BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani,

BAB II LANDASAN TEORI. makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap bahwa motivasi utama pada

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

BAB II LANDASAN TEORI. Logoterapi ditemukan dan dikembangkan oleh Victor E. Frankl, seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Makna Hidup Pada Orang Ateis. mempunyai arti: a.) sesuatu yang dimaksudkan atau diharapkan, b.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan permasalahan pokok pada negara-negara berkembang. Ketiga masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. murid-murid dengan baik dan hasilnya tidak mengecewakan. Diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, dengan kelebihan akal manusia dapat memiliki potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong seseorang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. mengenai Gambaran Makna Hidup Penyandang Cacat Fisik Muscular

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. Makna hidup (the meaning of life) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah

MAKNA HIDUP GURU ROUDATUL ATHFAL (RA) NURUL HUDA CENGKOK NGANJUK ASMA UL BADI AH ( )

BAB I PENDAHULUAN. dipersepsikan oleh sebagian masyarakat, dimana penyandang tunanetra dianggap,

MAKNA HIDUP. Nama : Chitra Perdana S. NPM :

Hubungan Berfikir Positif dengan Makna Hidup pada Pasien Penyakit Kanker di RSUD dr. Pirngadi Medan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya adalah aktif, punya tujuan serta harga diri (Sarwono, 2002). Pada manusia

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Makna Hidup. diraih. Makna hidup ini bila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di

BAB II LANDASAN TEORI

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut

BAB II LANDASAN TEORI. Logoterapi memiliki tiga asas utama (Bastaman, 2007), yaitu: penderitaan dan kepedihan sekalipun.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih

BAB I PENDAHULUAN. bernama kematian. Semua manusia pada akhirnya akan mati, dan seringkali tidak

Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Keberadaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang

PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP PENYANDANG CACAT FISIK

BAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan salah satu kajian dalam psikologi positif.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari paksaan fisik, orang yang tidak dirampas hak-haknya, orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. the purpose in life. Bila hal ini berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Narapidana. KBBI, narapidana adalah orang hukuaman atau terhukum, atau seseoranmg yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Sejarah Singkat Viktor Emil Frankl. neurology dan psikiater Austria serta korban Holocaust yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebermaknaan Hidup. yang dianggap sanggat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidupnya, tetapi perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. sanksi sosial dari masyarakat, misalnya diasingkan dalam pergaulan sosial.

PENDAHULUAN Pelacuran diartikan sebagai bentuk penyerahan diri seorang wanita kepada banyak laki-laki dalam berhubungan seksual dengan pembayaran tert

BAB V PENUTUP. Penelitian yang bejudul Konsep Diri Pada Penderita Tumor Jinak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang besar pada setiap wanita yang normal, juga pada kedua orang

BAB V PENUTUP. kepada pihak-pihak terkait dengan penemuan makna hidup pasien gagal ginjal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. MAKNA HIDUP A.I. Definisi Makna Hidup Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli penyaki saraf dan jiwa yang landasan teorinya disebut logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna (meaning) atau rohani (spiritually), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara umum mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia selain dimensi jiwa dan raga, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningfull life) yang didambakan (Sahakian dalam Bastaman, 1972). Makna hidup adalah hal-hal yang dipandang penting, dirasakan berharga dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan hidup (Bastaman, 1996). Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini berarti dan biasanya individu yang menemukan dan mengembangkannya akan terhindar dari keputusasaan (Bastaman, 1996). Makna hidup dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri, baik dalam keadaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, keadaan bahagia, dan penderitaan. Bila hasrat ini dapat

dipenuhi maka kehidupan akan dirasakan berguna, berharga dan berarti (meaningfull) akan dialami. Sebaliknya bila hasrat ini tidak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan tidak bermakna (meaningless), hampa dan tidak berguna (Bastaman, 2007) Makna hidup merupakan bagian dari kenyataan hidup yang dapat dijumpai di dalam setiap kehidupan. Oleh karena itu, makna hidup dapat berubah-ubah sewaktu-waktu. Makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapapun, tetapi hanya dapat dipenuhi jika dicari dan ditemukan oleh diri sendiri (Frankl, 1984). Individu dalam mencapai makna hidupnya harus menunjukkan tindakan dari komitmen yang muncul dalam dirinya. Melalui komitmen tersebut seseorang akan menjawab tantangan yang ada dan memberikan sesuatu kepada hidup individu yang mencarinya (Koeswara, 1992). Berdasarkan beberapa pengertian makna hidup, maka dapat disimpulkan bahwa makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta diyakini benar dan memberikan nilai khusus bagi diri sehingga menjadikannya sebagai tujuan hidup yang apabila dapat dipenuhi, maka kehidupan akan terasa bermakna, namun jika tidak terpenuhi, maka kehidupan akan terasa tidak bermakna.

