STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MELAWAN ARAH ARUS JALAN RAYA DI JATINANGOR PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI JATINANGOR BRIAN PRAYOGO ABSTRAK Perilaku melawan arah arus jalan raya merupakan salah satu jenis pelanggaran yang banyak dilakukan oleh pengendara sepeda motor. Perilaku melawan arah arus jalan raya merupakan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri dan pengguna lalu lintas lainnya. Meskipun perilaku melawan arah arus jalan raya seharusnya tidak boleh dilakukan, tetapi pelanggaran ini masih sering sekali dilakukan oleh pengguna lalu lintas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai intensi perilaku melawan arah arus jalan raya yang dijabarkan melalui determinandeterminan pembentuk intensi. Penelitian ini menggunakan desain non-eksperimental dimana variabel yang ada dilihat apa adanya tanpa ada manipulasi dari peneliti, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Subjek dari penelitian ini adalah pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor yang berjumlah 58 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (57%) responden memiliki intensi yang lemah untuk melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor, sedangkan sebanyak 38% responden memiliki intensi yang cenderung lemah untuk melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor dan sebanyak 5% responden memiliki intensi yang cenderung kuat untuk melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor.
Kata kunci: Intensi perilaku melawan arah arus jalan raya, pengendara ojek sepeda motor. PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari, individu seringkali dijumpai dengan lalu lintas. Menurut Undang-Undang nomor 22 tahun 2009, lalu lintas merupakan suatu kesatuan sistem yang terdiri dari lalu lintas, angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan serta pengelolaannya. Salah satu komponen yang terdapat pada lalu lintas adalah kendaraan. Kendaraan yang dimaksud antara lain kendaraan berroda empat, contohnya mobil, bus, mobil angkutan umum dan kendaraan berroda dua, contohnya sepeda motor. Pengguna kendaraan bermotor meningkat dengan cukup signifikan dari tahun ke tahun, khususnya pada sepeda motor. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, jumlah pengguna sepeda motor pada tahun 2012 mencapai 76,381,183 unit. Pada tahun 2013, jumlah pengguna sepeda motor mencapai 84,732, 652 unit, dan pada tahun 2014, jumlah pengguna sepeda motor mencapai 92,976,240 unit. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah pengguna sepeda motor sebanyak hampir 10 juta unit setiap tahun. Namun seiring banyaknya pengguna lalu lintas dari waktu ke waktu, lalu lintas di Indonesia tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang baik sehingga
kondisi lalu lintas di Indonesia cukup mengkhawatirkan dan kurang kondusif, seperti banyaknya jalan berlubang, rambu-rambu lalu lintas dan marka yang tidak berfungsi secara optimal, lampu lalu lintas yang sering padam, jalur yang sempit dan akses jalan raya yang kurang terjangkau. Akibatnya, banyak pengguna lalu lintas, terutama pengendara sepeda motor yang melanggar lalu lintas, salah satunya adalah melawan arah arus jalan raya. Jatinangor merupakan salah satu daerah, dimana lalu lintas yang ada di Jatinangor kurang didukung oleh sarana dan prasarana lalu lintas yang baik, seperti hanya tersedia jalur satu arah, terdapat jalur yang berlubang, jalur yang sempit dan tidak tersedianya rambu-rambu dan lampu lalu lintas, sehingga keadaan lalu lintas di Jatinangor kurang kondusif. Tidak heran bahwa dalam keadaan lalu lintas seperti itu, para pengendara sepeda motor seringkali melawan arah arus jalan raya. Peneliti pengambilan data awal berupa observasi yang dilakukan oleh peneliti pada hari Rabu, 16 Maret 2016 di Jatinangor dari pukul 07.30 hingga pukul 08.30. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa sebanyak 252 pengendara sepeda motor, melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor. Diantara pelanggar tersebut, tercatat sebanyak 101 pengendara sepeda motor atau sebanyak 42% adalah pengendara ojek sepeda motor, dan sebanyak 151 pengendara sepeda motor atau sebanyak 58% terdiri dari para pengendara motor yang tidak berprofesi sebagai pengendara ojek sepeda motor.
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian mengenai intensi perilaku melawan arah arus jalan raya di Jatinangor pada pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor menggunakan rancangan penelitian non-eksperimental, yaitu penelitian yang memberikan gambaran atau deskripsi mengenai suatu situasi atau fenomena sesuai dengan keadaan aslinya (Umar, 2003; dalam Hartanto, 2014). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Travers, 1978 dalam Umar, 2004). Partisipan Subjek penelitian ini adalah pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor Dengan menggunakan teknik cluster proportionate sampling, partisipan dalam penelitian ini berjumlah 58 orang. Pengukuran Pengukuran variabel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan Theory of Planned Behavior yang dikemukakan oleh Icek Ajzen (2005).
HASIL Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis pembahasan mengenai intensi perilaku melawan arah arus jalan raya di Jatinangor, pada diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor memiliki intensi yang lemah untuk menampilkan perilaku melawan arah arus jalan raya di Jatinangor, yang berarti bahwa sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor tidak memiliki kecenderungan untuk melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor. 2. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai attitude toward behavior, sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor memiliki attitude toward behavior yang negatif, yang berarti bahwa sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor memiliki penilaian yang negatif terhadap perilaku melawan arah arus jalan raya di Jatinangor. 3. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai subjective norms, sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor memiliki subjective norms yang negatif, yang berarti bahwa sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor meyakini bahwa melawan arah arus jalan raya merupakan perilaku yang melanggar norma, dan sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor tidak memiliki tekanan untuk melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor dari orang-orang yang dianggap penting oleh
pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor, seperti penumpang, keluarga, rekan kerja, dan pengguna sepeda motor lainnya. 4. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai perceived behavioral control, sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor memiliki perceived behavioral control yang negatif, yang berarti bahwa sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor tidak merasa mampu untuk melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor dan menghadapi konsekuensinya.
DAFTAR PUSTAKA Ajzen, I. (2005). Attitude, Personality and Behavior 2nd Edition. New York: Open Badan Pusat Statistik. (2016). Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Tahun 1949-2014. Diambil kembali dari http://www.bps.go.id/linktabledinamis/view/id/1133 Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Diambil kembali dari http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/uu_2009_22.pdf Umar, H. (2004). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: RajaGrafindo Persada.