambut yang tersisa dan menghentikan pengeringan lahan gambut maupun daerah-daerah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Beralih ke sektor luar negeri, perdagangan semakin melemah pada kuartal ketiga, dengan ekspor dan impor yang mencatat nilai terendahnya sejak tahun 21. Seperti pada kuartal-kuartal lalu, impor mencatat penurunan yang lebih besar dibanding ekspor, sehingga mendorong penurunan defisit neraca berjalan. Walau penurunan defisit neraca berjalan telah meringankan sebagian tekanan luar negeri kepada ii

dengan semakin melemahnya aliran modal masuk membatasi kebijakan moneter dalam jangka pendek, walau dengan inflasi yang cukup terkontrol Pertumbuhan PDB tahun 215 diproyeksi sebesar 4,7 persen dan 5,3 persen untuk 216, tidak berubah dari edisi sebelumnya dengan risikorisiko terhadap proyeksi yang mengarah pada penurunan Indonesia, penurunan aliran modal masuk menghasilkan defisit neraca pembayaran. Meskipun aliran modal bertahan stabil pada paruh pertama tahun 215, berkat aliran masuk ke obligasi negara, aliran masuk modal bersih kumulatif selama tiga kuartal pertama tahun 215, yang mencapai 9,6 miliar dolar AS, sesungguhnya mengalami penurunan hampir sebesar 7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Dibandingkan dengan posisi pada bulan Oktober tahun lalu, pembelian bersih investor asing atas surat utang negara (SUN) berdenominasi Rupiah mengalami penurunan sebesar 54,4 persen, sementara utang pemerintah berdenominasi valuta asing mengalami peningkatan sebesar 8 persen. Bagi investor asing, sebagian daya tarik SUN telah berkurang seiring meningkatnya gejolak Rupiah selama tahun 215. Kredit dalam negeri tetap ketat, walau terdapat sejumlah tanda-tanda kenaikan pada pertumbuhan pinjaman investasi. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) turun hingga di bawah 5 persen yoy pada bulan November, sebagian besar karena pengaruh kenaikan harga eceran BBM yang tajam pada tahun lalu (base effect). Namun kebijakan moneter masih terbatas dalam jangka pendek akibat lemahnya aliran modal ke negara-negara berkembang dan berlanjutnya tekanan pada nilai tukar. Untuk menanggapi kenaikan gejolak Rupiah sejak bulan Agustus, Bank Indonesia (BI) telah mengambil sejumlah langkah dalam rangka menstabilkan Rupiah. Langkah-langkah tersebut termasuk intervensi terhadap valuta asing pada pasar forward hingga penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berdenominasi valuta asing. Selain itu, BI juga memperbaharui perjanjian swap bilateral dengan Tiongkok. Ke depannya, proyeksi Bank Dunia untuk pertumbuhan PDB tetap pada 4,7 persen untuk 215 dan 5,3 persen untuk 216 (Tabel 1). Walau proyeksi IHK tetap sama seperti pada edisi Tabel 1: Pada proyeksi dasar (base case), pertumbuhan PDB diproyeksikan pada 4,7 persen untuk tahun 215 214 215p 216p PDB riil Indeks harga konsumen Saldo neraca berjalan (Persen perubahan tahunan) (Persen perubahan tahunan) 5, 4,7 5,3 6,4 6,3 4,6 (Persen dari PDB) -3,1-2, -2,4 Saldo anggaran* (Persen dari PDB) -2,2-2,5-2,2 Catatan: * Laporan realisasi bulan Oktober 215; proyeksi 216 dari Kementerian Keuangan. Catatan: BI; BPS; Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia bulan Oktober 215, investasi dan konsumsi publik kini diperkirakan akan memberikan kontribusi yang sedikit lebih tinggi terhadap pertumbuhan tahun ini dan tahun depan, sementara proyeksi pertumbuhan ekspor kembali direvisi turun. Proyeksi dasar (baseline) telah memperhitungkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan alokasi modal pada APBN tahun 216, yang diharapkan dapat mendorong investasi swasta dan mendukung pertumbuhan secara keseluruhan. Kenaikan pertumbuhan pada proyeksi dasar (baseline) juga berdasarkan pada asumsi bahwa kondisi luar negeri akan membaik secara perlahan. Risiko-risiko global yang utama masih sama seperti yang diuraikan pada edisi bulan Oktober 215, termasuk penurunan ekonomi negara berkembang yang lebih tajam dibanding proyeksi, termasuk Tiongkok, pemulihan perdagangan dunia yang lebih lambat dari perkiraan, harga-harga komoditas yang lebih rendah dari proyeksi, dan juga kemungkinan kembalinya gejolak pasar keuangan. Di dalam negeri, dengan berubahnya pendorong pertumbuhan dalam jangka pendek ke sektor publik, maka risiko utama dari proyeksi tersebut berasal dari kemungkinan penerimaan fiskal yang lebih rendah dari perkiraan. Penerapan penuh dari rencana belanja pemerintah iii