A.II. Karakteristik Makna Hidup Menurut Bastaman (1996), untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai makna hidup perlu diungkapkan mengenai karakteristik makna hidup, yaitu: 1) Unik dan Personal Bagi seseorang sesuatu yang dianggap berarti belum tentu juga berarti bagi orang lain. Bahkan sesuatu dianggap penting dan berarti bagi seseorang pada saat ini, belum tentu sama pentingnya di waktu yang lain. Dalam hal ini, makna hidup seseorang dan apa yang bermakna bagi dirinya biasanya bersifat khusus, berbeda dengan orang lain dan mungkin dapat berubah setiap waktu. 2) Spesifik dan Konkrit Makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari. Makna hidup tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuantujuan idealistis, prestasi-prestasi akademis yang tinggi, atau hasil-hasil renungan filosofis yang kreatif. 3) Memberi Pedoman dan Arah Makna hidup sifatnya memberikan pedoman dan arah terhadap kegiatankegiatan yang dilakukan sehingga makna hidup seakan-akan menantang dan mengundang seseorang untuk memenuhinya. Jika makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, maka seseorang akan terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya. Selain itu juga akan

membuat kegiatan-kegiatan yang dilakukan seseorang menjadi lebih terarah. A.III. Sumber-Sumber Makna Hidup Menurut Frankl (1984), nilai-nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna hidupnya, antara lain: a. Nilai-nilai kreatif (Creative Values) Merupakan salah satu dari cara yang dikemukakan oleh logoterapi dalam memberikan arti bagi kehidupan yaitu dengan melihat apa yang dapat diberikan bagi kehidupan ini (what we give to life). Melalui tindakan-tindakan kreatif dan menciptakan suatu karya seni, menekuni suatu pekerjaan dan meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya (Frankl dalam Bastaman 2007). Tingkah laku konkrit: Pemahaman Diri artinya individu mengenali beberapa aspek kepribadian dan corak kehidupannya, yaitu mengenali keunggulan dan kelemahan pribadi serta kondisi lingkungannya, menyadari keinginan masa kecil, masa muda dan sekarang serta memahami kebutuhan yang mendasari keinginankeinginan tersebut, merumuskan dengan jelas dan nyata hal-hal yang diinginkan untuk masa yang akan datang serta menyusun rencana yang realistis untuk mencapainya.

b. Nilai-nilai penghayatan (Experiental Values) Cara kedua adalah dengan melihat apa yang dapat kita ambil dari dunia ini (what we take from the world). Dengan mengalami sesuatu, melalui kebaikan, kebenaran dan keindahan, dengan menikmati alam dan budaya atau dengan mengenal manusia lain dengan segala keunikannya. Selain itu cinta kasih dapat menjadikan seseorang menghayati perasaan berarti dalam kehidupannya. Dengan mencintai dan merasa dicintai seseorang akan merasakan hidupnya penuh dengn pengalaman hidup yang membahagiakan (Frankl, dalam Bastaman 2007). Tingkah laku konkrit: Pengakraban hubungan artinya membina hubungan yang akrab dengan orang tertentu seperti anggota keluarga, teman ataupun rekan kerja. Hal ini penting sebab dalam hubungan pribadi yang akrab seseorang merasa benar-benar dibutuhkan dan membutuhkan orang lain, dicintai dan mencintai orang lain tanpa mementingkan diri sendiri. Seseorang akan merasa dirinya berharga dan bermakna, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Tingkah laku konkrit lain: Ibadah artinya menjalankan ibadah secara khidmat agar menimbulkan perasaan tenteram, mantap dan tabah, serta menimbulkan perasaan seakan-akan mendapat bimbingan dalam melakukan tindakan-tindakan penting dan berguna dalam mencapai hidup yang bermakna.

