BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

BAB II LANDASAN TEORI

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

BAB II PEMBAHASAN. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan

BAB III LANDASAN TEORI

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

4.3 Sistem Pengendalian Motor

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET

APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK

MODUL PEMBELAJARAN PANEL KENDALI PROGRAM STUDI KEAHLIAN KOMPETENSI KEAHLIAN. : XII (Duabelas) Penyusun : SISWANTA, S.Pd NIP

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

BAB III DASAR TEORI.

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT

BAB III TEORI DASAR. 3.2.Sistem Distribusi.

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

Kegiatan Belajar 2 : Memahami cara mengoperasikan peralatan pengendali daya tengangan rendah

BAB II LANDASAN TEORI

CIRCUIT BREAKER (CB) ATAU PEMUTUS TENAGA LISTRIK (PMT)

Distribution of Electrical Energy. Presented by: Diko Harneldo Firman Budiyanto Rengga A. Prasetyo Yudith Irawan

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III. CIRCUIT BREAKER DAN FUSE (SEKERING)

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

BAB 6 SISTEM PENGAMAN RANGKAIAN KELISTRIKAN

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

BAB I. PRINSIP KERJA SISTEM KENDALI ELEKTROMAGNETIK Pada bab ini akan membahas prinsip kerja sistem pengendali elektromagnetik yang meliputi :

BAB III LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A

BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000

BAB II LANDASAN TEORI

MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK

Saklar Manual dalam Pengendalian Mesin

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

SISTEM PROTEKSI RELAY

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN MODUL SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK SEBAGAI ALAT PRAKTIKUM DI LABORATORIUM TEKNIK KONVERSI ENERGI

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAAN KABEL TANAH TERHADAP GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor

PERALATAN PEMUTUS DAYA YANG FUNGSI UTAMANYA MENCATAT DAN MEMUTUSKAN DAYA LISTRIK KE PERALATAN / BEBAN.

BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000

BAB II LANDASAN TEORI

Kegiatan Belajar 2: Menjelaskan Prinsip Kerja Sistem Kendali Relay Elektromagnetik

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

DASAR KONTROL ELEKTROMAGNETIK

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Dasar Insatalasi dan Distribusi Listrik Beberapa prinsip dasar distribusi harus menjadi pertimbangan dalam distribusi energi listrik. Prinsip-prinsip dasar ini sangan diperlukan pada kegiatan yang berhubungan dengan profesi baik itu untuk perancang, pemasang, maupun pengoprasian suatau instalasi tenaga listrik. Prinsip-prinsip itu meliputi a. Keamanan Aman secara elektik untuk makhluk hidup dan barang sekitar lainnya, suatu keamanan dalam sistem penyaluran tenaga listrik jika instalasi tersebut sesuai dengan pengaturan yang telah ditetapkan oleh badan standarisi. Untuk di Indonesia sendiri di tetapkan dalam Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). Untuk menjamin kemanan dari suatu instalasi diperlukan pemeriksaan dan pengawasan pada instalasi tersebut sebelum digunakan, maupun pemeriksaan rutin berkala pada instalasi yang sudah terpasang. b. Keandalan Adandal secara mekanik maupun elektrik. Sistem bekerja pada nilai nominal tanpa timbul kerusakan dan mempunyai ketepatan untuk menanggapi jika terjadi gangguan. c. Ekonomis Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga biaya keseluruhan instalasi tersebut dibuat seekonomis mungkin. Baik itu biaya pemasangan maupun biaya pemeliharaan. Selain itu juga dilihat dari segi pendistribusian daya harus diperhitungkan sedemikian rupa sehinga kerugian daya maupu tegangan didapat sekecil mungkin. d. Kemudahan Penyaluran daya listrik yang baik adalah mudah dalam pengoprasiannya. Kemudian ini akan sangat penting bagi seseorang yang tidak mengerti tentang sistem kelistrikan maupun bagi seorang operator itu 4

