Abstrak. Kata Kunci : Kinerja Keuangan Daerah, Rasio Keuangan APBD,APBD. Keyword: Regional Financial Performance, Financial Ratios budget APBD, APBD

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

Poppy Kemalasari et al., Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat Kemandirian Daerah di Era Otonomi Daerah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN

KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

Fidelius, Analisis Rasio untuk Mengukur. ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MANADO.

Selly Paat, Perbandingan Kinerja Pengelolaan. PERBANDINGAN KINERJA PENGELOLAAN APBD ANTARA PEMERINTAH KOTA TOMOHON DENGAN PEMERINTAH KOTA MANADO

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (TAHUN ANGGARAN )

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

ANALISIS BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TAHUN ANGGARAN

Paramitha S. Mokodompit., S.S. Pangemanan., I. Elim. Analisis Kinerja Keuangan ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA KOTAMOBAGU

E.L. Tambuwun., S.S. Pangemanan., D.Afandi. Analisis Kinerja Keuangan. ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAHAN KOTA MANADO

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN SKRIPSI

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Analisis Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Trenggalek

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN ANGGARAN Susilowati 1) Suharno 2) Djoko Kristianto 3) ABSTRACT

Oleh: Syukria Dewi Pembimbing: Restu Agusti dan Rahmiati Idrus

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS KOTA SEMARANG TAHUN )

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA MEDAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PENILAIAN KINERJA (Studi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Semarang)

Julliet A. Gozaliem, Analisis Pendapatan dan Belanja. ANALISIS PENDAPATAN DAN BELANJA PADA PEMERINTAH KOTA BITUNG. oleh: Julliet Angel Gozaliem

ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAN BELANJA BADAN KEUANGAN DAERAH KOTA TOMOHON

Abstract. Kemandirian, Efektivitas, dan Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah. Jefry Gasperz ISSN

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

JURNAL. Oleh: APRI DIANA EKA RAHAYU NPM: Dibimbing oleh : 1. Dra. Puji Astuti, M.M., M.Si., Ak 2. Sigit Puji Winarko, SE, S.Pd., M.

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MALANG

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KAUR

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KABUPATEN BANJAR

E.D. Worotitjan., L. Lambey. Analisis Pendapatan dan ANALISIS PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA KABUPATEN MINAHASA SELATAN DAN MINAHASA TENGGARA

Analisis Kinerja Belanja Pemerintah daerah Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Timur tahun Herman Karamoy

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KANTOR SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT. Supina Sino,Titin Ruliana,Imam Nazarudin Latif

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARTIKEL ILMIAH ANALISA KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

ANALISIS RASIO LAPORAN REALISASI ANGGARAN 2010 KOTA TANGERANG SELATAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA GORONTALO (Studi Kasus Pada DPPKAD Kota Gorontalo) Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN APBD KOTA SURABAYA TAHUN Anis Karlina

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN

OPTIMALISASI APBD DALAM PERSPEKTIF PERFORMANCE BUDGET

PENGARUH RASIO KEMANDIRIAN, EFEKTIFITAS DAN PERTUMBUHAN PADA KABUPATEN SOPPENG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI DILIHAT DARI RASIO PENDAPATAN PADA APBD

Marchelino Daling, Analisis Kinerja Realisasi. ANALISIS KINERJA REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH: STUDI PADA KOTA MANADO (TAHUN )

ANALISIS RASIO APBD KABUPATEN POHUWATO SEBAGAI ALAT UNTUK MENGUKUR KINERJA PEMERINTAH DAERAH

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

ANALISIS BELANJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BENGKULU

RASIO EFEKTIVITAS, PAJAK DAERAH TERHADAP PAD, DAN KEMANDIRIAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PEMKOT YOGYAKARTA TA

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN KETERGANTUNGAN KEUANGAN DAERAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SAROLANGUN. Amelia Sutriani C0E013027

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN KUTAI TIMUR

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA DINAS PEREKONOMIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TUBAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang.

