TINDAK TUTUR PEMBERIAN ULOS PADA UPACARA KEMATIAN NCAYUR NTUA ADAT BATAK PAKAPAK. Oleh Formanty Padang Drs. James Silalahi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

Wacana Merbayopada upacara perkawinan Batak Pakpak: kajian tindak tutur. Oleh Flora Sinamo Hendra K Pulungan, S.Sos, M.I.

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat disebut kerja, yang pertama disebut Kerja Baik yaitu upacara adat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai suku yang tersebar dari sabang sampai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I. diperhitungkan berdasarkan garis keturunan laki-laki, artinya laki-lakilah yang. menjadi patokan dalam penghitungan garis keturunan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. perasaanya. Sebagai masyarakat yang berinteraksi mereka mempunyai penilaian

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia. untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

TEKS PIDATO SOEKARNO TENTANG LAHIRNYA PANCASILA TINJAUAN PRGAMATIK

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

ARTIKEL. Oleh Rini Saroza Nim Medann 16 Februarr20l6 Menyetujui: Dosen Pembimbing Skripsi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

Transkripsi:

26

27 TINDAK TUTUR PEMBERIAN ULOS PADA UPACARA KEMATIAN NCAYUR NTUA ADAT BATAK PAKAPAK Oleh Formanty Padang Drs. James Silalahi Penelitian ini membahas tentang tindak tutur yang digunakan dalam Pemberian Ulos Pada Upacara Kematian Ncayur Ntua Adat Batak Batak Pakpak, bertujuan untuk mengetahui apa saja jenis tindak tutur yang digunakan pada upacara Kematian Adat Batak Pakpak dan maknanya. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini ialah Perkatakata dalam upacara Kematian Adat BatakPakpak. Adapun kajian yang digunakan adalah kajian Tindak tutur dalam Pragmatik. Sebagai teori yang membahas bagaimana konteks mempengaruhi penafsiran kalimatdari hasil perolehan data ditemukan 29 Tuturan ilokusi, dalam acara kematian Ncayur Ntua Adat Batak Pakpak yang paling dominan adalah tindak tutur Asertif/representative sebanyak 12 tuturan (41.37%), selanjutnya tindak tutur Ekspresif sebanyak 4 tuturan (13.79%), tindak tutur direktif sebanyak 7 tuturan (24.13%), tindak tutur deklaratif sebanyak 2 tuturan (6.89%). dan yang terakhir tindak tutur komisif sebanyak 4 tuturan, (13.79%). Kata Kunci: Tindak tutur, Pemberian Ulos, Kematian Ncayur Ntua PENDAHULUAN Masyarakat Batak Pakpak merupakan salah satu sub-etnis dari masyarakat Batak Toba, Simalungun, Karo, dan Mandailing. Salah satu yang menjadi cirri pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis. Ahimsa (dalam Sobur, 2001:23) mengemukakan,bahasa merupakan bagian dari budaya, hubungan antara kebudayaan dan bahasa saling mempengaruhi, bahasa mempengaruhi kebudayaan atau sebaliknya kebudayaan mempengaruhi bahasa. Bahasa Batak Pakpak merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih digunakan oleh masyarakat pendukungnya dalam kehidupan berinteraksi sehari-hari.namun bahasa ini dapat dikatakan sebagai bahasa pertama dalam komunikasi social dari berbagai lapisan masyarakat Batak Pakpak.Komunikasi dengan menggunakan bahasa merupakan pemahaman dan