sendiri. Sehingga bila terjadi sebuah gangguan yang dapat mengganggu distribusi tenaga listrik dapat diatasi dengan mudah dan cepat. Kemudahan ini ditunjang dengan kesederhanaan dari sistem kelistrikan tersebut, karena dengan kesederhanaannya suatu rangkaian listrik maka akan memudahkan dalam pemeriksaan, perawatan, dan perbaikan. Suatu perlatan yang berhubungan dengan pengawatan akan diatur menurut operasinya. Pemeriksaan, pengawasan, pemeliharaan dan perbaikan harus mudah dalam pengoprasiannya. Kemudahan ini dapat ditunjang dengan adanya gambar wiring suatu instalasi listrik. e. Ketersediaan Sumber daya cadangan yang diperlukan pada suatu instalasi, baik itu instalasi tenaga maupun instalasi penerangan, sehingga apabila diperlukan penambahaan beban baru dapat dilakukan tanpa mengubah instalasi yang sudah ada. f. Pengaruh Lingkungan Pengaruh lingkungan sangat berpengaruh terhadap prinsip dasar instalasi listrik karena lingkungan sangat penting pengaruhnya dalam keadaan suatu instalasi, maka karena adanya pengaruh lingkungan. Agar suatu instalasi tersebut tidak rusak. Misalnya dalam suatu instalasi listrik di gedung yang penuh mesin dan panas maka disesuaikan pemakaian kabel dan komponen lainnya. 2.2 Penghantar Penghantar yang digunakan adalah berupa kabel atau rel (busbar) yang memiliki bermacam-macam jenisnya. Penghantar untuk instalasi lisrik telah diatur dalam PUIL 2000. Menurut PUIL 2000 pasal 7.1.1 Persyaratan umum penghantar, bahwa semua penghantar yang digunakan harus dibuat dari bahan yang memenuhi syarat, sesuai dengan tujuan penggunaannya, serta telah diperiksa dan diuji menurut standar penghantar yang dikeluarkan atau diakui oleh instansi yang berwenang. 5

2.2.1 Kabel Tegangan Rendah Dalam instalasi biasanya kabel tegangan rendah digunakan untuk menyalurkan daya atau digunakan untuk pengawatan sekunder dan untuk pengawatan kontrol. Kabel tegangan rendah untuk untuk menyalurkan daya ada yang mempunyai luas penampang konduktor 2,5 mm 2 (terbuat dari tembaga) sampai luas penampang 150 mm 2 (terbuat dari tembaga atau alumunium) dimana yang mempunyai penampang 2,5 mm 2 digunakan untuk keperluan lampu penerangan, sedangkan luas penampang diatas 10 mm 2 (terbuat dari tembaga) digunakan untuk motor-motor listrik. Kabel alumunium dengan penampang sampai 150 mm 2 umumnya digunakan sebagai kabel sisi tegangan rendah transformator pemakaian sendiri. Semua kabel penyalur daya, terutama yang melalui tempat terbuka, harus diperhitungkan terhadap tekanan mekanis dan bila perlu diletakan dalam saluran kabel (cable duct) atau dalam pipa. Hal ini perlu untuk memperkecil resiko kebakaran karena hubung singkat. Kabel tegangan rendah untuk pengawatan sekunder dan kontrol pada umumnya dipasang dalam panel yang terlindungi dan dalam saluran kabel, tidak melalui tempat terbuka. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka isolasi daya berbeda dengan isolasi kabel pengawatan sekunder maupun kabel kontrol. Dalam perkembangannya, isolasi kabel tegangan rendah dimulai dengan isolasi yang terbuat dari karet. Sekarang banyak digunakan karet buatan atau campuran karet alami dengan bahan kimia tertentu yang disebut isolasi tipe protodur. Untuk kabel daya harus ada lapisan penguat, terutama jika dipasang didalam rumah, lapisan penguat ini biasanya lapisan PVC (Poly Vinyl Chlorida) dan pelat baja. 2.2.2 Kabel Tegangan Tinggi Kabel tegangan tinggi (diatas 1 kv) yang umumnya dipasang dalam tanah, pada mulanya menggunakan isolasi kertas yang diresapi minyak (oil impregnated). Untuk tegangan diatas 70 kv, digunakan minyak bertekanan sebagai isolasi. 6

