BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIIC SMP N 1 PAJANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II KAJIAN TEORI Kerangka Teoritis 1) Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

INDRIYATI HEMETO (Mahasiswa S1 Jurusan PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta, M.Pd Irvin Novita Arifin, S.Pd, M.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB II MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI KONSEP KONSEP GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan perubahan Kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Wujud Benda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB II Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode Eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian, tipe hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL INSIDE- OUTSIDE CIRCLE DI SDN 08 SELAYO KABUPATEN SOLOK

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakekat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Penampakan Benda Langit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Pada Materi Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda

APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd (Pembimbing I) Agil Bachsoan. S.Ag, M.Ag (Pembimbing II)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Belajar Belajar pada hakekatnya adalah suatu interaksi antara individu dengan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku. Daryanto (2010:2) mengatakan bahwa: "Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya menurut Winkel (dalam Purwanto, 2009:39) belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan keterampilan dan sikap. Indara (dalam Thursan Hakim, 2005:1) Belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya piker. Sedangkan Pupuh Fthurrohman dan Sobri Sutikno (2007:5) mengemukakan Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya. Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2008) Belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Serangkaian dengan keinginan manusia yang lebih baik, maka banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas belajar. Belajar juga merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses, siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal. Menurut Slameto (2003) bahwa: Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut Winataputra, dkk (1993) bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis,seperti perubahan dan pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan atau sifat.

Dari pengertian diatas, jelas bahwa inti belajar adalah suatu usaha untuk mencari dan menemukan pemahaman yang dapat menimbulkan perubahan perilaku, pengetahuan, pemahaman dan keterampilan melalui interaksi aktif dengan lingkungan. Perubahan tersebut diperoleh melalui latihan atau pengalaman. Dengan demikian diperoleh suatu kesimpulan bahwa belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 2.1.2 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) merujuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya infut secara fungsional. Sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan belajar itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Winkel (dalam Purwanto, 2009:45) mengatakan bahwa Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Selanjutnya Soedijarto (dalam Purwanto, 2009:46) Mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajarsesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkat laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan mahasiswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Beberapa pendapat tentang pengertian hasil belajar: 1. Menurut Hamalik (dalam Nana Sudjana 2005:12) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, efektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang. 2. Menurut Briggs (dalam Alim, 2011:34) mengemukakan bahwa Hasil belajar yang sering disebut dengan istilah scholastic achievement atau academic achievement adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilainilai berdasarkan tes hasil belajar. 3. Menurut Gagne dan Driscoll (dalam Alim 2011:35) berpendapat bahwa Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (lerner s performance). Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. 2.1.3 Aspek-Aspek Hasil Belajar Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan psikomotor. Menurut Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana, 2006.22) membagi aspek-aspek hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, amplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internasional. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. 1. Ranah Kognitif Aspek kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkatan tersebut yaitu: a) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengngat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving. b) Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. c) Tingkat penerapan (application), penerapan ini merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

d) Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengindifikasikan, memisahkan dan membedakan komponenkomponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. e) Tingkat sintesis (syntesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. f) Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. 2. Ranah Afektif Beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks. a) Recivung/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencangkup ketetapan reaksi, perasaan, kepuasaan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai kedalam satu system organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nlai lain, pemantapan, dan periotas nilai yang telah dimiliki. e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang, yakni mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. 3. Ranah Psikomotor Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. yakni: a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) b) Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain. c) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. d) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan yang kompleks. 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Sabri (2005) bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor lingkungan dan faktor yang datang dari diri siswa. Faktor yang datang dari diri siswa seperti kemampuan belajar (inteligensi),

motivasi belajar, minta dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor fisik dan psikis. Clark dalam Sabri (2005) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Artinya, selain faktor dari diri siswa sendiri, masih ada faktor-faktor di luar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran juga dipengaruhi oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain: 1. Ukuran kelas (class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah siswa yang belajar. Ukuran yang biasanya digunakan adalah 1:40, artinya, seorang guru melayani 40 orang siswa. Diduga makin besar jumlah siswa yang harus dilayani guru dalam satu kelas maka makin rendah kualitas pengajaran, demikian pula sebaliknya. 2. Suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal, dibandingkan dengan suasana yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas yang ada pada guru. Dalam suasana belajar demokratis ada kebebasan siswa belajar, mengajukan pendapat, berdialog dengan teman sekelas dan lain-lain. 3. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Kelas harus diusahakan sebagai laboratorium belajar bagi siswa. Artinya, kelas harus menyediakan sumbersumber belajar seperti buku pelajaran, alat peraga, dan lain-lain.

