ASAL-USUL NAMA TEMPAT (DAERAH) DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG (DOKUMENTASI DAN KLASIFIKASI) Adhitya Sapta Putra

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. cincin. Terlebih pada tahun 2015 ini, batu akik semakin digemari oleh masyarakat luas

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rajo Tigo Selo. Rabu, 11/06/ :16 WIB

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PEMERINTAH KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas. Kabupaten Pasaman Barat. ( Suatu Kajian Antropolinguistik)

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

NILAI EDUKASI MITOS DAN RELEVANSINYA DENGAN PENANAMAN NILAI PADA KELUARGA MINANGKABAU KONTEMPORER: TINJAUAN AWAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,

BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI ARIPAN. oleh para pendiri Nagari dengan akiran an, yang menunjukkan sifat. Jadi Arifan

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Cerita rakyat bagi masyarakat Minangkabau berperan penting bagi kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

DAFTAR RAYONISASI SMP KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NO RAYON SEKOLAH ASAL 1 SMP NEGERI 1 PADANG BEBAS RAYON (PSB ONLINE 30%)

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 44 TAHUN 1990 (44/1990) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1990 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

LOKASI TPS DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT DI KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. jam gadang landamarknya Bukittinggi, baik bagi masyarakat lokal maupun

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU

ASAL-USUL PENAMAAN KAMPUNG DI KENAGARIAN KAPALO HILALANG KECAMATAN 2XII KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PULAU 1. IV Koto Pulau 1. Pulau Punjung

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam

UNTUK TINGKAT SEKOLAH DASAR / SLB

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA TERANTANG. A. Sejarah, Letak dan Wilayah Desa Terantang. oleh Datuk Sipanduko dan suku melayu oleh Datuk Majalelo.

BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI LUBUAK GADANG TIMURKECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PADANG (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 Tanggal 21 Maret 1980)

Andi Purwanto. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah

BAB IV PROSES TEMUAN KAYU BALOK DAN STATUS KEPEMILIKANNYA

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik. Kecamatan Tanjung Mutiara dalam Angka 2005 Kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibuat dengan bahan alami secara tradisional (Agoes, Azwar H:

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

DAFTAR ISI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian...56

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nagari Taram adalah salah satu nagari yang terdapat di Sumatera Barat. Nagari

ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. peternakan. Keberhasilan pembangunan peternakan sangat ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibukota Batusangkar. Batusangkar dikenal sebagai Kota Budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB II NAGARI LAKITAN TIMUR. dalam wilayah administrasi Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Photo 8 Saluang Darek (Dokumentasi: Wardizal)

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

Tour Sumatera Barat 4D3N

BAB II PASAR ATAS SEBAGAI SENTRA EKONOMI DI BUKITTINGGI. harus memiliki pasar, mesjid dan balai adat. Bukittinggi pada waktu dahulu

Transkripsi:

ASAL-USUL NAMA TEMPAT (DAERAH) DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG (DOKUMENTASI DAN KLASIFIKASI) Adhitya Sapta Putra Abstrak Penelitian ini dilakukan berdasarkan kenyataan bahwa hanya orang tua saja yang mengetahui cerita asal-usul nama tempat (daerah) di Kecamatan Pauh ini sedangkan generasi muda hampir tidak ada yang mengetahuinya. Apalagi sekarang ini semakin banyaknya pendatang yang berdomisili di Pauh. Maka dari itu sangat perlu dilakukan pendokumentasian terhadap asal-usul nama tempat (daerah) di Kecamatan Pauh. Tujuan penelitian ini adalah mendokumentasikan, mengklasifikasikan, dan analisis motif cerita asal-usul nama tempat (daerah) di Kecamatan Pauh. Metode yang digunakan adalah kualitatif. Data dapat diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan perekaman. Selain itu data tambahan diperoleh dari buku dan hasil penelitian yang terkait dengan penelitian ini. Melalui penelitian ini dapat ditemukan 41 cerita. Dari ke 41 cerita tersebut dapat diklasifikasikan 15 motif cerita yaitu berdasarkan usia daerah, nama tumbuhan, topografi, geografis, nama suku, gabungan geografis dan nama binatang, nama benda, gabungan geografis dan legenda, tindakan masyarakat, gabungan nama tumbuhan dan topografi, gabungan geografis dan topografi, gabungan nama tumbuhan dan geografis, gabungan nama tumbuhan dan legenda, gabungan geografis dan tindakan masyarakat, gabungan geografis dan nama benda. Kata Kunci: Folklor, cerita, asal-usul, Pauh, motif, klasifikasi. Latar Belakang Folklor menurut Mulyana (dalam Danandjaja, 1984:2), merupakan sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat. Ada satu bentuk folklor lisan yang masih sedikit dijamah oleh para peneliti, yaitu cerita asal-usul nama-nama tempat (daerah), khususnya daerah-daerah di Minangkabau. Informasi tertulis menyebutkan bahwa hampir tidak ada mengenai hal itu, begitu pula secara lisan hanya segelintir dari generasi tua yang masih mengetahui informasi mengenai hal tersebut, sedangkan generasi muda dapat dipastikan hampir tidak ada yang mengetahuinya. Oleh karena itu upaya pendokumentasian sangat diperlukan agar tidak hilang begitu saja (Fauza, 2007:8). Salah satu daerah yang menurut peneliti sangat menarik untuk diteliti adalah Kecamatan Pauh Kota Padang (selanjutnya disebut dengan Pauh). Ada sembilan Kelurahan yang terdapat di Pauh ini diantaranya, Binuang Kampuang Dalam, Pisang, Cupak Tangah, 1