berjalan untuk tahun 216 akan terancam apabila penerimaan pemerintah masih tetap lemah. Untuk keseluruhan tahun 215, penerbitan sekuritas pemerintah yang lebih besar pada awal tahun dan tersedianya pembiayaan multilateral telah membantu memitigasi risiko-risiko keuangan. Per tanggal 2 Desember, pemerintah telah menerima 51,4 triliun rupiah dari penerbitan sekuritas dan 3,89 miliar dolar AS (sekitar 53 triliun rupiah) dari pinjaman resmi luar negeri. Transfer Dana Desa meningkat tajam, meskipun harus menghadapi tantangan dalam pelaksanaan di awal, kini berpotensi mengatasi masalah ketimpangan pedesaan Pengaruh TPP terhadap perdagangan mungkin terbatas namun diversifikasi investasi dapat menjadi hal yang lebih penting Sebagian dari rencana peningkatan belanja infrastruktur publik pada APBN 216 adalah berupa kenaikan transfer ke pemerintah daerah, termasuk Dana Desa (DD), yang jumlahnya akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 216. Desa-desa dapat berperan lebih penting dalam menjamin pelayanan dasar terhadap kebutuhan penduduk desa. Namun keterbatasan kapasitas desa tampaknya akan terus membatasi penggunaan dana tersebut, terutama di daerah-daerah terpencil dan terbelakang. Terdapat sejumlah penundaan pencairan dana yang signifikan pada tahun ini, yang menunjukkan buruknya persiapan pada tingkat daerah dan desa. Selain itu, revisi rumus untuk distribusi DD mengalokasikan 9 persen dari dana itu secara merata antar desa (1 persen sisanya bergantung pada faktor demografis dan geografis). Sebagai akibatnya, desa-desa yang berukuran besar, tempat hidup sebagian besar kaum miskin dan mendekati miskin, menerima alokasi yang jauh lebih rendah per orang. Hal ini justru dapat berkontribusi kepada peningkatan ketimpangan. Langkah potensial lain dalam proses reformasi Indonesia adalah kemungkinan bergabungnya Indonesia dalam perjanjian ekonomi strategis Trans-Pasifik (Trans- Pacific Partnership, TPP) dalam waktu dekat. Terlepas dari apakah rencana tersebut menjadi kenyataan atau tidak, perjanjian itu tampaknya akan membawa dampak yang tidak terlalu besar terhadap perdagangan, karena tarif impor negara-negara anggota memang sudah rendah dan Indonesia sudah memiliki perjanjian perdagangan dengan sebagian besar negara-negara tersebut. Akan tetapi, bergabungnya Indonesia dalam TPP dapat mempengaruhi investasi, karena pakta itu meningkatkan akses ke ekonomi global dan memberikan perlindungan hukum yang lebih tinggi bagi investor-investor asing dibandingkan dengan jika menggunakan peraturan perundangan dalam negeri. Hal tersebut dapat mendorong realokasi investor asing keluar dari negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, ke negara-negara anggota TPP. Di sisi lain, menjadi anggota suatu pakta tidak hanya akan mempengaruhi pengambilan kebijakan perdagangan barang saja, misalnya TPP akan mensyaratkan peraturan yang menerapkan perlakuan yang setara kepada perusahaan dalam dan luar negeri. Meskipun TPP memberikan keleluasaan dalam pelaksanaan yang berkaitan dengan peraturan perundangan yang berlaku, TPP dapat pula membatasi pengambilan keputusan di masa depan. Sebagai contoh, para anggota TPP memiliki ruang yang lebih terbatas dalam peraturan perundangan yang membatasi negara-negara anggota TPP lain. Hal tersebut sangat penting bagi negara seperti Indonesia, yang dibandingkan negara di Asia Tenggara lainnya, masih cukup aktif dalam mempergunakan peraturan yang membatasi perdagangan dan investasi. iv

A. Perkembangan ekonomi dan fiskal terkini 1. Meskipun terdapat perbaikan sentimen pasar, kondisi ekonomi luar negeri masih kurang mendukung. Pertumbuhan dunia kembali mengecewakan menyebabkan penurunan proyeksi harga komoditas Penghindaran risiko global (risk aversion) telah menurun namun biaya Data kuartal ketiga menunjukkan adanya lemahnya perekonomian dunia penuruan selama empat kuartal berturut-turut. Pertumbuhan ekonomi di AS dan kawasan Euro, sementara Jepang memasuki resesi teknis. Di antara negara-negara berkembang, ekonomi Tiongkok terus mengalami perlambatan, Brazil menghadapi tantangan yang meningkat, sementara ekonomi Rusia mengalami kontraksi. Hanya pertumbuhan PDB India, pada 7,4 persen yoy, yang masih bertahan kuat pada kuartal ketiga. Pertumbuhan dunia yang tetap lemah telah membebani perdagangan dunia dan menurunkan permintaan akan komoditas. Bank Dunia kembali melakukan revisi turun terhadap proyeksi harga komoditasnya pada bulan Oktober (Gambar 1). 