PEMBINAAN GURU DALAM PENYUSUNAN KARYA TULIS SEBAGAI PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI PENDIDIK

dokumen-dokumen yang mirip
KOMPETENSI GURU. Kata kunci : kompetensi guru, peran kepala sekolah. A. Pendahuluan

KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKANNYA. Elfayetti 1

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU MELALUI LESSON STUDY

MAKALAH. Oleh: Muhammad Nursa ban 2 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

KOMPETENSI GURU DAN PERANAN KEPALA SEKOLAH. Inom Nasution 1 ABSTRAK

Mengembangkan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah

BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KONSEP DAN PRINSIP-PRINSIP LESSON STUDY

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

Organisasi Profesi. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Organisasi Profesi Keguruan. Afid Burhanuddin

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

MENUJU GURU YANG PROFESIONAL MELALUI LESSON STUDY A. LATAR BELAKANG

ANALISIS KORELASI MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU Oleh Dionisius Sihombing dan Mayor Sihombing

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam upaya membantu siswa untuk mencapai tujuan, maka guru harus

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: UPAYA PEMBINAAN KOMPETENSI GURU DAN CALON GURU

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya proses pembelajaran. Pendidikan nasional diarahkan untuk. masalah hidup, serta membentuk manusia kreatif dan inovatif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

PENYUSUNAN MODEL PTK *) (UNTUK MEMENUHI 12 POINT KENAIKAN PANGKAT KE IV-B)

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

ARAH PEMIKIRAN FILOSOFI, DAN URGENSI KARYA TULIS ILMIAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN. (Sutaryat Trisnamansyah, Prof., Dr.,M.A.)

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: KOMPETENSI PROFESI TENAGA PENDIDIK MELALUI KARYA ILMIAH DEMI MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. peraturan ini diterbitkan sebagai amanat dan tindak lanjut dari Undang-Undang

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

SEKILAS TENTANG LESSON STUDY

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU IPA MELALUI PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY DI SMAN 2 LEMBAR

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. internasional bukan lagi lokal atau nasional (Permadi, 2007). Untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan. meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

PEMETAAN PROFIL DAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA BENGKULU

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 ini Indonesia dihadapkan pada masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Fokus isu-isu strategis pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

IDEALISME KUALIFIKASI PENDIDIK DAN TANTANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MATA PELAJARAN IPA BERBASIS MGMP SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya. manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

LESSON STUDY MENUMBUHKAN MASYARAKAT PEMBELAJAR PESERTA MGMP MATEMATIKA DI WILAYAH JATINANGOR DAN CIMANGGUNG. Oleh : Entit Puspita 1

GURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd.

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUA N. pernah tuntas dimanapun, termasuk di Negara yang sudah maju sekalipun.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

PROGRAM PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN CALON GURU. Wita Setianingsih Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. simpulan, implikasi dan saran dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pemahaman wawasan dan landasan kependidikan

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

Kepala Sekolah, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn

IMPLEMENTASI LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI DAN KARAKTER GURU MATEMATIKA KOTA METRO

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

Transkripsi:

Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut ISSN: 1907-932X PEMBINAAN GURU DALAM PENYUSUNAN KARYA TULIS SEBAGAI PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI PENDIDIK Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut Abstrak Pelatihan dan pengembangan profesi guru perlu dilakukan secara lebih komprehensif, dan berjenjang agar mampu melibatkan guru-guru sesuai dengan latar belakang pengalaman dan kemampuan yang dimiliki.pembentukan kelompok pengembangan yang beranggotakan guru-guru dan pemerhati pendidikan di sekolah, mampu menjadi sarana bagi perbaikan kualitas penyelenggaraan pembelajaran dikelas dan budaya ilmiah di sekolah. Hal ini amat memungkinkan terlebih apabila telah menjadi sebuah kebijakan. Pembelajaran bukanlah sesuatu yang by accident atau tiba-tiba terjadi, melainkan sebuah proses yang bersifat by design terencana, sistematis dan berkelanjutan. Melalui seorang guru, seorang siswa dibentuk dan diciptakan. Selanjutnya, yang kedua adalah adanya kurikulum bersama yang sederhana dan luwes. Kurikulum yang luwes dan sederhana akan memberikan ruang yang luas bagi kreatifitas guru dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut secara nyata di dalam kelas. Dukungan ketiga berasal dari guru dan pelaku pendidikan lainnya. Harus difahami bahwa guru adalah bagian dari komunitas belajar di sekolah (teachers are members of learning communities). Sebuah harapan untuk mengembalikan pendidikan sebagai sebuah kebutuhan yang dimiliki bersama oleh setiap komponen masyarakat, bukan hanya guru seorang. Model alternatif diharapkan pada gilirannya akan mampu memunculkan guru-guru yang kreatif dan inovatif yang akan membantu dan membekali siswanya dimasa mendatang. Kata Kunci : Pembinaan, Karya Ilmiah, Kompetensi dan Profesi 1 Pendahuluan Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya menuntut pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Ahmad Sudrajat (2007) mengemukakan bahwa educational change depends on what teachers do and think. Perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada what teachers do and think. atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru. Jika kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi guru saat ini agaknya masih beragam. Sudarwan Danim (dalam Sudrajat 2007) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. 10