28 pemberian respon yang kita berikan dapat berupa kalimat perintah, berita, pertanyaan, dan jawaban. Masyarakat Batak Pakpak mengenal dua jenis upacara adat (disebut kerja), yang pertama disebut kerja baik berhubungan dengan pesta sukacita, misalnya pesta perkawinan, pesta kelahiran anak, panen, dan lainnya.upacara yang kedua merupakan dari kebalikannya, disebut kerja njahat yang berhubungan dengan dukacita tepatnya pesta atau upacara kematian.kedua upacara tersebut tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Batak Pakpak. Dalam tradisi upacara kematian dalam Batak Pakpak orang yang mati akan mengalami perlakuan khusus, terangkum dalam sebuah upacara adat kematian. Upacara adat kematian tersebut diklasifikasikan berdasarkan usia dan status yang meninggal dunia. Dapat dikatakan kematian Ncayur Tua ( meninggal sudah tua) apabila semua anak sudah berumah tangga dan tidak ada lagi hutang piutang kepada kula-kulanya, dan juga sudah mempunyai cucu dan cicit. Kematian adalah gerbang menuju alam spiritual yang akan dilalui oleh manusia. Bagi etnis Batak Pakpak untuk menghormati leluhurnya mereka mengadakan upacara mulai dari prosesi kematian hingga pasca penguburan. Untuk menghindari atau meredamnya cara pengobatan penyakit atau prosesi kematian biasanya dilakukan dengan berbagai upacara sesuai dengan klasifikasi orang yang meninggal. Upacara adalah keyakinan atau rangkaian yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, satu kegiatan pesta tradisional yang diatur menurut tata dan adab atau hukum di masyarakat dalam rangka memperingati peristiwa-peristiwa atau lain-lain dengan ketentuan adat yang bersangkutan Menurut Koenjaraningrat (1987) menyatakan bahwa upacara adalah sistem aktivitas atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa tetapi yang biasa terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan. Kematian adalah salah satu masa peralihan yang dianggap penting oleh masyarakat.masa peralihan ini selalu dilaksanakan melalui suatu upacara yaitu

29 upacara kematian. Seperti yang diungkapkan oleh Koenjaraningrat (1993:46) bahwa dalam adat istiadat semua suku bangsa di Indonesia, ada serangkaian ritus dan upacara, yang berkaitan dengan peristiwa seperti hamil tua, kelahiran, pemberian nama, perkawinan dan kematian. Dalam tradisi upacara kematian dalam Batak Pakpak orang yang mati akan mengalami perlakuan khusus, terangkum dalam sebuah upacara adat kematian. Upacara adat kematian tersebut diklasifikasikan berdasarkan usia dan status yang meninggal dunia. Dapat dikatakan kematian Ncayur ntua ( meninggal sudah tua) apabila semua anak sudah berumah tangga dan tidak ada lagi hutang piutang kepada kula-kulanya, dan juga sudah mempunyai cucu dan cicit. Pesta Adat orang meninggal dan tingkatannya : Meninggal lanjut usia (mate ncayur ntua), meninggal dunia anaknya masih remaja disebut mate ntua, meninggal dalam usia muda (lajang/gadis) dalam bahasa pakpak disebut Mate cender atau bunga-bunga cipako, meninggal pada saat anak-anak disebut Bura-bura Koning, meninggal saat bayi. Biasanya kuburan tidak diijinkan jauh dari rumah (dibawah tetesan hujan) dalam bahasa pakpak disebut I teruh pas pasan, meninggal tanpa ada keturunan disebut mate Mpusa (Tompet), meninggal hanya meninggalkan anak anak perempuan saja disebut Mpono, meninggal sesudah tukar cincin laki-laki maupun perempuan disebut Mbalu menatap, meninggal sudah berumah tangga tapi belum ada anaknya disebut Mate Ntalpek. Upacara adat kematian Ncayur ntua bagi masyarakat Batak Pakpak tidak terlepas dari pemberian ulos. Menurut sejarahnya, ulos adalah sebuah tanda yang bisa mengayomi dan memberikan kehangatan bagi pemakainya.tetapi dalam hal ini, ulos diartikan sebgai sebuah sarana pelindung yang mampu memberikan perlindungan, kasih sayang oleh si pemberi kepada si penerima ulos.saat pemberian ulos tersebut, maksud dan tujuan si pemberi memberikan ulos tersebut terucapkan. Tindak tutur pemberian ulos pada acara kematian Ncayur ntua adat Batak Pakpak tidak terlepas dari maksud yang hendak disampaikan oleh pengarang

