Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

Statistik KATA PENGANTAR

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

M.Ikhlas Khasana ( ) Mengetahui berbagai dampak kebijakan persawitan nasional saat ini. Pendahuluan. ekspor. produksi.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Statistik KATA PENGANTAR

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

Produk Domestik Bruto (PDB)

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH


BERITA RESMI STATISTIK

BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG TRIWULAN III TAHUN 2011

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.

Analisis Pengaruh Tarif Cukai Terhadap Pendapatan Negara Dan Keberlangsungan Usaha Industri Rokok (Sebuah Pendekatan Sistem Dinamik)

BERITA RESMI STATISTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BERITA RESMI STATISTIK

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

BERITA RESMI STATISTIK

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013


BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

BERITA RESMI STATISTIK

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG TRIWULAN II 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Statistik

KAJIAN KETERKAITAN PELAKU PERGULAAN NASIONAL: SUATU PENGHAMPIRAN MODEL DINAMIKA SISTEM

Transkripsi:

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng NIP.195503081979031001 Dosen Ko-pembimbing: Niniet Indah Arvitrida, ST, MT NIP.198407062009122007

Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya indikasi keberhasilan di dalam pembangunan ekonomi Indonesia UU No.22 Tahun 1999 UU No. 32 dan 33 tahun 2004 Kewenangan Pemerintah Daerah dalam mengatur Daerahnya Pertumbuhan ekonomi dari suatu daerah secara keseluruhan dari tahun ke tahun bisa dilihat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 4

Latar Belakang Produk Domestik Regional Bruto di Pulau Jawa Timur Provinsi Tahun (juta) 2006 2007 2008 2009 2010 DKI Jakarta 501,771,740.87 566,449,360.08 677,044,743.16 757,696,594.05 862,158,910.75 Jawa Timur 470,627,493.61 534,919,332.95 621,391,674.61 686,847,557.72 778,455,772.46 Jawa Barat 473,187,292.62 526,220,225.16 633,283,483.36 689,841,314.34 770,660,479.99 Jawa Tengah 281,996,709.10 312,428,807.09 367,135,954.90 397,903,943.75 444,396,468.19 DI. Yogyakarta 29,417,348.99 32,916,736.41 38,101,684.50 41,407,049.50 45,591,853.06 Banten 97,867,273.39 107,499,652.42 139,861,486.97 151,979,883.85 170,525,381.89 PDRB Perbandingan Menurut Lapangan Usaha Lapangan Usaha Tahun 2009 Tahun 2010 Triw I DKI Jakarta Jawa Timur DKI Jakarta Jawa Timur 1. Pertanian 0.1 16.39 0.1 19.67 2. Pertambangan dan Penggalian 0.41 2.17 0.42 1.55 3. Industri pengolahan 15.65 28.04 15.7 27.37 4. Listrik, Gas dan arir Bersih 1.11 1.82 1.08 1.74 5. Konstruksi 11.45 3.4 11.5 3.07 6. Perdagangan, hotel dan Restoran 20.62 29.44 20.72 28.44 7. Angkutan dan Komunikasi 9.86 5.69 10.07 5.7 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 28.18 4.76 27.79 4.6 Potensi luas kawasan industri yang ada di 9. Jasa-jasa 12.62 8.29 12.62 7.86 PDRB Jawa Timur sebesar 1007.403,80100 hektar 100 100 Sumber: BPS Indonesia 5

Latar Belakang Angkatan Kerja Jawa Timur Sumber: BPS Propinsi Jawa Timur (2009) Tahun Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran 2009 20338568 19305056 1033512 2008 20178590 18882277 1296313 2007 20177924 18811421 1366503 2006 19244959 17669660 1575299 Besarnya nilai PDRB yang ada disetiap sektor di Jawa Timur ternyata belum mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Besarnya jumlah pengagguran yang ada di Jawa Timur belum terserap sepenuhnya disetiap sektor ekonomi yang ada. 7