Kondisi ini diperparah lagi dengan kurang optimalnya motivasi mengajar sebagian guru. Hal ini dikarenakan kesejahteraan yang rendah. Bila selama ini banyak pendapat menyatakan profesionalisme guru di Indonesia relatif rendah atau kurang memadai, hal itu merupakan akibat langsung dari rendahnya kesejahteraan guru. Jumlah guru yang kurang, kualitas yang rendah dan profesionalisme yang kurang memadai adalah kombinasi sempurna guna menghasilkan lulusan yang kurang cerdas. Realitas inilah yang terjadi di negara kita bertahun-tahun. Sebagai tindak lanjut Departemen Pendidikan Nasional menetapkan 4 (empat) hal sebagai prioritas strategis: 1) mengatur sistem manajemen pendidikan 2) meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan, 3) meningkatkan penyebaran dan penerapan pemerataan sehingga setiap orang berkesempatan untuk memperoleh pendidikan, 4) meningkatkan penguasaan dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi. Terdapat 3 (tiga) program utama untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan: 1) akreditasi dan persamaan gelar di universitas (standar kualifikasi guru), 2) seminar dan pelatihan bagi para guru di LPMP dan PPPG, 3) MGMP, Musyawarah Guru Mata Pembelajaran untuk mengembangkan profesi. Proses pelatihan dan pembinaan adalah serangkaian tahapan proses peningkatan kualitas kompetensi guru yang harus memiliki pola atau model yang lebih efektif. Model ini tidak hanya mampu secara bertahap mengarahkan peserta pelatihan pada fase kemandirian, tetapi yang terpenting adalah mendorong penyempurnaan kualitas pelatihan dan pembinaan itu sendiri ke arah yang lebih baik. Sehingga untuk dapat mencapai hal tersebut keberadaan model ini juga harus mampu merevitalisasi peran dan fungsi sekolah sebagai tempat untuk saling belajar, tumbuh dan berkembang. 2. Makna pelatihan sebagai proses peningkatan kompetensi guru Pelatihan-pelatihan secara umum adalah proses kegiatan yang diikuti oleh staf atau karyawan instansi yang bersangkutan. Pada umumnya mereka adalah "orang dewasa" yang telah mempunyai berbagai pengalaman baik dalam bidang pekerjaannya maupun pengalaman lain dan mempunyai latar belakang yang beragam. Pada umumnya peserta pelatihan telah memiliki "kematangan", "konsep diri" selain pengalaman. Sehingga berangkat dari fakta ini pelatihan dan pembinaan tidak lain merupakan pendidikan orang dewasa, oleh karena itu prinsip dan pola yang dikembangkan tentunya tidak boleh sama dengan pembelajaran siswa disekolah. Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education) dicetuskan oleh Malcolm Knowles yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" dengan istilah "Andragogi". Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno "aner", dengan akar kata andr- yang berarti laki-laki, bukan anak laki-laki atau orang dewasa, dan agogos yang berarti membimbing atau membina, istilah ini berbeda dengan pengertian "pedagogi". Pedagogi berasal dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin, sehingga secara harfiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Pengertian pedagogi yang berarti seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak jelas tidak tepat bagi penggunaan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan orang dewasa, karena mengandung makna yang bertentangan. Orang dewasa adalah individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, sehingga yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (learner centered training/teaching). Pelatihan dan pembinaan harus bersifat memfasilitasi atau memandu sebagai proses yang www.journal.uniga.ac.id 11

