FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG () DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PANYINGKIRAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 4. Oleh : Lia Natalia ABSTRAK Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang () adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien. Penggunaan KB Non lebih besar 8 kali dibanding dengan KB. Pada bulan Januari Juni 4 berdasarkan data UPTD Puskesmas Panyingkiran tahun 4. Penelitian ini bertujuan mengetahui Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 4. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional, populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB periode bulan Agustus 4 teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental sampling. Variabel yang digunakan adalah variabel independen (pendidikan, umur, paritas dan dukungan suami) dan variabel dependen (penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ()). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa yang menggunakan sebanyak 7 orang (4.9%), pendidikan tinggi sebanyak 4 orang (54.%), umur -5 tahun sebanyak 49 orang (77.8%), paritas primipara sebanyak orang (47.%), dan dukungan suami baik sebanyak orang (49.%). Hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dan dukungan suami dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () dengan p value =,, sedangkan tdak ada hubungan antara umur dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () (p value =,58 ), tidak ada hubungan antara paritas dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () (p value =,489). Dengan adanya penelitian ini diharapkan Puskesmas terus memberikan penyuluhan tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat bagi akseptor, Petugas kesehatan hendaknya lebih memfasilitasi bidan untuk pelatihan-pelatihan terutama KB dan melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung. Kata Kunci : KB dan Non A. LATAR BELAKANG
penduduk dunia diperkirakan mencapai tujuh miliar pada tahun. Peningkatan jumlah penduduk di Afrika berhasil menutup penurunan tingkat kelahiran yang turun di kawasan lainnya. Menurut sebuah studi baru dari Institut Nasional Untuk Studi Demografi (INED), kenaikan jumlah penduduk secara keseluruhan akan terus berlangsung sampai mencapai angka stabil diantara 9- miliar seluruh dunia pada akhir abad ini. INED memperkirakan hanya butuh waktu 4 tahun lagi untuk mencapai delapan miliar orang sebelum angka mulai stabil (Dayanara, ). Berdasarkan proyeksi penduduk yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) () pada tahun jumlah penduduk Indonesia sekitar 8.58.8 jiwa, tahun 5 diperkirakan jumlah penduduk mencapai 55.4.7 jiwa dan tahun diperkirakan mencapai 7..4 jiwa. Penduduk di Jawa Barat menurut Hasil Survei Sosial Ekonomi Masyarakat Nasional sebanyak 4 7. jiwa, tahun 5 diperkirakan mencapai 4.79., serta tahun diperkirakan sebanyak 49.95.7 (BPS, ). Tingginya laju pertumbuhan penduduk ditandai dengan tinggi angka kehamilan, berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun diketahui jumlah ibu hamil sebanyak 5..7 dan di Jawa Barat sebanyak 97.55 ibu hamil (Kemenkes, : 7). Oleh karena itu diperlukan upaya penanggulangan dalam menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk dilakukan melalui program keluarga berencana (KB). Berdasarkan Laporan pencapaian pelaksanaan program KB Peserta KB Baru secara nasional sampai dengan bulan Agustus sebanyak 5.547.54 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 48.4 peserta IUD (7,85%), 85.7 peserta MOW (,5%), 475.4 peserta Implant (8,57%),.748.777 peserta Suntikan (49,55%),.458.44 peserta Pil (,9%), 9.75 peserta MOP (,5%) dan. peserta Kondom (5,95%). Mayoritas peserta KB baru bulan Agustus, didominasi oleh peserta KB yang menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non ), yaitu sebesar 8,79% dari seluruh peserta KB baru. Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang seperti IUD, MOW, MOP dan Implant hanya sebesar 8,% (BKKBN, ). Di Jawa Barat menurut BKKBN () jumlah peserta KB Pasca persalinan / pasca keguguran menurut metode kontrasepsi bulan Agustus tahun sebanyak 5.7, dengan IUD 4,5 (,%), MOW.9 (,7%), MOP (,9%), Kondom.8 (,%), implant 9.88 (,47%), suntikan 8.9 (5,7%), pil.59 (,4%). Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka () proporsi peserta KB aktif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran sebesar 4.958 jumlah Akseptor KB dengan sebesar 574 akseptor (,58%), dengan peserta IUD 4 (,8%), MOP 5 (,%), MOW 7 (5,49%), Implan (4,7) dan Non sebesar 4.84 akseptor (88,4%) dengan suntik.57 (7,7%), pil 8 (8,%) dan kondom 74 (,49%) (Dinas Kesehatan Majalengka, ). Pada bulan Januari Juni 4 berdasarkan data UPTD Puskesmas Panyingkiran (4) jumlah akseptor KB aktif sebanyak 5 orang, dengan pengguna IUD sebanyak orang (,5%), MOW sebanyak orang (,4%), MOP tidak ada, implan sebanyak orang (,59%). Suntikan sebanyak 4 orang (7,79%), Pil sebanyak 9 orang (,54%), kondom sebanyak orang (,%). Dari data tersebut jumlah akseptor hanya 7,5% sedangkan akseptor KB Non sebanyak 9,49%. B. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini cara pengambilan sampelnya adalah accidental