30 kepada pendengar (penyimak).dalam menelaah tindak tutur harus benar-benar disadari betapa pentingnya konteks ucapan atau ungkapan.teori tindak tutur adalah bagian dari pragmatik, dan pragmatik itu sendiri merupakan bagian dari performasi linguistik. Jalannya upacara dipandu oleh perkata kata.seorang perkata-kata ditentukan sebelum acara upacara dimulai.seorang perkata-kata harus memiliki beberapa kriteria, yang pertama adalah pandai berbicara dan berwawasan luas, kedua mengenal secara keseluruhan aspek kehidupan Batak Pakpak (sejarah, hukum, adat, budaya).adapun yang menjadi tugas seorang perkata-kata ialah memandu jalannya acara upacara kematian ncayur tua.perkata-kata inilah yang bertugas menyampaikan atau bertutur dalam bahasa Pakpak berupa petuah atau wejengan kepada peserta pesta sepanjang pesta kerja njahat berlangsung. Percakapan dianggap satu komunikasi yang wajar apabila pembicara dan pendengar saling memahami topik pembicaraan, dalam kenyataannya tidak semua percakapan berjalan lancar seperti yang dikehendaki karena terkadang suatu pertanyaan tidak ditanggapi wajar oleh pendengar. Percakapan yang dilakukan sehari-hari baik formal maupun informal mengikuti aturan yang sudah disepakati oleh kedua pihak pembicara dan pendengar untuk mencapai satu tujuan.percakapan pada hakikatnya tindak bahasa lisan antara dua orang partisipan atau lebih. Petuah yang disampaikan perkata-kata lewat tindak tutur kepada seluruh peserta acara upacara kematian tidak semua maksudnya ditanggapi maknanya sesuai maksud dari perkata-kata tersebut, sehingga tidak jarang terjadi kesalahpahaman. Tindak tutur perkata-kata yang terjadi dalam pesta ncayur tua menunjukan rasa hormat sesama perkata-kata, sehingga dapat dijaga kesopanan kekerabatan, karena terkait oleh struktur sosial dalam adat istiadat Batak Pakpak. Struktur social yang dikenal dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Pakpak disebut dengan sangkp nggeluh atau dalihan natolu dalam Batak Toba, yaitu kula-kula, dengan sibelltek dan berru, yang disebut kula-kula ialah pihak perempuan, sedangkan Berru pihak laki-laki dimana Berru harus tunduk pada kula-kula, dan Dangan

31 Sibeltek ialah keluarga masing-masing. Sehingga sangatlah penting tindak tutur dalam hal apapun terkhusus ketika upacara besar atau sakral. Tindak tutur dalam hal ini masuk dalam wacana lisan, Pragmatik mengkaji maksud yang secara tersurat maupun tersirat sesuai dengan konteks pembicaraan, Pragmatik focus pada bagaimana penutur atau penulis menggunakan pengetahuan mereka untuk menyatakan suatu makna kepada pendengar sehingga komunikasi berjalan wajar. Menurut Leech (1983:19) Pragmatik sangat berhubungan erat dengan tindak tutur bahasa, karena pragmatic menelaah makna dengan kaitannya terhadap kontek atau disebut situasi tuturan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis memilih pesta kerja njahat Kematian Ncayur Ntua Adat Batak Pakpak sebagai objek penelitian, mengingat dalam upacara kematian ncayur tua salah satu pesta terbesar bagi masyarakat Pakpak yang memiliki nilai dan makna bagi masyarakat Pakpak, masih dipertahankan dan menggunakan bahasa Batak Pakpak sebagai bahasa utama. Penulis merasa tertarik untuk meneliti ini karena pernah mengikuti acara Kematian Ncayur Ntua di lingkungan sekitarnya, dan ingin mengetahui bagaimana sebenarnya adat Pakpak itu sendiri serta ingin melestarikan budaya Adat Batak Pakpak. Searle mengemukakan bahwa secara pragmatik ada tiga jenis tindak bahasa yang dapat diwujudkan seorang penutur yaitu (1) tindak lokusi (2 ) tindak ilokusi (3) tindak perlokusi. Pragmatik mengkaji unsur makna ujaran yang tidak dapat dijelaskan melalui referensi langsung pada pengungkapan ujaran, pragmatik mengkaji studi interaksi antara pengetahuan kebahasaan dan dasar pengetahuan tentang dunia pendengar /pembaca, melibatkan keseluruhan pengetahuan dan keyakinan akan konteks. Melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu, sebuah tuturan selain berfungsi mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan melakukan sesuatu (Searle 1969).Konteks merupakan hal yang sangat penting dalam bahasa, untuk menentukan fungsi, makna jenis suatu tuturan. Konteks dan pragmatik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, Jika membicarakan pragmatik kita juga harus membicarakan konteks atau sebaliknya juga. Pragmatik harus mengkaji bahasa dan konteks secara bersamaan