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA AMBON

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Kota Jambi. oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penunjang dari terwujudnya pembangunan nasional. Sejak tanggal 1 Januari 2001

ANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH ATAS PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG TAHUN

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

PENGUKURAN KINERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KARANGANYAR SEBAGAI WUJUD AKUNTABILITAS PUBLIK

ANALISIS PENGARUH LAPORAN KEUANGAN TERHADAP KINERJA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERIODE TAHUN Oleh : Erisa Dyah Ayutia

PENDAPATAN ASLI DAERAH BERDAMPAK PADA KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH. Rosmiaty Tarmizi. Abstract

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU

A.N.J. Dien., J. Tinangon., S. Walandouw. Analisis laporan realisasi

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya diatur dalam undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 menjadi

M. ARIF KURNIAWAN B

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU. Afriyanto 1, Weni Astuti 2 ABSTRAK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE Oleh: WENING WILANTARI B

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah

ANALISIS KINERJA BELANJA PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ASMAT PROVINSI PAPUA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI APBD

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KOTA AMBON

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN ANGGARAN

ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR DALAM RANGKA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Kediri)

Transkripsi:

1 Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi (Financial Ratio Analysis of Regional Goverment Budget and Assessment (APBD) in the Financial Performance of Banyuwangi Government ) Mentari Kurnia Dharmawati,Ririn Irmadariyani. Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail: mentaridharmawati@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Banyuwangi. Metode analisis data menggunakan analisis rasio yaitu Rasio Kemandirian, Rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Rasio Varians Pendapatan, Rasio Varians Belanja, Rasio Pertumbuhan Belanja, Rasio efesiensi Belanja, Keserasian Belanja. Berdasarkan hasil analisis perhitungan rasio keuangan pada APBD pemerintah Kabupaten Banyuwangi tahun 2012-2014 dapat disimpulkan bahwa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi sudah baik. Akan tetapi dari Berdasarkan rasio kemandirian masih rendah dan tingkat ketergantungan terhadap bantuan pihak eksternal masih tinggi, rasio efektifitas menunjukan bahwa realisasi penerimaan PAD telah melampaui anggaran yang ditetapkan. Kata Kunci : Kinerja Keuangan Daerah, Rasio Keuangan APBD,APBD Abstract This study aims to measure and analyze Financial Ratios Budget (APBD) in the Financial Performance of Local Government Banyuwangi. This study used secondary data obtained from the Central Bureau of Statistics and the Agency for Financial Management and Asset Banyuwangi. Methods of data analysis using analytical ratios Ratios Independence, effectiveness ratio of revenue (PAD), Variance Ratio of Revenue, Expenditure Variance Ratio, Expenditure Growth ratio, efficiency ratio Shopping, Shopping harmony. Based on the analysis of financial ratios calculated in Banyuwangi regency government budget years 2012-2014 can be concluded that the financial performance Banyuwangi regency administration has been good. But of Based independence ratio is low and the degree of dependence on external aid is still high, the ratio shows that the effectiveness of the realization of revenue PAD has exceeded the budget set. Keyword: Regional Financial Performance, Financial Ratios budget APBD, APBD Pendahuluan Pemerintah adalah suatu organisasi yang diberikan kekuasaan untuk mengatur kepetingan Bangsa dan Negara. Lembaga pemerintah merupakan lembaga tertinggi yang diberikan kekuasaan untuk mengatur bangsa dan negara (Darlin, 2012:3). Pemerintah terbentuk untuk menjalankan aktivitas publik sehingga lembaga pemerintah tidak mencari laba. Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat dengan cara mengelola potensi daerah yang dimilikinya seperti meningkatkan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrument kebijakan utama yang disusun oleh pemerintah daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, APBD didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu. Dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah APBD merupakan peran terpenting disuatu pemerintahan daerah. APBD merupakan salah satu dokumen rencana kinerja aspek financial, dimana

