Oleh : Lia Natalia ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU (usia, Pendidikan, Pekerjaan, Dan Paritas ) DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS SUKUDONO SIDOARJO

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)DI KELURAHAN CAMPANG RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA LAKI LAKI USIA TAHUN DALAM MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA JONDANG KECAMATAN KEDUNG

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB PIL ORAL KOMBINASI DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI KB PIL DI DESA KARANG KECAMATAN DELANGGU KLATEN

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Kelurahan Pangolombian Kota Tomohon

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

Mitha Destyowati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA CAKUPAN KB IUD DI DESA KEBONAGUNG KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG KONTRASEPSI IUD DI DESA SIDAHARJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Hubungan Pengetahuann dan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG () DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PANYINGKIRAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 4. Oleh : Lia Natalia ABSTRAK Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang () adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien. Penggunaan KB Non lebih besar 8 kali dibanding dengan KB. Pada bulan Januari Juni 4 berdasarkan data UPTD Puskesmas Panyingkiran tahun 4. Penelitian ini bertujuan mengetahui Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 4. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional, populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB periode bulan Agustus 4 teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental sampling. Variabel yang digunakan adalah variabel independen (pendidikan, umur, paritas dan dukungan suami) dan variabel dependen (penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ()). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa yang menggunakan sebanyak 7 orang (4.9%), pendidikan tinggi sebanyak 4 orang (54.%), umur -5 tahun sebanyak 49 orang (77.8%), paritas primipara sebanyak orang (47.%), dan dukungan suami baik sebanyak orang (49.%). Hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dan dukungan suami dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () dengan p value =,, sedangkan tdak ada hubungan antara umur dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () (p value =,58 ), tidak ada hubungan antara paritas dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () (p value =,489). Dengan adanya penelitian ini diharapkan Puskesmas terus memberikan penyuluhan tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat bagi akseptor, Petugas kesehatan hendaknya lebih memfasilitasi bidan untuk pelatihan-pelatihan terutama KB dan melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung. Kata Kunci : KB dan Non A. LATAR BELAKANG

penduduk dunia diperkirakan mencapai tujuh miliar pada tahun. Peningkatan jumlah penduduk di Afrika berhasil menutup penurunan tingkat kelahiran yang turun di kawasan lainnya. Menurut sebuah studi baru dari Institut Nasional Untuk Studi Demografi (INED), kenaikan jumlah penduduk secara keseluruhan akan terus berlangsung sampai mencapai angka stabil diantara 9- miliar seluruh dunia pada akhir abad ini. INED memperkirakan hanya butuh waktu 4 tahun lagi untuk mencapai delapan miliar orang sebelum angka mulai stabil (Dayanara, ). Berdasarkan proyeksi penduduk yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) () pada tahun jumlah penduduk Indonesia sekitar 8.58.8 jiwa, tahun 5 diperkirakan jumlah penduduk mencapai 55.4.7 jiwa dan tahun diperkirakan mencapai 7..4 jiwa. Penduduk di Jawa Barat menurut Hasil Survei Sosial Ekonomi Masyarakat Nasional sebanyak 4 7. jiwa, tahun 5 diperkirakan mencapai 4.79., serta tahun diperkirakan sebanyak 49.95.7 (BPS, ). Tingginya laju pertumbuhan penduduk ditandai dengan tinggi angka kehamilan, berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun diketahui jumlah ibu hamil sebanyak 5..7 dan di Jawa Barat sebanyak 97.55 ibu hamil (Kemenkes, : 7). Oleh karena itu diperlukan upaya penanggulangan dalam menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk dilakukan melalui program keluarga berencana (KB). Berdasarkan Laporan pencapaian pelaksanaan program KB Peserta KB Baru secara nasional sampai dengan bulan Agustus sebanyak 5.547.54 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 48.4 peserta IUD (7,85%), 85.7 peserta MOW (,5%), 475.4 peserta Implant (8,57%),.748.777 peserta Suntikan (49,55%),.458.44 peserta Pil (,9%), 9.75 peserta MOP (,5%) dan. peserta Kondom (5,95%). Mayoritas peserta KB baru bulan Agustus, didominasi oleh peserta KB yang menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non ), yaitu sebesar 8,79% dari seluruh peserta KB baru. Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang seperti IUD, MOW, MOP dan Implant hanya sebesar 8,% (BKKBN, ). Di Jawa Barat menurut BKKBN () jumlah peserta KB Pasca persalinan / pasca keguguran menurut metode kontrasepsi bulan Agustus tahun sebanyak 5.7, dengan IUD 4,5 (,%), MOW.9 (,7%), MOP (,9%), Kondom.8 (,%), implant 9.88 (,47%), suntikan 8.9 (5,7%), pil.59 (,4%). Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka () proporsi peserta KB aktif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran sebesar 4.958 jumlah Akseptor KB dengan sebesar 574 akseptor (,58%), dengan peserta IUD 4 (,8%), MOP 5 (,%), MOW 7 (5,49%), Implan (4,7) dan Non sebesar 4.84 akseptor (88,4%) dengan suntik.57 (7,7%), pil 8 (8,%) dan kondom 74 (,49%) (Dinas Kesehatan Majalengka, ). Pada bulan Januari Juni 4 berdasarkan data UPTD Puskesmas Panyingkiran (4) jumlah akseptor KB aktif sebanyak 5 orang, dengan pengguna IUD sebanyak orang (,5%), MOW sebanyak orang (,4%), MOP tidak ada, implan sebanyak orang (,59%). Suntikan sebanyak 4 orang (7,79%), Pil sebanyak 9 orang (,54%), kondom sebanyak orang (,%). Dari data tersebut jumlah akseptor hanya 7,5% sedangkan akseptor KB Non sebanyak 9,49%. B. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini cara pengambilan sampelnya adalah accidental