1 Selain proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih lemah dari perkiraan, tingginya persediaan minyak negara-negara OECD, kuatnya produksi minyak negara-negara bukan OPEC, dan proyeksi produksi minyak dari Iran yang lebih tinggi dari perkiraan, menyebabkan proyeksi harga-harga minyak semakin menurun. Sebagai net-importir minyak, rendahnya harga minyak cenderung menguntungkan Indonesia, namun sekaligus memberi tekanan kepada anggaran pemerintah yang bergantung pada sektor migas, sekitar 2 persen dari penerimaannya. Beralih ke perkembangan finansial, aset-aset pasar berkembang kembali meningkat pada bulan Oktober setelah menurun tajam pada bulan Agustus dan September, ketika ketidakpastian tentang perlambatan ekonomi Tiongkok dan prospek suku bunga AS tengah memuncak. Namun sejumlah negara, seperti Brasil, Turki, dan Afrika Selatan, mengalami gejolak baru pada bulan Desember. Walau dengan 1 Bank Dunia, Commodity Markets Outlook, Oktober 215: http://www.worldbank.org/en/research/commoditymarkets. 1

pinjaman masih tetap tinggi Pemerintah Indonesia ikut diuntungkan dengan stabilnya pasar keuangan dunia akhir-akhir ini kondisi sentimen pasar yang lebih positif, aliran masuk modal ke negara-negara berkembang masih tetap lemah dan biaya pinjaman relatif tinggi. (Gambar 2). Di Indonesia, pinjaman luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah menunjukkan tanda-tanda stabilisasi, meskipun demikian pasar saham terus mencatat keluarnya aliran modal asing (lihat Bagian 5). Untuk pertama kali sejak bulan Juni, pembelian bersih dari obligasi negara dalam Rupiah oleh investor asing kembali mencatat angka positif pada bulan Oktober (391 juta dolar AS). Seperti halnya sejumlah negaranegara berkembang pada beberapa minggu terakhir, Indonesia telah mengumpulkan 3,5 miliar dolar AS dalam penjualan obligasi internasional (untuk pendanaan dini anggaran tahun 216) pada tanggal 1 Desember, sebelum kemungkinan terjadinya kenaikan suku bunga di AS. Gambar 1: Prospek harga komoditas semakin melemah (indeks harga enam komoditas ekspor utama Indonesia) 18 16 14 12 1 Proyeksi Juli 215 Gambar 2: Kondisi keuangan dunia masih ketat bagi negara berkembang (spread EMBIG, basis poin) 6 5 4 3 Negara berkembang 8 Oktober 215 2 Indonesia 6 1 4 212 213 214 215 216 217 218 Catatan: Indeks termasuk harga batubara, tembaga, migas, minyak sawit dan karet. Sumber: Bank Dunia; proyeksi staf Bank Dunia Jan-14 Jul-14 Jan-15 Jul-15 Sumber: JP Morgan; perhitungan staf Bank Dunia 2. Belanja pemerintah mendukung pertumbuhan PDB yang moderat pada kuartal ketiga Pertumbuhan yang moderat pada kuartal ketiga menunjukkan bahwa dibutuhkan upaya kebijakan yang lebih kuat untuk dapat mendorong pertumbuhan jangka pendek Pada kuartal ketiga, PDB riil tumbuh sebesar 4,7 persen yoy, laju yang sama pada kuartal pertama dan kedua tahun 215. Pertumbuhan didukung oleh kenaikan dalam belanja sektor publik, baik konsumsi maupun modal. Pada saat yang bersamaan, investasi sektor swasta diperkirakan akan tetap lemah, dengan sejumlah data (utama) berfrekuensi tinggi mengindikasikan adanya kenaikan pada kuartal keempat, sementara data yang lain, terutama indikator sentimen usaha, terus melemah. Kekeringan sebagai dampak dari El Niño dan kerugian akibat asap dan kebakaran hutan di sejumlah provinsi diperkirakan akan berdampak negatif secara material terhadap PDB (lihat Bagian B.1). Hasil pertanian riil turun sebesar 4,9 persen secara penyesuaian musiman kuartal-ke-kuartal yang disetahunkan (quarter-on-quarter seasonally adjusted annualized rate, qoq-saar) pada kuartal ketiga 215, penurunan signifikan pertama dalam kurun empat tahun terakhir. Kalimantan mengalami dampak terparah, dengan penurunan PDB sebesar 1,2 persen qoq-saar pada kuartal ketiga (-5,1 persen qoq-saar di Kalimantan Timur). Di tengah-tengah meningkatnya ketidakpastian, dan risiko-risiko penurunan yang signifikan terhadap prospek tersebut, Bank Dunia tetap mempertahankan perkiraan pertumbuhan dasarnya 2