2 anggaran yang akan digunakan pemerintah daerah sebagai dasar untuk melakukan pengembangan daerah. APBD suatu rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan daerah. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan dalam APBD yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan tugas pembangunan. Anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangkan kapabilitas, efesiensi, dan efektifitas pemerintah daerah (Nugraini, 2012:2). Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan rutin di dalam APBD yang berasal dari daerah yang bersangkutan sumber PAD itu terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, penerimaan perusahaan daerah, penerimaan dinas dan lain-lain. Rendahnya angka PAD dapat menunjukkan masih tingginya tingkat ketergantungan pemerintah daerah pada pemerintah pusat serta menunjukkan masih terbatasnya peran pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaaan (Nordiawan, 2009:39). Analisis keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Menurut Mardiasmo, (2005: 169) Penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat analisis kinerja keuangan secara luas telah diterapkan pada lembaga perusahaan yang bersifat komersial, sedangkan pada lembaga publik khususnya pemerintah kabupaten masih sangat terbatas sehingga secara teoritis belum ada kesepakatan yang bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel, maka analisis rasio keuangan terhadap pendapatan belanja daerah perlu dilaksanakan. Penelitian yang pernah menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis keuangan untuk menilai APBD adalah penelitian yang dilakukan Muchina Nugraini 2012 dengan judul Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Jember. Penelitian tersebut menggunakan analisis keuangan APBD yang meliputi rasio Kemandirian, Rasio Keefektifan APBD, Rasio Antar Komponen, dan Menggunakan analisis Trend. Pada penelitian yang dilakukan sekarang terdapat perbedaan lokasi, tahun anggaran, serta rasio yang digunakan yaitu tahun 2012-2014 dan dengan menggunakan rasio varians pendapatan dan belanja untuk mengukur realisasi dan anggaran yang telah dianggarkan. Analisis keuangan APBD yang meliputi Anaalisis Rasio Kemandirian, Rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Rasio Varians Pendapatan, Rasio Varians Belanja, Rasio Pertumbuhan Belanja, Rasio efesiensi Belanja, Keserasian Belanja. Lokasi pada penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pertumbuhan Ekonomi Banyuwangi. Jenis Penelitian Metode Penelitian Penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan data numerik atau angka dan analisisnya menggunakan cara matematis atau dengan tektik statistik (Sugiyono,2011:130). Metode analisis yang digunakan adalah metode stastistik deskriptif. Metode statistik deskriptif adalah proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami. Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. Tahap-tahap analisis data yaitu: a. Mendeskripsikan data hasil penelitian di Pemerintah Kabupaten Banyuwangi b. Mengevaluasi kinerja keuangan dengan menggunakan analisis keuangan APBD sektor Pemerintah Jenis Dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang tidak langsung diberikan pada pengumpul data, misalnya dokumen. Data sekunder yang diperoleh berupa catatancatatan,laporan keuangan dan berbagai publikasi yang relavan terkait dengan masalah yang diangkat. Penelitian yang menggunakan data sekunder adalah penelitian arsip dimana datanya menggambarkan kejadian masa lalu ( Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Beberapa data yang dibutuhkan antara lain: 1. Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi 2. Data Realisasi APBD tahun anggaran 2012-2014. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah dengan dokumentasi dan observasi. Dokumentasi adalah pengumpulan data dan dokumen-dokumen dan catatan yang berhubunga dengan masalah yang diteliti (Nugraini, 2012:32).Dalam penelitian ini melalui tahaptahap sebagai berikut: a. Menghitung rasio kemandirian keuaangan daerah berdasarkan APBD Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah x 100% Bantuan pemerintah pusat b. Menghitung Rasio Efektifitas berdasarkan APBD Rasio Efektivitas = Realisasi penerimaan pendapatan asli daerah x 100% Target PAD c. Analisis Varians Pendapatan Varians Pendapatan = Anggaran Pedapatan - Realisasi pendapatan Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui kinerja belanja daerah adalah (Halim, 2012) :

