LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA Menetapkan peraturan daerah sebagai berikut :

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955.

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954.

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 1

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG

PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 43 tahun Djuli 1969 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH KABUPATEN BANGLI

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954.

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG PAJAK PEMBANGUNAN I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 3 Tahun Ke VI Tanggal 27 Agustus 1956 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 1956

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 95 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke II tg. 15 Ag. 51 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 tahun 1952.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 237 TAHUN 1960 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1947 TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK PEMBANGUNAN DI RUMAH MAKAN DAN RUMAH PENGINAPAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH PERALIHAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT. Menetapkan Peraturan Daerah jang berikut:

PERATURAN MENTERI AGRARIA NOMOR 14 TAHUN 1961 PERMINTAAN DAN PEMBERIAN IZIN PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SURAT PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA D.P.R./D.P.R.D.I DAN D.P.RD. II

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1953 TENTANG APOTIK DARURAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 9 th. Ke IV tgl. 1 Des. 54 No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 9 TAHUN 1954.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 159 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Presiden Republik Indonesia,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 47 tahun Djuli 1969

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA N o.135 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 1 Tanggal : Seri : A Nomor : 1

BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1957 TENTANG PERATURAN PAJAK DAERAH. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 3 / 1966 14 Desember 1966 No. 1/DPRD.GR./1962. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANGLI Menetapkan peraturan-daerah sebagai berikut : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMUNGUTAN PADJAK PEMBANGUNAN I Pasal 1. Jang dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dengan : 1. Kepala Daerah : Bupati Daerah Tingkat II Bangli. 2. Pembajaran : pembajaran jang dilakukan oleh pengundjung rumah makan dan penjewakamar rumah penginapan guna pembelian makanan dan minuman dan/ atau sewa kamar, termasuk pula semua pembajaranpembajaran dengan nama apapun djuga dirumah makan dan rumah penginapan, ketjuali pembajaran untuk padjak. 3. Rumah makan : tiap tempat, dengan nama apapun djuga dimana dengan dipungut pembajaran dapat diperoleh makanan dan/atau minuman untuk dimakan/diminum setempat. 4. Rumah penginapan : tiap tempat, dengan nama apapun djuga jang menjewakan kepada umum ruangan-ruangan untuk menginap.

5. Perusahan : pemilik rumah makan/rumah penginapan atau jang menguasainja, djika perusahan itu tidak didjalankan oleh jang mempunjainja. Pasal 2 Dalam Daerah Tingkat II Bangli, dipungut suatu padjak dari semua pembajaran dirumah2 makan dan dirumah penginapan jang disebut padjak Pembangunan I Pasal 3 Wadjib padjak ialah pengusaha rumah rumah makan dan rumah2 penginapan. Pasal 4 (1). Padjak berdjumlah 10% (sepuluh persen) dari djumlah pembajaran dan dibulatkan keatas sampai djumlah Rp. 0.05 penuh (2). Djika djumlah pembajaran kurang dari Rp. 0.50 maka pembajaran ini tidak dikenakan padjak. Pasal 5 (1). Pembajaran2 dirumah makan jang keadaannja sederhana dan biasanja dikundjungi orang2 jang tergolong penduduk jang tidak mampu dibebaskan dari Padjak Pembangunan I (2). Oleh Bupati Kepala Daerah ditundjuk rumah2 makan jang dipandang tidak memenuhi sjarat untuk dikenakan padjak pembangunan I. (3). Penundjukan tersebut dalam ajat (1) diatas berlaku untuk waktu 6 (enam) bulan dan sesudah waktu itu berachir dapat diperpandjang lagi tiap2 kali untuk selama-lamanja 3 (tiga) bulan. Pasal 6 Padjak Pembangunan I dikenakan tiap2 bulan takwin atas djumlah pembajaran jang dilakukan dalam bulan itu.