Piai Tangah, Kapalo Koto, Limau Manih Selatan, Koto Lua, Limau manih, Lambuang Bukik. Setiap kelurahan tersebut memiliki daerah masing-masingnya. Berikut contoh cerita mengenai asal-usul nama tempat (daerah) Binuang dan Kampuang Dalam. Daerah ini dulunya menurut cerita adalah daerah jajahan waktu pergolakan dengan Belanda dan di sana ada balai pertemuan bagi kaum pribumi untuk berunding membicarakan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Di dekat balai pertemuan itu terdapat sebuah pohon yang sangat besar melebihi besarnya pohon beringin pohon itu disebut pohon Binuang, Maka secara spontan masyarakat memberi nama daerah tersebut Binuang. Sementara itu Kampuang Dalam menurut cerita dulunya merupakan daerah yang sunyi dan sangat sulit untuk ditempuh apalagi bagi orang Belanda, maka diberi nama Kampuang Dalam. Dikarenakan Binuang dengan Kampuang Dalam ini hubungan antara masyarakatnya dekat dan sangat erat maka daerah ini digabung menjadi satu daerah yaitu Binuang Kampuang Dalam. Cerita tersebut sudah banyak tidak diketahui lagi oleh masyarakat khususnya generasi muda, hanya kalangan orang tua saja yang mengetahuinya. Apalagi sampai sekarang ini semakin banyak masyarakat pendatang yang berdomisili di Pauh. Terjadinya perbauran budaya antara pendatang dengan penduduk asli dikhawatirkan dapat menyebabkan hilangnya keaslian budaya yang dimiliki oleh masyarakat khususnya cerita asal-usul nama tempat (daerah) di Pauh ini. Selain itu saat ini nama-nama daerah pun sudah banyak yang diindonesiakan seperti Limau Manis. Hal ini juga dapat membuat cerita asal-usul nama tempat (daerah) ini pun akan semakin sulit ditelusuri. Oleh karena itu upaya pendokumentasian cerita asal-usul nama tempat (daerah) di Pauh ini sangat perlu dilakukan. Metode dan teknik penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Menurut Danandjaja (1984:185), penelitian folklor terdiri antara lain dari tiga macam atau tahap, yakni: pengumpulan, penggolongan (pengklasifikasian), dan penganalisaan. Dalam penelitian ini yang akan diuraikan adalah tahap pengumpulan data dengan tujuan untuk pengarsipan atau pendokumentasian. Penelitian macam pengumpulan dengan tujuan pengarsipan atau pendokumentasian ini bersifat penelitian di tempat (field work). Ada tiga tahap yang harus dilalui oleh seorang peneliti di tempat jika hendak berhasil dalam usahanya, yaitu: (1). tahap prapenelitian di tempat. (2). tahap penelitian di tempat yang sesungguhnya, 2

dan (3). cara pembuatan naskah bagi pengarsipan. Selain peneliti melakukan tiga tahap di atas dilanjutkan dengan klasifikasi. Ben-Amos (dalam Endraswara, 2009:106) tergolong ahli folklor yang banyak memberikan rumusan klasifikasi folklor. Dia mengklasifikasikan folklor yang berupa kisah, dengan sebutan: mite, legenda, dan dongeng atas cerita rakyat. Genre ini secara konseptual klasifikasi dapat dilihat dari: (1) classificatory categories, (2) permanent form, (3) evolving form, dan (4) form of discourse. Pengelompokan genre semacam ini tentu saja akan memudahkan peneliti membuat sub-sub analisis. Dari uraian di atas penelitian ini memakai konsep yang pertama yaitu classificatory categories. Classificatory categories adalah klasifikasi yang didasarkan pada kategori tertentu, misalnya dari segi tema atau motifnya. Dalam folklor jawa, misalnya ada motif mimpi, perang, menipu, dan sebagainya. Sedangkan dalam penelitian ini akan membagi ke dalam beberapa motif yaitu berdasarkan nama tumbuh-tumbuhan,topografi,suku penduduk dan sebagainya. Selain hal di atas peneliti melakukan teknik penelitian guna lancarnya penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Adapun teknik tersebut adalah observasi, wawancara, perekaman, pencatatan, pengklasifikasian dan analisis. Sejarah Daerah Pauh Daerah Pauh jika dilihat dari segi adat pada dasarnya terdiri dari tiga wilayah kenagarian seperti Kenagarian Limau Manih (bagian dari wilayah asalnya di Lubuk Kilangan), Kenagarian Pauah Limo dan Kenagarian Pauah Sambilan (sekarang wilayah Kuranji). Diceritakan bahwa nenek moyang masyarakat Pauh pada mulanya berasal dari Solok Salayo. Nenek moyang tersebut terdiri dari empat orang yang masing-masingnya mewakili empat suku yaitu Rajo Perak dari suku Jambak, Inyiak Sumbo dari suku Caniago, Sanggono Di Rajo dari suku Tanjuang dan Rajo Anggang dari suku Koto. Keempat perwakilan suku tersebut bermaksud meneruka lahan baru di wilayah Pauh. Nenek moyang tersebut menurut data informan berjalan melalui Koto Alang dan sampai ke Banda Mua. Kemudian mendaki lagi sehingga sampai ke suatu bukit yang dinamakan Bukit Koto Tinggi. Setelah itu mereka meninjau lahan dari atas bukit tersebut, sehingga tampaklah dataran yang cukup luas antara wilayah yang sekarang merupakan Kelurahan Lambuang Bukik di bagian utara hingga wilayah Kelurahan Limau Manih Selatan atau Ulu Gaduik di bagian selatan dan Kelurahan Koto Tuo di bagian Timur hingga wilayah 3

