I. PENDAHULUAN. benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Dalam kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya setiap industri, baik industri besar, menengah, dan kecil

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

OLEH: YULFINA HAYATI

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

I. PENDAHULUAN. rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran industri (agroindustri),

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

T E M P E 1. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

KERANGKA PENDEKATAN TERORI. dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, usaha kecil dan menengah semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia. Salah satu komoditas pangan yang penting di Indonesia

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

SKRIPSI. STUDI PROFIL INDUSTRI TEMPE BERDASARKAN TINGKAT KESUKSESAN (Studi Kasus Industri Tempe di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. kemampuannya dalam menyerap air sangat mudah karena mempunyai pori-pori kulit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

ANALISIS ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PERUSAHAAN TAHU TEMPE VIRA. Sudarto Usuli *)

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara

2014 IMPLEMENTASI D ATA ENVELOPMENT ANALYSIS (D EA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU D I KABUPATEN SUMED ANG

IV METODE PENELITIAN. 8 [15 Januari 2010]

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

SOCIETA III - 2 : , Desember 2014 ISSN

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISA USAHA KERIPIK NANGKA DAN KERIPIK PISANG PANDA ALAMI DI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AGROINDUSTRI TAHU PENYOKONG PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA TEJA TIMUR KABUPATEN PAMEKASAN. Zainol Arifin*)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. Tempe merupakan makanan tradisional khas Indonesia, sebagian besar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan pula kebutuhan konsumsi

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa adanya alat atau benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Dalam kegiatan produksi dibutuhkan tempat untuk produksi, peralatan produksi dan orang yang melakukan produksi. Apa itu produksi? Kata produksi berasal dari bahasa Inggris to produce yang artinya menghasilkan. Jadi, produksi berarti kegiatan menghasilkan atau menciptakan barang dan jasa. Individu atau kelompok yang melakukan proses produksi disebut produsen. Sedangkan, barang atau jasa yang dihasilkan dari produksi disebut produk. Lengkapnya, pengertian produksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang atau badan (produsen) untuk menghasilkan atau menambah nilai guna suatu barang atau jasa. Sebagai contoh, petani bekerja di sawah untuk menghasilkan barang dan jasa dan nelayan pergi ke laut untuk menangkap ikan. Petani dan nelayan termasuk produsen. Dalam arti yang lain, produksi dapat juga didefinisikan sebagai kegiatan untuk menambah nilai guna barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan, pengertian produksi dalam ekonomi mengacu pada kegiatan yang berhubungan dengan usaha penciptaan dan penambahan kegunaan atau utilitas suatu barang dan jasa. Berdasarkan semua pengertian produksi ini, pada dasarnya kegiatan produksi mengacu pada dua konsep berikut ini:

2 1. Kegiatan menghasilkan barang dan jasa: Dalam pengertian ini, kegiatan produksi adalah menghasilkan barang dan jasa yang belum ada sehingga bertambah jumlahnya atau memperbesar ukurannya. Contoh: usaha pertanian, peternakan, dan perikanan. 2. Kegiatan menambah nilai guna barang dan jasa: Dalam pengertian ini, kegiatan produksi juga termasuk kegiatan menambah nilai guna barang dan jasa sehinggan nilai guna barang dan jasa tersebut menjadi lebih tinggi. Contoh: membuat tempe dari kedelai, membuat keripik singkong dari singkong atau membuat pakaian dari kain. Kegiatan produksi dapat berlangsung jika tersedia faktor produksi. Apa itu faktor produksi? Faktor produksi adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi terdiri atas alam (natural resources), tenaga kerja (labor), modal (capital), dan keahlian (skill) atau sumber daya pengusaha (enterpreneurship). Faktor produksi alam dan tenaga kerja disebut faktor produksi asli (utama), sedangkan modal dan tenaga kerja disebut faktor produksi turunan. 1. Faktor Produksi Alam: Faktor produksi alam ialah semua kekayaan yang terdapat di alam semesta yang dapat digunakan dalam proses produksi. Faktor produksi alam sering pula disebut faktor produksi asli. Faktor produksi alam terdiri atas tanah, air, sinar matahari, udara, dan barang tambang. 2. Faktor Produksi Tenaga Kerja: Faktor produksi tenaga kerja (labor) ialah faktor produksi insani secara langsung maupun tidak langsung

