STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MELAWAN ARAH ARUS JALAN RAYA DI JATINANGOR PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI JATINANGOR

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

STUDI MENGENAI INTENSI KARYAWAN DI PLAZA MANDIRI YANG MEMILIKI KENDARAAN PRIBADI UNTUK MENGGUNAKAN BUS TRANSJAKARTA KE TEMPAT KERJA

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang terus berkembang seiring berlalunya jaman dan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Kata kunci : intensi berwirausaha. Fak. Psikologi - Universitas Kristen Maranatha

Studi Mengengenai Intensi dan Determinan Intensi Perilaku Berkendara Pada Anak dan Remaja di Kecamatan Coblong Bandung

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol pada Anggota Klub Mobil X di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

ASTIA CHOLIDA ABSTRAK

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY TERHADAP PENINGKATAN INTENSI BERHENTI MELUKAI DIRI (NON-SUICIDAL SELF INJURY)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing, yang tercermin melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

ABSTRAK. Kata kunci: intensi, determinan intensi, Ibu hamil, oral hygiene

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Pengaruh sikap, norma..., Teuku Adhika Mulya, FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua roda depan sejajar melintang. Penumpang berada di depan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN `TRANSJAKARTA UNTUK PERGI KE TEMPAT KERJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

Universitas Kristen Maranatha. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

INTENSI KEMBALI BERJUALAN DI JALAN PADA PEDAGANG KAKI LIMA YANG DIRELOKASI. (Studi Pada Pedagang Blok G Tanah Abang di DKI Jakarta)

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

KUESIONER. Identitas Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum setiap individu membutuhkan pendidikan. Tahapan. pendidikan formal yang ditempuh setiap individu adalah TK-SD-SMP-SMA-

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

FENOMENA THE THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PELAKU PERJALANAN UNTUK MENGGUNAKAN BIS KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

4.1.1 jenis kelamin Data demografis berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

BAB 2 DATA DAN ANALISA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan,

Prosiding Psikologi ISSN:

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diatasi. Masalah yang banyak terjadi didalam organisasi diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia semakin berkembang.

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil) Vol. 5 Oktober 2013 Bandung, 8-9 Oktober 2013 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Alat Ukur Planned Behavior

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

Transkripsi:

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MELAWAN ARAH ARUS JALAN RAYA DI JATINANGOR PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI JATINANGOR BRIAN PRAYOGO ABSTRAK Perilaku melawan arah arus jalan raya merupakan salah satu jenis pelanggaran yang banyak dilakukan oleh pengendara sepeda motor. Perilaku melawan arah arus jalan raya merupakan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri dan pengguna lalu lintas lainnya. Meskipun perilaku melawan arah arus jalan raya seharusnya tidak boleh dilakukan, tetapi pelanggaran ini masih sering sekali dilakukan oleh pengguna lalu lintas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai intensi perilaku melawan arah arus jalan raya yang dijabarkan melalui determinandeterminan pembentuk intensi. Penelitian ini menggunakan desain non-eksperimental dimana variabel yang ada dilihat apa adanya tanpa ada manipulasi dari peneliti, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Subjek dari penelitian ini adalah pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor yang berjumlah 58 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (57%) responden memiliki intensi yang lemah untuk melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor, sedangkan sebanyak 38% responden memiliki intensi yang cenderung lemah untuk melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor dan sebanyak 5% responden memiliki intensi yang cenderung kuat untuk melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor.

Kata kunci: Intensi perilaku melawan arah arus jalan raya, pengendara ojek sepeda motor. PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari, individu seringkali dijumpai dengan lalu lintas. Menurut Undang-Undang nomor 22 tahun 2009, lalu lintas merupakan suatu kesatuan sistem yang terdiri dari lalu lintas, angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan serta pengelolaannya. Salah satu komponen yang terdapat pada lalu lintas adalah kendaraan. Kendaraan yang dimaksud antara lain kendaraan berroda empat, contohnya mobil, bus, mobil angkutan umum dan kendaraan berroda dua, contohnya sepeda motor. Pengguna kendaraan bermotor meningkat dengan cukup signifikan dari tahun ke tahun, khususnya pada sepeda motor. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, jumlah pengguna sepeda motor pada tahun 2012 mencapai 76,381,183 unit. Pada tahun 2013, jumlah pengguna sepeda motor mencapai 84,732, 652 unit, dan pada tahun 2014, jumlah pengguna sepeda motor mencapai 92,976,240 unit. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah pengguna sepeda motor sebanyak hampir 10 juta unit setiap tahun. Namun seiring banyaknya pengguna lalu lintas dari waktu ke waktu, lalu lintas di Indonesia tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang baik sehingga