Dalam perkembangannya, banyak digunakan isolasi cross link polyethylene yang dalam praktek sering disebut isolasi XLPE. Kabel dengan isolasi XLPE sekarng telah bisa mencapai tegangan operasi 400 kv, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian kabel berisolasi XLPE adalah isolasi XLPE tidak tahan air dan matahari. Oleh karena itu, kabel berisolasi XLPE perlu dilapisi PVC yang kedap air sebagai perlindungan luarnya. Disamping itu, isolasi XLPE tidak tahan tegangan searah sebesar nilai nominal tegangan bolak balik. Dengan penggunaan kabel berisolasi XLPE, proses penyambungan kabel lebih mudah dibandingkan proses penyambungan kabel berisolasi kertas denagn resapan minyak maupun dengan kabel berisolasi minyak bertekanan. Teknik penyambungan kabel berisolasi XLPE ada 4 macam, yaitu: a. Teknik Molding kabel yang akan disambung secara mekanik dihubungkan terlebih dahulu dalam kotak sambung. Kemudian dua cairan calon isolasi dimasukan kedalam kotak sambung ini. Dua cairan ini setelah bercampur dalam kotak sambung akan mengeras menjadi isolasi. b. Teknik Premolded Isolasi yang akan dipasang dalam kotak sambung telah dicetak terlebih dahulu. Kemudian penyambungan konduktor kabel dilakukan dalam kotak sambung dengan menuruti alur yang telah dibuat oleh isolasi tersebut diatas. c. Teknik Panas-susut (heat shrik) Isolasi berupa bahan tipis dan fleksibel diselongsongkan pada konduktor kabel yang akan disambung. Selongsong isolasi ini kemudian dipanasi dan setelah selesai pemanasan akan menyusut lalu mencengkram konduktor kabel bersangkutan. Kemudian sambungan konduktorkabel ini diletakan dalam kotak sambungan yang kedap air dan kotak sambung ini berfungsi juga sebagai pelindung mekanis. d. Teknik Slip-on Konduktor kabel yang akan disambung dimasukan kedalam bahan isolasi yang berlubang sesuai dngan ukuran konduktor kabel, melalui proses slip-on dimasukan secara paksa sehingga terjadi sambungan yang kedap air. Kotak 7

sambungan berfungsi melindungi air, merendam sambungan, dan melindungi sambungan ini terhadap tekanan mekanis. 2.2.3 Jenis Kabel Dilihat dari fungsinya penghantar dibedakan menjadi: a. Kabel NYA Kabel jenis ini digunakan untuk instalasi rumah, biasanya ukuran yang sering digunakan 1,5 mm 2 dan 2,5 mm 2. Yang berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, dengan kode warna ada yang merah, kuning, biru dan hitam. Lapisan isolasinya hanya satu lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air karena merupakan tipe kabel udara. Sehingga untuk kemanan sebaiknya kabel ini dipasang di dalam pipa atau saluran tertutup. Gambar 2.1konstruksi kabel NYA b. Kabel NYM Kabel NYM hanya direkomendasikan untuk instalasi tetap didalam bangunan, penempatannya biasa diluar/ didalam tembok ataupun didalam pipa (conduit). Kabel NYM berinti lebih dari satu, memiliki isolasi PVC, biasanya berwarna putih atau abu-abu, ada yang beriniti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat kemanannya lebih baik dari pada kabel NYA. kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam. 8

Gambar 2.2 konstruksi kabel NYM c. Kabel NYY Kabel NYY adalah kabel instalasi yang memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel ini dirancang khusus untuk kabel instalasi tetap didalam tanah, dan memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM. Meskipun demikian kabel ini harus diberikan perlindungan khusus seperti duct, pipa PVC atau pipa besi. Instalasi bisa ditempatkan didalam dan diluar ruangan, dalam kondisi lembab atau kering. Gambar 2.3 konstruksi kabel NYY d. Kabel NYF Kabel NYF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar tembaga serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel yang memerlukan fleksibilitas yang tinggi. Kabel jenis ini sangat cocok untuk tempat yang memiliki belokan-belokan tajam. Digunakan pada lingkungan yang kering dan tidak dalam kondisi yang lembab/basah atau terkena cuaca secara langsung. 9

Gambar 2.4 konstruksi kabel NYF e. Kable NYFGbY Kabel NYFGbY ini digunakan untuk instalasi bawah tanah, di dalam ruangan didalam saluran-saluran dan pada tempat yang terbuka dimana perlindungan terhadap gangguan mekanis dibutuhkan, atau tekanan rentangan yang tinggi selama dipasang dan dioperasikan. Gambar 2.5 konstruksi kabel NYGbY f. Kabel NYCY Kabel ini dirancang untuk jaringan listrik dengan penghantar konsentris dalam tanah, dalam ruangan, saluran kabel dan alam terbuka. Kabel protodur dengan dua lapis pelindung pita CU kabel. Instalasi ini dapat ditempatkan diluar atau didalam ruangan, baik pada kondisi lembab maupun kering. 10