Pasal 7 (1). Dalam surat pemberitahuan diterangkan djumlah pembajaran tiap2 hari jang dilakukan dalam satu bukan takwin. (2). Dibelakang djumlah pembajaran sehari ditjatat djumlah padjak jang terhitung dan jang dibulatkan keatas menurut ketentuan tersebut dalam pasal 4 ajat (1). Pasal 8 (1). Surat2 pesanan dan Kwitansi2 jang digunakan dirumah-rumah makan/rumah penginapan harus dibubuhi tanda Daerah tinkat II, jang dilakukan oleh Kepala Bagian Padjak Daerah. (2). Semua salinan surat-surat jang memuat apa jang dipesan dan semua Kwitansi2 jang telah dibajar dirumah makan/rumah penginapan harus disimpan oleh wadjib padjak untuk waktu tiga tahun. Pasal 9 (1). Surat pemberitahuan harus ditanda tangani oleh pengu-saha dan disampaikan kepada Bupati Kepala Daerah selambat-lambatnja pada tanggal sepuluh dari bulan berikutnja (2). Model surat pemberitahuan ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah. (3). Surat pemberitahuan dapat dibeli di Kantor Bupati Kepala Daerah dengan harga Rp. 2,- (dua rupiah) sehelai atau dapat dibuat oleh penanggung padjak sendiri asal sama dengan surat pemberitahuan jang dikeluarkan oleh pemerintah Daerah atingkat II. Pasal 10 Surat pemberitahuan jang tidak diisi menurut ketentuan-ketentuan tersebut dalam pasal 7 dan/atau tidak ditanda tangani oleh pengusaha,,diangap sebagai tidak disampaikan kepada Bupati Kepala Daerah. Pasal 11 (1). Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan atau yidak disampaikan pada waktu jang telah ditentukan dalam pasal 9 ajat (1) diatas, maka wadjib padjak dikenakan padjak setjara djabatan.

(2). Pada ketetapan padjak setjara djabatan, padjak jang harus dikenakan dinaikan dengan 200%. (3). Kenaikan padjak termaksud dalam ajat terdahulu, atas permintaan wadjib padjak dapat dihapuskan oleh Bupati Kepala Daerah bila oleh penanggung padjak dapat dimadjukan alas an-alasan jang dapat diterima. Pasal 12 (1). Apabila Bupati Kepala Daerah membutuhkan keterangan lebih landjut mengenai suatu surat pemberitahuan, maka wadjib padjak dalam waktu jang telah ditentukan harus memberikan segala keterangan jang masih diperlukan. (2). Djika kewadjiban jang tertera pada ajat (1) diatas, tidak atau tidak sepenuhnja ditjukupi, maka padjak dikenakan setjara djabatan. (3). Djumlah padjak jang dikenakan setjara djabatan ditambah dengan 100% dari padjak itu. (4). Kenaikan padjak termaksud dalam ajat terdahulu, atas permintaan wadjib padjak, dapat dihapuskan sebagian atau semuanja oleh Bupati Kepala Daerah bila oleh penanggung padjak dapat dimadjukan alasan2 jang dapat diterima. Pasal 13 Apabila Bupati Kepala Daerah mempunjai kejakinan, bahwa disesuatu rumah/rumah penginapan tidak semua penbajaran dilakukan ditjatat ats surat2 pesanan dan/atau Kwitansi, sehingga djumlah pembajaran sehari-hari dalam bulan itu tidak dapat ditentukan menurut kebenaran, maka Bupati Kepala Daerah mengadakan penaksiran atas djumlah pembajaran jang dilakukan dalam bulan itu. Pasal 14 (1). Setelah surat pemberitahuan jang dimaksud dalam pasal9 ajat (1) disampaikan kepada Bupati Kepala Daerah, maka pada waktu itu djuga kepada wadjib padjak diberikan surat ketetapan padjak. (2). Surat ketetapan padjak jang diberikan kepada wadjib padjak menurut tanggal diterimakannja.