2.2 Hakikat Metode Eksperimen 2.2.1 Pengertian Metode Eksperimen Metode eksperimen merupakan kegiatan guru ataupun siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan itu (Moedjiono, 1993). Menurut Sahroni (1986) bahwa metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melibatkan diri di dalam proses untuk menemukan sendiri suatu fakta batau bukti yang ingin diketahui. Di dalam metode eksperimen siswa harus meneliti sendiri, mengamati, menganalisis, memahami prosedur kerja, menarik kesimpulan sendiri. Berdasarkan batasan di tersebut dapat ditandai bahwa metode eksperimen berpusat pada pengamatan terhadap proses dan hasil eksperimen. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan format interaksi belajar mengajar yang melibatkan logika induksi untuk menyimpulkan gamatan terhadap proses dan hasil percobaan yang dilakukan. Eksperimen yang dilakukan dalam metode eksperimen dapat dilakukan dalam metode dapat dilakukan secara perseorangan ataupun kelompok. 2.2.2 Tujuan Metode Eksperimen Penggunaan metode eksperimen dalam kegiatan belajar bertujuan mengajar tentang bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi atau data yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses eksperimen; mengajar tentang bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat pada hasil eksperimen melalui eksperimen yang sama; melatih siwa

merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan; melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan. 2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Metode Eksperimen 1. Keuntungan Metode Eksperimen Keuntungan metode eksperimen dapat dikemukakan antara lain adalah sebagai berikut: a. Menghilangkan atau mengurangi timbulnya verbalisme b. Melibatkan siswa secara langsung dalam mengamati atau mengamati sendiri suatu proses atau pengamatan suatu objek c. Siswa benar-benar meyakini akan hasilnya, karena siswa mendengar, melihat, meraba, mencium yang sedang dipelajari d. Siswa akan mempunyai kemampuan dalam keterampilan mengelola alatalat, mengadakan percobaan, membuat kesimpulan, menulis laporan dan siswa mampu berpikir analitik e. Siswa akan lebih bersikap hati-hati, teliti dalam menyelesaikantugasnya, karena ada kemungkinan terjadi kegagalan f. Sesuai dengan perkembangan jiwa siswa yang selalu tertarik kepada objek yang nyata dalam alam sekitarnya, dan selalu tertarik kepada hal-hal yang baru serta untuk menekuninya. g. Menumpuk dan mengembangkan sikap berfikir ilmiah, sikap inovatif, sikap bekerja samadan dapat dikembangkan untuk keperluan riset

h. Membangkitkan minat dan hasrat ingin tahu, memperkaya pengalaman keterampilan kerja dan pengelaman berpikir ilmiah. 2. Kekurangan Metode Eksperimen Metode eksperimen selain memiliki sejumlah keuntungan, juga memiliki sejumlah kekurangan yang mencakup: a. Memerlukan peralatan, bahan dan/atau sarana eksperimenbagi setiap siswa atau sekelompok siswa, hal ini perlu dipenuhi, karena akan mengurangi kesempatan siswa bereksperimen jika tidak tersedia. b. Jika eksperimen memerlukan waktu yang lama, akan mengakibatkan berkurangnya kecepatan laju pembelajaran c. Kekurangan pengalaman para siswa maupun guru dalam melaksanakan eksperimen akan menimbulakn kesulitan tersendiri dalam melaksanakan eksperimen d. Kegagalan atau kesalahan eksperimen akan mengakibatkan perolehan hasil belajar (berupa informasi, fakta atau data) yang salah atau menyimpang. 2.3 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian tentang penggunaan metodse eksperimen sudah banyak dilakukan, diantaranya dilakukan oleh Saiful Rumain. 2010. Dengan judul Penggunaan Metode Eksperimen Berbasis Verivikasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa SD kelas IV Gejugjati dari penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran IPA dengan metode eksperimen berbasis verivikasi, dimana untuk hasil

kerja ilmiah pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 67% sedangkan pada siklus II mencapai 71% dan untuk hasil kerja kognitif pada siklus I diperoleh rata-rata 62% dan pada siklus II meningkat menjadi 89%. Selanjutnya penelitian serupa dilakukan oleh Martini Dwi Purnama. 2009. Dengan judul Penerapan Pakem dengan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Benda dan Sifatnya di Kelas V SDN Kebonsari 4 Kota Malang. Hasil penelitiannya menunjukkan Adanya peningkatan hasil belajar siswa dari aspek proses selama berlangsung kegiatan pembelajaran melalui lembar aktifitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II sebesar 23"8 dari 56,8 menjadi 80,6" Adanya peningkatan hasil belajar siswa dari aspek pemahaman sebelum penerapan tindakan dan sesudah penerapan tindakan sebesar 29% dari 67.8 menjadi 78 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian di atas, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Jika guru menggunakan metode eksperimen pada materi pembuatan magnet sementara maka hasil belajar siswa di kelas V SDN 2 Kayubulan Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo akan meningkat. 2.5 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah jika hasil belajar siswa pada materi pembuatan magnet sementara melalui metode eksperimen dengan nilai KKM 70 atau mencapai nilai persentase sebesar 75% dari keseluruhan jumlah subjek penelitian.