BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang menyediakan jasa audit serta jasa atestasi dan assurance lainnya. Jasa-jasa tambahan yang biasanya diberikan oleh KAP meliputi jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan, serta jasa konsultasi manajemen. KAP terus mengembangkan produk dan jasa baru, termasuk perencanaan keuangan, penilaian usaha, akuntansi forensik, audit internal yang di subkontrakkan (outsourching), serta jasa penasihat teknologi informasi (Arens, 2011:34). Akuntan Publik (AP) adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik. Praktik akuntan publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan oleh anggota IAI-KAP yang berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung litigasi, dan jasa lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (Agoes 2012:44). Ketentuan mengenai akuntan publik (auditor eksternal) di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik di Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Perkembangan dunia usaha di Bandung sangat pesat dibuktikan dengan Bandung sebagai salah satu kota kreatif di Indonesia. Banyak perusahaanperusahaan dari berbagai industri yang berdiri di kota Bandung mulai perusahaan kecil, menengah hingga perusahaan besar. Perusahaan-perusahaan tersebut akan menghasilkan laporan keuangan baik laporan keuangan yang sederhana untuk perusahaan kecil maupun perusahaan besar dimana laporan keuangannya yang lebih kompleks karena mengandung informasi yang lebih rinci. Hal ini disebabkan karena jumlah modal yang digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan dan pengguna informasi laporan keuangan perusahaan besar jauh lebih banyak dibandingkan dengan pengguna informasi untuk perusahaan kecil. Untuk memenuhi kebutuhan para pengguna informasi yang wajar maka dibutuhkan 1
pihak yang dianggap berkompeten dan independen agar memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan untuk memberikan keyakinan kepada para pengguna informasi laporan keuangan bahwasanya laporan yang disajikan telah benar dan dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh manajemen maupun para pengguna informasi laporan keuangan (http://bisnisukm.com/kota-bandung). Berdasarkan hal tersebut, maka jasa audit sangat diperlukan dan dibutuhkan di kota Bandung. Hal itu dibuktikan bahwa pada tahun 2014 jumlah KAP di wilayah Bandung sebanyak 22 KAP dan 4 cabang KAP yang aktif di wilayah Bandung (http://www.iapi.or.id/iapi/download/directory2014/bandung.pdf). Maka dari itu, penelitian ini menggunakan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bandung sebagai unit analisis untuk menguji apakah time budget pressure, fee audit, dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. 1.2 Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Akuntan publik yang memberikan jasa audit disebut dengan istilah auditor. Perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan secara terbuka diwajibkan untuk menjalani audit yang dilakukan oleh akuntan publik (auditor eksternal) atas informasi laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen kepada pihak yang berkepentingan. Akan tetapi jika perusahaan tersebut bersifat tertutup dan tidak memiliki kewajiban untuk menyajikan informasi laporan keuangannya kepada pemakai laporan keuangan, seperti investor, pemegang saham, kreditur, pelajar dan lain sebagainya maka jasa audit masih belum diperlukan. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu. Auditor juga harus memiliki sikap mental independen. Kompetensi orang-orang yang melaksanakan audit akan tidak ada nilainya jika mereka tidak independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti (Arens, 2011:5). 2
Para auditor berusaha keras mempertahankan tingkat independensi yang tinggi untuk menjaga kepercayaan para pemakai yang mengandalkan laporan mereka. Laporan keuangan haruslah menyajikan informasi yang wajar, dapat dipercaya, dan tidak menyesatkan bagi pemakainya. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Namun jika mereka melakukan perilaku yang merusak citra maka, masyarakat tidak akan percaya terhadap kinerja auditor. Kegagalan profesi auditor di Indonesia dapat dilihat dari kasus kegagalan audit yang terjadi pada PT. Great River International, Tbk dan Enron sehingga mengakibatkan dibekukannya izin akuntan publik Justinus Aditya Sidharta dan ditutupnya KAP Arthur Andersen. Dalam kasus yang menimpa akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional, Tbk menyebabkan munculnya keraguan atas opini audit dan akibatnya masyarakat mengkritik profesi auditor. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang menemukan indikasi penggelembungan akun penjualan, piutang dan aset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan PT Great River, Tbk yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Berdasarkan investigasi Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan PT Great River, Tbk ikut menjadi tersangka. Oleh karenanya, Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT. Great River, Tbk tahun 2003 (http://www.tempo.co/topik/lembaga/399/pt-great-river-international-tbk). Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard yang dilakukan oleh KAP Arthur Endersen dan Enron diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi laporan keuangan ini terjadi cukup lama, dimulai pada tahun 1985 sampai dengan 2000 dan selama itu pula Enron 3