(3). Djumlah padjak jang telah ditetapkan harus dibajar penuh pada waktu surat ketetapan padjak diterimakan kepada wadjib padjak. Pasal 15 (1). Ketetapan padjak Pembangunan I dimasukan dalam daftar jang modelnja ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah. (2). Bupati Kepala Daerah berhak membetulkan kesalahan dalam tulisan dan/atau hitungan jang terdapat dalam daftar, akan tetapi sesudah surat surat ketetapan padjak disampaikan kepada jang berkepentingan, pembetulan itu tidak boleh merugikan wadjib padjak. Pasal 16 (1). Apabila ternjata bahwa padjak ini dibajar kurang atau sama sekali tidak dibajar, maka wadjib dikenakan denda 2 x padjak jang tidak dibajar dan sedikit-dikitnja Rp. 50,- (2). Denda termaksud dalam ajat tersebut diatas dapat dibebaskan sebagian atau semuanja oleh Bupati Kepala Daerah, djika dapat dibuktikan dengan njata bahwa pelanggaran itu disebabkan oleh kechilafan atau kelalaian jang dimaafkan. Pasal 17 (1). Apabila padjak jang dikenakan ternjata kurang dari jang semestinja maka diadakan tagihan susulan. (2). Tagihan susulan tidak dapat diadakan djika kekurangan atau kesalahan disebabkan kechilafan tata-usaha Daerah. (3). Tagihan susulan termaksud dalam ajat (1) diatas hanja dapat dilakukan dalam waktu sebelum hak untuk menagih kedaluwarsa seperti jang ditentukan dalam pasal 24 ajat (1). Pasal 18 (1). Djumlah padjak jang termasuk suatu tagihan susulan ditambah dengan 300 dari djumlah padjak itu. (2). Apabila oleh wadjib padjak dalam waktu 6 (enam) bulan, terhitung mulai bulan padjakjang terhutang pembajarannja kurang, diberitahukan setjara suka rela baik dengan lisan maupun tertulis tentang djumlah padjak jang masih kurang dibajar, ala tambahan padjak diatas dapat dibebaskan sebagian atau semuanja oleh Bupati Kepala Daerah.

Pasal 19 (1). Untuk pemungutan padjak, Pembangunan I jang dikenakan menurut ketentuan dalam pasal 13 atau jang djumlahnja meliputi djumlah padjak jang terhutang ditambah dengan tambahan denda, dibuat kohir jang ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah. (2). Setelah kohir ditetapkan, kepada wadjib padjakdisampaikan surat ketetapan padjak jang memuat tanggal pengirimannja djuga. (3). Djumlah padjak jang dikenakan harus dilunasi dalam waktu empatbelas hari sesudah tanggal pengiriman surat ketetapan padjak. Pasal 20 (1). Dalam tempo 3 (tiga) bulan sesudah surat ketetapan padjak/ketetapan2 padjak setjara djabatan dikirimkan, jang bersangkutan berhak mengadjukan permintaan banding dengan tulisan kepada Gubernur Kepala Daerah Bali. (2). Djika jang bersangkutan tidak pandai menulis, maka permintaan banding termaksud ajat (1) dapat diadjukan dengan lisan kepada Sekretaris Daerah atau pegawai jang ditundjuk olehnja, jang membuat risalah tentang banding itu dan kemudian menjampaikannja kepada Gubernur Kepala Daerah Bali. (3). Dengan memadjukan permintaan banding, maka kewadjiban untuk membajar padjak waktu jang telah ditentukan, tidak dihentikan. Pasal 21 (1). Atas permintaan banding dalam waktu satu bulan sesudah disampaikan, diambil keputusan oleh Gubernur Kepala Daerah Bali. (2). Turunan surat keputusanitu dikirimkan kepada jang bersangkutan bila mungkin dengan tertjatat. (3). Keputusan menolak baik seluruhnja maupun sebagian, harus membuat alas an penolakannja. Pasal 22 Semua pembajaran diasrama (internaat) dan semua pembajaran dirumah makan/rumah penginapan jang chusus diselenggarakan untuk