sampling sebanyak responden pada bulan September 4. Metoda pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer menggunakan kuesioner dengan cara penyebaran angket. C. HASIL PENELITIAN. Analisis Univariat Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 4 No Metode Kontrasepsi f % 7 4.9 Non 57.. Lebih dari setengahnya (57.%) akseptor KB yang menggunakan Non di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 No Pendidikan f % Tinggi 4 54. Dasar 9 4.. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa lebih dari setengahnya (54.%) akseptor yang pendidikan tinggi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi umur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 No Umur f % -5 tahun 49 77.8 < tahun dan >5 tahun 4.. Berdasarkan tabel 4. diketahui bahwa sebagian besar (77.8%) akseptor dengan umur -5 tahun di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi paritas di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 No Paritas f % Primipara 47.
Multipara 5.4. Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa kurang dari setengahnya (47.%) akseptor dengan paritas primipara di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dukungan suami di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 No Dukungan Suami f % Baik 49. Kurang 5.8. Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa akseptor dengan dukungan suami baik kurang dari setengahnya (49.%) akseptor dengan dukungan suami baik di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4.. Analisis Bivariat Tabel 4. Hubungan pendidikan akseptor KB dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 No Pend idika n Ting gi Dasa r 7 Metode Kontrasepsi Non n % n % N % 7.. 4 4 4. 8. 8 5 9 4. 57. 9 valu e, Berdasarkan tabel 4. hasil analisis didapatkan proporsi penggunaan pada ibu yang pendidikan tinggi lebih besar dibandingkan dengan akseptor yang pendidikan dasar di UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 4. Perbedaan hasil uji hipotesis diketahui bahwa value<,5 yang berarti ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4.7 Hubungan umur dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 N Umur Metode Kontrasepsi val
o -5 tahun < dan >5 tahun Non n % n % N % 4. 5. 4 9 9 4 7 8. 4. 9 7. 4 57. 4 ue, 58 Berdasarkan tabel 4.7 proporsi penggunaan pada ibu yang umur 5 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan akseptor yang umur < dan >5 tahun di UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 4. Hasil uji hipotesis diketahui bahwa value>,5 yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan penggunaan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4.8 Hubungan Paritas dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4 Metode Kontrasepsi N o Paritas Primip ara Multip ara Non n % n % N %.. 7 9 7 48. 5 4. 9 7 5. 5 57. val ue,4 89 Berdasarkan tabel 4.8 proporsi penggunaan pada ibu yang primipara lebih rendah dibandingkan dengan akseptor yang multipara di UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 4. Hasil uji hipotesis diketahui bahwa value>,5 yang berarti tidak ada hubungan antara paritas dengan penggunaan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Tabel 4.9 Hubungan Dukungan Suami dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4
N o Dukun gan Suami Baik Kuran g Baik Metode Kontrasepsi Non n % n % N % 8. 9. 5 4. 7 4. 9 9. 8 57. val ue, Berdasarkan tabel 4.9 proporsi penggunaan pada ibu dengan dukungan suami baik lebih tinggi dibandingkan dengan akseptor yang dukungan suami kurang baik di UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 4. D. PEMBAHASAN a. Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengahnya (57.%) akseptor KB yang menggunakan Non di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Menurut Hartanto (), mengatakan bahwa paritas yang lebih dari 4 akseptor akan lebih dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi mantap (kontap) karena kontap merupakan fase mengakhiri kehamilan/mengakhiri kesuburan. Kontap mempunyai ciri efektifittasnya yang tinggi, reversibilitas (kembalinya kesuburan) rendah dan dapat dipakai untuk jangka panjang. Sedangkan Non mempunyai ciri yakni reversibilitasnya tinggi sehingga kemungkinan untuk hamil masih ada. Penggunaan dimasyarakat perlu adanya sosialisasi yang lebih dari petugas kesehatan terutama bidan, dan harus melakukan pendekatan yang lebih juga terhadap kader kesehatan, pejabat desa dan Hasil uji hipotesis diketahui bahwa value<,5 yang berarti ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. tokoh masyarakat agar sosialisasi lebih mudah. b. Pendidikan Hasil analisis data diketahui lebih dari setengahnya (54.%) akseptor yang pendidikan tinggi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Hasil analisis diketahui bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Yusuf () menyatakan bahwa ada hubungan antara proporsi penggunaan oleh responden yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah Pada wanita menunjukkan semakin baik tingkat pendidikan wanita semakin tinggi proporsi wanita yang memakai kontrasepsi efektif. Hubungan positif ini kemungkinan besar disebabkan oleh makin tingginya tingkat pendidikan wanita, maka semakin mudah bagi mereka menerima pembaharuan di bandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. (Sakdiah, 8 : 9). Purwoko () dalam Ekarini (8)
mengemukakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usahausaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahanperubahan sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal Keluarga berencana. Semakin tinggi pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar pasangan suami istri memandang anaknya sebagai alasan ikut KB. c. Umur Hasil analisis data diketahui bahwa lebih dari setengahnya (77.8%) akseptor dengan umur -5 tahun di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Hasil analisis data diketahui bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan penggunaan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Yusuf () yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penggunaan Menurut Hartanto ( : ) umur dibagi menjadi yaitu umur non resti ( 5 tahun) dan umur resti (< - >5 tahun). Perempuan yang berusia lebih dari 5 tahun akan mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas jika mereka hamil. Oleh karena itu bagi perempuan yang berusia lebih dari 5 tahun memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif (Pinem, 9 : ). Pada kenyataannya akseptor KB yang berusia lebih dari 5 tahun masih ada yang menggunakan KB Non, hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemilihan metoda kontrasepsi diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor pengetahuan tentang KB, faktor sikap bidan dan sarana prasarana yang mendukung untuk berkb serta faktor pendidikan. Hal ini juga di pengaruhi oleh sikap dan prilaku bidan yang ada dilapangan menunjukkan bahwa mereka ada kecenderungan untuk memberikan pelayanan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non ) seperti oral pil dan suntikan, ini dikarenakan pengalaman pelatihan-pelatihan tentang KB dan dan alasan-alasan yang berkaitan dengan pelayanan seperti kepraktisan dan kemudahan, ketersediaan dan biaya yang terjangkau akseptor KB, yang sebenarnya akan mempengaruhi akseptor dalam memilih dan menggunakan metode kontrasepsi. d. Paritas Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kurang dari setengahnya (47.%) akseptor dengan paritas primipara di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Hasil analisis data diketahui bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan penggunaan Menurut Hartanto (), mengatakan bahwa paritas yang lebih dari 4 akseptor akan lebih dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi mantap (kontap) karena kontap merupakan fase mengakhiri kehamilan/mengakhiri kesuburan. Kontap mempunyai ciri efektifittasnya yang tinggi, reversibilitas rendah dan dapat dipakai untuk jangka panjang. paritas atau jumlah anak hidup yang dimiliki seorang wanita, akan memberikan pengalaman dan pengetahuan, sehingga wanita dapat mengambil kesimpulan yang tepat tentang cara atau alat kontrasepsi yang akan dipakai. Dari hasil penelitian terlihat bahwa akseptor yang primipara juga banyak yang menggunakan, hal ini dikarenakan pendidkan dari ibu primipara banyak yang pendidikan tinggi dan pendapatan keluarga yang mendukung. Akseptor yang primipara menggunakan seperti IUD dan implan karena ingin mengatur jarak kehamilan berikutnya, karena rata-rata dari mereka
mengerti dan paham bahwa IUD dan implan bisa dilepas sewaktu-waktu sesuai dengan keinginan. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Pranita () menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah anak yang masih hidup dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Dengan interpretasi bahwa responden yang memiliki anak kurang dari orang yang masih hidup mempunyai peluang 7,5 kali lebih tinggi akan memilih kontrasepsi non Kontap dibandingkan dengan responden yang memiliki anak yang masih hidup lebih dari sama dengan orang. e. Dukungan suami Hasil analisis diketahui bahwa kurang dari setengahnya (49.