c. Nilai-nilai bersikap (Attitudinal Values) Cara ketiga adalah sikap yang diambil untuk tetap bertahan terhadap penderitaan yang tidak dapat dihindari (the attitude we take toward unavoidable suffering), Yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi. Dalam hal ini yang diubah bukan keadaan namun sikap yang dapat diambil dalam menghadapi keadaan itu. Tingkah laku konkrit: Bertindak Positif artinya menekankan pada tindakan nyata yang mencerminkan pikiran dan sikap yang baik dan positif. Memilih tindakan nyata yang benar-benar dapat dilakukan secara wajar tanpa terlalu memaksakan diri, waktu yang digunakan fleksibel dari yang berlangsung selama beberapa detik hingga jangka panjang yang berkesinambungan, citra diri yang akan dicapai benarbenar diinginkan dan realistis, memperhatikan reaksi-reaksi spontan dari lingkungan terhadap usaha untuk bertindak positif, dan ada kemungkinan untuk bertindak positif pada awalnya dirasakan sebagai tindakan berpura-pura namun jika dilakukan secara konsisten, serius dan dihayati akan menjadi kebiasaan. A.IV. Aspek-aspek Makna Hidup Frankl (Bastaman, 1996) menyebutkan tiga aspek dari kebermaknaan hidup yang saling terkait satu sama lainnya, yaitu:

Kebebasan berkehendak Kebebasan yang dimaksud tidak bersifat mutlak dan tidak terbatas. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk menentukan sikap terhadap kondisi biologis, psikologis, sosiokultural dan kesejarahannya, namun harus diimbangi dengan tanggung jawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangan. Kualitas diatas menunjukkan bahwa manusia adalah individu yang dapat mengambil jarak dari kondisi dari luar dirinya (sosiokultural dan kesejarahannya) dan kondisi yang datang dari dalam dirinya (biologis dan psikologis). Kehendak hidup bermakna Kehendak untuk hidup bermakna merupakan keinginan manusia untuk menjadi orang yang berguna dan berharga bagi dirinya, keluarga, dan lingkungan sekitarnya yang mampu memotivasi manusia untuk bekerja, berkarya dan melakukan kegiatan-kegiatan penting lainnya agar hidupnya berharga dan dihayati secara bermakna, hingga akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan dalam menjalani kehidupan Makna hidup Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapapun, melainkan harus dicari dan ditemukan sendiri. Dalam makna hidup terkandung pula tujuan hidup, yaitu hal-hal yang ingin dicapai dan dipenuhi dalam hidup.

A.V. Tahapan Pencapaian Makna Hidup Proses keberhasilan seseorang dalam mencapai makna hidup adalah urutan pengalaman dan tahap-tahap kegiatan seseorang dalam mengubah penghayatan hidup tak bermakna menjadi bermakna. Proses keberhasilan merupakan suatu konstruksi teoritis dimana realitasnya tidak mungkin mengikuti suatu urutan tertentu secara tepat. Bastaman (1996) menguraikan tahapan dalam penemuan makna hidup berdasarkan urutannya, yaitu: a. Tahap derita (peristiwa tragis, penghayatan tanpa makna) Individu merasakan emosi negatif dan menghayati hidup tidak bermakna, karena mengalami peristiwa tragis atau kondisi hidup yang tidak menyenangkan dalam hidup. a. Tahap penerimaan diri (pemahaman diri, pengubahan sikap) Muncul kesadaran dalam diri untuk mengubah kondisi diri menjadi lebih baik lagi. Munculnya kesadaran diri ini disebabkan banyak hal, misalnya perenungan diri, konsultasi dengan para ahli, mendapat pandangan dari seseorang, hasil doa dan ibadah, belajar dari pengalaman orang lain atau peristiwa-peristiwa tertentu yang secara dramatis mengubah hidupnya selama ini. b. Tahap penemuan makna hidup (penemuan makna dan penentuan tujuan hidup) Menyadari adanya nilai-nilai berharga atau hal-hal yang sangat penting dalam hidup, yang kemudian ditetapkan sebagai tujuan hidup.

Hal-hal yang dianggap penting dan berharga itu mungkin saja berupa nilai-nilai kreatif, seperti berkarya, nilai-nilai penghayatan seperti penghayatan keindahan, keimanan, keyakinan dan nilai-nilai bersikap yakni menentukan sikap yang tepat dalam menghadapi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut. c. Tahap realisasi makna (keikatan diri, kegiatan terarah dan pemenuhan makna hidup) Semangat hidup dan gairah kerja meningkat, kemudian secara sadar membuat komitmen diri untuk melakukan berbagai kegiatan nyata yang lebih terarah. Kegiatan ini biasanya berupa pengembangan bakat, kemampuan dan keterampilan. d. Tahap kehidupan bermakna (penghayatan bermakna, kebahagiaan) Pada tahap ini timbul perubahan kondisi hidup yang lebih baik dan mengembangkan penghayatan hidup bermakna dengan kebahagiaan sebagai hasil sampingnya. A.VI. Komponen yang mempengaruhi Keberhasilan Meraih Hidup Bermakna Menurut Bastaman (1996) ada beberapa komponen / kualitas diri yang diperlukan individu untuk meraih hidup bermakna, yaitu: 1. Pemahaman Pribadi Pemahaman pribadi pada dasarnya membantu memperluas dan mendalami beberapa aspek kepribadian dan corak kehidupan seseorang.