Gambar 2.6 konstruksi kabel NYCY g. Kabel BC Kabel BC merupakan kabel telanjang terbuat dari tembaga padat bulat yang dipilin/ stranded, disatukan. Biasanya memiliki ukuran 6-500 mm 2 dengan tegangan kerja sampai 500 Volt. Biasanya digunakan untuk sauran diatas tanah dan penghantar pentanahan. Gambar 2.7 konstruksi kabel BC h. Kabel AAAC Kabel ini terbuat dari alumunium-magnesium-silicon campuran logam, keterhantaran elektris tinggi yang berisi magnesium silicida, untuk memberi sifat yang lebih baik, kabel ini biasanya dibuat panduan alumunium 6201. AAAC mempunyai suatu anti karat dan kekuatan yang baik, sehingga memilili daya hantar yang lebih baik. 11

Gambar 2.8 konstruksi kabel AAAC i. Kabel ACSR Kabel ACSR merupakan kawat penghantar yang terdiri dari alumunium berinti kawat baja. Kabel ini digunakan untuk saluran-saluran transmisin tegnagn tinggi, dimana jarak antara tiang berjauhan mencapai ratusan meter, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu digunakan penghantar ACSR. Gambar 2.9 kontruksi kabel ACSR j. Kabel ACAR Kabel acar yaitu kawat penghantar yang diperkuat dengan logam campuran, sehingga ini lebih kuat daripada kabel ACSR. Gambar 2.10 konstruksi kabel ACAR 12

2.2.4 Kode Pengenal Penghantar Kode pengenal Penghantar berfungsi untuk memudahkan dalam istalasi listrik juga untuk mendapatkan kesatuan pengertian mengenai suatau warna atau simbol suatu penghantar dan guna untuk keseragaman dan mempertinggi keamanan. Sebagai pengenal untuk inti atau rel digunakan warna, lambang, atau huruf seperti pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Pengenal Inti atau Rel Pengenal No Inti atau Rel Dengan huruf Dengan lambang Dengan warna 1 Instalasi arus bolak-balik: Fase satu L1/R Merah Fase sua L2/S Kuning Fase tiga L3/T Hitam Netral N Biru 2 Instalasi Perlengkapan listrik : Fase satu U/X Merah Fase sua V/Y Kuning Fase tiga W/Z Hitam 3 Instalasi arus searah Positif L + + Tidak ditetapkan Negatif L - _ Tidak ditetapkan Kawat tengah M Biru 4 Penghantar netral N Biru 5 Penghantar pembumian Loreng hijau PE kuning 2.2.5 Pengaruh Temperatur Ruangan pada Penghantar Jika temperatur kabel diatas atau dibawah 30 0 C, kelonggaran harus dibuat dalam setiap keadaan ini. Jika temperatur kabel diatas 30 0 C maka akan menghambat arus yang mengalir. Sebaliknya, untuk menguranginya temperatur ukuran kabel dapat diperbesar. 13

2.3 Pentanahan dan Tahanan pentanahan Dalam sebuah instalasi listrik ada empat bagian yang harus ditanahkan atau sering juga disebut dibumikan, yaitu: a. semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan dengan mudah dapat disentuh manusia. Hal ini perlu agar potensial dari logam yang mudah disentuh manusia selalu sama dengan potensial tanah (bumi) tempat manusia berpijak sehingga tidak berbahaya bagi manusia yang menyentuhnya. b. bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari lighting arrester. Hal ini diperlukan agar lighting arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu membuang muatan listrik yang diterima dari petir ke tanah (bumi) dengan lancar. c. kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini sesungguhnya juga berfungsi sebagai lightning arrester. Karena letaknya yang ada di sepanjang saluran transmisi, maka semua kaki tiang harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat disalurkan ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran transmisi. d. titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini diperlukan dalam kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang menyangkut gangguan hubung tanah. Dalam prakteknyam diinginkan agar tahanan pentanahan dari titik-titik pentanahan tersebut diatas tidak melebihi 4 ohm. Secara teoritis, tahanan dari tanah atau bumi adalah nol karena luas penampang bumi tak terhingga. Tetapi kenyataannya tidak demikian, artinya tahanan pentanahan nilainya tidak nol. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya tahanan kontak antara alat pentanahan dengan tanah dimana alat tersebut dipasang dalam tanah. Tahanan pentanahan selain dihasilkan oleh tahanan kontak juga disebabkan oleh tahanan sambunganantara alat pentanahan dengan kawat penghubungnya. Unsur lain yang menjadi bagian dari tahanan pentanahan adalah 14