(baseline) pada 4,7 persen untuk tahun 215 dan 5,3 persen untuk 216. Proyeksi itu mencerminkan kenaikan permintaan luar negeri secara bertahap dan peningkatan belanja modal pemerintah. Peningkatan belanja pemerintah telah mendorong pertumbuhan konsumsi dan pertumbuhan investasi Konsumsi swasta meningkat sebesar 5, persen yoy, naik dari 4,7 persen pada kuartal kedua. Namun kenaikan ini sepenuhnya disebabkan oleh meningkatnya belanja oleh lembaga-lembaga nirlaba, sebagai dampak dari menurunnya pembiayaan terkait pemilu pada paruh pertama 214, yang cukup tinggi dari perbandingan tahunan. Pertumbuhan pengeluaran rumah tangga bertahan pada 5, persen yoy untuk empat kuartal berturut-turut. Kontribusi sektor publik terhadap pertumbuhan PDB juga meningkat seiring dengan percepatan pada pencairan belanja, termasuk untuk pembangunan infrastruktur. Konsumsi pemerintah meningkat sebesar 6,6 persen yoy (naik dari 2,1 persen pada kuartal kedua), yang memberikan kontribusi sebesar,5 poin persentase yoy terhadap pertumbuhan (Gambar 3). Pertumbuhan investasi meningkat menjadi 4,6 persen yoy, dari 3,7 persen pada kuartal kedua, yang berkontribusi sebesar 1,5 poin persentase terhadap pertumbuhan yoy. Kenaikan dalam investasi didorong oleh peningkatan belanja konstruksi, permesinan dan peralatan, serta kendaraan. Walau Badan Pusat Statistik (BPS) tidak menerbitkan perincian investasi pemerintah dan swasta, perkiraan belanja modal riil pemerintah (yang dideflasikan dengan deflator jumlah investasi implisit 2 ) menunjukkan percepatan pertumbuhan yang signifikan menjadi 49,8 persen yoy pada kuartal ketiga tahun 215, memutar tren negatif pada tahun 214 dan awal 215 (Gambar 4). Gambar 3: Pertumbuhan PDB menjadi stabil pada 4,7 persen yoy pada kuartal ketiga 215 (kontribusi ke pertumbuhan PDB yoy, poin persentase) 1 8 6 4 Stat. discrepancy* Net exports Investment Government consumption Private consumption GDP Gambar 4: didorong oleh kenaikan yang signifikan dalam belanja modal sektor publik secara riil (pertumbuhan yoy, persen) 6 4 2 2-2 -4 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Catatan: * Perbedaan statistik termasuk perubahan persediaan. Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia -2-4 -6 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Catatan: Belanja modal riil pemerintah dideflasikan dengan deflator jumlah investasi tetap dari neraca nasional. Sumber: BPS; Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Namun, volume ekspor maupun impor tetap lemah Ekspor bersih terus berkontribusi positif terhadap pertumbuhan (1,2 poin persentase yoy), walau tidak sebesar kuartal kedua (1,6 poin persentase). Volume impor turun sebesar 6,1 persen yoy, dibanding dengan -7, persen pada kuartal 2 Deflator investasi total implisit dihitung sebagai rasio dari total formasi modal tetap kotor nominal terhadap total formasi modal tetap riil, keduanya diambil dari neraca nasional. 3

kedua. Ekspor menurun sebesar,7 persen yoy secara riil, setelah turun sebesar,1 persen pada kuartal kedua. Menurut data dari Biro Analisis Kebijakan Ekonomi Belanda, volume ekspor terus menurun di Asia, dengan rata-rata sebesar 4,3 persen yoy pada kuartal ketiga, dibanding -2,5 persen pada kuartal kedua, karena permintaan impor pasar berkembang terus membebani perdagangan dunia. Indikator kegiatan investasi bulanan menunjukkan peningkatan, namun sentimen usaha tetap lemah Pertumbuhan investasi meningkat dari 1,8 persen qoq-saar pada kuartal kedua ke 7,4 persen pada kuartal ketiga. Terdapat sejumlah bukti akan terjadinya kenaikan lebih lanjut pada kuartal keempat. Percepatan belanja investasi pembangunan berlanjut pada bulan Oktober, dengan belanja modal (nominal) bulanan mencapai 22 triliun rupiah, naik sebesar 11,8 persen dibanding bulan September dan hampir dua kali lipat dibanding jumlahnya pada bulan Oktober 214. Selain itu, momentum penjualan semen mengalami peningkatan dan impor barang modal salah indikator perkembangan investasi yang penting mungkin telah mencapai titik terendahnya pada kuartal ketiga (Gambar 5). Namun, indeks sentimen usaha masih menunjukkan tren yang menurun. Indikator-indikator kegiatan usaha berjalan maupun perkiraannya yang dihimpun oleh BI terus menurun. Indeks manajer pembelian (purchasing managers index, PMI) Nikkei/Markit untuk manufaktur, sebesar 46,9 pada bulan November, terus mengisyaratkan melemahnya kegiatan ekonomi (Gambar 6). Gambar 5: Indikator kegiatan investasi bulanan dapat mengisyaratkan kenaikan (rata-rata bergerak empat kuartalan untuk pertumbuhan qoq-saar, persen) Gambar 6: walau sentimen dunia usaha dan konsumen tetap lemah (indeks dengan penyesuaian musiman) 3. 