kondisi lalu lintas di Indonesia cukup mengkhawatirkan dan kurang kondusif, seperti banyaknya jalan berlubang, rambu-rambu lalu lintas dan marka yang tidak berfungsi secara optimal, lampu lalu lintas yang sering padam, jalur yang sempit dan akses jalan raya yang kurang terjangkau. Akibatnya, banyak pengguna lalu lintas, terutama pengendara sepeda motor yang melanggar lalu lintas, salah satunya adalah melawan arah arus jalan raya. Jatinangor merupakan salah satu daerah, dimana lalu lintas yang ada di Jatinangor kurang didukung oleh sarana dan prasarana lalu lintas yang baik, seperti hanya tersedia jalur satu arah, terdapat jalur yang berlubang, jalur yang sempit dan tidak tersedianya rambu-rambu dan lampu lalu lintas, sehingga keadaan lalu lintas di Jatinangor kurang kondusif. Tidak heran bahwa dalam keadaan lalu lintas seperti itu, para pengendara sepeda motor seringkali melawan arah arus jalan raya. Peneliti pengambilan data awal berupa observasi yang dilakukan oleh peneliti pada hari Rabu, 16 Maret 2016 di Jatinangor dari pukul 07.30 hingga pukul 08.30. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa sebanyak 252 pengendara sepeda motor, melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor. Diantara pelanggar tersebut, tercatat sebanyak 101 pengendara sepeda motor atau sebanyak 42% adalah pengendara ojek sepeda motor, dan sebanyak 151 pengendara sepeda motor atau sebanyak 58% terdiri dari para pengendara motor yang tidak berprofesi sebagai pengendara ojek sepeda motor.

METODE PENELITIAN Rancangan penelitian mengenai intensi perilaku melawan arah arus jalan raya di Jatinangor pada pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor menggunakan rancangan penelitian non-eksperimental, yaitu penelitian yang memberikan gambaran atau deskripsi mengenai suatu situasi atau fenomena sesuai dengan keadaan aslinya (Umar, 2003; dalam Hartanto, 2014). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Travers, 1978 dalam Umar, 2004). Partisipan Subjek penelitian ini adalah pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor Dengan menggunakan teknik cluster proportionate sampling, partisipan dalam penelitian ini berjumlah 58 orang. Pengukuran Pengukuran variabel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan Theory of Planned Behavior yang dikemukakan oleh Icek Ajzen (2005).

HASIL Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis pembahasan mengenai intensi perilaku melawan arah arus jalan raya di Jatinangor, pada diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor memiliki intensi yang lemah untuk menampilkan perilaku melawan arah arus jalan raya di Jatinangor, yang berarti bahwa sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor tidak memiliki kecenderungan untuk melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor. 2. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai attitude toward behavior, sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor memiliki attitude toward behavior yang negatif, yang berarti bahwa sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor memiliki penilaian yang negatif terhadap perilaku melawan arah arus jalan raya di Jatinangor. 3. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai subjective norms, sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor memiliki subjective norms yang negatif, yang berarti bahwa sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor meyakini bahwa melawan arah arus jalan raya merupakan perilaku yang melanggar norma, dan sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor tidak memiliki tekanan untuk melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor dari orang-orang yang dianggap penting oleh

pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor, seperti penumpang, keluarga, rekan kerja, dan pengguna sepeda motor lainnya. 4. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai perceived behavioral control, sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor memiliki perceived behavioral control yang negatif, yang berarti bahwa sebagian besar pengendara ojek sepeda motor di Jatinangor tidak merasa mampu untuk melakukan pelanggaran melawan arah arus jalan raya di Jatinangor dan menghadapi konsekuensinya.

DAFTAR PUSTAKA Ajzen, I. (2005). Attitude, Personality and Behavior 2nd Edition. New York: Open Badan Pusat Statistik. (2016). Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Tahun 1949-2014. Diambil kembali dari http://www.bps.go.id/linktabledinamis/view/id/1133 Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Diambil kembali dari http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/uu_2009_22.pdf Umar, H. (2004). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: RajaGrafindo Persada.