3 a. Analisis Varians Belanja Varians belanja merupakan selisish antara realisasi belanja dengan belanaja yang dianggarkan, yaitu : Varians Belanja = Anggaran Belanja Realisasi Belanja b. Analisis Pertumbuhan Belanja Pertumbuhan belanja merupakan pertumbuhan belanja yang dialokasikan pemerintah daerah dari tahun ke tahun, dirumuskan sebagai berikut : Pertumbuhan Belanja Tahun t = Belanja Tahun t Belanja Tahun (t-1) x 100% Belanja Tahun (t-1) c. Analisis Efesisensi Belanja Analisis Efesiensi diukur dengan rasio antar realisasi belanja dengan belanja yang dianggarkan, dengan rumus : Realisasi Belanja x 100% Anggaran Belanja d. Analisis Rasio Keserasian Belanja 1) Realisasi Belanja Operasi x 100% Total Belanja 2) Realisasi Belanja Modal x 100% Total Belanja Rekapitulasi Analisis Pendapatan dan Belanja Presentase Kinerja Keuangan Diatas 100 % 100% 90-99% 75-89% Kurang dari 75% Tabel 1. Kriteriaa Penilaian Sumber : Puspitasari (2012:4) Analisis Rasio Kemandirian Kriteria Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif Hasil dan Pembahasan Tabel 2. Analisis Rasio Kemandirian Tahun PAD Total Bantuan Pemerintah Pusat Rasio 2012 139.514.584.000,30 1.491.483.677.134,00 9,35% 2013 183.235.877.421,86 1.702.794.926.492,00 10,76% 2014 283.488.703.181,03 1.989.017.340.887,00 14,25% Sumber : Laporan Realisasi APBD Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran 2012-2014 ( Data Diolah) Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah hanya sebesar 9,35%. Hal ini berdasarkan kriteria Analisis Pendapatan berarti kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kebutuhan dan kegiatannya masih jauh dari Kurang dari 75%. Artinya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi masih Tidak Efektif dalam kemandirian daerahnya. Gambar 1. Grafik Rasio Kemandirian Analisis Rasio Efektivitas Tabel 3. Analisis Rasio Efektivitas Tahun Target PAD Realisasi PAD Rasio 2012 132.846.110.220,82 139.514.584.000,37 105,02% 2013 171.602.586.394,67 183.235.877.421,86 106,78% 2014 225.108.843.353,75 283.488.703.181,03 125,93% Sumber : Laporan Realisasi APBD Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran 2012-2014 ( Data Diolah) Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dikategorikan efektif jika mencapai minimal 100%. Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi mulai tahun 2012, 2013 dan 2014 sudah mencapai lebih dari 100%. Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bisa dikategorikan efektif dengan rata-rata 112,58%. Varians Pendapatan Analisis varians anggaran pendapatan dilakukan dengan cara menghitung selisih antara pendapatan dengan yang dianggarkan. Biasanya selisih anggaran sudah diinformasikan dalam laporan realisasi anggaran. Varians pendapatan digunakan untuk mengukur kinerja PAD pada suatu pemerintah Daerah. Varians Belanja Dalam kriteria analisis belanja dapat dikatakan belanja Kabupaten Banyuwangi sudah baik. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah tepat dalam menganggarkan belanja daerahnya. Jadi dengan kata lain untuk belanja Kabupaten

4 Banyuwangi paling besar dianggarkan pada belanja operasi pada tahun 2012 hingga 2014 pada belanja pegawai. Hasil dari belanja yang realisasinya lebih kecil dari yang telah dianggarkan maka pemerintah daerah mendapatkan SILPA (sisa lebih perhitungan anggaran). Pada tahun 2012 sebesar 201.772.632.459,47 tahun 2013 227.680.687.693,66 dan tahun 2014 334.447.460.074,51. Kinerja yang baik dari segi belanja yang dilakukan Pemerintah daerah Banyuwangi. Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi Pada tahun 2012 belanja operasi sebesar 1.325.413.640.538,97 mengalami kenaikan ditaahun 2013 menjadi 1.480.425.063.992,67 sehinggadiperoleh rasio 13,89 %. Pertumbuhan ini disebabkaan oleh naiknya belanja pegawai dan belanja barang. Belanja Operasi tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 1.737.589.478.560,45 sehingga diperoleh Rasio pertumbuhan 37,96%. Belanja pegawai yang mempengaruhi kenaikan pertumbuhan belanja operasi. Berdasarkan kriteria rekaputulasi pertumbuhan belanja Hasil yang diperoleh pertumbuhan pada belanja operasi sudah baik karena hasil rasio ditahun 2013 hingga 2014 positif. Rasio Pertumbuhan Belanja Modal Belanja Modal tahun 2012 sebesar Rp 355.481.803.517,18 mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp 404.860203.010,00 sehingga diperoleh Rasio Pertumbuhan Belanja Modal tahun 2013 sebesar 11,70%. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh Belanja Modal yang semakin meningkat. Hal ini berarti kinerja keuangan kabupaten Banyuwangi dilihat dari perolehan Rasio Pertumbuhan Belanja Modal sudah baik. Belanja Modal mengalami kenaikan di tahun 2014 menjadi Rp 558.546.677.147,73 sehingga diperoleh Rasio Pertumbuhan Belanja Modal tahun 2014 sebesar 17,37%. Hal ini berarti kinerja keuangan Kabupaten Banyuwangi dilihat dari perolehan Rasio Pertumbuhan Belanja Modal semakin baik. Rasio Pertumbuhan yang cenderung naik dari tahun ke tahun menandakan keberhasilan pembangunan di Kabupaten Banyuwangi dan profesionalisme Kabupaten Banyuwangi dalam hal pengelolaan keuangan daerah. Rasio Efesiensi Belanja Efisiensi Belanja ditahun 2014 meningkat sebesar 89,91 % hal ini terjadi antara anggaran dan realisasi tidak begitu jauh. Anggaran belanja di tahun 2014 sebesar 2.553.844.868.775,41 dan realisasinya sebesar 2.296.136.155.708,18.Pemerinntah melakukan penghematan anggaran dari total anggaran yang telah dianggarkan. Jadi dengan hasil ini Pemerintah Kabupaten Banyuwangi kembali mendapatkan SILPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) surlus. Surplus yang dihasilkan dari efesiensi belanja suatu daerah sangat baik yang nantinya dapat dipakai ditahun berikutnya. Gambar 2. Grafik Efesiensi Belanja Rasio Keserasian Belanja Modal Gambar 3. Grafik Rasio Belanja Modal Rasio Belanja modal yang dihitung dari pembagian antara belanja modal dengan total belanja keseluruhan. Belanja modal yang terdiri dari belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja aset tetap lainnya. Pada tahun 2012 meningkat sebesar 0,32 %. Disebabkan pada belanja modal 354.461.803.517,18 dibagi total semua belanja 1.680.895.444.056,15. Akan tetapi pada tahun 2014 meningkat sebesar 24,33%. Itu artinya alokasi belanja modal sudah optimal. Rasio Keserasian Belanja Operasi Gambar 4. Grafik Rasio Belanja Operasi Dari Grafik diatas terjadi penurunan pada tahun 2012 sebesar 78,85% dan di tahun 2013 sebesar 78,52% hal ini terjadi Karena belanja operasi Kabupaten Banyuwangi kurang optimal. Hal ini disebakan pada realisasi anggaran belanja operasi tidak banyak dialokasikan untuk belanja rutin. Pada tahun 2014 menurun hingga 75.67%. Rasio pertumbuhan belanja dikatakan baik jika semakin besar %