Misalnya seperti mengenali keunggulan dan kelemahan pribadi serta kondisi lingkungannya, menyadari keinginan masa kecil, masa muda dan sekarang serta memahami kebutuhan yang mendasari keinginan-keinginan tersebut, merumuskan dengan jelas dan nyata hal-hal yang diinginkan untuk masa yang akan datang serta menyusun rencana yang realistis untuk mencapainya. Dalam hal pemahaman diri, konsep Locus of Control (Rotter dalam Schultz, 1954) dapat menjelaskan pemahaman pribadi seorang individu dalam memahami diri sendiri, kondisi lingkungan serta hal-hal yang mendasari keinginannya, yakni: Internal Locus of Control dan External Locus of Control. Individu yang memiliki Internal Locus of Control memahami bahwa dengan kemampuan dan usaha sendiri dia dapat mengubah hidupnya menjadi lebih baik atau lebih buruk, dengan demikian, dia memiliki kontrol penuh atas kehidupannya sendiri sehingga dapat menyusun rencana hidup yang nyata dan memiliki keyakinan dapat mencapainya. Berbeda dengan individu yang memiliki External Locus of Control, mereka yang tidak yakin dengan kemampuan sendiri dan memahami bahwa hidup mereka ditentukan oleh nasib, hal-hal baik yang terjadi karena kebetulan atau bantuan orang lain, hal-hal buruk karena memang nasib dan takdir mereka sehingga mereka cenderung takut dan ragu untuk berubah karena tidak memiliki kontrol atas hidupnya sendiri.

2. Bertindak Positif Tindakan positif menekankan pada tindakan nyata yang mencerminkan pikiran dan sikap yang baik dan positif. Untuk menerapkan metode bertindak positif, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu memilih tindakan nyata yang benar-benar dapat dilakukan secara wajar tanpa terlalu memaksakan diri, waktu yang digunakan fleksibel dari yang berlangsung selama beberapa detik hingga jangka panjang yang berkesinambungan, citra diri yang akan dicapai benar-benar diinginkan dan realistis, memperhatikan reaksi-reaksi spontan dari lingkungan terhadap usaha untuk bertindak positif, dan ada kemungkinan untuk bertindak positif pada awalnya dirasakan sebagai tindakan berpura-pura namun jika dilakukan secara konsisten, serius dan dihayati akan menjadi kebiasaan. Dalam hal bertindak positif haruslah diawali dengan adanya sikap yang positif pada hal yang positif sehingga kecenderungan individu untuk bertindak positif semakin besar dan kuat. Hal ini dapat dijelaskan melalui konsep social learning, yang terdiri dari behavior potential, expectancy, reinforcement value, dan psychological situation (Rotter dalam Schultz, 1954). Ke-4 konsep di atas berhubungan satu sama lain sehingga membuat seseorang bertindak positif atau negatif. Expectancy berperan sebagai harapan dan keinginan individu, reinforcement value berperan dalam hal bobot nilai yang akan diperoleh jika harapan dan keinginan tersebut terpenuhi, dan psychological situation yang dialami individu pada saat itu

sehingga menentukan behavior potential individu untuk mewujudkan harapannya atau menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang diawali dengan changing attitude. Changing attitude yang positif dan internal akan mengarahkan perilaku ke hal-hal yang positif dan mengarah pada pemenuhan tujuan, sedangkan changing attitude yang eksternal akan mengarahkan perilaku ke hal-hal di luar diri yang sifatnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tanpa berusaha untuk menghadapinya. 3. Pengakraban hubungan Pengakraban hubungan menganjurkan agar seseorang membina hubungan yang akrab dengan orang tertentu seperti anggota keluarga, teman ataupun rekan kerja. Hal ini penting sebab dalam hubungan pribadi yang akrab seseorang merasa benar-benar dibutuhkan dan membutuhkan orang lain, dicintai dan mencintai orang lain tanpa mementingkan diri sendiri. Seseorang akan merasa dirinya berharga dan bermakna, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Dalam hal pengakraban hubungan, konsep positive regard (Rogers dalam Schultz, 1995), terutama mengenai unconditional positive regard dan conditional positive regard. Individu yang memperoleh unconditional positive regard dari orang tua atau orangorang terdekat akan senantiasa merasa dibutuhkan dan dicintai dalam menjalankan segala aktivitas dan kegiatannya, namun individu yang memperoleh conditional positive regard dari orang tua akan senantiasa

