ASAS TIADA PIDANA TANPA KESALAHAN (ASAS KESALAHAN) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI

dokumen-dokumen yang mirip
PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI PELAKU PELANGGARAN HAK INDIKASI GEOGRAFIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tindak pidana, Moeljatno merumuskan istilah perbuatan pidana, yaitu

II TINJAUAN PUSTAKA. mencari untung. Sedangkan penipuan sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA. Pertanggung Jawaban pidana dalam istilah asing tersebut juga dengan

BAB II. A. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi. 1. Pengertian Korporasi. Berbicara tentang korporasi maka kita tidak bisa melepaskan

I. PENDAHULUAN. yang melakukan tindak pidana. Dengan lahirnya konsepsi baru dalam hukum pidana modern,

I. PENDAHULUAN. alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan, dari berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban pidana didasarkan pada asas kesalahan (culpabilitas), yang

Public Review RUU KUHP

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

UNSUR KESALAHAN DALAM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING

DASAR KUALIFIKASI CURI PATOLOGIS (KLEPTOMANIA) DI DALAM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Pembunuhan anak kandung diterangkan oleh undang-undang. yang penuh, dan belum sempat timbul rasa kasih sayang.

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum di Indonesia, pembinaan dan pengarahan, perlu

I. PENDAHULUAN. dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. arti yang luas dan berubah-ubah, karena istilah tersebut dapat berkonotasi dengan bidang-bidang

Pertanggungjawaban adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang

PSIKIATER DALAM MENENTUKAN KETIDAKMAMPUAN BERTANGGUNG JAWAB DALAM PASAL 44 KUHP. Oleh Rommy Pratama*) Abstrak

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DALAM KECELAKAAN DI JALAN RAYA

PROGRAM KEPATUHAN KORPORASI SEBAGAI ALASAN PEMAAF

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan yang telah dilakukan, yaitu perbuatan yang tercela oleh masyarakat dan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pidana yang bersifat khusus ini akan menunjukan ciri-ciri dan sifatnya yang khas

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA Adi Surya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu, fungsi

Pertanggungjawaban pidana mengandung asas kesalahan (asas culpabilitas), yang. didasarkan pada keseimbangan monodualistik bahwa asas kesalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengertian perbuatan pidana tidak termasuk hal. pelaku tindak pidana mempunyai kesalahan atau tidak. Apabila orang yang

ANALISIS MENGENAI SINGKRONISASI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI PENGGANTI PIDANA PENJARA

(PKPS-BBM) bidang pendidikan secara konsep adalah mencakup komponen untuk biaya

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

KEBIJAKAN FORMULASI ASAS SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIEL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

Beberapa Catatan tentang Konsep Strict Liability dan Penerapannya dalam Praktek Penegakan Hukum Lingkungan dan Hukum Kehutanan dan Perkebunan

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KESALAHAN, TINDAK PIDANA, DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PERBUATAN SUMBANG (INCEST) DALAM KONSEP KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) BARU

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DAN TINDAK PIDANA PEMILU

adalah penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

BAB I PENDAHULUAN. dijatuhi pidana apabila terbukti memiliki kesalahan.dengan demikian penilaian

BAB I PENDAHULUAN. alam sekitarnya. Hal ini juga dijelaskan dalam penjelasan undang-undang lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI DALAM KUHP SEBAGAI UPAYA KESELARASAN SISTEM PEMIDANAAN ATURAN HUKUM DENGAN UNDANG UNDANG KHUSUS DI LUAR KUHP

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA: PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI SEBAGAI SUBJEK TINDAK PIDANA DALAM RUU KUHP

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana terhadap kesalahan yang dilakukannya. Dengan demikian, terjadinya

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

I. PENDAHULUAN. Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting dalam. dalam kegiatan seperti pemeliharaan pertahanan dan keamanan, keadilan,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperiksa dan diadili oleh seorang hakim. Hakim memberikan keputusannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. diancam dengan pidana. Pembentuk undang-undang menggunakan perkataan

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PENCEMARAN NAMA BAIK AKIBAT TRIAL BY THE PRESS. 3.1 Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG PIDANA

II.TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana (yuridis

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1967, merek merupakan karya intelektual yang memiliki peranan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

UNSUR KESALAHAN DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP SUATU KAJIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN

I. PENDAHULUAN. sedang mengalami kehancuran maka mulai timbul tindak pidana dengan modus

TINDAKAN PENGANCAMAN DAN PERAMPASAN YANG DILAKUKAN OLEH DEBT COLLECTOR KEPADA DEBITUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya, fungsi