mendapatkan opini wajar tanpa syarat dari KAP Arthur Andersen. Ketidakmampuan KAP Arthur dalam mendeteksi kekeliruan atas laporan keuangan Enron disebabkan oleh tidak adanya independensi yang dimiliki KAP Arthur Andersen dalam melakukan audit pada perusahaan Enron. KAP Arthur diketahui memberikan dua jasa sekaligus kepada kliennya, Enron, yaitu sebagai audit eksternal dan juga sebagai audit internal. Pemberian dua jasa sekaligus ini mengindikasikan pelanggaran kode etik profesi akuntan dalam menjalankan profesinya. Selain itu, KAP Arthur Andersen menerima fee audit tahun 2001 sebesar dua kali lipat biaya audit tahun 2000 ($ 52 juta terdiri dari $ 25 juta untuk pekerjaan audit laporan keuangan dan $ 27 juta untuk jasa konsultasi keuangan). Dimana pada saat itu besaran jumlah biaya audit yang diterima oleh KAP Arthur lebih besar dari rata-rata biaya audit di Amerika. Akibatnya Enron bangkrut dan meninggalkan hutang milyaran dollar sedangkan KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut sehingga ditutup (sumber: www.academia.edu/5489722/). Tentunya jika hasil laporan audit tersebut menyebabkan masalah seperti masalah PT. Great River, Tbk dan Enron hal ini memunculkan keraguan mengenai kualitas audit yang auditor laporkan. Kualitas audit yang rendah akan mengakibatkan tidak dapat diandalkannya laporan keuangan tersebut oleh pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan ekonomis. Ningsih dan Yaniartha (2013) mendefinisikan kualitas audit sebagai keadaan di mana seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan ketidaksesuaian terhadap prinsip dalam laporan keuangan klien dengan berpedoman pada standar yang berlaku. Menurut Mgbame, et.al dalam (Kurniasih dan Rohman, 2014) kualitas audit digunakan untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan pengguna informasi akuntansi sehingga dapat mengurangi risiko informasi yang tidak kredibel informasi dalam laporan keuangan bagi pengguna laporan keuangan khususnya investor. Kualitas audit penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Berbagai penelitian sehubungan dengan kualitas audit salah satunya dilakukan oleh Hutabarat (2012) yang mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah tekanan anggaran waktu (time budget 4
pressure). Tekanan anggaran waktu adalah anggaran waktu yang ketat dalam menyelesaikan audit dengan prosedur audit yang seharusnya. Dengan berada dibawah tekanan anggaran waktu yang ketat terdapat suatu kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan seperti mengurangi sampel pemeriksaan yang pada akhirnya dapat mengurangi kualitas audit. Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu yang menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda (inkonsistensi hasil), diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Ningsih dan Yaniartha (2013) yang menyebutkan bahwa time budget pressure berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh negatif berarti time budget pressure memiliki pengaruh terbalik yaitu semakin tinggi time budget pressure maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin menurun. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Gundry dan Liyanarachchi (2007) yang mengatakan bahwa time budget pressure tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan kualitas audit, artinya bahwa tekanan anggaran waktu hanya salah satu dari beberapa faktor untuk kejadian penurunan kualitas audit. Selain time budget pressure, faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah fee audit (Tarigan, Bangun, dan Susanti, 2013). Kasus yang temui dalam hal fee audit adalah kasus yang dialami oleh KAP Arthur Andersen, dimana fee audit yang diberikan oleh Enron sebesar dua kali lipat dari fee audit rata-rata di Amerika, akibatnya Arthur Andersen ikut terlibat mendukung praktik manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh Enron dan dampaknya kualitas audit yang dihasilkan oleh KAP Arthur Andersen tidak dapat dipercaya oleh masyarakat. Fee audit merupakan besarnya imbal jasa yang diterima oleh auditor akan pelaksanaan pekerjaan audit dimana besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik (Jemada dan Yaniartha, 2013). Bervariasinya nilai moneter yang diterima auditor pada tiap pekerjaan audit yang dilakukannya berdasarkan hasil negosiasi, tidak menutup kemungkinan akan memberikan pengaruh pada kualitas proses audit. Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan, Bangun, dan Susanti (2013) menunjukkan bahwa besaran fee audit berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Hasil ini berarti bahwa semakin tinggi fee audit yang dibebankan atau dibayarkan oleh perusahaan untuk honorium jasa auditor rmaka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor independen. Namun, 5
