PRODUKSI. Oleh : Dra. Rully Makarawo, Apt DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIRJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Alat Kesehatan. Rumah Tangga. Produksi.

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Da

1. Dasar Hukum 2. Tugas Pokok dan Fungsi 3. Restruktur Organisasi 4. Strategi Pengamanan Alat Kes dan PKRT 5. Sertifikat Produksi 6. Ijin Edar 7.

UNIVERSITAS INDONESIA TATA CARA REGISTRASI DAN IZIN EDAR PRODUK DIAGNOSTIK INVITRO KATEGORI HEMATOLOGI KLINIK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

KEBIJAKAN PENGENDALIAAN ALAT KESEHATAN DALAM MENYONGSONG SJSN. Oleh: Drg. Arianti Anaya, MKM Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN

PERMENKES No. 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN 4/1/2013 1

Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT Direktur Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makasar.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

PASAL 6 PERMENKES No.1109/MENKES/PER/IX/2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : Mengingat :

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

Oleh : drg. Arianti Anaya, MKM Direktur Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT Bali, 4 Mei 2018

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN,

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PEDOMAN PELAYANAN PUBLIK SERTIFIKASI PRODUKSI ALAT KESEHATAN (ALKES) DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA (PKRT)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PP 72/1998, PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN. Tentang: PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

UNIVERSITAS INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

KEBIJAKAN DI BIDANG ALAT KESEHATAN DALAM ANTISIPASI GLOBALISASI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabaenan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

PEDOMAN PENILAIAN REGISTRASI

KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

Registrasi & Sertifikasi Tenaga Kesehatan MTKP DIY


2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Obat Ikan. Peredaran. Mekanisme. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PERIZINAN PERUSAHAAN RUMAH TANGGA (PRT) ALKES DAN/ATAU PKRT

SERTIFIKASI ALAT KESEHATAN DAN PKRT

UNIVERSITAS INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Alat Kesehatan. Rumah Tangga. Izin Edar.

PERAN DINAS KESEHATAN PROVINSI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT BINA PRODUKSI INDUSTRI KEFARMASIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

S O P DAN PERSYARATAN IZIN PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PKRT

- 3 - PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PEDOMAN PELAYANAN IZIN EDAR BAB I PENDAHULUAN

2 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Kosmetika. Izin Produksi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Undang-undang Pangan No. 7/1996

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI

RANCANGAN, 19 DESEMBER 2016 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

FARMASI PERAPOTIKAN. syofyan

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG PENGAWASAN OBAT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 7 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

PERMOHONAN PERSETUJUAN PRINSIP INDUSTRI OBAT TRADISIONAL/INDUSTRI EKSTRAK BAHAN ALAM

Dinas Kesehatan Prov. Sulsel Tahun 2018

PERMOHONAN PERSETUJUAN PRINSIP INDUSTRI OBAT TRADISIONAL/INDUSTRI EKSTRAK BAHAN ALAM

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK N0M0R 382/MENKES/PER/VI/ 1989 TENTANG PENDAFTARAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI DAN USAHA OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Strategi Pre Market dalam Penilaian Alat Kesehatan

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri. Usaha Obat. Tradisional. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT

KEBIJAKAN OBAT DAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN TATA CARA SERTIFIKASI PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PKRT

Transkripsi:

KEBIJAKAN SERTIFIKAT PRODUKSI Oleh : Dra. Rully Makarawo, Apt DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIRJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN - KEMKES RI

DASAR HUKUM UU RI No.32 tahun 2004 ttg pemerintahan Daerah UU RI N0.36 thn 2009 tentang Kesehatan PP No.72 tahunn 1998 tentang pengamanan Sediaan Farmasai dan Alat Kesehatan PP RI No.38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi, i dan Pemerintahan Daerah Kab/Kabupaten PP No.13 tahun 2009 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Permenkes No. 1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Permenkes No. 1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan PKRT

UNTUK MENJAMIN MUTU, MANFAAT ALAT KESEHATAN DAN PKRT Pengendalian dilakukan sejak proses produksi sp penggunaan di masayarakat meliputi : Tingkat pengadaan Tingkat produksi Tingkat distribusi

POKOK BAHASAN I. Ketentuan Umum II. Produksi III. Pemeliharaan Mutu IV. Ekspor V. Penarikan Kembali & Pemusnahan VI. Biaya VII. Pelaporan VIII.Pengawasan IX. Ketentuan peralihan X. Penutup