sampling sebanyak responden pada bulan September 4. Metoda pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer menggunakan kuesioner dengan cara penyebaran angket. C. HASIL PENELITIAN. Analisis Univariat Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 4 No Metode Kontrasepsi f % 7 4.9 Non 57.. Lebih dari setengahnya (57.%) akseptor KB yang menggunakan Non di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 No Pendidikan f % Tinggi 4 54. Dasar 9 4.. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa lebih dari setengahnya (54.%) akseptor yang pendidikan tinggi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi umur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 No Umur f % -5 tahun 49 77.8 < tahun dan >5 tahun 4.. Berdasarkan tabel 4. diketahui bahwa sebagian besar (77.8%) akseptor dengan umur -5 tahun di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi paritas di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 No Paritas f % Primipara 47.

Multipara 5.4. Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa kurang dari setengahnya (47.%) akseptor dengan paritas primipara di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dukungan suami di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 No Dukungan Suami f % Baik 49. Kurang 5.8. Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa akseptor dengan dukungan suami baik kurang dari setengahnya (49.%) akseptor dengan dukungan suami baik di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4.. Analisis Bivariat Tabel 4. Hubungan pendidikan akseptor KB dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 No Pend idika n Ting gi Dasa r 7 Metode Kontrasepsi Non n % n % N % 7.. 4 4 4. 8. 8 5 9 4. 57. 9 valu e, Berdasarkan tabel 4. hasil analisis didapatkan proporsi penggunaan pada ibu yang pendidikan tinggi lebih besar dibandingkan dengan akseptor yang pendidikan dasar di UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 4. Perbedaan hasil uji hipotesis diketahui bahwa value<,5 yang berarti ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4.7 Hubungan umur dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 N Umur Metode Kontrasepsi val

o -5 tahun < dan >5 tahun Non n % n % N % 4. 5. 4 9 9 4 7 8. 4. 9 7. 4 57. 4 ue, 58 Berdasarkan tabel 4.7 proporsi penggunaan pada ibu yang umur 5 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan akseptor yang umur < dan >5 tahun di UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 4. Hasil uji hipotesis diketahui bahwa value>,5 yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan penggunaan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4.8 Hubungan Paritas dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 Metode Kontrasepsi N o Paritas Primip ara Multip ara Non n % n % N %.. 7 9 7 48. 5 4. 9 7 5. 5 57. val ue,4 89 Berdasarkan tabel 4.8 proporsi penggunaan pada ibu yang primipara lebih rendah dibandingkan dengan akseptor yang multipara di UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 4. Hasil uji hipotesis diketahui bahwa value>,5 yang berarti tidak ada hubungan antara paritas dengan penggunaan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4.9 Hubungan Dukungan Suami dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4

