BAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta Gambaran Umum Wilayah Sleman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB IV. A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman.

BAB III TINJAUAN WILAYAH DAN KAWASAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH DAN KAWASAN

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH SLEMAN, YOGYAKARTA. 3.2 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman Kecamatan Depok, Yogyakarta Kondisi Administrasi

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SEKTOR PERIKANAN. 1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB III PUSAT SENI KERJANINAN BAMBU DI DESA WISATA BRAJAN Kondisi Administratif Kabupaten Sleman

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN ' 00" Bujur Timur, 7 34' 51" dan 7 47' 30" Lintang Selatan yang

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN TENTANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN DAN KAWASAN CA/TWA GUNUNG GAMPING

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Berbudaya dan Terintegrasikannya sistem e-government menuju smart. regency (kabupaten cerdas) pada tahun 2021.

BAB III Tinjauan Lokasi dan Rumah Sakit Hewan di Yogyakarta 3.1 Tinjauan Kondisi Umum Kabupaten Sleman

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya.pemerintah

PENDAHULUAN Latar belakang

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

STUDI LITERATUR UKDW DATA. Profil Kota Yogyakarta (DIY) Potensi Kota Yogyakarta Potensi Kota Yogyakarta dalam bidang olahraga Data - data sekunder

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

KLASIFIKASI LAHAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KAWASAN/WILAYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan. Di Indonesia,

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Sleman. Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. Youdastyo / Kompleks Wisata Perikanan Kalitirto I- 1

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

BAB III TINJAUAN WILAYAH

*terdiri dari kolam/empang/tebat, tanah kuburan, jalan, dan lapangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

Berdasarkan pernyataan Visi yang diinginkan sebagai tersebut diatas selanjutnya misi Polres Sleman adalah sebagai berikut:

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

Tabel 7.3 CAPAIAN KINERJA PROGRAM INDIKATOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata dengan jumlah penduduk

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian yang

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB III TINJAUAN LOKASI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Sleman merupakan salah satu dari 5 wilayah atau Kabupaten di

BAB I PENDAHULUAN. a. Letak Wilayah Kabupaten Sleman secara geografis terletak diantara dan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2011

BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN

Buletin Edisi Oktober Tahun 2016 KATA PENGANTAR

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

Buletin Edisi September Tahun 2016 KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2014

DINAS PENGENDALIAN PERTANAHAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 12/PJ/2010 TENTANG : NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Transkripsi:

BAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 3.1. Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta 3.1.1. Gambaran Umum Wilayah Sleman Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta 3.185,80 Km2, dengan jarak terjauh Utara-Selatan 32 Km,Timur-Barat 35 Km. Dalam perspektif mata burung, wilayah Sleman dapat dilihat berbentuk segitiga dengan alas sisi Selatan dan puncak sisi Utara Secara administratif Kabupaten Sleman terdiri dari 17 Kecamatan, yang memiliki 86 Desa dan 1212 Dusun. Wilayahnya berbatasan dengan semua Kabupaten yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga Propinsi Jawa Tengah. Gambar: 3.1. Peta Kabupaten Sleman Sumber: Profil Kabupaten Sleman, 2015 24

3.1.2. Letak dan Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 3.1.3. Kondisi Klimatologi Wilayah Kabupaten Sleman termasuk beriklim tropis lembab dengan musim hujan antara bulan November-April dan musim kemarau antara bulan Mei-Oktober. Pada tahun 2000 banyaknya hari hujan 25 hari terjadi pada bulan Maret, namun demikian rata-rata banyaknya curah hujan terdapat pada bulan Februari sebesar 16,2 mm dengan banyak hari hujan 20 hari. Adapun kelembaban nisbi udara pada tahun 2000 terendah pada bulan Agustus sebesar 74 % dan tertinggi pada bulan Maret dan November masing-masing sebesar 87 %, sedangkan suhu udara terendah sebesar 26,1ºC pada bulan Januari dan November dan suhu udara yang tertinggi 27,4 ºC pada bulan September. 3.1.4. Karakteristik Wilayah Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah Kabupaten Sleman terbagi menjadi 4 wilayah, yaitu : 1. Kawasan lereng Gunung Merapi, dimulai dari jalan yang menghubungkan kota Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan(ringbelt) sampai dengan puncak gunung Merapi. Wilayah ini merupakan sumber daya air dan 25