3 menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Meskipun mesin-mesin telah banyak menggantikan manusia sebagai pelaksana proses produksi, namun keberadaan manusia mutlak diperlukan. 3. Faktor Produksi Modal: Faktor produksi modal adalah faktor penunjang dalam mempercepat atau menambah kemampuan dalam memproduksi. Faktor produksi modal dapat berupa mesin-mesin, alat pengangkutan, sarana pengangkutan, atau bangunan. 4. Faktor Produksi Keahlian: Faktor produksi keahlian adalah keahlian atau keterampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinasikan dan mengelola faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam arti luas, pengertian industri adalah segala kegiatan ekonomi yang bersifat produktif atau menghasilkan keuntungan. Dalam arti sempit, pengertian industri adalah usaha manusia mengolah bahan mentah atau bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi sehingga memperoleh keuntungan atau profit. Berdasarkan etimologi, kata industri berasal dari bahasa Inggris industry yang berasal dari bahasa Prancis Kuno industrie yang berarti aktivitas yang kemudian berasal dari bahasa Latin industria yang berarti kerajinan, aktivitas. Dengan menggunakan skala mikro lebih mempermudah karena analisis analisis dalam teori mikroekonomi bertitiktolak dari pandandangan yang mengganggap bahwa faktor faktor produksi atau sumber produksi yang dimiliki masyarakat adalah terbatas, sedangkan keinginan manusia tidak terbatas. (Sadono Sukirno,

4 2006; 4). Hal ini sesuai dengan kedelai sebagai faktor produksi utama yang terbatas. Pendapatan para pengrajin tempe sangat tergantung dari penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Penjualan yang dilakukan pengrajin tempe belum mampu mendatangkan keuntungan yang optimal karena harganya yang murah, dan disisi lain biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku semakin besar dengan adanya krisis ekonomi. Keberadaan ini sangat mempengaruhi produksi usaha pengrajin tempe, sehingga banyak pengrajin tempe yang tidak mampu berproduksi lagi (Muhammad Nasrudin, 2013; 8). Posisi industri tempe kian terpuruk akibat sistem penjualan secara tradisional dengan kemasan yang kurang menarik dan tempat penjualan yang kurang bersih dan kurang strategis. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap penjualan tempe sehingga kegiatan usaha tempe belum mampu memberikan keuntungan yang optimal. Usaha tempe sangat tergantung pada kedelai impor. Ketergantungan dari kedelai impor ini terjadi karena tempe yang dihasilkan dari kedelai impor memiliki penampilan dan rasa yang lebih unggul, tidak menghasilkan bau langu atau bau khas yang terdapat pada tempe yang menggunakan kedelai lokal dan tidak menghasilkan rasa pahit. Peningkatan harga kedelai impor memberikan dampak yang besar terhadap industri tempe dimana biaya bahan baku ini mengambil porsi sebanyak 82,99 persen dari total biaya produksi. Sejak tahun 2000 peningkatan harga kedelai

5 impor mengakibatkan pengrajin tempe di beberapa wilayah tidak berproduksi lagi dan pindah ke usaha lain. Hal ini diduga terjadi karena modal yang dimiliki terbatas untuk membeli kedelai akibat fluktuasi harga kedelai. Namun kondisi seperti ini ternyata masih dapat disiasati oleh beberapa pengrajin tempe di beberapa tempat di Indonesia. Beberapa pengrajin masih dapat bertahan dan bahkan berkembang. Pada umumnya produsen tempe mendapatkan informasi proses pembuatan tempe biasanya secara mandiri. Minimnya pengetahuan akan proses pembuatan tempe yang benar, turut memberikan andil pada semakin rendahnya kualitas tempe yang beredar, terutama di berbagai pasar tradisional. Untuk dapat memproduksi tempe diperlukan komponen-komponen produksi, diantaranya adalah Modal, bahan baku dan tenaga kerja. Kedelai (Glycine max L.) adalah salah satu komoditas utama kacang-kacangan yang menjadi andalan nasional karena merupakan sumber protein nabati penting untuk diversifikasi pangan dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Kedelai merupakan bahan baku tempe, selain mengandung zat gizi tetapi secara alami mengandung zat anti gizi antara lain tripsin inhibitor, asam fitat, saponin serta anti gizi yang lain. Tempe merupakan karya teknologi pangan Indonesia, khususnya daerah Jawa dangan sangat disukai oleh mayoritas penduduk Indonesia. Pengunaan kedelai untuk pangan dapat dikategorikan menjadi data kelompok yaitu panan yang diolah melaui proses fermentasi antara lain tempe dan oncom, pangan yang diolah tanpa