%) akseptor dengan dukungan suami baik di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 4. Hasil analisis didapatkan bahwa ada E. Kesimpulan Akseptor KB di UPTD Puskesmas Panyingkiran bahwa pendidikan, dan dukungan suami diketahui ada hubungan yang bermakna dengan penggunaan sedangkan umur dan paritas didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna dengan penggunaan. F. Saran. UPTD Puskesmas Panyingkiran Puskesmas terus memberikan penyuluhan tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat bagi akseptor, sehingga akseptor dapat memilih jenis kontrasepsi yang tepat. Petugas kesehatan hendaknya lebih memfasilitasi bidan untuk pelatihan-.. hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan. Menurut BKKBN (7: 7) Peran dan tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi khususnya pada Keluarga Berencana (KB) sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Peran atau partisipasi suami dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut : a. Pemakaian alat kontrasepsi b. Tempat mendapatkan pelayanan c. Lama pemakaian d. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi e. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan anak, serta berprilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, istri, dan keluarganya (BKKBN, 7: 7). pelatihan terutama KB dan melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung.. Institusi Pendidikan Dengan penelitian ini diharapkan bisa dijadikan literatur dalam perpustakaan agar dapat digunakan bagi institusi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ().. Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam penelitian lanjutan dengan menggunakan variabel dan pendekatan yang berbeda
DAFTAR PUSTAKA Alus Fienalia, R. (). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang () di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun. Depok : Skripsi : FKM UI. Amiranty, M. (). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Akseptor Keluarga Berencana di Propinsi Maluku dan Papua Pada Tahun (Analisis Data Sekunder Sosial Ekonomi Nasional ). Depok : Skripsi : FKM UI. Annisa, W. (). Konsep Dasar Pemilihan Kontrasepsi. Jakarta: Arcan. BKKBN. (7). Laporan Pertumbuhan Pendudukan Indonesia. Jakarta : BKKBN.. (8). Laporan Program Keluarga Berencana. Jakarta : BKKBN.. (). Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :. Chaniago. (5). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: Rineka Setiawan. Depkes RI. (5). Peningkatan Keluarga Sejahtera Melalui Upaya Pengendalian Kependudukan. Jakarta: Depkes RI. Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. (). Profil Kesehatan Majalengka. Majalengka: Dinas Kesehatan Majalengka. Ekarini, S. (8). Analisis Faktor yang berhubungan terhadap partisipasi pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Program Pasca Sarjana FKM UNPAD. Gunawan, I. (8). Kontrasepsi dan Berbagai Perkembangannya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hanafiah, M. (9). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi edisi 4. Jakarta : EGC Handayani, N. (). Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC Handayani, S. (). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : pustaka Rihama. Hartanto. (). Metode Kontrasepsi. Jakarta: Arcan. Hartanto. (4). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Hartanto, H. (). Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Harymawan, M. (7). Persan Dukungan Sosial dan Kesehatan Keluarga. Bandung : Remaja Rosda Karya. Karwati. (). Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta. TIM. Kemenkes RI. () Profil Kesehatan Indonesia tahun. Jakarta: Kemenkes..(). Profil Kesehatan Indonesia tahun. Jakarta: Kemenkes.
Manuaba, IBG. (). Imu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Maulana, Heri D.J. (9). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC. Meilani, N. Et al. (). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Fitramaya. Mulyana, M. (). Kominukasi dan Media. Jakarta: Gunung Agung. Notoatmodjo, S. (). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Pinem, S. (9). Kesehatan Reproduksi Dan Kontrasepsi. Jakarta : CV,Trans Info Media. Prawirohardjo, S. (9). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Riskesdas. (). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. Rohman, M Et al. (). Manajemen Pendidikan. Jakarta : Prestasi Pustakarya. Saefuddin, AB. (9). Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBSP. Saefuddin, AB. (). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Sakdiah, A. (8). Gambaran Akseptor KB dalam Menggunakan Alat Kontrasepsi IUD di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi Periode April 7 April 8. Saryono. (9). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Pres. Sucianingsih. (). Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh tahun. Cirebon : Poltekes Cirebon. Sulistyawati, A. (9). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika. Supriadi, D. (). Sistem Manajemen Informasi. Jakarta: Gunung Agung. Suseno, T. Et al. (9). Kamus Kebidanan. Yogyakarta : Citra Pustaka UPTD Puskesmas Panyingkiran. (4). Laporan Bulanan Puskesmas Panyingkiran. Majalengka : UPTD Puskesmas Panyingkiran. Wiknjosastro, H. (8). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBSP. Yusuf, A. (). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Tanjung Batu Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan Tahun. Depok : Skripsi FKM UI.