berperilaku yang sesuai dan menghindari perilaku yang tidak sesuai agar memperoleh cinta dan kasih dari orang tua atau orang terdekatnya. 4. Pendalaman Tri-nilai Pendalaman Tri-nilai berarti nilai-nilai yang menjadi sumber makna hidup (creative value, experiential value, dan attitudinal value) yang dimiliki, dipahami dan dimengerti agar dapat menemukan makna hidup dan menetapkan tujuan hidup yang ingin diraih serta melakukan kegiatan yang mengarah kepada pemenuhan tujuan hidup. 5. Ibadah Beribadah berarti menjalankan ibadah secara khidmat agar menimbulkan perasaan tenteram, mantap dan tabah, serta menimbulkan perasaan seakan-akan mendapat bimbingan dalam melakukan tindakantindakan penting. A.VII. Hidup Bermakna Individu yang menghayati hidup bermakna menunjukkan corak kehidupan penuh semangat dan gairah hidup serta jauh dari perasaan hampa dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tujuan hidup, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek akan lebih jelas terlihat dan kegiatan individu tersebut akan menjadi terarah (Frankl dalam Bastaman 2007). Menurut Schultz (1991) kehidupan baru terasa bermakna dan mengandung suatu arti ketika berhadapan dengan situasi yang penuh dengan penderitaan. Individu yang berhasil

menghayati hidup bermakna akan menjalankan kehidupan sehari-hari dengan penuh gairah dan semangat serta jauh dari perasaan hampa, walaupun dalam situasi yang tidak menyenangkan atau dalam penderitaan (Budiraharjo, 1997). Frankl (Bastaman, 2005) mengemukakan bahwa orang yang menemukan kebermaknaan hidupnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Kehidupannya penuh semangat atau optimis 2) Memiliki tujuan hidup jelas yang berorientasi pada masa depan 3) Memiliki kebebasan memilih tindakan mereka 4) Bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya dan kontrol diri yang sadar 5) Kegiatan yang mereka lakukan lebih terarah 6) Tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya 7) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan 8) Luwes dalam bergaul tetapi tidak sampai terbawa-bawa atau kehilangan identitas diri 9) Dapat menemukan arti kehidupan yang cocok 10) Tabah apabila dihadapkan pada suatu penderitaan dan menyadari bahwa ada hikmah dibalik penderitaan 11) Komitmen terhadap pekerjaan 12) Mampu memberi dan menerima cinta 13) Mampu mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, nilai-nilai pengalaman atau nilai-nilai sikap.

B. Pekerja Seks Komersil B.I. Definisi Pelacur adalah seseorang yang melacur di dunia pelacuran (Koentjoro, 2004). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), pelacur adalah perempuan yang melacur. Istilah pelacur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) berkata dasar lacur yang berarti malang, celaka, gagal, sial atau tidak jadi. Pelacur menurut Pheterson (1996) mengacu kepada mereka yang secara terbuka menawarkan dan menyediakan seks, adalah sebuah status sosial yang telah terstigmasi dan bersifat kriminal. Selain pelacur, muncul istilah baru yakni Pekerja Seks Komersial (PSK) sebagaimana kerap dipakai oleh para pakar (Koentjoro, 2004). Istilah PSK ditolak oleh pemerintah, terutama berkenaan dengan statistik tenaga kerja. Dengan menggunakan PSK, berarti sama dengan memasukkan sektor pelacuran kedalam ruang lingkup lapangan pekerjaan yang sah, sehingga mereka harus didata dan dimasukkan kedalam statistik tenaga kerja (Wagner & Yatim, 1997). Selain pelacur dan PSK, kemudian berkembang istilah WTS (wanita tuna susila) karena menganggap bahwa perempuan yang melacurkan diri tidak menuruti aturan susila yang berlaku di masyarakat. Secara legal, pemerintah Indonesia mengeluarkan surat Keputusan Menteri Sosial No. 23/HUK/96 (dalam Koentjoro, 2004) yang menyebut pelacur dengan istilah WTS. Namun menurut Koentjoro (2004) upaya pemerintah saat itu sebenarnya tidak lain untuk melebihhaluskan istilah pelacur.