2.5 2. 1.5 1..5 Fixed investment, LHS Capital imports*, RHS Commercial cement sales*, RHS. Mar-12 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Catatan: * Observasi terakhir pada bulan Oktober 215. Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia 1 8 6 4 2-2 -4-6 -8 6 PMI 5 4 Kegiatan usaha - perkiraan BI 3 2 1 Kegiatan usaha berjalan BI Jan-14 Jul-14 Jan-15 Jul-15 Sumber: BI; Nikkei/Markit; perhitungan staf Bank Dunia PDB diproyeksikan meningkat sebesar 4,7 persen untuk tahun 215 dan 5,3 persen untuk tahun 216, pada skenario dasar (base case) Ke depannya, proyeksi Bank Dunia untuk pertumbuhan PDB tetap pada 4,7 persen untuk 215 dan 5,3 persen untuk 216 (Tabel 2). Walau proyeksi IHK tetap sama seperti pada edisi bulan Oktober 215, investasi dan konsumsi publik kini diperkirakan akan memberikan kontribusi yang sedikit lebih besar terhadap pertumbuhan untuk tahun ini dan tahun depan, sedangkan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan menurun. Revisi ini mencerminkan komitmen pemerintah terhadap alokasi modal yang lebih tinggi dalam APBN tahun 216 (lihat Bagian 6), yang dapat mendorong investasi swasta dan mendukung pertumbuhan secara keseluruhan. Kenaikan pertumbuhan pada skenario dasar (baseline) tersebut juga berdasarkan pada semakin membaiknya kondisi luar negeri. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan global akan meningkat menjadi 3 persen pada tahun 4

216, dari perkiraan 2,5 persen untuk tahun ini. 3 Namun, kondisi dalam dan luar negeri saat ini, mungkin dapat mempengaruhi skenario dasar (baseline) ke arah penurunan (lihat Bagian 8). 3. Inflasi mengalami moderasi akibat pengaruh dasar (base effect), namun risiko-risiko terkait El Niño tetap bertahan Inflasi IHK turun di bawah 5 persen yoy, terutama karena perbandingan dengan inflasi tahun lalu yang tinggi Inflasi diproyeksikan akan menurun, walau tekanan kenaikan harga yang terkait El Niño diperkirakan akan terjadi pada awal tahun 216 Inflasi IHK turun menjadi 4,9 persen yoy pada bulan November, dari 6,2 persen pada bulan Oktober, sebagian besar karena pengaruh dasar (base effect) dari inflasi tinggi akibat kenaikan harga eceran BBM satu tahun lalu (Gambar 7). Inflasi inti, yang tidak menyertakan harga bahan pangan dan energi yang lebih bergejolak, juga turun menjadi 4,8 persen yoy pada bulan November, dari 5, persen pada bulan sebelumnya. Setelah sedikit melambat pada bulan September dan Oktober, Gambar 7: Inflasi IHK turun akibat pengaruh dasar (perubahan yoy, persen; pengamatan terakhir September 215) 12 1 8 6 4 2 Apr-13 Oct-13 Apr-14 Oct-14 Apr-15 Oct-15 Catatan: Harga bahan pangan adalah rata-rata tertimbang dari komponen harga bahan pangan mentah dan olahan dari IHK. Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia inflasi bahan pangan kembali meningkat pada bulan November secara bulan-kebulan. Walau harga eceran beras mengalami peningkatan yang lebih lambat selama dua bulan terakhir, tampaknya karena tingginya persediaan, harga-harga komoditas lain, seperti daging dan sayuran, mengalami peningkatan. Kondisi El Niño yang berkisar dari moderat ke parah telah berpengaruh buruk terhadap produksi pertanian di seluruh Indonesia pada tahun ini, sehingga meningkatkan volatilitas harga bahan pangan. 4 Bank Dunia memperkirakan laju inflasi IHK rata-rata tahunan sebesar 6,3 persen untuk tahun 215, dan turun ke rata-rata sebesar 4,6 persen pada tahun 216. Pada keadaan dasar (base case), perkiraan ini menyertakan pengaruh moderat dari El Niño terhadap harga bahan pangan pada awal tahun 216. 5 Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization, FAO), penanaman padi untuk musim utama tahun 216, yang menghasilkan sebagian besar produksi padi tahunan, mengalami penundaan akibat rendahnya curah hujan pada sebagian besar daerah di Indonesia. 6 Selain itu, musim kering diperkirakan akan menyebabkan hasil panen yang lebih rendah dari tanaman yang ditanam terlalu dini, terutama di daerah-daerah yang mengandalkan hujan untuk pengairan. Karena El Niño tetap menjadi risiko utama terhadap prospek inflasi, tanggapan pemerintah terhadap keterbatasan pasokan (yaitu membuka impor beras untuk mengisi persediaan) merupakan penentu harga bahan pangan jangka pendek yang cukup penting. IHK Pangan Inti 3 Lihat East Asia Pacific Economic Update, October 215: Staying the Course. 4 Lihat Bagian B.1 dari laporan ini untuk perkiraan dampak negatif asap dan kebakaran terhadap pertanian (dan sektor-sektor lain) pada bulan Juni-Oktober 215. 5 Lihat Bagian B.1 dari Triwulanan edisi bulan Oktober 215 untuk perincian lebih lanjut dari perkiraan ini. 6 Global Information and Early Warning System (GIEWS) untuk pangan dan pertanian, 13 November 215, Indonesia Country Brief: http://www.fao.org/giews/countrybrief/country.jsp?code=idn. 5