tahanan dari tanah yang ada disekitar alat pentanahan yang menghambat saluran muatan listrik (arus listrik) yang keluar dari alat pentanahan tersebut. Arus listrik yang keluar dari pentanahan ini menghadapi bagian-bagian tanah yang berbeda tahanan jenisnya. Untuk jenis tanah yang sama, tahanan jenisnya dipengaruhi oleh kedalamannya. Makin dalam letaknya, umumnya makin kecil tahan jenisnya, karena komposisi makin padat dan umumnya juga lebih basah. Oleh karena itu, dalam memasang batang pentanahan, makin dalam pemasangannya akan makin baik hasilnya dalam arti akan didapat tahanan pentanahan yang makin rendah. 2.4 Proteksi Proteksi beban lebih atau arus lebih dimaksudkan untuk melindungi motor dan perlengkapan kendali motor terhadap pemanasan berlebihan sebagai akibat beban lebih atau sebagai akibat motor tak dapat diasut. Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor beroperasi bila bertahan cukup lama, akan mengakibatkan kerusakan atau pemanasan yang berbahaya pada motor tersebut. 2.4.1 Sekring Sekring sering disebut dengan pengaman lebur atau fuse, fungsi sekring adalah mengamankan peralatan atau instalasi listrik dari gangguan hubung singkat. Dalam pemasangannya sekering dihubungkan pada hantaran fasa yang tidak diketanahkan pada hantaran fasa yang tidak diketanahkan (R, S, T). Pengaman lebur ini mempunyai karakteristik pemutus lebih cepat dari MCB, pengaman ini hanya dapat dipakai satu kali dan tidak bisa dioperasikan kembali. Berdasarkan cara pemutusannya, sekering dibagi menjadi dua macam yaitu sekering patron lebur dan sekering otomatis. Sekering sebagai pengaman lebur berfungsi untuk mengamankan instalasi dari gangguan hubung singkat. Jika suatu sekering dilewati arus diatas arus kerjanya, maka pada waktu tertentu sekering tersebut akan lebur (putus). Besarnya arus yang dapat meleburkan suatu sekering dalam waktu 4 jam dibagi arus kerja disebut faktor peleburan berkisar 1 hingga 1,5. 15

Hubungan antara arus dan waktu putus berbanding terbalik, artinya bila arus yang melalui patron lebur makin bsar maka waktu pemutusan semakin singkat seperti terlihat pada gambar 2.4, sehingga patron lebur ini merupakan gawai proteksi arus lebih (GPAL) dengan karakteristik waktu terbalik (invers). Arus penguat sebuah pengaman lebur tidak sama dengan arus yang menyebabkan pengaman putus. Sebuah proteksi harus dapat dibebani arus nominalnya secara kontinyu tanpa batas waktu. Arus nominalnya kira-kira 70% dari batas arus maksimalnya (Ig). Kalau dibebani dengan batas ini terus menerus lama kelamaan pengaman akan putus. Gambar 2.11 Konstruksi sekring t I Gambar 2.12 Karakteristik sekring 2.4.2 MCB (Mini Circuit Breaker) MCB merupakan pengaman otomatis untuk memutuskan sirkit secara otomatis apabila arus melebihi setting dari MCB tersebut. Pengaman otomatis 16

dapat langsung dioperasikan kembali setelah pemutusan (trip) akibat adanya gangguan arus hubung singkat dan beban lebih. Spesifikasi MCB pada umumnya dibagi dalam 3 parameter operasi yang trdiri atas : a. Ue (tegangan kerja), spesifikasi standar MCB digambarkan sebagai berikut Ie = Ue = 230 V dan 400 V b. Ie (arus kerja), spesifikasi standar MCB digambarkan sebagai berikut: Ie = 2A 100 A c. Icn (kapasitas arus pemutus), spesifikasi standar MCB digambarkan sebagai berikut : Icn = 4.5 ka 25 ka Gambar 2.13 MCB 1 fasa, 2 fasa dan 3 fasa Cara kerja MCB a. Thermis, prinsipkerjanya berdasarkan pada pemuaian atau pemutusan dua jenis logam yang koefisiennya jenis berbeda. Kedua jenis logam tersebut dilas jadi satu keping (bimetal) dan dihubungkan dengan kawat arus. Jika arus yang melalui bimetal tersebut melebihi arus nominal yang diperkenankan maka bimetal tersebut akan melengkung dan memutuskan aliran listrik. b. Magnetik, prinsip kerjanya adalah memanfaatkan arus hubung singkat yang cukup besar untuk menarik sakelar mekanik dengan prinsip induksi elektomagnetis. Semakin besar arus hubung singkat, maka semakin besar gaya yang menggerakan sakelar tersebut sehingga lebih cepat memutuskan rangkaian listrik dan gangguan operasi akan kembali ke posisi off. Busur 17