Jurnal Pendidikan Universitas Garut dirancang untuk membantu kelompok mampu melaksanakan fungsinya lebih efektif dengan jalan menghimpun ketrampilan-ketrampilan kepemimpinan dan potensi dari seluruh anggota. Sebagai amanah dari UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang- Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pelatihan dan pembinaan merupakan proses peningkatan kualitas kompetensi guru yang bertujuan tidak lain untuk mengembangkan profesi itu sendiri. Dalam kaitan ini menurut Lewis (2002) ada 8 (delapan) prinsip pelatihan dalam peningkatan kompetensi guru, antara lain: eksperensial (praktek langsung), fokus pengembangan berasal dari guru, melibatkan pakar yang berasal dari dalam dan luar sekolah, kolaboratif, berpusat pada realitas, berkelanjutan, berdasarkan bukti, tidak berdiri sendiri. Oleh sebab itu peranan dan fungsi fasilitator adalah mendorong dan melibatkan seluruh peserta dalam proses interaksi belajar mandiri, yaitu proses belajar untuk memahami permasalahan nyata yang dihadapinya, memahami kebutuhan belajarnya sendiri, dapat merumuskan tujuan belajar, dan mendiagnosis kembali kebutuhan belajarnya sesuai dengan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu. Dengan begitu maka tugas dan peranan fasilitator bukanlah memaksakan program atau kurikulum dari atas, dari instansi, dari dinas, yang mereka buat di atas meja terlepas dari kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi. 2.1 Kompetensi Profesional Guru Apa yang dimaksud dengan kompetensi itu? Louise Moqvist (2003) mengemukakan bahwa competency has been defined in the light of actual circumstances relating to the individual and work. Sementara itu, dari Trainning Agency sebagaimana disampaikan Len Holmes (1992) menyebutkan bahwa : A competence is a description of something which a person who works in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action, behaviour or outcome which a person should be able to demonstrate. Dari kedua pendapat di atas kita dapat menarik benang merah bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu : 1. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c)pengembangan kurikulum/ silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang: (a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f) berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara berkelanjutan. 12 www.journal.uniga.ac.id

3. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk : (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. 4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. Di masa mendatang guru tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua maupun masyarakat. 3. Karya Tulis Ilmiah Sebagai Proses Peningkatan Kompetensi Guru Sebagaimana diatur dalam pasal 1 Undang-undang No. 14 Tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa seorang guru harus melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mampu meningkatkan kompetensi atau keahliannya sebagai pendidik. Hal inilah yang menyebabkan mengapa guru disebut oleh Supardi (guru besa UNNES) sebagai pejabat fungsional keahlian. Jabatan yang mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang keahliannya, untuk itu guru harus terus meningkatkan kemampuan profesinya. Guru harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam pasal 5 Kep. Men.PAN. Nomor 84/1993 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, diatur beberapa bidang kegiatan pengembangan profesi guru yang terdiri dari: 1. melakukan kegiatan karya tulis ilmiah/karya ilmiah di bidang pendidikan; 2. membuat alat pelajaran/peraga atau alat bimbingan 3. menciptakan karya seni 4. menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan 5. mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum Dari kelima kegiatan diatas penyusunan karya tulis ilmiah adalah satu-satunya kegiatan yang terbuka bagi setiap guru dengan biaya dan persyaratan yang lebih mudah. Sebab untuk kegiatan pengembangan profesi seperti pembuatan alat pelajaran/peraga atau alat bimbingan serta menciptakan karya seni baru dapat dilakukani (dinilai kelayakannya) apabila telah dicoba dan diseminarkan atau diselenggarakan sebuah pagelaran dengan menghadirkan tokoh penting sebagai legitimasi penilaian. Faktor-faktor yang menjadi penentu kelayakan perlu dikaji dengan teliti dan holistik. Karya tulis ilmiah dibidang pendidikan dibedakan 7 (tujuh) antara lain : www.journal.uniga.ac.id 13