Kelurahan Pisang di bagian barat. Wilayah-wilayah tersebut sangat subur, karena banyak dialiri oleh berbagai hulu aliran sungai yang menyatu ke beberapa sungai besar yang salah satunya dikenal sekarang dengan nama Batang Aia Kuranji. Tempat mereka meninjau lahan tersebut dikenal dengan Camin Toran. Di Camin Toran, terdapat pohon yang dinamakan Batang Sipadiah. Menurut informan, di bawah Batang Sipadiah tersebut, nenek moyang itu bersepakat untuk membuka lahan yang akan ditempati. Selesai bermusyawarah nenek moyang tersebut kembali mendaki bukit pulang ke Solok Salayo untuk menjemput anak dan kemenakan mereka. Akan tetapi Rajo Anggang dari perwakilan Suku Koto memilih tinggal dan tidak turut pulang ke Solok Salayo. Selanjutnya, nenek moyang kembali lagi dari Solok Salayo dan membawa serta 7 kelompok suku yang terdiri dari kelompok suku Koto, kelompok suku Piliang, kelompok suku Bodi, kelompok suku Caniago, kelompok suku Jambak, kelompok suku Tanjuang dan kelompok suku Melayu. Ketiga orang nenek moyang yang membawa rombongan tersebut juga membawa serta nenek moyang dari Suku Melayu yang dikenal dengan Rajo Putiah, sehingga jumlah nenek moyang orang Pauh bertambah menjadi 5 orang. Nantinya, Rajo Putiah tersebut berperan dalam menyelesaikan setiap persengketaan atau perselisihan yang terjadi di antara mereka tersebut. Kelimanya, dikenal pula dengan sebutan Balimo Nan Manih (berlima yang manis/gagah). Di samping ketujuh kelompok yang menetap di wilayah Pauh sekarang, terdapat pula tujuh kelompok lain yang juga sama-sama turun namun berbeda asal. Ketujuh kelompok tadi juga mempunyai komposisi kelompok suku yang sama. Ketujuh kelompok tersebut nantinya mempunyai hubungan yang erat dengan ketujuh kelompok sebelumnya. Sehingga, sebelum bernama Pauh, kelompok-kelompok tersebut dinamakan dengan Tujuah Di Ateh dan Tujuah Di Baruah. Hubungan tersebut ibaratnya seperti kakak-beradik, dan meliputi hal apapun seperti kekeluargaan, perdagangan bahkan hubungan militer, sehingga hubungan tersebut dieratkan dengan nama Si Ampek Baleh. Menurut Emral Dt. Rajo Mudo dalam makalahnya yang berjudul Kekuasaan Portugis dan Aceh di Rantau Pesisir Barat menyebutkan bahwa sekitar abad ke-16, orang-orang Eropa mulai berdatangan ke pesisir pantai barat Sumatera. Jalur alternatif pantai barat menjadi sentral karena kekuasaan Kerajaan Aceh di pantai timur Sumatera sangat kuat. Termasuk Belanda, mempunyai keinginan menguasai bandar dagang di pesisir barat Sumatera khususnya Bandar Padang.Setelah menguasai dan mendirikan loji di Koto Tangah, Belanda memperluas wilayahnya hingga ke wilayah Si Ampek Baleh tepatnya di wilayah Tujuah Di Baruah (Kuranji). Hal tersebut menyebabkan perang yang dikenal juga dengan nama Perang 4

Rupik. Dalam perang Rupik tersebut, masyarakat di wilayah Tujuah Di Baruah terdesak, sehingga meminta pertolongan kepada saudara-saudara dekatnya di Tujuah Di Ateh. Digelarlah pertemuan rahasia bertempat di Surau Taratak atau yang bernama Mesjid Kuba sekarang. Pertemuan tersebut tidak saja dihadiri oleh perwakilan Si Ampek Baleh saja, namun juga dihadiri oleh perwakilan dari Lubuak Kilangan dan Nagari Nan XX Lubuak Bagaluang. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk membantu mempertahankan wilayah Tujuah Di Baruah tersebut. Seluruh pendekar-pendekar silat dari perwakilanperwakilan wilayah diadu untuk menentukan siapa yang layak dikirim melawan Belanda. Dari perwakilan-perwakilan tersebut, terpilihlah dua wakil pendekar dari suku Koto dan Jambak yang berasal dari wilayah Tujuah Di Ateh. Tidak diketahui apakah dalam perang tersebut, Belanda berhasil dipukul mundur atau tidak. Namun, dari peristiwa Perang Rupik tersebut, sebagai rasa ungkapan terima kasih masyarakat Tujuah Di Baruah, maka dua perwakilan pendekar beserta kerabatnya tersebut dipersilahkan untuk tetap tinggal dalam wilayah Tujuah Di Baruah. Hal tersebut disepakati oleh masing-masing tetua wilayah, sehingga, jumlah kelompok suku yang berada di wilayah Tujuah Di Ateh berkurang menjadi lima dan di wilayah Tujuah Di Baruah menjadi sembilan. Hal itu juga yang mendasari pergantian nama dalam wilayah Si Ampek Baleh, sehingga Tujuah Di Ateh dikenal dengan nama Pauah Limo (Pauh) dan Tujuah Di Baruah dikenal dengan nama Pauah Sambilan (Kuranji). Nama Pauh sendiri diambil dikarenakan bahwa di tempat musyawarah tersebut terdapat batang/pohon Pauh maka disetujuilah nama tersebut menjadi Pauh. Selain hal di atas daerah Pauh juga memiliki 5 tapian yang merujuk ke lima suku yang ada di Pauh. Tapian adalah sasaran tempat latihan silat. Kelima tapian yang ada di Pauh adalah: 1. Tapian suku Koto berada di daerah Cupak Tangah 2. Tapian suku Jambak berada di daerah Kampuang Dalam 3. Tapian suku Melayu berada di daerah Sungkai 4. Tapian suku Tanjuang berada di daerah Pisang 5. Tapian suku Caniago berada di daerah Piai. Motif cerita Asal-usul Nama Tempat (daerah) di Pauh Dari analisis yang dilakukan terhadap cerita penamaan nama-nama tempat (daerah) yang terdapat di Pauh, ditemukan 15 macam motif cerita dari nama-nama tempat (daerah) di Pauh yaitu terdiri dari: 2 buah motif usia daerah, 4 buah motif nama tumbuhan, 4 buah motif 5