penelitian lain yang dilakukan oleh Hoitash, Markelevich dan Barragato (2007) menghasilkan penelitian yang berbeda yang mengatakan bahwa fee audit berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini berarti bahwa semakin tinggi fee audit yang dibayarkan oleh perusahaan maka terjadi penurunan kualitas audit yang dihasilkan oleh seorang auditor. Untuk meningkatkan kualitas audit, auditor juga harus menjaga sikap independensinya. Kasus yang dialami oleh akuntan publik JAS adalah melakukan kesalahan dalam audit laporan keuangan PT. Great River untuk melakukan penggelembungan akun penjualan, piutang dan aset. Ketua Bapepam Fuad Rahmany menyatakan telah menemukan adanya indikasi konspirasi antara akuntan publik JAS dengan pihak manajemen PT. Great River International. Akibat konspirasi inilah yang menyebabkan akuntan publik JAS tidak dapat menjaga sikap independensinya dimana auditor tersebut ikut mengamankan praktik rekayasa laporan keuangan tersebut. Keadaan seringkali mengganggu independensi auditor, karena ia dibayar klien atas jasanya, sebagai penjual jasa, auditor cenderung memenuhi keinginan klien. Independensi adalah suatu sikap dimana auditor tidak memihak harus selalu dapat dipertahankan (Pratistha dan Widhiyani, 2014). Sikap ketidakberpihakan yang ditunjukkan auditor ketika melaksanakan tugasnya mencerminkan auditor jujur dan bebas dari pengaruh apapun, sehingga laporan auditannya dapat dipercaya. Dalam menjalankan tugasnya, auditor harus selalu mempertahankan sikap mental independen meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun penampilan (in appearance) dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAPI (Agoes, 2012:45). Keberadaan auditor independen pada suatu entitas sebagai pendeteksi kejanggalan-kejanggalan dalam laporan keuangan klien, diharapkan mampu mengemukakan kecurangan yang mungkin dilakukan oleh pihak manajemen dan menghindarkan principal dari kerugiaan sebagai pihak pemilik dana dalam entitas (Pratistha dan Widhiyani, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Castellani (2008), menemukan bahwa independensi auditor berpengaruh pada kualitas audit. Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Ningsih dan Yaniartha, 2013), yang memperlihatkan bahwa independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit yang 6
berarti bahwa semakin tinggi independensi yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin tinggi kualitas audit yang dihasilkan. Namun, hasil penelitian berbeda di ungkapkan oleh Tjun, Marpaung dan Setiawan (2012) yang menunjukkan independensi auditor tidak berpengaruh pada kualitas audit, yang berarti bahwa independensi tidak mempunyai hubungan dengan kualitas audit. Berdasarkan fenomena diatas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena cukup penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas audit. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian mengenai Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu (Time Budget Pressure), Fee Audit, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung). 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi time budget pressure, besaran fee audit, sikap independensi auditor dan kualitas audit yang dihasilkan pada KAP di Bandung? 2. Bagaimana pengaruh secara simultan time budget pressure, fee audit dan independensi auditor terhadap kualitas audit? 3. Bagaimana pengaruh secara parsial time budget pressure, fee audit, dan independensi auditor terhadap kualitas audit, yaitu: a. Pengaruh time budget pressure secara parsial terhadap kualitas audit? b. Pengaruh fee audit secara parsial terhadap kualitas audit? c. Pengaruh independensi auditor secara parsial terhadap kualitas audit? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 7
1. Untuk menganalisis kondisi tekanan anggaran waktu, fee audit, dan sikap independensi auditor yang dilakukan terhadap kualitas audit yang dihasilkan. 2. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan time budget pressure, fee audit dan sikap independensi auditor terhadap kualitas audit. 3. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial time budget pressure, fee audit dan sikap independensi auditor terhadap kualitas audit, yaitu: a. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial antara time budget pressure terhadap kualitas audit. b. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial antara fee audit terhadap kualitas audit. c. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial antara sikap independensi auditor terhadap kualitas audit. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman audit menyangkut tekanan anggaran waktu dalam audit, fee audit yang diterima kantor akuntan publik, dan sikap independensi seorang auditor serta kualitas audit yang dihasilkan dengan memberi kontribusi tambahan terhadap pengembangan teori di dalamnya. b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi oleh penelitian sejenis untuk melakukan penelitian selanjutnya. 1.5.2 Aspek Praktis a. Bagi profesi Auditor Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta pembelajaran bagi para auditor mengenai kualitas audit yang akan dihasilkan oleh mereka akibat besaran fee audit, sikap independensi dan tekanan anggaran waktu yang dihadapi. b. Bagi organisasi yang di audit (Auditee) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi auditee untuk memperpanjang anggaran waktu dalam penugasan, menentukan 8
fee yang cukup, serta mempertahankan dan meningkatkan sikap independensi auditor dalam proses audit sehingga menghasilkan kualitas audit yang maksimal. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub-bab antara lain : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang peneliti, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang mendasari penelitian, penelitian-penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, pengembangan hipotesis serta ruang lingkup penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tentang jenis penelitian, tahapan penelitian, populasi dan sample teknik analisis data yang dipakai penelitian ini. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dijelaskan mengenai karakteristik responden, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang disertai dengan saran bagi auditor dan kantor akuntan publik. 9