pegawai/buruh Djawatan-djawatan Pemerintah, anggota2 Angkatan Perang atau Polisi Negara, dibebaskan dari padjak ini. Pasal 23 (1). Apabila dalam hal jang chusus pelaksanaan dari ketentuan2 dalam Peraturan Daerah ini bertentangan dengan kepentingan umum atau menimbulkan atau akan menimbulkan ketidak adilan, maka oleh Bupati Kepala Daerah dapat dilakukan pengembalian atau pemberian pembebasan padjak jang telah dikenakan. Pasal 24 (1). Hak untuk menagih padjak ini dan tambahannja mendjadi kedaluwarsa sesudah 36 (tigapuluh enam) bulan terhitung dari bulan terdjadinja hak menuntut. (2). Hak menuntut pengembalian atas kelebihan pembajaran uang padjak dan/atau tambahannja jang telah diputuskan/dikabulkan, mendjadi kedaluwarsa sesudah 36 (tigapuluh enam) bulan, dihitung dari hari timbulnja hak untuk meminta padjak jang telah dibajar itu. Pasal 25 (1). Jang sudah diserahi pengawasan terhadap didjalankannja Peraturan Daerah ini ialah Kepala Bagian Pengawasan Umum, Kepala Bagian Padjak dan Kepala Pengawasan Keuangan Tingkat II Bangli. (2). Para pedjabat tersebut diatas jang djuga ditugaskan untuk menjelidiki pelangaran-pelangaran terhadap Peraturan Daerah ini, berhak untuk setiap waktu memasuki rumah makan/rumah penginapan, sedang penguasaannja diharuskan meluluskan mereka masuk. Pasal 26 (1). Barang siapa tidak memenuhi kewadjiban2 tersebut dalam pasal 7 ajat (2), dan pasal 9 ajat (3) dihukum dengan kurungan selama-lamanja 14 hari atau denda setiggi-tingginja Rp. 100,- (seratus rupiah). (2). Barang siapa tidak memenuhi ketentuan2 tersebut dalam pasal 7 ajat (1) pasal 8 ajat (1) dan (2), pasal1 ajat (1), pasal 12 ajat (1) pasal 14 ajat (3) atau dengan sengadja memperlihatkan surat2 atau kwitansi palsu kepada pegawai dimaksud dalam pasal 25 ajat (1) jang melakukan pemeriksaan

dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanja 3 (tiga) bulan atau denda setinggi2nja Rp. 1000,- (seribu rupiah). Pasal 27 (1). Djika perbuatan-perbuatanjang dihukum menurut Peraturan Daerah ini dilakukan oleh suatu Badan Hukum, maka jang dituntut ialah pengurus seluruhnja. (2). Penuntut hukum tidak diadakan terhadap anggota pengurus, djika terbukti perbuatan itu kedjadian diluar pengetahuannja. Pasal 28 (1). Peraturan Daerah ini dapat disebut Peraturan Padjak Pembangunan I. Daerah Tingkar II Bangli. (2). Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada saat penjerahan jang njata dari padjak ini oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dan Menteri Keuangan dan setelah diundangkan.- Bangli, 21 Nopember 1962 A.n. Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotonh Rojong Daerah Tingkat II Bangli Ketua t.d.t Ida Bagus Made Sutha

Peratyran Daerah ini telah disahkan oleh Presiden R.I. dengan keputusan tanggal 15-7 - 1965 No. 98/DRH. Tahun 1965 A.n. Pds. Gubernur Kepala Daerah. Propinsi Bali. Sekretaris, t.d.t Ida Bagus Ktut Rurus Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Bali tanggal 14 Desember 1966 No. 2 tahun 1966. A.n Pds. Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali Sekretaris, t.d.t. Ida Bagus Ktut Rurus.