I.PENDAHULUAN. perhatian di dalam kalangan masyarakat. Berita di surat kabar, majalah dan surat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA, TABRAK LARI, DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA Pengertian Hukum Pidana dan Tindak Pidana

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PELAKU PEMBAKARAN LAHAN

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

PENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA AHLI GIGI DALAM MELAKUKAN SUATU MALPRAKTIK DALAM PERSFEKTIF KUHP dan UU NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang, maka orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana. Moeljatno menyatakan bahwa orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindakan apa yang seharusnya dijatuhkan pidana dan apa macam pidananya yang bersesuaian.

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KARENA KELALAIANNYA MENYEBABKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA PADA KECELAKAAN LALU-LINTAS.

LAPORAN PENELITIAN. PENERAPAN SANKSI PIDANA DAN TINDAKAN SEBAGAI SISTEM PEMIDANAAN TERHADAP ANAK (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Semarang) Oleh:

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan

Pengantar Hukum Indonesia Materi Hukum Pidana. Disampaikan oleh : Fully Handayani R.

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

Transkripsi:

ASAS TIADA PIDANA TANPA KESALAHAN (ASAS KESALAHAN) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI Oleh : A.A. Ngurah Wirajaya Nyoman A. Martana Program Kekhususan Hukum Pidana, Universitas Udayana Abstrak: Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan atau Asas Kesalahan merupakan asas yang fundamental dalam hukum pidana dan menjadi salah satu unsur pertanggungjawaban pidana dari suatu subjek hukum pidana.kedudukan korporasi sebagai subjek hukum mengundang polemik terkait dengan adanya Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan dalam pertanggungjawaban pidana terhadap korporasi.korporasi tidak memiliki jiwa layaknya manusia sehingga tidak memenuhi unsur unsur psikis untuk dapat dikatakan memiliki kesalahan. Berdasarkan hal tersebut, maka tulisan ini akan menjelaskan tentang keberadaan Asas Kesalahan sebagai salah satu unsur yang harus dipenuhi subjek hukum untuk dapat dipidana serta pengaruh Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan dalam pertanggunjgjawaban pidana korporasi. Kata kunci :asas kesalahan, pertanggungjawaban pidana, korporasi Abstract : The principle of criminal nothing without fault or principle of fault is a fundamental principle in criminal law and became one element of criminal responsibility of a subject of criminal law.the position of the corporation as a legal subject invites polemic associated with the existence of the principle of criminal nothing without fault in criminal responsibility against corporate. Corporations do not have souls like human beings and not fulfilling elements ofa psychic can be said to have faults. Accordingly, this paper will be explain the existence ofthe principle of fault as one element that must be met the legal subject may be liable as well as the influence of the principle of criminal nothing without fault in corporate criminal responsibility. Key word :principle of fault, criminal responsibility, corporation I. Pendahuluan A. Latar Belakang Keberadaan Korporasi sebagai subjek tindak pidana merupakan salah satu implikasi dari berkembangnya sistem pemidanaan dan pertanggungjawaban pidana di Indonesia.Penempatan Korporasi sebagai subjek tindak pidana sampai sekarang masih menjadi permasalahan, sehingga timbul sikap setuju/pro dan tidak setuju/kontra.adapun yang setuju/pro menempatkan korporasi sebagai subjek tindak pidana mengemukakan 1