Jurnal Pendidikan Universitas Garut 1. Karya (tulis) ilmiah hasil penelitian hasil penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi di bidang pendidikan 2. Kaya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan 3. Tulisan ilmiah populer dibidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media massa 4. Prasarana yang berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah 5. Buku pelajaran atau modul 6. Diktat pelajaran 7. Karya penerjemahan buku pelajaran/karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang sedikitnya memenuhi tiga syarat, yakni: 1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah, 2. Langkah pengerjaannya menggunakan metode (berfikir) ilmiah, dan 3. Sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan. Karya tulis dapat dikerjakan secara pribadi maupun kelompok, akan tetapi sebagai sebuah karya yang akan dinilai dan menambah angka kredit maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan:(1) Keaslian penulisan karya ilmiah (2) Legalitas karya tulis (3) Permasalahan yang diteliti (4) Sistematika/format atau kerangka karya ilmiah (5) Landasan teori yang digunakan (6) Pembahasan. Meski sepintas persyaratan kelayakan karya ilmiah tidak terlalu berat, namun prosentase karya yang layak masih rendah jika dibandingkan banyaknya dari karya yang dikirimkan. Terlebih kelemahan karya ilmiah ini hampir menyeluruh dalam ke enam aspek penilaian diatas. 4. Peran dan Fungsi Widyaiswara Dalam Penyusunan Karya Tulis Guru Peningkatan kualitas tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan widyaiswara sebab dalam kaitan ini widyaiswara memiliki peran yang amat penting. Melalui widyaiswara tranfer pengetahuan tentang teknik penyusunan karya tulis ilmiah yang baik terjadi dalam setiap pelatihan. Sehingga secara tidak langsung seorang widyaiswara memiliki tanggungjawab moral apabila ternyata kualitas karya tulis ilmiah guru yang notabene adalah peserta dalam pelatihannya kurang memuaskan. Berdasarkan kenyataan ini maka perlu dilakukan penyempurnaan desain atau model diklat sebagai model alternatif yang lebih efektif dan mampu meningkatkan kualitas kompetensi guru, khususnya dalam penyusunan karya tulis ilmiah. Berdasarkan pengalaman pada saat pelaksanakan diklat atau pelatihan para guru pada umumnya memiliki antusiasme yang tinggi, akan tetapi setelah diklat atau pelatihan berakhir kebanyakan diantara mereka kebingungan menyusun rencana masa depan (action plan). Hal inilah yang menyebabkan banyak diantara peserta diklat atau pembinaan tidak melakukan transfer pengetahuan sedikit pun setelah sampai disekolahnya masing-masing. Berangkat dari keprihatinan ini penulis merasakan perlu adanya penyempurnaan pola diklat atau pelatihan secara umum, khususnya dalam diklat atau pelatihan karya tulis guru yang penting bagi pengembangan profesi guru secara umum. Pengembangan model alternatif diklat atau pelatihan ini berbasis pada 3 (tiga) pendekatan, pendekatan klinis dan praktis, pendekatan kolaboratif dan prinsip pendidikan integralistik. Keberadaan ketiga pendekatan ini nanti bertujuan untuk mengaktualisasikan nilainilai pendidikan Ki Hajar Dewantara, mengenai olah raga, olah rasa dan olah pikir didalam pribadi guru dilapangan. Sebab peran motivasi peserta diklat atau pelatihan untuk belajar dan maju adalah kunci kesuksesan pelaksanaan diklat atau pelatihan itu sendiri. 14 www.journal.uniga.ac.id

Dalam hal ini melalui pendekatan klinis dan praktis diharapkan akan diketahui akar permasalahan yang sebenarnya ada, baik pada guru, siswa ataupun sekolah sebagai lembaga. Pendekatan ini memiliki dua makna, kuratif (penyembuhan), dan, preventif (pencegahan). Melalui pendekatan kolaboratif, guru didorong secara bersama-sama dengan guru-guru lain merencanakan pembelajaran yang ideal atau tepat dengan kondisi siswa. Selanjutnya melalui prinsip pendidikan holistik diupayakan internalisasi nilai-nilai dalam pembelajaran di kelas dan atau dilingkungan sekolah. Holistik mengandung pengertian bahwa sekolah mampu menjadi lingkungan yang kondusif bagi perkembangan siswa dan guru. 5. Model Alternatif Pelaksanaan Pelatihan dan Pembinaan Karya Tulis Guru Pelaksanaan model alternatif pelatihan dan pembinaan guru yang dikembangkan dapat dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut: Penjelasan : a). Tahap Persiapan Tahapan ini merupakan proses penyamaan persepsi konsep peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan dan pembinaan guru - antara widyaiswara, Dinas Pendidikan Kabupaten, dan Sekolah yang dibina. Data-data yang diperoleh melalui diskusi ini nantinya menjadi referensi bagi widyaiswara dalam pelaksanaan pelatihan dan pembinaan guru, agar formula yang disusun tepat sasaran. b) Tahap Implementasi Program Dalam kaitan tersebut ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan pembinaan dan pelatihan dengan model alternatif yang dikembangkan, yang dapat dilihat pada bagan berikut ini: www.journal.uniga.ac.id 15