N o Dukun gan Suami Baik Kuran g Baik Metode Kontrasepsi Non n % n % N % 8. 9. 5 4. 7 4. 9 9. 8 57. val ue, Berdasarkan tabel 4.9 proporsi penggunaan pada ibu dengan dukungan suami baik lebih tinggi dibandingkan dengan akseptor yang dukungan suami kurang baik di UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 4. D. PEMBAHASAN a. Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengahnya (57.%) akseptor KB yang menggunakan Non di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Menurut Hartanto (), mengatakan bahwa paritas yang lebih dari 4 akseptor akan lebih dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi mantap (kontap) karena kontap merupakan fase mengakhiri kehamilan/mengakhiri kesuburan. Kontap mempunyai ciri efektifittasnya yang tinggi, reversibilitas (kembalinya kesuburan) rendah dan dapat dipakai untuk jangka panjang. Sedangkan Non mempunyai ciri yakni reversibilitasnya tinggi sehingga kemungkinan untuk hamil masih ada. Penggunaan dimasyarakat perlu adanya sosialisasi yang lebih dari petugas kesehatan terutama bidan, dan harus melakukan pendekatan yang lebih juga terhadap kader kesehatan, pejabat desa dan Hasil uji hipotesis diketahui bahwa value<,5 yang berarti ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. tokoh masyarakat agar sosialisasi lebih mudah. b. Pendidikan Hasil analisis data diketahui lebih dari setengahnya (54.%) akseptor yang pendidikan tinggi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Hasil analisis diketahui bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Yusuf () menyatakan bahwa ada hubungan antara proporsi penggunaan oleh responden yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah Pada wanita menunjukkan semakin baik tingkat pendidikan wanita semakin tinggi proporsi wanita yang memakai kontrasepsi efektif. Hubungan positif ini kemungkinan besar disebabkan oleh makin tingginya tingkat pendidikan wanita, maka semakin mudah bagi mereka menerima pembaharuan di bandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. (Sakdiah, 8 : 9). Purwoko () dalam Ekarini (8)

mengemukakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usahausaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahanperubahan sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal Keluarga berencana. Semakin tinggi pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar pasangan suami istri memandang anaknya sebagai alasan ikut KB. c. Umur Hasil analisis data diketahui bahwa lebih dari setengahnya (77.8%) akseptor dengan umur -5 tahun di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Hasil analisis data diketahui bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan penggunaan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Yusuf () yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penggunaan Menurut Hartanto ( : ) umur dibagi menjadi yaitu umur non resti ( 5 tahun) dan umur resti (< - >5 tahun). Perempuan yang berusia lebih dari 5 tahun akan mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas jika mereka hamil. Oleh karena itu bagi perempuan yang berusia lebih dari 5 tahun memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif (Pinem, 9 : ). Pada kenyataannya akseptor KB yang berusia lebih dari 5 tahun masih ada yang menggunakan KB Non, hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemilihan metoda kontrasepsi diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor pengetahuan tentang KB, faktor sikap bidan dan sarana prasarana yang mendukung untuk berkb serta faktor pendidikan. Hal ini juga di pengaruhi oleh sikap dan prilaku bidan yang ada dilapangan menunjukkan bahwa mereka ada kecenderungan untuk memberikan pelayanan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non ) seperti oral pil dan suntikan, ini dikarenakan pengalaman pelatihan-pelatihan tentang KB dan dan alasan-alasan yang berkaitan dengan pelayanan seperti kepraktisan dan kemudahan, ketersediaan dan biaya yang terjangkau akseptor KB, yang sebenarnya akan mempengaruhi akseptor dalam memilih dan menggunakan metode kontrasepsi. d. Paritas Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kurang dari setengahnya (47.%) akseptor dengan paritas primipara di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Hasil analisis data diketahui bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan penggunaan Menurut Hartanto (), mengatakan bahwa paritas yang lebih dari 4 akseptor akan lebih dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi mantap (kontap) karena kontap merupakan fase mengakhiri kehamilan/mengakhiri kesuburan. Kontap mempunyai ciri efektifittasnya yang tinggi, reversibilitas rendah dan dapat dipakai untuk jangka panjang. paritas atau jumlah anak hidup yang dimiliki seorang wanita, akan memberikan pengalaman dan pengetahuan, sehingga wanita dapat mengambil kesimpulan yang tepat tentang cara atau alat kontrasepsi yang akan dipakai. Dari hasil penelitian terlihat bahwa akseptor yang primipara juga banyak yang menggunakan, hal ini dikarenakan pendidkan dari ibu primipara banyak yang pendidikan tinggi dan pendapatan keluarga yang mendukung. Akseptor yang primipara menggunakan seperti IUD dan implan karena ingin mengatur jarak kehamilan berikutnya, karena rata-rata dari mereka