I. KETENTUAN UMUM 1. Definisi Alat Kesehatan : Alkes adalah instrument, apparatus, mesin, dan/atau implan yg tdk mengandung g obat yg digunakan utk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pd manusia, dan/atau membtk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh Alkes dpt juga mengandung obat yg tdk mencapai kerja utama pd atau dlm tubuh manusia melalui proses farmakologi, imunologi, atau, metabolisme tetap dpt membantu fungsi yg diinginkan dari Alkes dg cara tsb

Alkes berdsrkan tujuan penggunaan sbg mana dimaksud oleh produsen, dpt digunakan sendiri maupun kombinasi utk manusia dg satu atau beberapa tujuan sbg berikut : a. Diagnosa, pencegahan, pemantauan, perlakuan atau pengurangan penyakit. b. Diagnosa, pemantauan, perlakuan, pengurangan atau kompensasi kondisi sakit c. Penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung anatomi atau proses fisiologisi i d. Mendukung atau mempertahankan hidup e. Menghalangi pembuahan f. Desinfeksi alat kesehatan g. Menyediakan informasi utk tujuan medis atau diagnosa melalui l pengujian in vitro terhadap spesimen dr tubuh manusia.

2. Rekondisi/Remanufacturing : adalah kegiatan memproduksi alkes bukan baru yg diperlukan sbg bhn baku dg persyaratan produk sesuai standar awal 3. Bahan baku : adalah semua bhn atau komponen awal yg digunakan utk keperluan produksi 4. Produksi adalah : Kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, dan/atau mengubah btk alkes dan/atau PKRT 5. Perakitan adalah : rangkaian kegiatan utk membtk alkes dr produk alkes terurai dan/atau dg komponen penyusunan berasal dr komponen lokal dan/atau komponen impor

6. Pengemasan kembali adalah : rangkaian keg membuat suatu produk dr produk ruahan, yg meliputi memberi wadah, membungkus dan memberikan penandaan. 7. Izin Edar adalah : izin yg dikeluarkan kepd perusahaan utk produk Alkes dan/atau PKRT, yg akan diimpor dan,/atau digunakan dan/atau diedarkan di wilayah RI, berdsrkan penilaian terhdp mutu, keamanan dan kemanfaatan. 8. Perusahaan adalah : Badan Usaha yg memproduksi Alkes dan/atau PKRT 9. Perusahaan Rumah Tangga adalah : perusahaan yg memproduksi Alkes dan PKRT tertentu dan dg fasilitas sederhana yg diperkirakan tdk menimbulkan bahaya bg pengguna, pasien, pekerja dan lingkungan

10. Mutu adalah : ukuran kualitas produk yg dinilai dr cara pembuatan yg baik dan menggunakan bhn dg spesifikasi yg sesuai dan memenuhi persyaratan yg ditentukan 11. Penanggung Jawab Teknis adalah : tenaga kesehatan atau tenaga lain yg memilki pendidikan dan pengalaman dlm memproduksi Alkes dan/atau PKRT

II. PRODUKSI Umum Pasal 5 : Perusahaan yg diatur dlm peraturan inii tdk termasuk perusahaan Rumah Tangga yg memproduksi Alkes dan PKRT Ketentuan lebih lanjut mengenai perusahaan Rumah Tangga ditetapkan oleh Menteri------Dirjen Pasal 6 : produksi Alkes dan PKRT hanya dpt dilakukan oleh perusahaan yg memiliki sertifikat produksi Sertifikat produksi diberikan oleh Dirjen-----Menteri

Pasal 7 : Jenis produk yg diizinkan utk diproduksi hrs sesuai dg lampiran sertifikat produksi Penambahan jenis produk dpt dilakukan dg addendum sertifikat produksi utk perluasan produksi Pasal 8 : Perusahaan yg hanya melakukan pengemasan kembali, perakitan, rekondisi/remanufacturing dan perusahaan yg menerima makloon hrs memilki sertifikat produksi.

Makloon adalah : Pelimpahan seluruh atau sebagian kegiatan pembuatan Alkes dan PKRT dari pemilik merek atau pemilik formula kepd perusahaan lain yg telah memiliki sertifikat produksi. Pasal 9 : Perusahaan yg memproduksi Alkes dan PKRT bertanggung jawab terhdp mutu, keamanan dan kemanfaatan Alkes dan PKRT yg diproduksinya. Perusahaan hrs dpt menjamin bhw produknya dibuat sesuai dg Cara Pembuatan Alkes yg Baik dan Cara Pembuatan PKRT yg baik