32 guna memahamai makna secara utuh dalam sebuah percakapan, konteks sangat penting dalam kajian pragmatik (leech 1983:13). METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatifdeskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berlangsung secarasimultan dengan kegiatan menganalisis data berupa ucapan atau tulisan, atau perilaku dari subjek sendiri. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini memvideokan dan wawancara, video yang diperoleh digunakan untuk mengetahui setiap tuturan yang ada dalam upacara Kematian Ncayur Ntua adat Batak Pakpak, wawancara dilakukan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam setiap tuturan yang ada, wawancara dilakukan dengan perkata-kata dalam pesta tersebut yang memahami adat istiadat Batak Pakpak Menurut Arikunto (2005:88) sumber data merupakan benda, hal, orang atau tempat peneliti, mengamati, membaca, atau bertanya tentang data. Bertolak pada pengeertian tersebut maka sumber data dalam penelitian ini yaitu, Perkatakata dalam upacra kematian ncayur ntua suku pakpak khusus pada upacara adatnya. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian bahwa ketiga jenis tindak tutur menurut Searle, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi, hanya ditemukan jenis tindak tutur Ilokusi yaitu Asertif, Ekspresif, Direktif, Deklaratif, Komisif. sama seperti yang dikemukakan Searle bahwa tindak tutur berfokus pada tindak tutur Ilokusi. Peneliti membaginya dalam tiga kategori yaitu tindak tutur dari pihak kula-kula puang pengamaki, kula-kula puang benna,dan kula-kula pemuatan berru. 1) Tindak Tutur Refrensentatif (Asertif) a. Tindak Tutur ilokusi Refrensentatif (Asertif) Memberkati

33 Tindak tutur Refrensentatif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya. Tindak tutur Asertif sering juga disebut dengan tindak tutur Refrensentatif.Tindak tutur jenis ini berupa tuturan yang menyatakan, menuntut, mengakui, menunjukkan, melaporkan, memberikan kesaksian dan menyebutkan. Tuturan (1) : Roh kami gancih ni tangis nami mi namberu en, sodip nami mi Tuhan i petading namberu en, merandal mo aremben acara nta, soh mi cuaca bagak mo nemuken asa berjalan lancar acara nta na lako peberkat ken namberu enda. (Kami datang pada acara meninggalnya nambru ini,dan kami berdoa semoga acara kita berjalan lancar dan cuaca pun ikut mendukung dalam acara mengantarkan nambru ini). Konteks : Disampaikan oleh Puang Pengamaki, bahwa mereka datang dan ikut turut berduka cita atas meninggalnya orang tua dan berdoa semoga acara lancar. b. Tindak Tutur Asertif Menjelaskan Tuturan (2): Jadi kula-kula nami puang pengamaki karna nggo sakat oles tatakenken nami mendahi ke, lot deng ngo acara tatak nde tapi beli soh mo lebe tatak oles mi puang benna. (kepada kula- kula kami puang pengamaki, karna sudah kami serahkan oles tadi, masih adanya acara kalian setelah oles ke puang benna kami serahkan). Konteks : penutur menjelaskan kepada kula-kula puang pengamaki bahwa acara mereka belum selesai. Tuturan (3) : En mo pedemen mu namberu sai memasu-masu mo tendimu mi karina pinemparmu ( ini lah tempat tidur mu namberu belagan (sejenis anyaman berupa tikar kecil yang bisa dibawa ke adat pesta, roh dan jiwa mu lah yang melindungi semua keturunanmu) Konteks : Dituturkan sambil mebentangkan belagan (tikar) dibawah yang meninggal untuk alasnya di peti. 2) Tindak Tutur Ekspresif Tindak tutur ekspresif berfungsi untuk menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan yang berupa mengucapkan

34 terimakasih, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, menyalahkan dan mengkritik. a. Tindak Tutur Ekspresif Menyanjung Tuturan (4) : Merbenna ngo nasa silot I dunia en, merbenna simerandal, merbenna simende, karina sinasa ulanta sidarien. ( semua yang ada di dunia ini pasti ada permulaannya, berawal dari yang baik dan berawal dari bagus dan semua yang ada dalam acara kita hari ini) Konteks : Kata pujian atau ucapan syukur yang dituturkan saat acara adat berlangsung dengan baik. Tindak tutur yang memuji atau mengucap syukur yang dituturkan karena merasa senang atas jalannya peseta berlangsung dengan baik, bagus dan tidak ada halangan dan menghasilkan yang baik pula dikemudian hari. 3) Tindak Tutur Deklaratif Tindak tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, dengan membenarkan tuturan sebelumnya, Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal status, keadaan dan sebagainya yang baru. Tuturan yang termasuk dalam jenis ini adalah tuturan dengan maksud mengesankan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengabulkan, mengizinkan, menggolongkan, mengangkat, mengampuni dan memaafkan. a. Tindak tutur Deklaratif menyatakan Tuturan (4) : Mula kita merdengan sibeltek, sada kula-kula, sada berru, ucangucang baka ndilo tangka-tangka marga tumangger, kalak sibeltek sada utang sada ido dekker sada ulaen. (kita semua yang bersaudara harus sama-sama merasakan yang susah dan senangnya) Konteks : Tuturan Puang Pengamaki saat menasihati sukut yang sedang melangsungkan kerja njahat. Pada tuturan di atas puang pengamaki meminta kepada mereka yang merdengan sibeltek agar satu hutang satu ido dalam adat, artinya adalah apa yang