Secara lebih tegas, Koentjoro (2004) menolak istilah WTS atau PSK dan memilih untuk menggunakan pelacur. Hal ini disebabkan karena (1) arti pelacur baik secara denotatif maupun konotatif lebih lengkap dan lebih spesifik (2) istilah pekerja seks berlaku terlalu luas, tidak spesifik dan bermakna ganda (3) istilah pekerja seks dapat diartikan sebagai pengakuan bahwa melacur merupakan pekerjaan. Berdasarkan semua definisi diatas Koentjoro (2004) mengatakan bahwa seorang pelacur adalah seorang yang berjenis kelamin wanita/perempuan yang digunakan sebagai alat untuk memberi kepuasan seks kepada kaum laki-laki. Perempuan berperan sebagai budak dan dibayar oleh laki-laki atas jasa seks mereka. B.II. Alasan menjadi PSK Koentjoro (2004) mengatakan bahwa secara umum terdapat sembilan alasan yang paling mempengaruhi dalam menuntun seorang perempuan/wanita menjadi seorang pelacur, adalah: 1) Materialisme Materialism atau aspirasi untuk mengumpulkan kekayaan merupakan sebuah orientasi yang mengutamakan hal-hal fisik dalam kehidupan. Orang yang hidupnya berorientasi materi akan menjadikan banyaknya

jumlah uang yang bisa dikumpulkan dan kepemilikan materi yang dapat mereka miliki sebagai tolak ukur keberhasilan hidup. 2) Modelling Modelling adalah salah satu cara sosialisasi pelacuran yang mudah dilakukan dan efektif. Terdapat banyak pelacur yang telah berhasil mengumpulkan kekayaan di komunitas yang menghasilkan pelacur sehingga masyarakat dapat dengan mudah menemukan model. 3) Dukungan Orang tua; Support dari orang tua dan suami menggunakan anak perempuan/istri mereka sebagai sarana untuk mencapai aspirasi mereka akan materi. 4) Faktor ekonomi; keterdesakan dalam pemenuhan kebutuhan hidup seharihari mengakibatkan individu mencari segala cara untuk mendapatkan uang yang banyak dalam waktu singkat agar dapat bertahan hidup. 5) Pendapatan dan pendidikan rendah 6) Tidak memiliki keterampilan 7) Pengangguran 8) Kesenangan; memilih menjadi PSK adalah untuk mencari sensasi / kesenangan. Dengan kata lain, mencoba hal-hal yang ingin diketahui dan merasa ketagihan hingga timbul kesenangan dan kenikmatan. 9) Pelampiasan; yang dimaksud biasanya adalah rasa sakit hati terhadap pasangan dan melacurkan diri untuk mengobati rasa sakit tersebut.

C. PARADIGMA BERPIKIR KEHIDUPAN MANUSIA Freedom of Will Pilihan Hidup Pekerja Seks Komersil Tahap derita Emosi dan pikiran negatif: sedih, kesal, kecewa, cemas, takut, rasa bersalah, tertekan, menderita, stress, pikiran bunuh diri. Faktor Internal : (-) keterampilan, keinginan sendiri, mengobati luka hati Faktor Eksternal: Kesulitan memenuhi kebutuhan, pergaulan, masyarakat Internal Searching for meaning Eksternal Tahap Penerimaan Diri Pemahaman diri dan pengubahan sikap dari (-) => (+): muncul kesadaran untuk mengubah kondisi diri menjadi lebih baik Tahap penemuan makna Menyadari adanya hal-hal berharga atau penting yang ditetapkan sebagai tujuan hidup, seperti Creative value, Experiential value, and Attitudinal value Will to Meaning Tahap realisasi makna Kegiatan yang terarah, komitmen dan pemenuhan makna Pyramidal system: menetapkan satu nilai tertinggi yang ingin diwujudkan. Parallel system: memiliki beberapa alternatif nilai yang setara Tidak Terpenuhi Terpenuhi Hidup Tidak Bermakna Despair / Doubt Tahap Kehidupan Bermakna (Meaning of Life) Hidup Bermakna Happiness Keterangan Simbol : atau = menuju ke atau meraih = dipengaruhi oleh. = adanya peranan = dinamika yang tidak linear dan mungkin saja kembali ke tahap sebelumnya