ekowisata yang berorientasi pada kegiatan gunung Merapi dan ekosistemnya; 2. Kawasan Timur yang meliputi Kecamatan Prambanan, sebagian Kecamatan Kalasan dan Kecamatan Berbah. Wilayah ini merupakan tempat peninggalan purbakala(candi) yang merupakan pusat wisata budaya dan daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih; 3. Wilayah Tengah yaitu wilayah aglomerasi kota Yogyakarta yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok dan Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa. 4. Wilayah Barat meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan dan Moyudan merupakan daerah pertanian lahan basah yang tersedia cukup air dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan mendong, bambu serta gerabah. Berdasarkan jalur lintas antar daerah, kondisi wilayah Kabupaten Sleman dilewati jalur jalan negara yang merupakan jalur ekonomi yang menghubungkan Sleman dengan kota pelabuhan(semarang, Surabaya, Jakarta). Jalur ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok, Mlati, dan Gamping. Selain itu, wilayah Kecamatan Depok, Mlati dan Gamping juga dilalui jalan lingkar yang merupakan jalan arteri primer. Untuk wilayah-wilayah kecamatan merupakan wilayah yang cepat berkembang, yaitu dari pertanian menjadi industri, perdagangan dan jasa. Berdasarkan pusat-pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Sleman merupakan wilayah hulu kota Yogyakarta. Berdasar letak kota dan mobilitas kegiatan masyarakat, dapat dibedakan fungsi kota sebagai berikut : 1. Wilayah aglomerasi(perkembangan kota dalam kawasan tertentu). Karena perkembangan kota Yogyakarta, maka kota-kota yang berbatasan dengan kota Yogyakarta yaitu 26

Kecamatan Depok, Gamping serta sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati merupakan wilayah aglomerasi kota Yogyakarta. 2. Wilayah sub urban(wilayah perbatasan antar desa dan kota). Kota Kecamatan Godean, Sleman, dan Ngaglik terletak agak jauh dari kota Yogyakarta dan berkembang menjadi tujuan/arah kegiatan masyarakat di wilayah Kecamatan sekitarnya, sehingga menjadi pusat pertumbuhan dan merupakan wilayah sub urban. 3. Wilayah fungsi khusus/wilayah penyangga(buffer zone). Kota Kecamatan Tempel, Pakem dan Prambanan merupakan kota pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya dan merupakan pendukung dan batas perkembangan kota ditinjau dari kota Yogyakarta. 3.1.5. Sarana dan Prasarana Kabupaten Sleman memiliki lokasi yang sangat strategis, dapat dicapai menggunakan transportasi darat maupun udara. Selain itu, batas wilayahnya dekat dengan kota Yogyakarta memberikan kemudahan pada kelengkapan-kelengkapan fasilitas pelayanan umum. Transportasi darat di Kabupaten Sleman berupa Trans Jogja, Kopata, Taksi, angkutan umum, becak, andong, serta bus antar kota dan pulau. Ada pula angkutan Kereta Api, yang terdiri dari angkutan untuk mengangkut penumpang dan barang. Transportasi darat berupa terminal diantaranya Terminal Jombor, Terminal Condong Catur dan Terminal Giwangan, serta Stasiun Tugu Yogyakarta(melayani kelas Bisnis dan Eksekutif) dan Stasiun Lempuyangan(melayani kelas Ekonomi). 3.1.6. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031, yang selanjutnya disingkat RTRW, adalah hasil perencanaan tata ruang yang berisikan tujuan, kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang secara terpadu untuk berbagai kegiatan 27