35 kita peroleh dari dengan Sibeltek Si Sada Utang Ido, maka itu pula lah yang dapat kita berikan padanya. 4) Tindak Tutur Direktif Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Bentuk dari tindak tutur ini berupa tuturan yang meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, memohon, menantang dan memberi aba-aba. a. Tindak Tutur Direktif Meminta Tuturan (5): Gancih sora genderang imo music, mla najolokin glarna memasuki mi batang mo orang tua name en, bain kemo si sangkar roh I ( ganti suara genderang, kalau jaman dahulu namanya untuk memasukkan orang tua ke peti, music yang sering di putar adalah musik si sangkarroh i). Konteks : Puang Pengamaki meminta musik Sisangkar Roh I ( nama musik pakpak) di putar. Tuturan tersebut dari pihak puang pengamaki agar tukang keyboard memutar musik Pakpak Si Sangkar Roh I ( musik pakpak yang biasa digunakan saat memasukkan mayat kedalam peti) saat mereka mau memasukkan mayat orang tua ke dalam petinya. Tuturan (6) : Jadi asa tumatak ma kami nalako memere pasu-pasu, bainke musik na merdemu misi. (kami mau menari untuk memberikan pasu-pasu kepada mereka, meminta music yang biasa di pakai ketika kula-kula memasu-masu). Konteks : Setelah Puang pengamaki memasukkan Mayat orang tua, mereka ingin memasu-masu keluarga yang ditinggalkan. Tindak tutur meminta dalam tuturan diatas terlihat pada bainke musik na merdemu misi Puang Pengamaki meminta agara di putarkan musik yang cocok ketika mereka memberikan pasu-pasu kepada sukut ( keluarga yang berduka).

36 Tuturan (7) : Karna nggo situbennai gendang mula-mula, naing I pesakat kami mo oles tataken kami mi kula-kula nami puang pengamaki, bain ke music na merdemu misi. (karena suda diawali dengan gendang mula-mula, kami mau memberikan oles kepada kula-kula kami puang pegamaki, buat kalian dulu gendang memasu-masu ). Konteks: Meminta musik yang cocok ketika sukut ingin memeberikan oles kepada kula-kula puang pengamaki. 5) Tindak Tutur Komisif Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya, bentuk tuturannya bersumpah, berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan, menawarkan sesuatu. a. Tindak Tutur Komisif Memesan Tuturan (8) : Sada mo ukur nde, sada taki mo ndene asa saut krina ulaen en soh sidung nan. ( satu lah hati kalian, satu pendapat supaya lancar semua acara ini sampai selesai) Konteks : Dituturkan Puang Pengamaki kepada sukut supaya mereka kompak saat acara berlangsung Tuturan (9) : Sada mo ukurta na lako memasukkan bangke ni turang en mi rumahrumah na. ( kita harus sependapat untuk memasukkan Turang ini kedalam rumah-rumahnya (peti). Konteks : Tuturan Puang Pengamaki kepada sukut ketika memasukkan mayat ke dalam peti. Dalam tindak tutur tersebut yang termasuk tuturan memesan ialah sada mo ukur ndene, sada taki ndene asa saut krina ulaen en soh sidung nan dan tuturan kedua Sada mo ukurta nalako memasukkan bangke ni turang en mi rumah-rumah na penutur memesankan agar sukut sependapat dalam mengatur acara pada saat itu juga dan agar tidak terjadi perubahan terhadap kesepakatan Adat dan kesalahpahaman antara mereka.