6 melaui proses fermentasi tetapi kedelai dimasak (direbus) antara lain; tahu, tauco, dan kecap. Tempe merupakan makanan kegemaran yang tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah dan menenah saja, melainkan makanan yang dikonsumsi kelas atas baik perdesaan maupun perkotaan. Data mengenai konsumsi tempe didaerah perdesaan dan perkotaan di Provinsi Lampung pada tahun 1999 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Jumlah Konsumsi Olahan Kedelai Rata-rata Per Kapita Seminggu Daerah Perkotaan dan Perdesaan di Provinsi Lampung (Kg/Minggu) No Jenis Produk Perdesaan Perkotaan 1 Tempe 169 175 2 Tahu 90 108 3 Kecap 21 43 4 Oncom 4 5 5 Tauco 1 4 Sumber : Susenas, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012 Tabel 1 menunjukan bahwa tempe merupakan jenis makanan yang banyak dikonsumsi. Masyarakat perkotaan yang paling banyak mengkonsumsi tempe, hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang banyak dan heterogenitas masyarakat perkotan. Provinsi Lampung merupakan daerah yang potensial untuk mengembangkan industri rumah tangga tempe. Dilihat dari banyaknya jumlah industri rumah

7 tangga tempe yang ada di Propinsi Lampung. Untuk mengetaui jumlah imdustri rumah tangga yang ada di Propinsi Lampung dapat dilihat di tabel 2. Tabel 2. Jumlah Industi Rumah Tangga Tempe di Propinsi Lampung No Kotamadya/ Kabupaten Jumlah Industri Persentase (%) Tempe (Unit) 1 Bandar Lampung 302 22,7 2 Metro 290 21,87 3 Lampung Utara 172 12,97 4 Lampung Selatan 169 12,75 5 Lampung Timur 63 4,75 6 Lampung Barat 57 4,29 7 Tanggamus 41 3,09 8 Way Kanan 39 2,94 9 Tulang Bawang 31 2,34 10 Lampung Tengah 162 12,22 Jumlah 1.326 100,00 Sumber : Dinas Koperasi dan Perdagangan Propinsi Lampung, 2012 Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah industri tempe yang ada di Bandar Lampung sebanyak 302 buah atau sebesar 22,77 % dari total jumlah industri tempe di Propinsi Lampung. Implikasi dari banyaknya industri rumah tangga tempe adalah bahwa industri rumah tangga tempe sangat kompetitif dan baik untuk pemerataan kesempatan berusaha. Pemerataan kebutuhan konsumsi tempe bagi masyarakat Lampung dipenuhi oleh sentra produksi tempe yang tersebar di berbagai wilayah pedesaan dan perkotaan. Wilayah yang dinilai memiliki prospek baik untuk pengembangan in dustri tempe

8 adalah Kota Bandar Lampung. Salah satu indikatornya yaitu banyaknya jumlah pengrajn industri kecil tempe yang tersebar diberbagai sentra produksi tempe itu sendiri antara lain daerah kelurahan Gunung Sulah, Kelurahan Gedung Pakuwon, Kelurahan Kampung Sawah, Kelurahan Surabaya, dan Kelurahan Mekar Sari. Untuk melihat persebaran industri tempe di kota Bandarlampung dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3. Persebaran Industri Tempe Di Kota Bandar Lampung No. Kelompok Jumlah Industri rumah tangga tempe (buah) 1 Gunang Sulah I 37 Persentase (%) 12,25 2 Gunung Sulah II 22 7,28 3 Mekar Sari 59 19,53 4 Gedung Pakuwon 60 19,86 5 Surabaya 36 11,92 6 KampungSawah 88 29,14 Jumlah 302 100,00 Sumber: Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia Kota Bandar Lampung, 2012 Industri rumah tangga tempe di Bandar Lampung sebagian besar masih diusahakan dalam skala mikro. Sebagian besar para pengelola industri tersebut bergabung dalam Primer Koperasi Tempe Tahu Indonesia ( Primkopti). Fungsi koperasi adalah sebagai pemasok bahan baku kedelai yang berkualitas baik dan pada umumnya menggunakan kedelai impor, hal ini disebabkan kualitas kedelai dalam negeri (produk kedelai domestik) memiliki kualitas rendah daripada kedelai impor.