topografi, 5 buah motif geografis, 5 buah motif nama suku, 3 buah motif gabungan geografis dan nama binatang, 5 buah motif nama benda, 2 buah motif gabungan geografis dan legenda, 2 buah motif tindakan masyarakat, 2 buah motif gabungan nama tumbuhan dan topografi, 2 buah motif gabungan geografis dan topografi, 2 buah motif gabungan nama tumbuhan dan geografis, dan 1 buah motif gabungan nama tumbuhan dan legenda, 1 buah motif gabungan geografis dan tindakan masyarakat, 1 buah motif gabungan geografis dan nama benda. Dari ke 15 motif tersebut dapat dilihat bahwa ada 3 buah motif yang sama dominan adalah motif geografis, nama suku, dan nama benda. Klasifikasi Cerita Asal-usul Nama Tempat (daerah) yang terdapat di Pauh Berdasarkan motif ceritanya dari ke 41 (empat puluh satu) cerita yang ditemukan di dalam penelitian ini dapat pula diklasifikasikan menjadi 15 pengklasifikasian menurut motif cerita tersebut. 1. Berdasarkan Usia Daerah 1. Koto Tuo Koto dalam bahasa Indonesia adalah Kota dan Tuo adalah Tua. Koto Tuo termasuk ke dalam motif usia daerah karena menurut cerita daerah ini merupakan daerah yang pertama kali ditempuh dan dihuni oleh nenek moyang orang Pauh. 2. Koto Baru Koto Baru termasuk ke dalam motif usia daerah karena dilihat dari ceritanya daerah ini merupakan daerah yang baru dihuni sekitar tahun 1950. Dari uraian di atas sangat jelas disebutkan bahwa daerah ini merupakan daerah baru daripada daerah-daerah yang lainnya. 2. Berdasarkan Nama Tumbuhan 1. Alai Apo lai dalam bahasa Minang kemudian menjadi a lai dalam dialek Pauh dan di dalam bahasa Indonesia dapat diartikan apa lagi. Hal ini merupakan sebuah kata tanya dalam bahasa Minangkabau. Tetapi sebenarnya penamaan daerah ini bukan berasal dari sebuah pertanyaan tersebut. Menurut cerita dari informan Jamaludin Umar Rajo Kuaso daerah ini dulunya banyak ditumbuhi pohon patai (petai) yang bernama patai alai. Jenis patai (petai) ini tidak memiliki buah. Jadi, dari uraian cerita di atas daerah alai termasuk ke dalam motif tumbuhan. 2. Binuang 6

Di dalam kamus bahasa Minangkabau binuang diartikan menjadi 2 buah arti yaitu pertama binuang adalah pohon yang kayunya lunak dan ringan. Sedangkan arti yang kedua adalah sebutan bagi kerbau yang hitam dan besar dalam cerita kaba Cindua Mato. Namun demikian binuang dalam cerita asal-usul nama tempat (daerah) ini adalah pohon yang berukuran besar. Daerah ini dulunya menurut cerita adalah daerah jajahan waktu pergolakan dengan Belanda dan di sana ada balai pertemuan bagi kaum pribumi untuk berunding membicarakan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Kemudian di dekat balai pertemuan itu terdapat satu pohon yang sangat besar melebihi besar ukuran dari pohon beringin yang bernama pohon binuang. Jadi, penamaan daerah Binuang ini termasuk ke dalam motif tumbuhan 3. Pauh Pauh merupakan salah satu jenis buah yang mirip dengan buah mangga, tetapi pauh memiliki ukuran yang kecil dari buah mangga. Nama Pauh ini diambil dikarenakan nenek moyang orang Pauh berunding di bawah batang/pohon Pauh. Jadi, nama Pauh di ambil untuk dijadikan nama daerah oleh masyarakat dan termasuk ke dalam motif tumbuhan. 4. Pisang Pisang adalah salah satu jenis buah yang manis berwarna kuning. Karena menurut cerita sebelum dihuni daerah ini merupakan kebun yang luas yang banyak ditumbuhi oleh pohon pisang. Jadi, nama pisang yang merupakan nama buah diambil untuk dijadikan nama daerah oleh masyarakatnya. 3. Berdasarkan Topografi 1. Pasia Pasia dalam bahasa Indonesia adalah pasir. Menurut cerita, daerah Pasia merupakan daerah tempat peristirahatan biduak (perahu kecil) di tepi sungai yang berpasir. Nama Pasia diambil untuk dijadikan nama daerah oleh masyarakat. Jadi, daerah Pasia ini termasuk ke dalam motif topografi karena bentuk permukaan daerahnya yang berpasir. 2. Pulau Pulau yang dimaksud di sini bukan pulau yang ada di tengah laut. Tetapi pulau yang dimaksud di sini adalah daerah ini dulunya sebelum dihuni berbentuk pulau yang mirip dengan pulau yang ada di tengah laut. Tetapi setelah dihuni 7