Jurnal Pendidikan Universitas Garut Bagan alur pelaksanaan model alternatif pelatihan dan pembinaan guru 5.1 Penentuan tujuan dan perencanaan a. Pembentukan anggota kelompok Pembentukan kelompok dilaksanakan berdasarkan kondisi guru yang ada disekolah, dalam pembentukan kelompok ada beberapa hal yang menjadi persyaratan yaitu: (1) Anggota kelompok memiliki kepedulian terhadap peningkatan kualitas pembelajaran (2) Anggota kelompok bersedia untuk selalu memunculkan inovasi dalam pembelajaran dikelas (3) Anggota kelompok bersedia mengalokasikan waktu khusus untuk pertemuan rutin dalam rangka memenuhi tuntutan pelatihan dan pembinaan (4) Anggota kelompok bersedia memiliki peran dan fungsi yang sama dalam pelatihan dan pembinaan b. Penetapan tema pengembangan pembelajaran yang diteliti Tema adalah kesenjangan antara kualitas ideal dengan kualitas aktual siswa. Setelah tema ditetapkan maka langkah berikutnya adalah memilih pelajaran, serta memilih topik. Mata pelajaran yang digunakan dalam pelatihan dan pembinaanadalah pelajaran yang dipilih atas dasar, mata pelajaran apa yang sulit bagi siswa, mata pelajaran apa yang paling sulit diajarkan oleh guru, dan terakhir adalah mata pelajaran apa yang ada pada kurikulum baru yang ingin dikuasai dan dipahami oleh guru. c. Penyusunan rencana pembelajaran secara kolaboratif Secara kolaboratif gruppembelajaran merancang pembelajaran untuk mewujudkan pencapaian tujuan, termasuk rencana pembelajaran yang akan diamati. Rencana ini akan memandu pembelajaran, pengamatan, dan diskusi tentang pelaksanaan pembelajaran, mengungkapkan temuan yang muncul selamapembelajaran berlangsung serta harus sinergis dengan tujuan akhir pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu mengenai dampak pembelajaran terhadap siswa. 5.2 Pelaksanaan pembelajaran di kelas Setelah tahap perencanaan pembelajaran selesai dilakukan maka sesuai dengan kesepakatan peran dalam gruppembelajaran, salah seorang guru membelajarkan siswa sesuai rancangan/skenario yang telah dibuat sedangkan guru lain mengumpulkan data, mengenai kegiatan siswa (berfikir, belajar, berpartisipasi dan berperilaku). Dalam pelaksanaan perlu ditekankan pada siswa bahwa keberadaan guru-guru lain dikelas tersebut bukanlah untuk membantu siswa namun hanya 16 www.journal.uniga.ac.id