37 10 PEMBAHASAN PENELITIAN 1. Jenis Tindak Tutur yang digunakan Jenis tindak tutur yang terdapat dalam penelitian ini hanyalah jenis tindak tutur Ilokusi, sesuai yang dikemukakan oleh Searle bahwa kajian Tindak tutur berfokus pada tindak tutur Ilokusi, yaitu Asertif/representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Peneliti membagia tiga bagian yaitu yang pertama tindak tutur dari pihak puang pengamaki (turang dari marga istri), Tindak tutur yang kedua yaitu dari pihak Laki-laki Puang Benna. Tindak tutur yang ketiga yaitu dari pihak kula-kula pemuatan berru. Tindak tutur Asertif penutur dalam hal ini menggunakan tuturan untuk menjelaskan segala kewajiban Adat baik dari pihak kula-kula puang pengamaki, puang benna,dan pemuatan berru. Tujuan dari tuturan ini menjelaskan agar setiap yang hadir mengetahui dan memahami maksud penutur sesuai dengan konteks. Contoh salah satu data Asertif : En mo pedemen mu namberu sai memasu-masu mo tendimu mi karina pinemparmu (ini lah tempat tidur mu namberu belagan (sejenis anyaman berupa tikar kecil yang bisa dibawa ke adat pesta, roh dan jiwa mu lah yang melindungi semua keturunanmu). Tuturan tersebut merupakan tindak tutur asertif menjelaskan. Tuturan tersebut disampaikan oleh kula-kula puang pengamaki pada saat memberikan belagan (tikar) untuk dibentangkan dibawah orang yang meninggal sebagai alas nya. Tuturan ini melibatkan pihak kula-kula puang pengamaki. Tuturan ini dinyatakan jenis tindak tutur asertif berupa pernyataan berisi pernyataan bahwa kula-kula pihak puang pengamaki datang untuk menunjukan bahwa mereka masih ada untuk mengasihi pihak sukut. Tuturan ini disampaikan pada saat pembentangan tikar dibawah orang yang meninggal. 2. Tindak tutur yang dominan Jenis tuturan yang diucapkan dalam kematian Ncayur Ntua adat Batak Pakpak didasari pada status social dalam system adat istiadat Batak., tindak tutur

38 yang paling dominan dalam acara kematian ncayur ntua adat batak pakpak adalah Asertif/Representatif sampai mencapai 12 tuturan, dalam acara pemberian ulos pada upacara kematian ncayur ntua adat batak pakpak yang dituturkan oleh kulakula dengan bermaksud memberkati, menjelaskan tanggung jawab mereka dan apa maksud tuturan itu. Dan yang paling sedikit tuturannya terdapat dalam jenis tindak tutur deklaratif yang terdiri dari 2 tuturan, yang menjelaskan maksud tuturan mereka ketika memberikan ulos pada yang melangsungkan pesta selanjutnya tindak tutur Ekspresif sebanyak 4 tuturan, tindak tutur direktif sebanyak 7 tuturan, dan yang terakhir tindak tutur komisif sebanyak 4 tuturan.

39 PENUTUP Berdasarkan hasil analisis tindak tutur yang terdapat dalam acara kematian ncayur ntua adat Batak Pakpak berdasarkan kajian Tindak tutur dalam subdisiplin ilmu Pragmatik, maka tidak ditemukan tindak tutur lokusi dan perlokusi tetapi hanya tindak tutur Ilokusi menurut teori Searle yaitu Asertif, Direktif, Deklaratif, Komisifdan Ekspresif. Berdasrkan temuan tindak tutur yang memiliki makna tersirat telah terjawab oleh kajian pragmatik, Dari hasil perolehan data ditemukan 29 tuturan ilokusi, dalam acara kematian ncayur ntua adat batak pakpak yang paling dominan adalah tindak tutur Asertif/representatif sebanyak 12 tuturan (41,37%), selanjutnya tindak tutur Ekspresif sebanyak 4 tuturan (13,79%), tindak tutur direktif sebanyak 7 tuturan (24,13%), tindak tutur deklaratif sebanyak 2 tuturan (6,89%). dan yang terakhir tindak tutur komisif sebanyak 4 tuturan, (13,79%). DAFTAR PUSTAKA Austin. 1962. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa Bandung. Berutu, Lister & Nurbani Padang. 2006. Pertuturan Pakpak: Istilah Adat Sopan Santun Kekerabatan Pada Masyarakat Pakpak. Salak: PT. Grasindo Monoratama. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa Bandung. Maibang. 2012. Hatoren Adat Pakpak Terenget Kalak Ncayur Ntua Dekket Mengkurak Tulan. Medan: Penerbit Mitra. Manik, Mansehat. 2010. Kerja Njahat Mate Ncayur Tua Dekket Kerja Mende Merbayo Sinima-nima. Medan: Penerbit Mitra. 39