daerah tersebut sudah berubah. Jadi,menurut uraian di atas daerah ini termasuk ke dalam motif topografi karena bentuk permukaan daerahnya seperti pulau. 3. Lakuk Lakuk merupakan istilah bagi orang Pauh untuk penamaan daerah ini karena diceritakan bahwa keadaan daerah ini tanahnya talakuk atau tanahnya yang menjorok ke dalam. Kalau dilihat daerah ini sedikit rendah dari daerah Taratak. Daerah lakuk ini termasuk ke dalam motif topografi karena bentuk permukaan tanah daerah ini talakuk atau tanahnya yang menjorok ke dalam. 4. Taratak Taratak merupakan suatu istilah di Minangkabau sebutan untuk kampung yang kecil seperti yang diceritakan bahwa daerah ini awalnya merupakan sebuah kampung yang kecil. Jadi, sesuai dengan nama daerahnya taratak dapat dimasukkan ke dalam motif topografis. 4. Berdasarkan Geografis 1. Lambuang Bukik Lambuang Bukik di dalam bahasa Indonesia berarti lereng bukit atau kaki bukit. Karena daerah ini menurut cerita terletak di kaki bukit yang ada di Pauh. 2. Kampuang Tarandam Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan menjadi kampung dan Tarandam berarti terendam. Seperti yang diceritakan Kampuang Tarandam terletak di bawah Benteang. Ketika hujan yang sangat lebat tiba, maka daerah ini akan terendam banjir dikarenakan posisi daerah ini sedikit rendah dari daerah Benteang. Oleh sebab itu daerah Kampuang Tarandam termasuk ke dalam motif geografis karena letak/posisi daerahnya rendah dari daerah Benteang. 3. Koto Lua Koto Lua dalam bahasa Indonesia dapat diartikan Kota Luar. Berdasarkan namanya daerah ini merupakan daerah yang berada di perbatasan antara daerah Pauh dengan daerah Lubuk Kilangan. Jadi, daerah Koto Lua ini dapat dimasukkan ke dalam motif geografis karena letak/posisi daerahnya berada di perbatasan antara daerah Pauh dengan Lubuk Kilangan. 4. Kampuang Dalam Kampuang dalam dapat diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Kampung Dalam. Berdasarkan ceritanya, dulu daerah ini merupakan daerah yang sunyi dan sangat sulit untuk ditempuh. Banyak orang-orang yang tidak mengetahui 8

akses jalan ke sana apalagi Belanda. Oleh karena itu daerah Kampuang Dalam ini dapat dimasukkan ke dalam motif geografis karena letak/posisi daerahnya terpelosok jauh ke dalam dari daerah yang lain. 5. Wateh Wateh merupakan istilah di Pauh yang berarti batas. Seperti ceritanya daerah ini dikabarkan adalah daerah perbatasan kampung dengan wilayah kota yaitu perbatasan dengan Kecamatan Padang Timur. Dari uraian di atas daerah watas ini dapat dimasukkan ke dalam motif geografis karena letak/posisi daerahnya berada di perbatasan daerah Pauh dengan Kecamatan Padang Timur. 5. Berdasarkan Nama Suku 1. Kapalo Koto Kapalo dalam bahasa Indonesia dapat diartikan menjadi kepala, dan Koto di sini bukan berarti kota tetapi nama salah satu suku yang ada di Minangkabau. Berdasarkan ceritanya daerah ini merupakan daerah awal, atau daerah selanjutnya yang ditempati oleh orang Pauh yang bersuku Koto. Oleh karena itu daerah Kapalo Koto dapat dimasukkan ke dalam motif nama suku karena daerah ini merupakan kepala atau awal dari orang Pauh yang bersuku Koto. 2. Koto Panjang Koto merupakan salah satu nama suku yang ada di Minangkabau, dan Panjang yang dimaksudkan di sini bukan panjang daerahnya. Akan tetapi daerah Koto Panjang ini seperti yang diceritakan dulunya ada orang yang mau menjodohkan anak mereka dengan wanita di daerah ini setiap bertanya kepada wanita di daerah tersebut, ternyata semua wanita tersebut bersuku koto lagi dan bersuku koto lagi. Jadi, sudah jelas daerah ini termasuk ke dalam motif nama suku karena di daerah ini semua masyarakat di sini kebanyakan bersuku Koto. 3. Kampuang Caniago Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kampung, dan Caniago merupakan salah satu nama suku yang ada di Minangkabau. Seperti yang diceritakan daerah ini terletak di wilayah administratif Kelurahan Piai Tangah. Orang-orang yang menetap di daerah ini adalah orang-orang yang berasal dari suku Caniago. Berdasarkan dari uraian di atas daerah ini termasuk ke dalam motif nama suku karena penamaan daerah ini diambil dari salah satu nama suku yaitu Caniago. 4. Kampuang Tanjuang 9

Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kampung, dan Tanjuag merupakan salah satu nama suku yang ada di Minangkabau. Kampuang Tanjuang juga terletak di wilayah administratif Kelurahan Piai Tangah. Orangorang yang menetap di daerah ini adalah orang-orang yang berasal dari suku Tanjuang. Berdasarkan dari uraian di atas daerah ini termasuk ke dalam motif nama suku karena penamaan daerah ini diambil dari salah satu nama suku yaitu Tanjuang. 5. Kampuang Melayu Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kampung, dan Melayu merupakan salah satu nama suku yang ada di Minangkabau. Kampuang Melayu juga terletak di wilayah administratif Kelurahan Piai Tangah. Orangorang yang menetap di daerah ini adalah orang-orang yang berasal dari suku Melayu. Berdasarkan dari uraian di atas daerah ini termasuk ke dalam motif nama suku karena penamaan daerah ini diambil dari salah satu nama suku yaitu Melayu. 6. Berdasarkan Gabungan Geografis dan Nama Binatang 1. Sungai Balang Sungai Balang merupakan salah satu nama tempat (daerah) yang ada di Pauh. Balang dalam bahasa Indonesia berarti belang. Yang dimaksud dengan Sungai Balang di sisni adalah bukan sungai yang belang, tetapi seperti yang diceritakan dulunya ada seorang lelaki yang bernama Rajo Mole yang sedang duduk di tepi sungai. Tidak lama kemudian Rajo Mole tersebut melihat ada seekor harimau. Jadi, berdasarkan cerita di atas penamaan nama daerah ini diambil dari sungai dan salah satu ciri fisik harimau yaitu kulitnya yang belang. Nama tempat (daerah) Sungai Balang ini termasuk ke dalam motif gabungan geografis dan binatang karena letak/posisi daerahnya terdapat sungai kemudian ada seekor harimau belang yang melintas di dekat sungai tersebut. 2. Lubuk Gajah Lubuk dalam bahasa Indonesia dapat diartikan yaitu telaga, dan gajah merupakan nama salah satu binatang. Menurut cerita yang sesungguhnya bahwa nama daerah ini adalah labuah gajah yang berarti labuah (tempat jalan) gajah. Sekarang orang-orang menyebut nama tempat (daerah) ini Lubuk Gajah. Berdasarkan dari uraian di atas penamaan nama daerah Lubuk Gajah ini 10

termasuk ke dalam motif gabungan geografis dan nama binatang karena letak/posisi daerah ini merupakan jalan yang dilewati oleh gajah. 3. Lubuk Ipuh Lubuk dalam bahasa Indonesia dapat diartikan yaitu telaga, dan ipuh merupakan nama salah satu binatang. Menurut cerita daerah ini hidup sekelompok binatang yang bernama Ipuh. Ipuh meruapakan nama binatang yang mirip dengan anak kambing. Binatang tersebut sering bermain di dekat lubuk (telaga) di daerah itu. Sekarang dikabarkan binatang ipuh ini sudah tidak ada lagi atau sudah punah. Berdasarkan dari uraian di atas nama tempat (daerah) Lubuk Ipuh ini termasuk ke dalam motif gabungan geografis dan nama binatang karena letak/posisi daerahnya terdapat telaga dan binatang Ipuh bermain-main di telaga tersebut. 7. Berdasarkan Nama Benda 1. Batu Busuk Batu merupakan salah satu benda yang keras, dan busuk merupakan aroma bau yang tidak sedap. Di daerah ini dulunya ada terdapat sebuah batu berukuran cukup besar yang bernama Batu Puru. Batu tersebut mengeluarkan air yang busuk (berbau) yang menyengat seperti bau bangkai. Jadi, penamaan nama daerah Batu Busuk ini termasuk ke dalam motif nama benda yaitu batu dan dijadikan sebagai nama tempat (daerah). 2. Lasuang Tungkuik Lasuang dalam bahasa Indonesia berarti lesung, dan tungkuik berarti benda yang dibalikkan dari bentuk semulanya. Berdasarkan uraian di atas penamaan daerah ini termasuk ke dalam motif nama benda karena nama daerah tersebut diambil dari salah satu benda yaitu lesung yang di balikkan untuk menyimpan barang berharga di dalam lesung yang dibalikkan tersebut dari tangan Belanda. 3. Sumua Gadang Sumua dalam bahasa Indonesia berarti sumur dan gadang berarti besar. Diceritakan dulunya sebelum daerah ini diberi nama terdapat sebuah sumur yang besar. Berdasarkan uraian di atas penamaan nama tempat (daerah) ini termasuk ke dalam motif nama benda karena nama tempat (daerah) ini di ambil dari nama Sumua Gadang tersebut. 4. Pasa Baru Pasa Baru dalam bahasa Indonesia berarti pasar yang baru. tetapi awalnya daerah ini bernama Pasa Biduak. Tidak jauh berbeda dengan fungsi pasar 11

kebanyakan. Para pedagang yang datang dari arah Bandar Padang, semuanya menggunakan biduak atau perahu kecil dalam mengangkut barang-barangnya. Banyak biduak yang berjejer di tepi sungai, sehingga disebut orang Pasa Biduak. Penamaan Pasa Baru sendiri baru digunakan ketika Belanda telah masuk ke daerah ini. Dari uraian di atas daerah Pasa Baru ini termasuk ke dalam motif nama benda. 5. Limau Manih Limau dalam bahasa Indonesia diartikan menjadi jeruk yang merupakan nama dari salah satu buah dan Manih diartikan menjadi manis. Limau manih hanyalah kelaziman masyarakat menyebut nama tempat (daerah) ini. Karena menurut ceritanya asal-usul nama tempat (daerah) ini adalah Balimo Nan Manih (Berlima Yang Manis), sebutan dari kelima nenek moyang orang Pauh. Penamaan nama tempat (daerah) ini termasuk ke dalam motif nama benda karena dari ceritanya tergambar bahwa penamaannya diambil dari nenek moyang orang Pauh yang berlima. 8. Berdasarkan Geografis dan Legenda 1. Parak Kaluek Parak dalam bahasa Indonesia berarti kebun, dan Kaluek berarti bergulung. Seperti yang diceritakan dahulunya di daerah ini ada orang yang sedang menguji ilmunya dan dia bakaluek (posisi tubuhnya bergulung) di dalam tanah dan dikubur hidup-hidup di parak (kebun) tersebut. Berdasarkan uraian di atas penamaan nama tempat (daerah) Parak Kaluek ini termasuk ke dalam motif geografis dan legenda karena letak/posisinya di dekat parak (kebun) dan merujuk ke legenda yang berkembang di masyarakatnya. 2. Parak Mauik Sama dengan hal di atas parak dalam bahasa Indonesia berarti kebun, dan Mauik berarti maut. Seperti ceritanya daerah ini dikabarkan daerah yang angker dan bersemak. Konon ceritanya dulu setiap orang pendatang yang masuk ke sana akan hilang dengan sendirinya, kalau tidak orang tersebut akan mati. Berdasarkan dari uraian di atas penamaan nama tempat (daerah) Parak Mauik ini termasuk ke dalam motif geografis dan legenda karena letak/posisi daerah ini sebelumnya adalah parak (kebun) dan merujuk ke cerita legenda yang berkembang di tengah masyarakatnya. 9. Berdasarkan Tindakan Masyarakat 12