mengamati pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Kesulitan siswa baik tentang penjelasan materi maupun soal latihan harus disampaikan secara terbuka dan ditujukan kepada guru yang bersangkutan. 5.3 Pengamatan proses pembelajaran di kelas Pengamat adalah guru-guru lain yang tergabung dalam kelompok yang berperan dalam mengumpulkan data yang diperlukan selama pelajaran berlangsung. Dokumentasi pembelajaran yang diteliti biasanya dapat dilakukan dengan audio tape, video tape, handycam, kamera, karya siswa, dan catatan observasi naratif. Peranan pengamatadalah mengumpulkan data dan bukan membantu siswa. Para siswa harus diberitahu lebih dahulu bahwa pengamat atau guru lain dikelas mereka itu hanya bertugas untuk mempelajari pelajaran yang berlangsung dan bukan untuk membantu mereka. Sehingga ada baiknya setiap anggota grupmemiliki peran masing-masing seperti mengumpulkan materi yang dibutuhkan, dokumentasi dan penggandaan rencana pembelajaran, sekaligus melakukan fasilitasi dan proceeding hasil diskusi setelah pelajaran berlangsung. 5.4 Diskusi dan konsolidasi mengenai pelaksanaan pembelajaran dan hasil-hasil pengamatan Pembelajaran yang sudah diimplementasikan perlu didiskusikan dan dianalisis. Hal ini diperlukan sebagai bahan masukan untuk peningkatan kualitas atau revisi pembelajaran, agar selanjutnya pembelajaran dapat lebih baik dan sempurna, efektif dan efisien. Diskusi dan analisis dilaksanakan dengan segera, pada hari yang sama, setelah pembelajaran ini dilaksanakan. Hal ini dilakukan demi menunjang keberhasilan dalam memperoleh data atau bahan masukan yang diperlukan untuk peningkatan kualitas atau revisi pelajaran/unit/pendekatan pembelajaran. Dan selanjutnya semua hasil diskusi apabila dirasa perlu, maka dapat dilakukan revisi rancangan dan membelajarkan ulang di kelas lain dan mengkajinya lagi. Penentuan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran lebih ditentukan oleh tingkat kepuasan grup pembelajaran terhadap hasil yang telah diperoleh. 6. Tahap Evaluasi Program Dalam rangka mengetahui keberhasilan pelatihan maka widyaiswara perlu melakukan penilaian implementasi yang dilaksanakan sekolah. Aspek-aspek yang menjadi evaluasi antara lain: - Aspek pengelolaan pembelajaran dan pemahaman guru secara mendalam tentang siswa Evaluasi bertujuan untuk menilai sejauhmana pemahaman guru terhadap peserta didiknya, hal ini ditinjau dari: a. Penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan b. Kesesuaian metode pembelajaran dengan materi yang diberikan c. Respon (keaktifan) siswa terhadap pembelajaran - Aspek penguasaan materi pelajaran oleh guru www.journal.uniga.ac.id 17

Jurnal Pendidikan Universitas Garut Evaluasi bertujuan untuk menilai sejauhmana penguasaan materi oleh guru, hal ini ditinjau dari: a. Miskonsepsi guru tentang materi yang muncul dalam perencanaan maupun dalam diskusi pasca pelaksanaan dan pengamatan pembelajaran b. Inkonsistensi pendapat guru tentang materi yang muncul dalam perencanaan maupun dalam diskusi pasca pelaksanaan dan pengamatan pembelajaran c. Kemampuan guru dalam mengkolaborasikan pengetahuan-pengetahuan lain dalam perencanaan maupun dalam diskusi pasca pelaksanaan dan pengamatan pembelajaran - Aspek kemandirian guru dalam melakukan diskusi dan konsolidasi hasil-hasil pembelajaran Aspek-aspek evaluasi yang dilakukan ditinjau dari: a. Kemampuan guru untuk mempertanyakan aspek penting yang harus diangkat dalam diskusi dan konsolidasi pasca pengamatan b. Kemampuan guru untuk mengaitkan pengetahuan ataupun analisis kondisi sekitar (sekolah dan kelas) sebagai bahan diskusi dan konsolidasi pasca pengamatan c. Kemampuan guru untuk memunculkan solusi atau ide kreatif dalam diskusi dan konsolidasi pasca pengamatan 7. Aspek-aspek Penting Dalam Pelaksanaan Model Alternatif Pelatihan dan Pembinaan Karya Tulis Guru Dalam pelaksanaan model alternatif pelatihan dan pembinaan guru terdapat 4 (empat) aspek penting yang menjadi tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pelaksanaan pelatihan dan pembinaan guru - antara lain: 7.1 Aspek pembentukan kultur budaya ilmiah di sekolah Pembelajaran bukanlah sesuatu yang by accident atau tiba-tiba terjadi, melainkan sebuah proses yang bersifat by design terencana, sistematis dan berkelanjutan. Melalui seorang guru, seorang siswa dibentuk dan diciptakan. Selanjutnya, yang kedua adalah adanya kurikulum bersama yang sederhana dan luwes. Kurikulum yang luwes dan sederhana akan memberikan ruang yang luas bagi kreatifitas guru dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut secara nyata di dalam kelas. Dukungan ketiga berasal dari guru dan pelaku pendidikan lainnya. Harus difahami bahwa guru adalah bagian dari komunitas belajar di sekolah (teachers are members of learning communities) mencakup : (a) guru memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan kalangan profesional lainnya, (b) guru bekerja sama dengan tua orang siswa, (c) guru dapat menarik keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat. Dalam hal ini pelatihan telah mendorong seorang guru untuk memiliki enam sikap dasar, yang antara lain : 1. Mengkritik diri sendiri 2. Terbuka terhadap masukan orang luar 3. Mau mengakui kesalahan 4. Mau menggunakan ide orang lain 5. Mau memberi masukan yang jujur dan penuh respek 6. Berkomitmen terhadap perubahan 18 www.journal.uniga.ac.id