Latar Belakang Kontribusi Subsektor Industri Makanan dan Minuman terhadap Industri Pengolahan Sumber: BPS Propinsi Jawa Timur (2010) Kontribusi Pada Sektor Industri Pengolahan Tahun Pembangunan Ekonomi Penyerapan Tenaga Kerja 2005 12,4% 20% 2006 14% 21% 2007 14,5% 21% 2008 15,4% 21% Pemilihan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Tergolong jenis industri padat karya Pola hidup masyarakat yang mementingkan kepraktisan didalam mengkonsumsi produk-produk yang sifatnya siap saji. (Kompas, 2009) 8

Latar Belakang Faktor Lain Iklim Investasi Investasi Penyerapan Tenaga Kerja Pengaruh investasi pada subsektor industri makanan dan minuman terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur denganmenggunakanmetode pendekatan Sistem Dinamik 9

Rumusan Masalah Dilakukan pengembangan model yang menggambarkan perkembangan sektor industri makanan dan minuman yang terkait dengan usaha meningkatkan investasi untuk dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dengan mempertimbangkan beberapa skenario kebijakan pemerintah yang terkait dengan investasi berusaha. 10

Tujuan Penelitian 1. 2. 3. Mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap perkembangan subsektor industri makanan dan minuman di Jawa Timur Memperoleh model perkembangan subsektor industri makanan dan minuman di Jawa Timur Memperoleh skenario kebijakan yang tepat terkait dengan investasi Manfaat Penelitian 1. 2. Memberikan referensi dan alternatif skenario kebijakan ataupun peraturan daerah kepada pemerintah Mendapatkan rekomendasi berupa variabel-variabel penting yang terkait dengan kontribusi perkembangan investasi sub sektor industri makanan dan minuman 11

Ruang Lingkup Penelitian Pemodelan pada subsektor industri makanan dan minuman di Jawa Timur Asumsi Penelitian 1. 2. Kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang terkait dengan sektor industri makanan dan minuman di Jawa Timur dianggap konsisten terhadap kondisi sistem yang akan dibuat. Data yang digunakan didalam kajian sistem perindustrian mewakili kondisi nyata pada kondisi rill. 12

Gambaran Umum Industri Jenis-Jenis Subsektor Industri Pengolahan di Jawa Timur Menurut International Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC) Kode ISIC 3.1 Subsektor Subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 3.2 Subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit 3.3 Subsektor Industri Kayu dan Sejenisnya 3.4 Subsektor Industri Kertas, Percetakan, dan Penerbitan 3.5 Subsektor Industri Kimia, Minyak Bumi, Karet, dan Plastik 3.6 Subsektor Industri Barang Galian Non Logam 3.7 Subsektor Industri Logam Dasar 3.8 Subsektor Barang Dari Logam, Mesin, dan Peralatan 3.9 Subsektor Industri Pengolahan Lainnya Kode awal 2 digit digolongkan sebanyak 86 subsektor industri. 14

Roadmap Penelitian 15

Metodologi Penelitian Identifikasi Variabel Uji Validitas Konseptualisasi Model Penerapan Skenario Pengumpulan Data Analisis dan interpretasi Penyusunan Model Simulasi Penarikan Simpulan dan Rekomendasi Running Model Simulasi 17

Deskripsi Objek Amatan Industri Makanan dan Minuman di Jawa Timur 1. Memberikan kontribusi 54% dari Jumlah Investasi Industri Pengolahan 2. Memberikan kontribusi 20% dari Jumlah Tenaga Kerja Industri Pengolahan Kebijakan Terkait Investasi 1. Kebijakan Penyediaan Infrastruktur 2. Kebijakan Perijinan Usaha 3. Kebijakan Pengembangan Usaha Kecil, dan Menengah 19

Interaksi Antar Variabel Perijinan Usaha Daya Tarik Invetasi Ketersediaan Infrastruktur PDRB Suku Bunga Dalam Negeri dan Luar Negeri Investasi Subsektor Industri Makanan dan Minuman Nilai Tambah Tingkat Pengangguran Pajak Ekspor dan Impor Permintaan Keterangan: = Hubungan Langsung = Hubungan Tidak Langsung 20