mengerti dan paham bahwa IUD dan implan bisa dilepas sewaktu-waktu sesuai dengan keinginan. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Pranita () menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah anak yang masih hidup dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Dengan interpretasi bahwa responden yang memiliki anak kurang dari orang yang masih hidup mempunyai peluang 7,5 kali lebih tinggi akan memilih kontrasepsi non Kontap dibandingkan dengan responden yang memiliki anak yang masih hidup lebih dari sama dengan orang. e. Dukungan suami Hasil analisis diketahui bahwa kurang dari setengahnya (49.%) akseptor dengan dukungan suami baik di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Hasil analisis didapatkan bahwa ada E. Kesimpulan Akseptor KB di UPTD Puskesmas Panyingkiran bahwa pendidikan, dan dukungan suami diketahui ada hubungan yang bermakna dengan penggunaan sedangkan umur dan paritas didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna dengan penggunaan. F. Saran. UPTD Puskesmas Panyingkiran Puskesmas terus memberikan penyuluhan tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat bagi akseptor, sehingga akseptor dapat memilih jenis kontrasepsi yang tepat. Petugas kesehatan hendaknya lebih memfasilitasi bidan untuk pelatihan-.. hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan. Menurut BKKBN (7: 7) Peran dan tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi khususnya pada Keluarga Berencana (KB) sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Peran atau partisipasi suami dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut : a. Pemakaian alat kontrasepsi b. Tempat mendapatkan pelayanan c. Lama pemakaian d. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi e. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan anak, serta berprilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, istri, dan keluarganya (BKKBN, 7: 7). pelatihan terutama KB dan melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung.. Institusi Pendidikan Dengan penelitian ini diharapkan bisa dijadikan literatur dalam perpustakaan agar dapat digunakan bagi institusi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ().. Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam penelitian lanjutan dengan menggunakan variabel dan pendekatan yang berbeda

DAFTAR PUSTAKA Alus Fienalia, R. (). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun. Depok : Skripsi : FKM UI. Amiranty, M. (). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Akseptor Keluarga Berencana di Propinsi Maluku dan Papua Pada Tahun (Analisis Data Sekunder Sosial Ekonomi Nasional ). Depok : Skripsi : FKM UI. Annisa, W. (). Konsep Dasar Pemilihan Kontrasepsi. Jakarta: Arcan. BKKBN. (7). Laporan Pertumbuhan Pendudukan Indonesia. Jakarta : BKKBN.. (8). Laporan Program Keluarga Berencana. Jakarta : BKKBN.. (). Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :. Chaniago. (5). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: Rineka Setiawan. Depkes RI. (5). Peningkatan Keluarga Sejahtera Melalui Upaya Pengendalian Kependudukan. Jakarta: Depkes RI. Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. (). Profil Kesehatan Majalengka. Majalengka: Dinas Kesehatan Majalengka. Ekarini, S. (8). Analisis Faktor yang berhubungan terhadap partisipasi pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Program Pasca Sarjana FKM UNPAD. Gunawan, I. (8). Kontrasepsi dan Berbagai Perkembangannya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hanafiah, M. (9). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi edisi 4. Jakarta : EGC Handayani, N. (). Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC Handayani, S. (). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : pustaka Rihama. Hartanto. (). Metode Kontrasepsi. Jakarta: Arcan. Hartanto. (4). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Hartanto, H. (). Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Harymawan, M. (7). Persan Dukungan Sosial dan Kesehatan Keluarga. Bandung : Remaja Rosda Karya. Karwati. (). Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta. TIM. Kemenkes RI. () Profil Kesehatan Indonesia tahun. Jakarta: Kemenkes..(). Profil Kesehatan Indonesia tahun. Jakarta: Kemenkes.

Manuaba, IBG. (). Imu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Maulana, Heri D.J. (9). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC. Meilani, N. Et al. (). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Fitramaya. Mulyana, M. (). Kominukasi dan Media. Jakarta: Gunung Agung. Notoatmodjo, S. (). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Pinem, S. (9). Kesehatan Reproduksi Dan Kontrasepsi. Jakarta : CV,Trans Info Media. Prawirohardjo, S. (9). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Riskesdas. (). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. Rohman, M Et al. (). Manajemen Pendidikan. Jakarta : Prestasi Pustakarya. Saefuddin, AB. (9). Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBSP. Saefuddin, AB. (). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Sakdiah, A. (8). Gambaran Akseptor KB dalam Menggunakan Alat Kontrasepsi IUD di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi Periode April 7 April 8. Saryono. (9). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Pres. Sucianingsih. (). Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh tahun. Cirebon : Poltekes Cirebon. Sulistyawati, A. (9). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika. Supriadi, D. (). Sistem Manajemen Informasi. Jakarta: Gunung Agung. Suseno, T. Et al. (9). Kamus Kebidanan. Yogyakarta : Citra Pustaka UPTD Puskesmas Panyingkiran. (4). Laporan Bulanan Puskesmas Panyingkiran. Majalengka : UPTD Puskesmas Panyingkiran. Wiknjosastro, H. (8). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBSP. Yusuf, A. (). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Tanjung Batu Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan Tahun. Depok : Skripsi FKM UI.