Lebih jauh model alternatif pelatihan dan pembinaan guru ini ternyata memiliki dampak terhadap peningkatan kompetensi guru secara umum, khususnya dalam: a. Pemahaman guru secara mendalam tentang siswa (teachers are committed to students and their learning) yang mencakup : (a) penghargaan guru terhadap perbedaan individual siswa, (b) pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa, (c) perlakuan guru terhadap seluruh siswa secara adil, dan (d) misi guru dalam memperluas cakrawala berfikir siswa. b. Tingkat penguasaan materi oleh guru (teachers know the subjects they teach and how to teach those subjects to students) mencakup : (a) apresiasi guru tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan mata pelajaran lain, (b) kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran (c) mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara (multiple path). c. Metode dan strategi pembelajaran (teachers are responsible for managing and monitoring student learning) mencakup: (a) penggunaan berbagai metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran, (b) menyusun proses pembelajaran dalam berbagai setting kelompok (group setting), kemampuan untuk memberikan ganjaran (reward) atas keberhasilan siswa, (c) menilai kemajuan siswa secara teratur, dan (d) kesadaran akan tujuan utama pembelajaran. 8. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengembangan model alternatif pelatihan dan pembinaan yang ada dan telah dilaksanakan ada 2 (dua) hal penting yang dapat dicatat: 1. Pelatihan dan pengembangan profesi guru perlu dilakukan secara lebih komprehensif, dan berjenjang agar mampu melibatkan guru-guru sesuai dengan latar belakang pengalaman dan kemampuan yang dimiliki 2. Pembentukan kelompok pengembangan yang beranggotakan guru-guru dan pemerhati pendidikan di sekolah, mampu menjadi sarana bagi perbaikan kualitas penyelenggaraan pembelajaran dikelas dan budaya ilmiah di sekolah. Hal ini amat memungkinkan terlebih apabila telah menjadi sebuah kebijakan. Sebuah harapan untuk mengembalikan pendidikan sebagai sebuah kebutuhan yang dimiliki bersama oleh setiap komponen masyarakat, bukan hanya guru seorang. Model alternatif diharapkan pada gilirannya akan mampu memunculkan guru-guru yang kreatif dan inovatif yang akan membantu dan membekali siswanya dimasa mendatang. Daftar Rujukan : DIKNAS. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Guru Sekolah Dasar International Development Center of Japan. 2006. Laporan awal-program for Strengthening Inservice Teacher Training of Mathematics and Science Education at Junior Secondary Level (SISTTEMS) Lewis, Catherine C. 2002. Kaji pembelajaran: A handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia, PA : Research for Better Schools, Inc. www.journal.uniga.ac.id 19

Jurnal Pendidikan Universitas Garut Purwastuti, dkk. 2002. Widyaiswara Peranannya dan Angka Kreditnya: Bahan Ajar Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang Tingkat Pertama. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Rahayu, Sri. 2005. Kaji pembelajaran sebagai model pengembangan profesi guru dalam upaya meningkatkan pembelajaran MIPA. Makalah komprehensif Universitas Negeri Malang Sudrajat, Akhmad. 2007 Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/xmlrpc.php?rsd Suhardjono. dkk. 2001. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Departemen Pendidikan Nasional Supardi. 2006. Pengembangan Profesi dan ruang Lingkup Karya Tulis Ilmiah. Departemen Pendidikan Nasional Susilo, Herawati. 2005. Kaji pembelajaran: Apa dan mengapa?. Makalah komprehensif Universitas Negeri Malang 20 www.journal.uniga.ac.id