Input Output Diagram INPUT TIDAK TERKENDALI Tingkat demand Tingkat suku bunga bank Nilai tukar rupiah Upah tenaga kerja Kenaikan harga BBM Inflasi Bea masuk impor Bea ekspor INPUT TERKENDALI LINGKUNGAN Bencana alam Regulasi pemerintah SISTEM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DI JAWA TIMUR OUTPUT DIKEHENDAKI Peningkatan Investasi Pengurangan Jumlah Pengangguran Peningkatan PDRB Jawa timur OUTPUT TIDAK DIKEHENDAKI Kapasitas produksi Jumlah angkatan kerja Efisiensi produksi Biaya input produksi Biaya output produksi Ketersediaan sarana transportasi Harga bahan baku Harga bahan bakar PENGELOLAHAN Penurunan demand Penurunan ketersediaan sarana trasnportasi Penurunan nilai tambah 21

Causal Loop Diagram 22

Model Utama Sistem 23

Submodel Investasi 24

Submodel Industri 25

Submodel Tenaga Kerja 26

Submodel PDRB 27

Submodel Infrastruktur 28

Submodel Daya Tarik Investasi 29

Verifikasi 1. CHECK UNIT MODEL 2. CHECK FORMULASI MODEL 30

1. Uji Struktur Model Validasi (1) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur dan Dinas Badan Penanaman Modal Jawa Timur. 2. Uji Kecukupan Batasan Melakukan pengujian variabel-variabel yang berpengaruh didalam model. 3. Uji Parameter Model Simulasi model sudah berjalan sesuai dengan logika aktual, 31

4. Uji Kondisi Ekstrim Validasi (4) Proporsi Infrastruktur Nilai kecil Nilai besar Nilai normal 33

5. Uji Perilaku Model/ Replikasi Validasi (5) Metode black box (Barlas, 1996) E = (S A )/ A Dimana: A = Data aktual. S = Data hasil simulasi. E = Variansi error antara data aktual dan data simulasi, dimana jika E < 0,1 maka model valid. Data Simulasi Investasi Tahun Simulasi Aktual Error 2006 53,681,230.24 53681230.25 1.29639E-10 2007 53,996,269.26 54071883.6 0.001398404 2008 54,400,397.69 54688801.5 0.005273544 Rata-rata 54025965.73 54147305.12 0.0022 Data Simulasi Pengagguran Tahun Simulasi Aktual Error 2006 1423103 1575299 0.097 2007 1420247 1366503 0.039 2008 1293222 1296313 0.002 Rata-rata 1378857.333 1412705 0.046 Hasilnya Valid 34

SKENARIO KEBIJAKAN Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor: 52 Tahun 2010 Tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) provinsi Jawa Timur 1. Perubahan Dana Infrastruktur 2. Perubahan Dana Bantuan Investasi yang Diberikan Oleh Pemerintah 3. Perubahan Indeks Perijinan Daerah 48

Perubahan Dana Infrastruktur Potongan Causal Loop Skenario Variabel Kontrol Batas Batas Bawah Atas Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Infrastruktur 0 1 0.1 0.15 0.05 36

Hasil Skenario 1 (Peningkatan Dana Infrastruktur ) Pengaruh Perubahan Dana Infrastruktur Terhadap Indeks Infrastruktur Hasil Simulasi Submodel Tenaga Kerja Hasil Simulasi Submodel Investasi 37

Hasil Skenario Perubahan Dana Infrastruktur Variabel Output Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Peluang Investor Dalam Negeri 0.469 0.4905 0.417 Peluang Investor Asing 0.510 0.5238 0.479 Pertumbuhan Investasi 0.010 0.0108 0.008 Selisih Tenaga Kerja - 0.00550-0.01241 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 0.06851 0.06839 0.06941 Tingkat Penurunan TPT - 0.00183-0.00413 38