1. Sungkai Kata Sungkai berawal dari kata ansua dan ungkai. Kata ansua dalam bahasa Indonesia dapat diartikan yaitu geser, dan kata ungkai dapat diartikan yaitu buka. Seperti yang diceritakan di daerah ini ada dua orang pemuda sedang bertengkar yang disebabkan oleh pondok yang ada di lokasi itu. Mereka ragu pondok tersebut akan digeser atau dibongkar. Kemudian satu orang menyebut ansua (geser) dan satu orang lagi menyebut ungkai (buka). Dari uraian di atas penamaan nama tempat (daerah) Sungkai ini termasuk ke dalam motif tindakan masyarakat karena dalam cerita tersebut mencerminkan suatu tindakan yang tidak baik dilakukan oleh masyarakat tersebut. 2. Benteang Benteang merupakan istilah di Pauh yang berarti tempat pertahanan. Benteng yang dimaksud di sini bukan benteng peninggalan Belanda melainkan tempat pertahanan atau perkumpulan masyarakat untuk melawan Belanda. Kemudian daerah ini agak tinggi dari Kampuang Tarandam. Berdasarkan uraian di atas daerah Benteang ini termasuk ke dalam motif tindakan masyarakat karena benteang tersebut merupakan tempat masyarakat berdiskusi untuk melakukan suatu tindakan. 10. Berdasarkan Gabungan Nama Tumbuhan dan Topografi 1. Jawa Gaduik Jawa yang dimaksudkan di sini bukanlah salah satu nama pulau yang ada di Indonesia, tetapi jawa di sini adalah pengindonesiaan bahasa Minang yaitu jao yang artinya kayu. Kata Gaduik merupakan istilah di Pauh yang berarti dataran. Menurut ceritanya daerah ini adalah tempat pertemuan nenek moyang yang berlima, maksudnya daerah dataran tempat menancapkan kayu untuk bermusyawarah di sana. Dari uraian di atas penamaan nama tempat (daerah) Jawa Gaduik ini termasuk ke dalam motif gabungan nama tumbuhan dan topografi. 2. Sakayan Ubi Sakayan merupakan istilah di Pauh untuk sebutan anak sungai, dan Ubi adalah nama salah satu tumbuhan yang berjenis umbi-umbian. Menurut cerita Dulunya banyak orang yang berladang ubi di dekat anak sungai tersebut. Berdasarkan cerita di atas penamaan nama tempat (daerah) Sakayan Ubi ini termasuk ke dalam motif gabungan nama tumbuhan dan topografi. 13

11. Berdasarkan Gabungan Geografis dan Topografi 1. Ulu Gaduik Ulu dalam bahasa Indonesia berarti ujung/awal dan gaduik istilah di Pauh yang berarti dataran. Asal-usul daerah ini adalah ujung/awal dataran yang terdapat di wilayah Pauh. Jadi, nama tempat (daerah) Ulu gaduik ini termasuk ke dalam motif gabungan geografis dengan topografi yang tergambar dari cerita di atas bahwa letak/posisi daerahnya yang di ujung/awal di wilayah Pauh dan permukaan daerahnya yang merupakan dataran. 2. Bukik Tabuk Bukik dalam bahasa Indonesia berarti bukit dan Tabuk berarti berlubang/dilubangi. Asal-usul nama daerah ini adalah bukit yang ditembus untuk membuat aliran air sungai untuk sentral pembangkit listrik PT Semen Padang pada tahun 1928. Berdasarkan uraian di atas nama tempat (daerah) ini termasuk ke dalam motif gabungan geografis dengan topografi yang tergambar dari ceritanya letak/posisi daerah di bukit dan permukaan bukit di daerah tersebut dilubangi. 12. Gabungan Nama Tumbuhan dan Geografis 1. Cupak Tangah Cupak merupakan istilah di Pauh yang berarti pohon cupak dan tangah berarti tengah. Menurut cerita di daerah ini dulunya terdapat batang atau pohon cupak. Dahulu pernah terjadi angin puting beliung yang membuat batang ini tumbang dan patah ke tengah jalan. Patahan tersebut setelah dibersihkan menjadi seperti tugu. Berdasarkan uraian di atas nama tempat (daerah) ini termasuk ke dalam motif gabungan nama tumbuhan dan geografis. 2. Kampuang Duri Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan kampung, dan duri merupakan salah satu tumbuhan yang tajam. Menurut ceritanya bahwa sebelum nenek moyang tiba di daerah Pauh, daerah Kampuang Duri ini banyak ditumbuhi rumpun-rumpun pandan yang berduri. Berdasarkan uraian di atas nama tempat (daerah) ini termasuk ke dalam motif gabungan tumbuhan dan geografis karena banyak ditumbuhi duri dan letak/posisinya dikampung. 13. Gabungan Nama Tumbuhan dan Legenda 1. Kubang 14