5 untuk ekonomi masyarakat. Terjadi penurunan persentase yang berarti pertumbuhan belanja Kabupaten Banyuwangi masih kurang baik. Kesimpulan Kesimpulan dan Keterbatasan Berdasarkan hasil analisis perhitungan rasio keuangan pada APBD pemerintah Kabupaten Banyuwangi tahun 2012-2014 dapat disimpulkan bahwa Kinerja Keuangan.Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi sudah baik. Kinerja pendapatan dari pemerintah Kabupaten Banyuwangi sudah baik terlihat dengan PAD yang meningkat setiap tahunnya dan telah diukur dengan rasio efektivitas menunjukkan PAD yang telah mencapai target. Akan tetapi dari Berdasarkan rasio kemandirian masih rendah dan tingkat ketergantungan terhadap bantuan pihak eksternal masih tinggi, rasio efektifitas menunjukan bahwa realisasi penerimaan PAD telah melampaui anggaran yang ditetapkan. Kinerja Belanja dari pemerintah Kabupaten Banyuwangi sudah baik. Dikarenakaan belanja yang relatif kecil ditambah dengan penghematan belanja yang dilakukan oleh pemrintah Kabupaten Banyuwangi sehiggamendapatkan SILPA Surplus yang nantinya bisa digunakan untuk pembangunan daerah.saran Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta kesimpulan, penulis mencoba mengajukan saran yaitu Pemerintah Kabupaten Banyuwangi harus mempertahankan kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kenaikan PAD dapat digunakan untuk mempercepat pembangunan dan menunjang otonomi daerah yang mandiri tidak bergantung pada bantuan transfer pusat. Dalam pengelolan belanja Keterbatasan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta kesimpulan.keterbatasan dalam penelitian ini antara lain periode penelitian yang pendekperiode pengamatan dalam penelitian ini hanya 3 tahun, yaitu tahun 2012, 2013 dan 2014 sehingga tidak dapat menunjukkan ingkat kecenderungan dalam jangka panjang. Penelitian ini tidak menganalisis keseluruhan unsur APBD sehingga tidak dapat memperoleh hasil analisis yang lengkap. Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung :Alfabeta. Puspitasari, Ayu Febriyanti. 2012 Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Malang Tahun Anggaran 2007-2011. Malang : Universitas Brawijaya Undang - Undang Republik Indonesia, UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Undang Undang Republik Indonesia UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah DAFTAR PUSTAKA Daling, Marchelino.2013. Analisis Kinerja Realisasi Anggran Pendapatan Belanja Pemeritah Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal EMBA, 1(3) :2303-1174. Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat Indriantoro dan Supomo, 2002. Metedologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta : Penerbit BPFE Mardiasmo.2005. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi Nugraini, Esty Muchina.2012. Analisis Rasio Keuangn Anggaran Pendapapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Jember. Skripsi. Universitas Jember. Nordiawan Deddi. 2009. Akuntansi Pemerintah. Jakarta : Salemba Empat