Tabel 2: Pada keadaan dasar, pertumbuhan PDB diproyeksikan meningkat ke 5,3 persen pada tahun 216 (persentase perubahan, kecuali dinyatakan lain) Tahunan YoY pada kuartal keempat Revisi tahunan 214 215 216 214 215 216 215 216 1. Indikator ekonomi utama Jumlah pengeluaran konsumsi 4,8 4,8 4,9 4,3 5,3 3,9,4, Pengeluaran konsumsi swasta 5,3 4,9 5,2 4,7 5,4 4,1,2, Konsumsi pemerintah 2, 3,6 3,2 2,1 4,1 2,4 1,5, Pembentukan modal tetap bruto 4,1 4,5 5,2 3,7 5,6 4,,8,2 Ekspor barang dan jasa 1, -,7 2,3 -,1 1,7 4, -,5-2,4 Impor barang dan jasa 2,2-5,7 1,8-7, 1,5 3,7-2,5-1,8 Produk Domestik Bruto 5, 4,7 5,3 4,7 5,2 4,1,, 2. Indikator luar negeri Neraca pembayaran (Miliar AS$) 15,3 6,3 16,5 - - - 1,3 -,8 Saldo neraca transaksi berjalan (Miliar AS$) -27,5-16,9-22,2 - - -,9 2,7 Sebagai bagian dari PDB (persen) -3,1-2, -2,4 - - -,,2 Neraca perdagangan (Miliar AS$) -3, 6,7 1,9 - - -,8,7 Saldo neraca keuangan dan modal (Miliar AS$) 45,4 23,2 38,7 - - -,4-3,5 3. Pengukuran ekonomi lainnya Indeks harga konsumen 6,4 6,3 4,6 6,5 4,7 5, -,2 -,6 Deflator PDB 5,4 4,2 4,5 4,8 4,3 3,8 -,7 -,8 PDB nominal 1,7 9,2 1,1 9,6 9,5 8,1 -,5 -,8 4. Asumsi ekonomi Kurs tukar (Rp/AS$) 118 134 138 - - - -2 Harga minyak mentah Indonesia (AS$/barel) 98 51 5 - - - -7-11 Catatan: Angka ekspor dan impor merujuk kepada volume dari neraca nasional. Semua angka-angka berdasarkan PDB yang direvisi dan diubah dasarnya. Asumsi kurs tukar dan harga minyak mentah adalah berdasar rata-rata terbaru. Revisi-revisi adalah relatif dibanding proyeksi pada Triwulanan edisi bulan Oktober 215. Sumber: BPS; BI; CEIC; proyeksi staf Bank Dunia 4. Aliran modal semakin menurun, sesuai dengan tren negara-negara berkembang Walau surplus perdagangan cukup besar, tekanan luar negeri tetap bertahan dengan semakin melemahnya aliran modal bersih Walau lebih rendahnya defisit neraca berjalan meringankan sebagian tekanan eksternal terhadap Indonesia, penurunan aliran modal bersih menyebabkan defisit dalam neraca pembayaran pada kuartal ketiga (Gambar 8). Meskipun aliran modal tetap kuat pada paruh pertama tahun 215, disebabkan aliran masuk modal terkait surat utang negara (SUN), jumlah aliran modal bersih pada tiga kuartal pertama pada 215 mencatat penurunan Gambar 8: Neraca keuangan terus menurun (miliar AS$) 2 15 1 5-5 -1 Current account Portfolio investment Overall balance Direct investment Other investment Basic balance -15 Sep-12 Sep-13 Sep-14 Sep-15 Catatan: Neraca dasar = investasi langsung + saldo neraca berjalan. Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia hampir sebesar 7 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Walau aliran modal ke negara berkembang diperkirakan akan mulai pulih pada paruh 6

pertama tahun 216, risiko-risiko pembiayaan luar negeri masih tetap tinggi akibat belum pastinya penetapan waktu untuk normalisasi kebijakan moneter AS. Perdagangan terus melamabatpada kuartal ketiga Kuartal ketiga tahun 215 mencatat surplus perdagangan sebesar 4,1 miliar dolar AS. Ekspor maupun impor mengalami penurunan, sebesar masing-masing 17,4 persen yoy dan 24,6 persen yoy, yang merupakan nilai terendahnya sejak tahun 21. Perlambatan perdagangan memiliki cakupan yang luas, dengan penurunan pada ekspor komoditas dan manufaktur, serta impor energi dan non-energi. Peningkatan hanya tercatat pada ekspor tembaga, yang naik sebesar 47,5 persen yoy berkat izin ekspor sementara yang diberikan kepada PT Newmont Nusa Tenggara dan PT Freeport Indonesia, yang berakhir pada akhir bulan September lalu. Gambar 9: Aliran masuk modal ke negara berkembang diperkirakan akan mencapai titik terendah pada kuartal keempat (rata-rata bergerak empat kuartalan, miliar AS$) 4 35 3 25 2 15 1 5 Forecast 3 Emerging