api yang terjadi masuk kedalam ruangan yang berbentuk plat-plat, tempat busur api dipisahkan, didinginkan dan dipadamkan dengan cepat. 2.4.3 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) MCCB adalah alat pengaman yang berfungsi sebagai pengaman terhadap arus hubung singkat dan arus beban lebih. MCCB memiliki ratting arus yang relatif tinggi dan dapat disetting sesuai kebutuhan, konstruksi MCCB dapat dilihat pada gambar 2.13 spesifikasi MCCBpada umumnya dibagi dalam 3 parameter operasi yang terdiri atas : a. Ue (tegangan Kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut : Ue = 250 V dan ^90 V b. Ie (Arus kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut : Ie = 40A 1600A c. Icn (kapasitas arus pemutusan), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut : 16kA 200kA. Gambar 2.14 Konstruksi MCCB 2.4.4 ACB (Air Circuit Breaker) ACB adalah alat pengaman yang berfungsi sebagai pengaman terhadap arus hubung singkat dan arus beban lebih menggunakan sistem tenaga udara. ACB memiliki arus yang relatif tinggi dan dapat di setting sesuai kebutuhan, konstruksi ACB dpat dilihat pada gambar 2.6 spesifikasi ACB pada umumnya dibagi dalam 3 parameter operasi yang terdiri dari : 18

a. Ue (tegangan Kerja), spesifikasi standar ACB digambarkan sebagai berikut : Ue = 50 V dan 690 V b. Ie (Arus kerja), spesifikasi standar ACB digambarkan sebagai berikut : Ie = 800A 6300A c. Icn (kapasitas arus pemutusan), spesifikasi standar ACB digambarkan sebagai berikut : 65kA 200kA. Gambar 2.15 Konstruksi ACB 2.4.5 Accessories Circuit Breaker Material bantu sebagai kelengkapan Circuit Breaker diantaranya: a. MN/UVR/UVT (under Voltage Release). Prinsip kerjanya bila UVT diisi tegangan maka coil akan bekerja menarik togle mekaniknya, sehingga ACB/MCCB bisa bekerja secara normal close (ON)/ open (OFF) tanpa ada hambatan. Bila tegangan dilepas maka togle mekanik akan kembali normal melepas togle dan menekan/ mengunci sistem mekanik pada ACB sehingga ACB akan trip (bila posisi sebelumnya ON) atau akan mengunci sistem mekanik ACB/MCCB sehingga tidak bisa dioperasikan ON/OFF baik secara auto atau manual bila UVT terpasang. b. XF ( closing Release), sisitem operasi ini bila diisi tegangan maka coil akan bekerja menekan/ mendorong togle mekanik ACB sehingga ACB akan close (ON), setelah ACB/MCCB ON/ close maka closing release harus dilepas tegangannya agar togle kembali diposisi semula dan tidak mengunci sistem OFF/ open, ini biasanya dilakukan dengan cara menginterlock salah satu cable control yang menuju coil melalui Auxiliary Contact yang tersedia (NC) 19