Lokasi dan Bangunan Pasal 10 : Produksi Alkes dan PKRT harus berada di lokasi yg sesuai dg peruntukkannya Bagian bangunan atau ruangan produksi Alkes dan PKRT tdk digunakan utk keperluan lain selain yg telah ditetapkan pd sertifikat produksi Pasal 12 : Bangunan atau ruangan yg digunakan bersama utk produksi lainnya hrs memiliki izin khusus fasilitas bersama dr Dirjen Pasal 13 : Utk pers yg menggunakan fasilitas produksi bersama antara Alkes dan PKRT atau dg sed farmasi

hrs dpt membuktikan bhw tdk akan terjadi pencemaran silang. Penggunaan fasilitas produksi bersama hrs sesuai dg ketentuan peraturan per-undang2 an yg berlaku. Bahan Baku Produksi Pasal 16 : Bhn baku yg digunakan utk memproduksi Alkes dan PKKRT hrs memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan

Alkes yg menggunakan zat radio aktif atau yg dpt memancarkan snr radio aktif lainnya diatur sesuai dg ketentuan peraturan per-undang2an mengenai izin pemakaian zat radio aktif Cara Produksi Pasal 18 : Cara Pembuatan Alkes atau PKRT Yang Baik Ditetapkan oleh Menteri Pasal 19 : Pemerintah melakukan monev secara berkala minimal 1 thn sekali utk menjamin ketaatan terhdp CPAKB atau CPPKRT yg Baik

Pemeriksaan Mutu Pasal 20 : Perusahaan hrs mampu melakukan analisa dan pemeriksaan terhadap bahan baku yg digunakan dan produk akhir Utk melakukan analisa dan pemeriksaan perusahaan yg memproduksi hrs memiliki lab sendiri atau bekerja sama dg lab lain yg terakreditasi atau diakui

Sertifikat produksi Pasal 23 : Sertifikat produksi Alkes diklasifikasikan 3 kelas - Sertifikat Produksi Kelas A, sertifikat yg diberikan kepada pabrik yg telah menerapkan CP Alkes Yang Baik secara keseluruhan, utk memproduksi Alkes Kelas I, kelas IIa, Kelas IIb dan Kelas III - Sertifikat produksi Kelas B, sertifikat yg diberikan kepd pabrik yg telah layak memproduksi Alkes Kelas I, Kelas IIa dan Kelas IIb, sesuai dg ketentuan CP Alkes Yang Baik - Sertifikat Produksi Kelas C, sertifikat yg diberikan kepd pabrik yg telah layak memproduksi Alkes Kelas I dan IIa tertentu sesuai ketentuan CP Alkes Yang Baik.

Sertifikat produksi PKRT diklasifikasikan 3 kelas - Sertifikat produksi Kelas A, sertifikat yg diberikan kepada pabrik yg telah menerapkan CP Alkes Yang Baik secara keseluruhan, utk memproduksi PKRT Kelas I, kelas II dan Kelas III Sertifikat Produksi Kelas B, sertifikat yg diberikan kepd pabrik yg telah layak memproduksi Alkes Kelas I dan Kelas II, sesuai ketentuan CP PKRT Yang Baik Sertifikat Produksi Kelas C, sertifikat yg diberikan kepd pabrik yg telah layak memproduksi PKRT Kelas I dan II tertentu sesuai ketentuan CP PKRT Yang Baik.

Klasifikasi Sertifikat produksi ditetapkan berdasarkan hsl pem berdsrkan kesiapan pabrik dlm penerapan CP Alkes atau CP PKRT Yang Baik sesuai dg ketentuan peraturan perundang-undangan Persyaratan Sertifikat produksi : Pasal 24 : Permohonan sertifikat produksi hanya dpt dilakukan oleh Badan Usaha Badan Usaha hrs memenuhi persyaratan adminstratif dan teknis yg ditetapkan oleh Dirjen.

Pasal 25 : PJ utk Sertifikat produksi Kelas A : Apoteker, Sarjana lain yg sesuai atau memilki sertifikat t yg sesuai, dan D3 ATEM utk Alkes Elektromedik. PJ kelas B minimal D3 Farmasi,Tehnik,Kimia yg sesuai dg bidang nya PJ utk Sertifikat produksi Kelas C SMK Farmasi atau pendidikan tenaga lain yg sederajat yg mempunyai kualifikasi yg sesuai dg bidangnya.