markets Indonesia, RHS 3 25 2 15 1 5 Gambar 1: Investor asing menjual aset-aset portofolio dalam denominasi Rupiah pada kuartal ketiga 215 (pembelian asing bersih, miliar AS$; spread EMBIG Indonesia, basis poin) 8 6 4 2-2 Equities SBI SUN Gov. global bonds EMBIG spread 5 4 3 2 1 Mar-12 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Mar-16 Sumber: Institute of International Finance; perhitungan staf Bank Dunia -4 Oct-13 Oct-14 Oct-15 Catatan: SUN Surat Utang Negara dalam Rupiah; SBI Sertifikat Bank Indonesia. Sumber: BI; JP Morgan; perhitungan staf Bank Dunia Aliran modal turun secara signifikan pada kuartal ketiga, setelah dua kuartal dengan aliran modal masuk yang memadai dengan aliran portofolio dan FDI Aliran masuk modal bersih pada tahun ini lebih rendah dibanding tahun lalu, meskipun terdapat penerbitan obligasi negara yang kuat pada dua kuartal pertama. Jumlah aliran modal bersih pada tiga kuartal pertama tahun ini mencapai 9,6 miliar dolar AS, yang hanya setara dengan 27 persen dari jumlah tahun lalu atau 72,5 persen dibanding tahun 213, dimana bank sentral AS (the fed) mengumumkan akan mengurangi stimulus monetarnya. Pada kuartal ketiga, aliran modal bersih mencapai 1,2 miliar dolar AS, dibanding dengan 14,7 miliar dolar AS pada kuartal ketiga tahun 214 dan 4,6 miliar dolar AS pada kuartal ketiga tahun 213. Hal ini sejalan dengan tren global perlemahan aliran modal ke pasar-pasar berkembang (Gambar 9). Lembaga Keuangan Internasional (Institute of International Finance) memproyeksikan bahwa perlambatan aliran modal ke tiga puluh ekonomi-ekonomi berkembang utama akan mencapai titik terendahnya pada akhir tahun ini, 7 konsisten dengan proyeksi peningkatan pertumbuhan untuk negara-negara tersebut. Pada tiga kuartal pertama tahun 215, penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment, FDI) mengalami penurunan sebesar 34,2 persen dibanding periode yang sama pada tahun 214. Terdapat aliran keluar ekuitas bersih dalam 7 Basis data aliran modal Institute of International Finance. 7

yang lebih rendah dibanding tahun lalu sebagian besar bulan, dengan jumlah aliran keluar bersih sebesar 1,3 miliar dolar AS selama tahun berjalan (Gambar 1). Cukup rendah jika dibandingkan dengan 3,9 miliar aliran masuk bersih selama bulan Januari-Oktober 214. Pada kuartal ketiga, terdapat penjualan bersih Surat Utang Negara (SUN) dalam Rupiah kepada investor asing sebesar 1 miliar dolar AS dengan demikian, investor asing secara keseluruhan telah membeli SUN sebesar 5,3 miliar dolar AS selama tahun berjalan. Namun, dibanding tingkatnya hingga bulan Oktober tahun lalu, pembelian bersih SUN oleh investor asing mengalami penurunan sebesar 54,4 persen. Pada saat yang bersamaan, utang-utang pemerintah dalam valuta asing meningkat sebesar 8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Obligasi internasional masih tetap menarik bagi investor asing dibanding obligasi dalam rupiah karena kenaikan volatilitas Rupiah sepanjang tahun ini. Proyeksi Bank Dunia untuk defisit neraca berjalan masih tetap pada 2 persen dari PDB untuk tahun 215 dan 2,4 untuk tahun 216 Proyeksi defisit neraca berjalan untuk tahun 215 masih tetap sebesar 2 persen dari PDB (Tabel 3). Walau impor belum meningkat seperti perkiraan, dengan impor bahan baku (di luar BBM) dan barang modal turun masing-masing sebesar 9,1 persen dan 3,4 persen yoy, pada kuartal ketiga tahun 215, diperkirakan akan terjadi sedikit penurunan dalam impor pada kuartal terakhir sejalan dengan kenaikan belanja modal pemerintah (lihat Bagian 2). Sejak Triwulanan edisi bulan Oktober 215, Bank Dunia telah kembali merevisi turun proyeksi harga komoditasnya. 8 Rendahnya harga komoditas diperkirakan akan membatasi penerimaan ekspor Indonesia selama jangka menengah. Pada Tabel 3: Proyeksi defisit neraca berjalan adalah sebesar 2, persen dari PDB untuk 215 (miliar AS$ kecuali dinyatakan lain) 214 215 216 Keseluruhan neraca pembayaran 15,3 6,3 16,5 Sebagai % dari PDB 1,7,7 1,8 Neraca berjalan -27,5-16,9-22,2 Sebagai % dari PDB -3,1-2, -2,4 Neraca perdagangan barang 7, 15,8 12,1 Neraca perdagangan jasa -1, -9,1-1,2 Penerimaan -29,7-29, -29,4 Transfer 5,2 5,4 5,3 Neraca keuangan dan modal 45,4 23,2 38,7 Sebagai % dari PDB 5,1 2,7 4,2 Investasi langsung 15,9 11,4 13,1 Investasi portofolio 26,1 1,9 22,9 Derivatif keuangan -,2,1 -,1 Investasi lain 7,8,8 2,7 Catatan: Neraca dasar -11,6-5,5-9,1 Sebagai % dari PDB -1,3 -,6-1, Catatan: Neraca dasar = saldo neraca berjalan + investasi langsung bersih Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia saat yang bersamaan, ekspor manufaktur terus mencatat penurunan walau depresiasi kurs tukar valuta cukup terkendali (sebesar 3,8 persen antara bulan Januari dan Oktober) untuk tahun ini. Defisit neraca berjalan pada tahun 216 telah direvisi turun menjadi 2,4 persen dari PDB, karena proyeksi kenaikan impor yang terkait dengan infrastruktur publik ternyata lebih kecil dari yang diperkirakan sebelumnya. 