sehingga sewaktu ACB sudah close/ ON, sistem coil terputus dan XF tidak bekerja lagi. c. MX = Shunt Trip, sistem kerja persis sama dengan XF, biasanya barangnya juga sama/ satu macam. Hanya sedikit perbedaannya adalah terletak pada fungsi dan letak pemasangan. Fungsi MX adalah untuk membuka ACB, pada saat diisi tegangan, coil akan mendorog togle mekanik yang menekan sistem mekanik Off pada ACB sehingga ACB/ MCCB akan OFF/ open. Pemasangan biasanya paralel dengan tombol mekanik OFF pada ACB. Karena sistem kerja hanya sesaat maka wiring cable harus dilewatkan dahulu melalui auxiuliary Contact NO (Normaly Open). d. OF/ SD = Auxiliary Contact, sistem operasi hanya berupa switch ON/OFF NO (Normally Open), NC (Normally Close) dan C (Common/ basis). Pada prinsipnya sama dengan OF/SD, hanya saja auxiliary jenis ini hanya akan bekerja/ posisi switch berubah akibat terjadinya over load/ over current/ fault lainnya. Fungsi auxiliary ini adalah untuk memberikan proteksi tambahan agar bila terjadi fault semacamnya maka motor ACB/ MCCB, MN, MX, XF akan secara automatis tidak dapat difungsikan kecuali di reset secara manual atau melalui Remote Reset. e. MCH, Gear Motor/ Motor Mechanism, sistem operasi ini berupa sistem mekanik dan motor yang berfungsi untuk menyiapkan spring mekanik dalam keadaan siap untuk dioperasikan ON (close) atau OFF (open). Biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas pemutuis tegangan bila kondisi motor sudah selesai tugasnya, maka motor tidak akan bekerja lagi. Fasilitas lain yang tersedia adalah biasanya motor MCCB/ ACB setelah melakukan reset/ energize, maka motor akan berhenti sendiri, tetapi kadang-kadang dilengkapi dengan fasilitas tambahan NO, sehingga apabila motor selesai energize maka akan keluar tegangan. (Aux NO) yang bisa dimanfaatkan lagi untuk Closing/ Open. 20

2.4.6 TOLR (Thermal Over Load Relay) TOLR adalah suatu pengaman beban lebih atau proteksi beban lebih dimaksudkan untuk melindungi motor dan perlengkapan kendali motor, terhadap pemanasan berlebihsebagai akibat beban lebih atau sebagai akibat motor tak dapat diasut. Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor berjalan bila bertahan cukup lama akan mengakibatkan atau pemanasan yang berbahasya pada motor tersebut. TOLR memiliki rating yang berbeda-beda tergantung dari kebutuhan biasanya tiap-tiap TOLR batas retingnya dapat diatur, untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.7 pada prinsipnya TOLR terdiri atas 2 buah macam logam yang berbeda tingkat pemuaian yang berbeda pula. Kedua logam tersebut diletakan menjadi satu yang disebut bimetal. Apabila bimetal tersebut dipanasi maka akan membengkak karena aperbedaan tingkatan pemuaian kedua logamnya. Bimetal tersebut diletakan didekat sebuah elemen pemanas yang dilalui oleh arus menuju beban ujung yang satu dipasang tetap sedangkan yang lainnya dipasang bebas bergerak dan membengkok dan dapat membukakan kontak-kontaknya dengan demikian rangkaian beban atau motor akan terputus. Besarnya arus yang diperlukan untuk mengerjakan bimetal sebanding dengan besarnya arus yang diperlukan untuk membuat alat pengaman terputus. Di dalam penggunaannya sesuai dengan PUIL 2000 pasal 5.5.4.3 bahwa gawai proteksi beban lebih yang digunakan tidak boleh mempunyai nilai pengenal, atau di setel pada nilai yang lebih tinggi dari yang diperlukan untuk pengasut motor saat beban penuh. Oleh karena itu, waktu tunda gawai proteksi beban lebih tersebut tidak boleh lebih lama dari waktu yang diperlukan untuk memungkinkan motor diasut dan dipercepat pada beban penuh. Gambar 2.16 Konstruksi TOLR 21

2.4.7 Kontaktor Kontaktor adalah gawai elektromagnetik yang dapat berfungsi sebagai penyambung dan pemutus rangkaian yang dapat dikendalikan dari jarak jauh, pergerakan kontak-kontaknya terjadi karena adanya gaya elektromagnet. Kontaktor adalah saklar yang bekerja berdasarkan kemagnetan, artinya bekerja bila ada gaya kemagnetan. Magnet berfungsi sebagai penarik dan pelepas kontaktor. Arus kerja normal adalah arus yang mengalir selama pemutaran tidak terjadi. Kumparan/ atau belitan magnet (coil) suatu kontaktor magnet dirancang untuk arus searah (DC) saja atau arus bolak-balik (AC) saja. Sedangkan menurut kerjanya, kontak-kontak dibedakan menjadi dua yaitu Normaly Open (NO) dan Normaly Close (NC). Gambar 2.17 Konstruksi kontaktor 22