Pasal 26 : Ketentuan mengenai laboratorium dlm permohonan sertifikat produksi meliputi : a. Kelas A wajib mempunyai laboratorium b. Kelas B memiliki lab atau bekerja sama dg lab terakreditasi atau diakui c. Kelas C menguji produknya ke lab terakreditasi atau diakui Persyaratan lab ditetapkan oleh Menteri

Tata Cara Pemberian Sertifikat Produksi : Pasal 27 : Tim pemeriksaan bersama, jika diperlukan dpt melibatkan tenaga ahli/konsultan/lembaga tersertifikasi di bid produksi yg telah disetujui Dirjen Setelah diterima srt rekomendasi dan lampirannya Dirjen mengeluarkan sertifikat produksi Alkes atau PKRT, dlm jangka 30 hari kerja setelah berkas lengkap Dalam jangka wkt 30 hari kerja,dirjen dpt melakukan penundaan atau penolakan permohonan sertifikat produksi.

Alur Proses Sertifikasi Produksi Alkes dan PKRT Pemohon Dinas Kesehatan Propinsi Rekomendasi Pemeriksaan bersama BAP DinKes Kab/ Kota Sertifikat Produksi Lengkap Ditjen Binfar Alkes Tidak Lengkap Tambahan Data

Pasal 28 : Perusahaan pemohon sertifikat t produksi hrs siap dan/atau wajib diperiksa oleh petugas yg ditunjuk Pasal 29 : Pedoman Pelayanan sertifikat produksi ditetapkan oleh Dirjen. Masa berlaku sertifikat produksi Pasal 30 : Sertifikat produksi berlaku 5(lima) tahun dan dpt diperpanjang selama memenuhi ketentuan yg berlaku.

Pasal 31 : Perusahaan yang tidak melakukan perpanjangan sertifikat produksi hingga masa berlaku habis, harus mengajukan permohonan sertifikat produksi baru.

Pasal 32 : Perubahan Sertifikat produksi dapat dilakukan dlm hal a. Perubahan badan usaha b. Perubahan nama dan alamat perusahaan c. Penggantian penanggung jawab teknis d. Penggantian pemilik/pimpinan perusahaan dan atau e. Perubahan klasifikasi

Pencabutan Sertifikat produksi Pasal 33: Dirjen dpt mencabut sertifikat produksi Alkes, PKRT : a. Terjadi pelanggaran terhadap persyaratan dan peraturan perundang-undangan yg dpt mengakibatkan bahaya terhdp keselamatan pengguna, pekerja atau lingkungan b.terbukti sdh tdk menerapkan CP Alkes Yang Baik atau CP PKRT Yang Baik Pelaksanaan pencabutan akibat pelanggaran peraturan dilaksanakan dg cara : a. Peringatan tertulis sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut dg tenggang wkt masing-masing 2 (dua) bulan

b. Penghentian Sementara Kegiatan atau c. Pencabutan sertifikat produksi Pelaksanaan pencabutan akibat terjadi pelanggaran terhadap persyaratan dan peraturan yg dpt mengakibatkan bahaya bg pengguna dan pekerja dpt dilakukan secara langsung Pencabutan sertifikat t produksi dilaksanakan k oleh Dirjen dengan mengeluarkan Surat keputusan

BAB. III PEMELIHARAAN MUTU Pasal 34 : Perusahaan yg memproduksi, mengemas kembali, merakit, merekondisi hrs melaporkan hsl pengawasan mutu Alkes dan PKRT secara berkala minimal 1 (satu) thn sekali Pasal 35 : Ketentuan mengenai pemeliharaan mutu Alkes dan PKRT diatur oleh Dirjen

BAB. IV EKSPOR Pasal 36 : Perusahaan yg memiliki sertifikat produksi Alkes dan PKRT dpt mengekspor produknya ke luar wilayah RI Perusahaan yg memiliki sertifikat produksi tetapi tdk mengedarkan Alkes dan PKRT di wilayah RI atau hanya utk keperluan ekspor dpt memohon srt ket ekspor kepada Dirjen dan surat ket ekspor dikeluarkan oleh Dirjen Perusahaan yg akan mengekspor Alkes dan PKRT yg memilki sertifikat produksi dan produknya telah memiliki izin edar diberikan Certificate of free Sale

Certificate of free sale merupakan srt ket yg Dikeluarkan oleh Menteri yg menerangkan bhw suatu produk Alkes dan PKRT sdh mendptkan izin edar atau telah bebas di jual di Ind Tata cara dan persyaratan memperoleh srt ket ekspor dan certificate of free sale ditetapkan oleh Dirjen.