5. Kondisi keuangan masih tetap ketat, sebagian karena lebih rendahnya aliran masuk modal asing Walau volatilitas keuangan dunia telah menurun sejak bulan September, Harga aset-aset Indonesia telah kembali naik setelah gejolak keuangan dunia yang terakhir. Rupiah mencatat apresiasi sebesar 6,3 persen antara tanggal 3 September dan 2 November. Namun aliran keluar modal bersih jangka pendek pada kuartal ketiga membatasi ketersediaan pembiayaan luar negeri (lihat Bagian 4). Kenaikan 8 Bank Dunia, October 215 Commodity markets outlook: Understanding El Niño, tersedia pada http://pubdocs.worldbank.org/pubdocs/publicdoc/215/1/224144526948491/cmo-october-215-full- Report.pdf 8

kondisi pembiayaan masih tetap ketat Ekuitas Indonesia dan Rupiah telah menutup sebagian besar kerugian yang tercatat pada bulan Agustus - September dan biaya pinjaman pun turun dari nilai tertingginya akhirakhir ini biaya pinjaman juga menurunkan permintaan untuk dana luar negeri, terutama dari sektor swasta. Pada saat yang bersamaan, terdapat tanda-tanda peningkatan pertumbuhan kredit dalam negeri, terutama pinjaman investasi, sejak bulan Juni. IHSG meningkat sebesar 7, persen antara tanggal 3 September dan 7 Desember setelah turun sebesar 11,1 persen antara tanggal 1 Agustus dan 3 September (Gambar 11). Harga-harga ekuitas pada sebagian besar ekonomi berkembang telah pulih dari nilai-nilai rendahnya selama masa gejolak pasar ekuitas yang dipicu oleh depresiasi Renminbi pada tanggal 11 Agustus. 9 Namun beberapa negara, seperti Brasil, Turki dan Afrika Selatan, mengalami gejolak baru pada bulan Desember. Setelah apresiasi yang signifikan sebesar 8,1 persen antara tanggal 2 dan 9 Oktober, Rupiah kembali stabil pada tingkatan awal bulan Agustus, mengikuti tren pasar berkembang secara umum. Selisih (spread) dari Emerging Market Bond Index - Global (EMBIG) dari JP Morgan untuk Indonesia mengalami penurunan sebesar 49 basis poin antara tanggal 3 September dan 2 November, setelah meningkat sebesar 125 basis poin antara tanggal 3 Juni dan 3 September. Sementara perubahan dalam selisih EMBIG global, yang mengukur rata-rata biaya pinjaman negara berkembang dalam dolar AS, menunjukkan penurunan sebesar 67 basis poin dan peningkatan sebesar 83 basis poin. Sejalan dengan itu, imbal hasil (yield) obligasi dalam negeri pemerintah Indonesia untuk 1 tahun turun sebesar 15 basis poin antara tanggal 3 September dan 2 November, setelah naik sebesar 145 basis poin pada kuartal lalu. Gambar 11:Ekuitas negaraberkembang mencatat peningkatan sejak bulan September (perubahan periode, persen) 8 6 4 2-2 -4-6 -8-1 Brazil Indonesia Malaysia Turkey South Africa -12 Aug 1-Sep 3 Sep 3- Dec 7 Sumber: BI; JP Morgan; perhitungan staf Bank Dunia Gambar 12: Utang swasta luar negeri terus melambat pada kuartal ketiga 215, dengan naiknya beban pinjaman (pertumbuhan yoy, persen, kiri; rasio terhadap ekspor, persen, kanan) 5 4 3 2 1 External debt / export (RHS) Government and BI Private -1 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia 2 17 14 11 8 5 2-1 -4 Pertumbuhan utang luar negeri mengalami penurunan, sementara beban Kenaikan biaya pinjaman luar negeri secara keseluruhan pada tahun ini (termasuk dampak depresiasi Rupiah) bersamaan dengan lemahnya keuntungan dan naiknya biaya lindung nilai (hedging) valuta asing 1 telah menyebabkan perlambatan pertumbuhan utang luar negeri. Pinjaman asing tumbuh sebesar 2,7 persen yoy pada bulan September, turun dari 6,3 persen pada bulan Juni dan rata-rata sebesar 11,4 9 Lihat juga Bagian A.5 pada Triwulanan edisi bulan Oktober 215. 1 Tingkat swap Rupiah-dolar AS satu tahun mencapai rata-rata 12,3 persen pada kuartal ketiga 215, naik dari 8,5 persen pada kuartal yang lalusebelumnya. 9