yang membutuhkan ruang dan tempat (tanah), agar tercapai pemanfaatan ruang yang lestari, optimal, serasi, dan seimbang. Mengingat potensi dan ketersediaan ruang maka pemafaatan ruang perlu dilaksanakan secara bijaksana, baik untuk kegiatan-kegiatan pembangunan maupun untuk kegiatan-kegiatan lain dengan memperhatikan dan mempertimbangkan azas-azas pemanfaatan ruang, antara lain azas kelestarian, kesesuaian dan minimal dampak. Dengan demikian ruang sebagai sumber daya perlu dilndungi guna mempertahankan kemampuan dan daya dukung bagi kegiatan-kegiatan manusia. 3.1.6.1.Kebijakan Penataan Ruang Daerah Kabupaten Sleman Penataan ruang daerah pada dasarnya merupakan pengaturan terhadap pengembangan dan pemanfaatan ruang kawasan-kawasan lindung dan budidaya secara terencana diarahkan agar: 1. Fungsi ruang dapat dilindungi dan dampak-dampak negative terhadap lingkungan dapat dicegah. 2. Sumber daya alam dan sumber daya buatan dapat dimanfaatkan secara optimal dan benturan kepentingan dalam pemanfaatan ruang dan sumber daya dapat dicegah. Kebijaksanaan Peraturan Daerah(Spasial) Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman ditujukan untuk: 1. Terbentuknya suatu pola pemanfaatan lahan yang lebih terarah dan lebih optimal dengan memperhatikan aspek kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. 2. Terciptanya kemudahan bagi setiap sektor untuk melaksanakan program-program pembangunan dan mencegah terjadinya benturan kepentingan antar sektor dalam usaha-usaha yang berkaitan dengan 28

pemanfaatan ruang dan terjaminnya kepastian hukum. 3.1.6.2. Alokasi Pemanfaatan Ruang di Kaliurang Alokasi Pemanfaatan ruang di wilayah Kaliurang meliputi: 1. Kawasan Lindung Kawasan Lindung merupakan kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan, serta nilai budaya dan sejarah bangsa untuk kepentingan kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan. Kawasan lindung tersebut harus mendapatkan perlindungan dari kegiatan-kegiatan produksi dan kegiatan manusia lainnya yang dapat merusak kelestarian lingkungan. Kawasan lindung meliputi kawasan hutan lindung, resapan air primer dan sekunder, lindung setempat dan cagar budaya. Kebijaksanaan terhadap kawasan lindung adalah mengusahakan pelestarian lingkungan hidup yang meliputi kegiatan: a) Pemanfaatan, pengelolaan dan monitoring hutan lindung(pariwisata, laboratorium alam). b) Rehabilitasi dan reboisasi hutan. c) Penanggulangan kegiatan yang dapat merusak kelestarian vegetasi bentang alam, binatang dan kualitas visual alam. d) Pemukiman kembali. 29

3.1.6.3. Rencana Pemanfaatan Ruang di Kaliurang Rencana Pemanfaatan Ruang di Kaliurang terdiri dari: 1. Kawasan Lindung Kawasan Lindung di daerah Kaliurang terdiri dari: a) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, mencakup: 1) Kawasan hutan lindung yang terletak di Kecamatan Pakem, Turi, Cangkringan, Prambanan, Berbah, Seyegan, dan Godean seluas 1.121Ha. Kebijaksanaan pengelolaan Kawasan hutan lindung dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Kawasan resapan air primer dan sekunder yang terletak di Kecamatan Ngemplak, Ngaglik, Sleman, Tempel, Turi, Cangkringan, Kalasan, Pakem, dan Prambanan seluas 9.252 Ha. Kebijaksanaan pengelola kawasan resapan air meliputi: Pencegahan dilakukan kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi lindung. Pengendalian terhadap kegiatan budidaya yang tidak mengganggu sitem peeresapan air. Penggunaan air untuk pertanian, peternakan dan industri yang tidak menurunkan kualitas air. Pemantauan terhadap kegiatan yan ada di kawasan dan sekitarnya yang 30

mempunyai kemungkinan mengganggu sistem peresapan. 3) Kawasan perlindungan setempat. Kawasan ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4) Kawasan cagar budaya dan cagar alam serta ilmu pengetahuan meliputi: Kawasan suaka alam di Kecamatan Pakem Kawasan cagar budaya dan cagar alam serta ilmu pengetahuan di Kecamatan Prambanan, Kalasan, dan Gamping 5) Kawasan rawan bencana Gunung Merapi, terletak di Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan. Luas wilayah rawan bencana adalah 7.025Ha. Kebijakan pengelolaan kawasan rawan bencana adalah: Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah Rehabilitasi kegiatan di sekitar kawasan Pemantauan terhadap gununggunung berapi aktif Penetapan kawasan rawan bencana, kawasan waspada dan kawasan berpotensi letusan gunung berapi. 31