9 Tempe merupakan protein nabati yang berasal dari tumbuhan. Dilihat dari gizinya, tempe banyak memiliki kandungan protein yang lebih besar setelah oncom yaitu sebesar 25 %. Kandungan komposisi u nsur gizi dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Komposisi Unsur Gizi Dalam Produk-Produk Olahan Kedelai No Jenis makanan olahan Protein Lemak Karbohidrat Air kedelai (%) (%) (%) (%) 1 Tempe 25 5 4 66 2 Tahu 5 4 5,8 76 3 Kecap 2-10 0,1 17 57 4 Oncom 13 1,2 10 60 5 Tauco 38 20 20 14 Sumber : Balai Besar Industri Hasil Pertanian Bogor Tempe selain untuk dikonsumsi oleh rumah tangga, tempe juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri yaitu untuk pembuatan keripik tempe. Kelurahan Gunung Sulah merupakan salah satu sentra pengelolaan produksi tempe terbesar di Bandar Lampung. Pengrajin tempe di daerah Kotamadya Bandar Lampung tersebut dalam memproduksi baru menggunakan bahan baku kedelai rata-rata 100-150 kg per produksi (2hari). Selain kedelai, komponen produksi tempe yang lain adalah modal. Modal disini yang dimaksut adalah mesin, tampah, bakul, rak, dan pembungkus tempe. Kedelai yang digunakan pada umumnya adalah kedelai import yang harganya berfluktuatif, tergantung dari nilai tukar dollar terhadap rupiah. Harga kedelai sekarang ini sekitar Rp 10.000-an/kg. Akibatnya banyak pengusaha/pengrajin

10 tempe (terutama yang pemula) yang berimprovisasi pada tahapan proses pembuatan untuk menekan biaya produksi. Tetapi mungkin karena ketidaktahuan mereka, justru improvisasi yang mereka lakukan akan menghasilkan produk tempe yang berkualitas rendah dan bahkan bisa jadi bersifat antigizi. Pengusaha tempe juga mulai resah dengan adanya kenaikan harga bahan dasar produksi yaitu kenaikan harga kedelai. Karena dengan adanya kenaikan bahan baku sangat mempengaruhi produksi tempe yang yang dihasilkan akibatnya banyak pengrajin tempe yang gulung tikar. Masyarakat berharap tempe yang merupakan bahan makan substitusi dari protein hewani yang dijadikan sebagian besar masyarakat sebagai lauk pauk harganya tidak terlalu tinggi dan masih terjangkau oleh masyarakat. Penelitian ini mencoba meneliti secara mendalam tentang industri tempe yang ada di Kota Bandar Lampung yaitu Kelurahan Gunung Sulah dimana Primkopti di kelurahan ini sudah vakum bahkan tidak berjalan sudah sejak lama yang menyebabkan minimnya pengetahuan bagi pengrajin tempe di daerah ini. Hal yang akan diteliti adalah mengenai seberapa besar pengaruh modal, bahan baku dan tenaga kerja terhadap produksi tempe di Kelurahan Gunung Sulah dengan mengkaji Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Pada Industri Tempe Skala Mikro Di Bandar Lampung. B. Permasalahan Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka dalam penelitian ini penulis akan mengemukakan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu :

11 Industri rumah tangga pembuatan tempe di Kota Bandarlampung mengalami kerugian akibat adanya kenaikan harga kedelai yang mengakibatkan hasil produksi menurun dan membuat banyak industri tempe berhenti berproduksi atau gulung tikar. Hasil dari penjualan tempe matang tidak dapat digunakan untuk menutup biaya produksi dan biaya tenaga kerja. Untuk dapat menutup biaya produksi dan membayar biaya tenaga kerja banyak pengusaha tempe yang berusaha menurunkan biaya produksi. Dengan biaya produksi yang minim tersebut maka banyak pengusaha tempe yang mengalami penurunan produksi, hal ini mengidikasikan adanya penurunan produktivitas industri rumah tangga pembuat tempe di kota Bandar Lampung. C. Rumusan Masalah Dari uraian latar berlakang dan permasalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah faktor Modal berpengaruh terhadap tingkat produksi pada industri mikro pembuat tempe di kota Bandar Lampung? 2. Apakah faktor Bahan baku berpengaruh terhadap tingkat produksi pada industri mikro pembuat tempe di kota Bandar Lampung? 3. Apakah faktor Tenaga kerja berpengaruh terhadap tingkat produksi pada industri mikro pembuatan tempe di kota Bandar lampung? D. Tujuan dan Kegunaan Penulisan Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