Kubang merupakan nama tempat (daerah) di Pauh yang menurut ceritanya diambil dari pohon kayu yang besar dan disana ada kubangan badak. Kononya air kubangan badak tersebut dapat menyembuhkan beberapa macam penyakit dan airnya tidak boleh terkena kepala karena kalau terkena, kepala akan membesar sendirinya. Dari uraian di atas daerah kubang ini termasuk ke dalam motif gabungan nama tumbuhan dan legenda karena merujuk pada tumbuhan yang ada di daerah tersebut dan legenda yang berkembang di tengah masyarakatnya. 14. Gabungan Geografis dan Tindakan Masyarakat 1. Kampuang Pinang Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan yaitu kampung, dan pinang adalah salah satu nama buah. Tetapi pinang yang dimaksudkan di sini bukanlah nama buah tersebut melainkan istilah di pauh yaitu batapuang pinang, bapacah batu yang maknanya membulatkan suara dan bertekad untuk melawan Belanda. Hanya karena kelaziman, orang-orang menyebut daerah ini bernama Kampuang Pinang. Dari hal di atas nama tempat (daerah) ini termasuk ke dalam motif geografis dan tindakan masyarkat yang membulatkan suara dengan cara musyawarah. 15. Gabungan Geografis dan Nama Benda 1. Kampuang Pariuk Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan yaitu kampung, dan pariuk adalah salah satu nama benda yang merupakan peralatan rumah tangga yaitu panci. Menurut ceritanya daerah ini sangat sering didatangi oleh kolonial Belanda dengan maksud untuk mengganggu masyarakat yang tinggal di sana. Karena masyarakat merasa tertindas dan mencoba melawan Belanda dengan pariuk (panci) yang dijadikan senjata untuk melawan Belanda tersebut. Dari cerita di atas nama tempat (daerah) Kampuang Pariuk ini termasuk ke dalam motif geografis dan nama benda yang terlihat dari cerita tersebut yaitu letak/posisinya di kampung dan pariuk merupakan benda untuk dijadikan senjata. Penutup Melalui penelitian ini dapat ditemukan 41 cerita dan dapat diklasifikasikan 15 buah motif cerita. Dari analisis yang dilakukan oleh peneliti terhadap 41 buah cerita asal-usul nama 15

tempat (daerah) yang terdapat di Pauh Kota Padang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat 15 motif dan klasifikasi cerita. Kelimabelas motif tersebut yaitu: berdasarkan usia daerah, nama tumbuhan, topogarfi, geografis, nama suku, gabungan geografis dan nama binatang, nama benda, Gabungan geografis dan legenda, tindakan masyarakat, gabungan nama tumbuhan dan topografi, gabungan geografis dan topografi, gabungan nama tumbuhan dan geografis, gabungan nama tumbuhan dan legenda, gabungan geografis dan tindakan masyarakat, dan gabungan geografis dan nama benda. 2. Dari 15 motif tersebut, ada 3 motif yang paling dominan yaitu motif geografis, nama suku, dan nama benda karena ketiga motif ini paling banyak daerahnya. Hal ini diperkuat oleh data geografis wilayah Pauh yang sebagian besar dikelilingi oleh bukitbukit dan beberapa anak sungai yang bertemu di sungai besar, jenis suku yang ada, dan nama benda yag dijadikan asal-usul nama tempat (daerah) bagi masyarakatnya. 3. Terdapat satu daerah (Piai) yang tidak diketahui lagi asal-usulnya secara umum. Baik dari pemuka masyarakat hingga masyarakat yang tinggal di daerah Piai tidak mengetahui pasti asal-usul tersebut. Hal ini dimungkinkan karena faktor rentang waktu yang sudah terlalu jauh antara generasi sebelumnya dengan generasi sekarang. Selain itu, faktor lisan sebagai bentuk atau media informasi yang khas dipakai di wilayah Minangkabau umumnya juga mempengaruhi. Faktor lisan ke lisan tersebut menurut Peneliti sangat rentan sehingga informasi terkait cerita, asal-usul sebuah daerah dapat berubah-ubah sesuai pemahaman orang yang menyampaikan atau hilang sama sekali seperti yang terjadi pada daerah Piai tersebut. DAFTAR PUSTAKA Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia : Ilmu Gosip, dongeng dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Dt. Rajo Mudo, Emral. 2012. Kekuasaan Portugis dan Aceh di Rantau Pesisir Barat.http://mozaikminang.wordpress.com/2012/01/27/kekuasaan-portugis-danaceh-di-rantau-pesisir-barat/ (akses pada 9 Oktober 2013 pukul 11.00 WIB).. 2007. Kota Padang Dalam Tinjauan Tradisi (Budaya Masyarakat Padang). Makalah ini disampaikan pada diskusi bertajuk Padang Sejarah dan Budayanya di Museum Adityawarman tanggal 8 16

November 2007. Endraswara, Suwardi. 2009. Metode Penelitian Folklor. Yogyakarta: Media Pressindo. Fauza, Rahmatul. 2007. Motif-Motif dan Klasifikasi Asal Usul Nama Tempat (Daerah) di Kecamatan Baso Kabupaten Agam (Skripsi). Padang: Universitas Andalas. 17