BAB.V PENARIKAN KEMBALI DAN PEMUSNAHAN Penarikan kembali Pasal 37 : Penarikan kembali Alkes dan PKRT dr peredaran yg tms/dicabut izin edar, dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab produsen Alkes dan PKRT Ketentuan mengenai tata cara penarikan kembali Alkes dan PKRT dr peredaran ditetapkan oleh Dirjen Pemusnahan Pasal 38 : Pemusnahan dilakukan terhadap Alkes dan PKRT : - Diproduksi tms yg berlaku - Telah kadaluwarsa - Tms utk digunakan dlm pelayanan kes atau kepentingan iptek - Dicabut izin edar Pasal 40 : Pemusnahan Alkes dan PKRT hrs dilaporkan kepada Dirjen dg melampirkan BAP

BAP di td tangani oleh pimpinan i perusahaan dan penanggung jawab teknis Pasal 41 : Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapemusnahan Alkes dan PKRT ditetapkan oleh Dirjen

BAB VI. BIAYA Pasal 42 : Terhadap permohonan sertifikat produksi dikenakan biaya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

BAB VII. PELAPORAN Pasal 43 : Perusahaan yg memproduksi, mengemas kembali, merakit, merekondisi/remanufacturing hrs melaporkan hsl produksinya minimal setiap 1 (satu) thn sekali kepada Dirjen dg tembusan Ka.Dinkes Prop dan Ka.Din kes Kab/Kota setempat. Tata cara pelaporan hsl produksi diatur oleh Dirjen.

BAB VIII. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pembinaan Pasal 44 : Dirjen, Ka.Dinkes Prop, dan Ka.Dinkes Kab/Kota melakukan pembinaan secara berjenjang terhadap sgl kegiatan yg berhubungan dg produksi Alkes dan PKRT Pasal 45 : Pembinaan dilaksanakan dalam bidang informasi produk, produksi, perdagangan, sumber daya manusia,pelayanan kesehatan dan periklanan

Pengawasan Pasal 46 : Pengawasan terhadap segala kegiatan yg berhubungan dg produksi Alkes dan PKRT dilaksanakan oleh pemerintah,produsen dan masyarakat

Pasal 48 : Dalam rangka pengawasan pemerintah dpt memberikan sanksi administratif berupa Peringatan tertulis sampai dg pencabutan sertifikat produksi kepada perusahaan aa yg melakukan a pelanggaran a Pasal 49 : Pelanggaran terhadap ketentuan peraturan yg mengakibatkan seseorang mengalami gangguan kesehatan yg serius, cacat atau kematian dpt dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan per undang-undanganundangan

BAB IX. KETENTUAN PERALIHAN Pasal 50 : 1. Pada saat peraturan ini berlaku : a. Sertifikat produksi Alkes dan PKRT yg telah diterbitkan berdsrkan ketentuan PerMenkes No.1184/2004 ttg Pengamanan Alkes dan PKRT dinyatakan masih tetap berlaku sampai dg habis masa berlakunya. b. Permohonan sertifikat produksi yg sedang dlm proses diselesaikan berdsrkan PerMenkes No.1184/2004 ttg Pengamanan Alkes dan PKRT 2. Sertifikat produksi Alkes dan PKRT yg telah habis masa berlakunya hrs disesuaikan dg ketentuan Peraturan ini.

BAB X. KETENTUAN PENUTUP Pasal 51 : Pada sat Peraturan ini mulai berlaku, peraturan Menteri Kesehatan No.1184/2004 ttg pengamanan Alkes dan PKRT sepanjang yg mengatur mengenai produksi Alkes dan PKRT, dicabut dan dinyatakan tdk berlaku Lagi Catatan t : Diundangkan di Jkt 23 Agustus 2010

Kewenangan Pusat dan Daerah berdasarkan PP 38 Sertifikasi Produksi Alkes dan PKRT Kelas B dan C No Depkes Pemda Prov Pemda Kab/ Kota 1 Sertifikasi sarana produksi Alkes dan PKRT kelas B dan C 1. Pemeriksaan setempat bersama dengan Kab/ kota 2. Rekomendasi Sertifikasi sarana produksi Alkes dan PKRT kelas B dan C Pemeriksaan setempat bersama dengan Provinsi 2 Penetapan kebijakan, norma, standar, pedoman, kriteria dan prosedur pelaksanaan pemberian sertifikat sarana produksi dan distribusi perusahaan rumah tangga Alkes dan PKRT kelas II tertentu Pemberian sertifikat sarana produksi perusahaan rumah tangga Alkes dan PKRT kelas II tertentu Memberikan penyuluhan dan rekomendasi dalam rangka pemberian sertifikat sarana produksi perusahaan rumah tangga Alkes dan PKRT kelas II tertentu

TERIMA KASIH