Perubahan Dana Bantuan Investasi yang Diberikan Oleh Pemerintah Potongan Causal Loop Skenario Variabel Kontrol Proporsi Bantuan Pemerintah Batas Bawah Batas Atas Eksisting Skenario 1 Skenario 2 0 1 0.000017 0.000034 0.000005 39

Hasil Skenario 1 (Peningkatan Proporsi Bantuan Investasi) Hasil Simulasi Submodel Investasi Hasil Simulasi Submodel Tenaga Kerja 40

Hasil Skenario Perubahan Dana Bantuan Investasi yang Diberikan Oleh Pemerintah Variabel Output Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Peluang Investor Dalam Negeri 0.468630 0.468640 0.46862 Peluang Investor Asing 0.5102 0.5103 0.5102 Pertumbuhan Investasi 0.01013 0.01014 0.010 Selisih Tenaga Kerja - 0.00015-0.01241 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 0.06851 0.06851 0.06852 Tingkat Penurunan TPT - 0.00005-0.00003 41

Perubahan Indeks Perijinan Daerah Potongan Causal Loop Skenario Variabel Kontrol Batas Bawah Batas Atas Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Indeks Perijinan 0 1 0.73 0.83 0.5 42

Hasil Skenario 1 (Peningkatan Proporsi Indeks Perijinan) Hasil Simulasi Submodel Investasi Hasil Simulasi Submodel Tenaga Kerja 43

Hasil Skenario Perubahan Indeks Perijinan Daerah Variabel Output Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Peluang Investor Dalam Negeri 0.469 0.473 0.456 Peluang Investor Asing 0.510 0.514 0.504 Pertumbuhan Investasi 0.0101 0.0103-0.0036 Selisih Tenaga Kerja - 0.0016-0.0036 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 0.06851 0.06848 0.06860 Tingkat Penurunan TPT - 0.00053-0.00121 44

KESIMPULAN 1. 2. 3. Perkembangan industri makanan dan minuman tergantung pada jumlah investasi yang ditanamkan pada subsektor industri ini Hasil Skenario Perubahan Dana Infratsruktur: Skenario 1 Terjadi peningkatan pertumbuhan nilai Investasi sebesar 0,08% Terjadi penurunan nilai TPT sebesar 0,183% Skenario 2 Terjadi penurunan pertumbuhan nilai Investasi sebesar 0,02% Terjadi peningkatan nilai TPT sebesar 0,413% Hasil Skenario Perubahan Dana Bantuan Investasi yang Diberikan Oleh pemerintah: Skenario 1 Terjadi peningkatan pertumbuhan nilai Investasi sebesar 0,001% Terjadi penurunan nilai TPT sebesar 0,005% Skenario 2 Terjadi penurunan pertumbuhan nilai Investasi sebesar 0,0009% Terjadi peningkatan nilai TPT sebesar 0,003% 46

KESIMPULAN 4. Hasil Skenario Perubahan Indeks Perijinan Daerah: Skenario 1 Terjadi peningkatan pertumbuhan nilai Investasi sebesar 0,02% Terjadi penurunan nilai TPT sebesar 0,053% Skenario 2 Terjadi penurunan pertumbuhan nilai Investasi sebesar 1,4% Terjadi peningkatan nilai TPT sebesar 0,12% 5. Urutan skenario yang efektif untuk dapat meningkatkan jumlah investasi dan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja: - Skenario Peningkatan Dana Infrastruktur - Skenario Peningkatan Proporsi Indeks Perijinan Usaha - Skenario Peningkatan Dana Bantuan Investasi yang Diberikan Oleh Pemerintah 47

SARAN 1. 2. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisa kebijakan pada skala industri tertentu seperti industri besar dan sedang atau industri mikro dan kecil. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian yang terkait dengan sektor lain yang paling berpengaruh terhadap sektor industri makanan minuman seperti sektor perdagangan dan sektor transportasi. 48

49