3.1.7. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Gambar:3.2. Peta Orientasi Wilayah Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Sleman 32

Gambar:3.3. Peta Administrasi Kabupaten Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Sleman 33

Gambar:3.4. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Sleman 34

Gambar:3.5. Peta Rencana Kawasan Lindung Kabupaten Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Sleman 35

Gambar:3.6. Peta RencanaKawasan Budidaya Kabupaten Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Sleman 36

Gambar:3.7. Peta Kawasan Strategi Kabupaten Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Sleman 37

Gambar: 3.8. Peta Zonasi Bahaya Gunung Merapi Sumber: Peta Administrasi Kabupatn Sleman 2010 38

3.2. Wisma Universitas Atma Jaya Yogyakarta 3.2.1. Visi dan Misi Wisma Universitas Atma Jaya Yogyakarta Visi Wisma Universitas Atma Jaya Yogyakarta yaitu menjadi komunitas Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang berjiwa unggul, inklusif, dan humanis, serta mampu memberi sumbangan pada kualitas kehidupan yang lebih baik melalui pelayanan dalam cahaya kebenaran. Misi Wisma Universits Atma Jaya Yogyakarta yaitu sebagai sarana pengembangan diri(softskill) mahasiswa untuk menjadi sarjana plus-plus, tidak hanya ilmu semata. 3.2.2. Fungsi Wisma Universitas Atma Jaya Yogyakarta Tujuan didirikannya Wisma Universits Atma Jaya Yogyakarta adalah agar Universitas Atma Jaya Yogyakarta memiliki Wisma yang berfungsi mampu mewadahi setiap kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Civitas Academica, baik yang bersifat wajib maupun tak wajib, sehingga UAJY tidak perlu menyewa Wisma-wisma bila akan ada kegiatan-kegiatan. 3.2.3. Sasaran Wisma Universitas Atma Jaya Yogyakarta Sasaran dari Wisma Universitas Atma Jaya Yogyakarta adalah untuk segenap Civitas Academica UAJY, baik Pengurus Yayasan, Dosen, Karyawan maupun Mahasiswa: 1. Menanamkan Visi-Misi Universits Atma Jaya Yogyakarta(unggul, inklusif dan humanis) dalam kegiatan-kegiatan yang ada selama di Wisma. 2. Menciptakan rasa kebersamaan dan kesatuan yang solid dari tiap penghuni Wisma. 3. Menciptakan interaksi sosial para penghuni Wisma dengan warga sekitar. 39

3.2.4. Hubungan Wisma Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan Universitas Atma Jaya Yogyakarta Sebagai perwujudan Visi-Misi UAJY yang Unggul, Inklusif dan Humanis yang terwujud dalam Wisma yang menimbulkan interaksi antara seluruh Civitas Academica, dan pengelola Wisma. 3.2.5. Fasilitas Wisma Universitas Atma Jaya Yogyakarta 1. Tempat Parkir 2. Kapel 3. Lapangan Outdoor 4. Lapangan Indoor 5. Pos Satpam 6. Lobby 7. Ruang Receptionist 8. Ruang Pendaftaran 9. Ruang Tamu 10. Kamar Dosen/Pembicara 11. Kamar Mandi Dosen/Pembicara 12. Kamar Asisten Dosen 13. Kamar Mandi Asisten Dosen 14. Kamar Peserta 15. Kamar Mandi Peserta 16. Aula 17. Ruang Makan 18. Ruang Kegiatan Pengelola 19. Ruang Kegiatan Service 40