12 1. Menganalisis pengaruh modal industri terhadap produksi tempe 2. Menganalisis pengaruh bahan baku terhadap produksi tempe. 3. Menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap produksi tempe Penelitian ini pun berguna antara lain : 1. Memberikan masukan dan informasi tambahan yang berguna bagi perkembangan Industri tempe di Kota Bandar Lampung, khususnya di Kelurahan Gunung Sulah. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan produksi dan ketenagakerjaan. E. Kerangka Pemikiran Dalam industri kerajinan tempe skala mikro di Kelurahan Gunung Sulah, untuk menghasilkan output tempe diperlukan input atau faktor-faktor dalam proses produksi ini bisa berbentuk modal, bahan baku dan tenaga kerja. Teknologi yang digunakan untuk mengolah kedelai menjadi tempe relatif sangat sederhana yaitu melalui proses fermentasi dengan menggunakan ragi. Proses fermentasi ini memunculkan beberapa senyawa yang dapat menambah nilai gizi pada tempe. Bahan baku menjadi penting karena input ini menjadi unsur yang mutlak diperlukan dalam memproduksi suatu outpu. Kedelai, ragi, air, kayu bakar (bahan bakar) dan bahan untuk mengemas tempe seperti plastik ataupun daun pisang menciptakan produk suatu output tempe yang siap dipasarkan. Definisi bahan baku merupakan variable cost dalam kaitannya sebagai faktor produksi.

13 Input berupa modal merupakan input yang tidak dapat dipisahkan dalam proses produksi. Input ini dalam produksi tempe berupa modal. Definisi ini kembali diperjelas oleh Soekartawi (1994:6) dalam bukunya bahwa modal tetap adalah biaya yang tidak habis pakai dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan habis pakai dalam sekali proses produksi. Pengertian modal dalam hal ini diartikan sebagai investasi pada alat-alat industri kecil yaitu berupa peralatan-peralatan. Peralatan-peralatan yang sering dilibatkan dalam proses produksi tempe merupaka peralatan sederhana seperti : bakul, tampah, rak kayu, drum perebusan dan sebagainya, namun secara ekonomis telah mampu memberikan masukan yang berarti bagi output produksi. Tenaga kerja merupakan salah satu unsur vital dalam proses prosuksi. Menurut Undang-Undang No 14 tahun 1996, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanankan pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja, dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran ( Manulang,1995:17). Tenaga kerja dilibatkan dalam proses produksi untuk menghasilkan tempe dengan memberikan produktivitasnya baik dengan tenaga fisik maupun pikiran. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi tempe ini rata-rata berasal dari dalam keluarga, oleh karena itu industri ini digolongkan sebagi industri kerajinan rumah tangga. Dengan adanya faktor faktor produksi berupa modal, bahan baku dan tenaga kerja maka dapat terjadilah kegian produksi. Pada gambar 1 akan dijabarkan mengenai alur berfikir dalam penelitian industri rumah tangga tempe di kota Bandar Lampung.

14 Gambar 1. Alur Pemikiran Modal (X1) Bahan Baku (X2) Produksi Tempe (Y) Tenaga Kerja (X3) F. Hipotesis Berdasarkan Latar Belakang, Permasalahan dan Kerangka Pemikiran tersebut diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Diduga bahwa jumlah input modal, bahan baku dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi tempe di Kelurahan Gunung Sulah. G. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan skripsiini akan dibuat kedalam pembagian sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan berisikan latar belakan, perumusan masalah, tujuam penulisan, keramgka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan pustaka berisikan tentang tinjauan-tinjauan ekonomu yang memiliki relevansi dengan tulisan ini. Bab III. Metode penelitian berisikan metode penelitian, jenis dan sumber data,variabel operasional,alat analisis,pengujian hipotesis dan gambaran umum.

15 Bab IV. Hasil dan Pembahasan berisikan analisis hasil perhitungan dan pembahasan secara kualitatif dan kuantitatif. Bab V. Simpulan dan Saran Daftar Pustaka Lampiran