pendapatnyadiantaranya bahwa dipidananya pengurus saja tidak cukup untuk mengadakan represi terhadap delik delik yang dilakukan oleh atau dengan suatu korporasi, karenanya diperlukan pula untuk dimungkinkan memidana korporasi, korporasi dan pengurus, atau pengurusnya saja.sementara, yang tidak setuju/kontra mengemukakan diantaranya bahwa menyangkut masalah kejahatan sebenarnya kesengajaan dan kesalahan hanya terdapat pada para persona alamiah dan pidana dan tindakan yang berupa merampas kebebasan orang tidak dapat dikenakan terhadap korporasi. 1 Dari pendapat tersebut, bila ditelaah lebih jauh lagi maka salah satu permasalahan pokok yang juga menjadi inti pembahasan dalam tulisan ini adalah posisi korporasi sebagai subjek tindak pidana mengandung konsekuensi yuridis bahwa korporasi baru bisa dipidana atau dipertanggungjawabkan menurut hukum pidana apabila telah memenuhi syarat suatu subjek hukum, yang salah satunya adalah adanya kesalahan. Mengenai hal ini terdapat persoalan, bagaimana konstruksi hukumnya bahwa korporasi dapat dinyatakan mempunyai kesalahan dan karena itu dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum pidana. Kesalahan pada pokoknya hanya dapat dilakukan oleh orang perseorangan karena orang perseorangan mempunyai kehendak dan niat, sementara korporasi sendiri tidak dapat melakukan kesengajaan atau kealpaan oleh karena korporasi tidak mempunyai jiwa layaknya manusia yang pada umumnya mengetahui bahwa perbuatan itu disengaja ataukah tidak.hal ini juga merupakan konsekuensi yuridis dari keberadaanasas yang sangat mendasar dalam hukum pidana dan juga sebagai syarat agar subjek hukum dapat dipidana yaitu Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan (keine strafe ohne schuld atau geen straf zonder schuld atau nulla poena sine culpa).dari asas ini dapat ditafsirkan bila korporasi yang diakui sebagai subjek hukum juga harus mempunyai kesalahan untuk dapat dipidana. B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan Asas Kesalahan sebagai salah satu unsur yang harus dipenuhi subjek hukum untuk dapat dipidana serta pengaruh Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan dalam pertanggunjgjawaban pidana korporasi. II. Isi Makalah A. Metode Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif, dengan menggunakan pendekatan undang undang (statue approach) dan 1 Muladi & Dwidja Priyatno, 2012, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 46 48. 2

menggunakan studi dokumen atau bahan pustaka dengan meniliti bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. B. Hasil dan Pembahasan 1. Asas Kesalahan Sebagai Salah Satu Unsur Yang Harus Dipenuhi Subjek Hukum Untuk Dapat Dipidana Kesalahan merupakan salah satu unsur yang fundamental disamping sifat melawan hukum dari perbuatan, dan harus dipenuhi agar suatu subjek hukum dapat dijatuhi pidana. Menurut Sudarto, dipidananya seseorang tidaklah cukup apabila orang itu telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat melawan hukum. Jadi meskipun pembuatnya memenuhi rumusan delik dalam undang undang dan tidak dibenarkan (an objective breach of a penal provision), namun hal tersebut belum memenuhi syarat untuk menjatuhkan pidana.untuk pemidanaan masih perlu adanya syarat, bahwa orang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan atau bersalah (subjective guild). Dengan perkataan lain, orang tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya atau jika dilihat dari sudut perbuatannya baru dapat dipertanggungjawabkan kepada orang tersebut. Disini berlaku apa yang disebut asas tiada pidana tanpa kesalahan (keine strafe ohne schuld atau geen straf zonder schuld atau nulla poena sine culpa), culpa di sini dalam arti luas meliputi juga kesengajaan. 2 Kesalahan adalah dasar untuk pertanggungjawaban.kesalahan merupakan keadaan jiwa dari si pembuat dan hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya.adanya kesalahan pada seseorang, maka orang tersebut dapat dicela. Mengenai keadaan jiwa dari seseorang yang melakukan perbuatan merupakan apa yang lazim disebut sebagai kemampuan bertanggungjawab, sedangkan hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya itu merupakan kesengajaan, kealpaan, serta alasan pemaaf. Dengan demikian, untuk menentukan adanya kesalahan subjek hukum harus memenuhi beberapa unsur, antara lain : (1) Adanya kemampuan bertanggung jawab pada si pembuat, (2) Hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya yang berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa), (3) Tidak adanya alasan penghapus kesalahan atau tidak adanya alasan pemaaf. 3 Ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, dimana unsur yang satu bergantung pada unsur yang lain. 2. Pengaruh Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan dalam Pertanggungjawaban Pidana Korporasi 2 Sudarto, 1983, Hukum dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung, h. 85. 3 Ibid, h. 91. 3

Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan atau Asas Kesalahan mengandung pengertian bahwa seseorang yang telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan hukum pidana yang berlaku, tidak dapat dipidana oleh karena ketiadaan kesalahan dalam perbuatannya tersebut. Asas ini termanifestasikam dalam pasal 6 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang menentukan bahwa : Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabilapengadilan karena alat pembuktian yang sah menurutundangundang, mendapat keyakinan bahwa seseorangyang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalahatas perbuatan yang didakwakan atas dirinya. Asas Kesalahan merupakan asas yang mutlak ada dalam hukum pidana, yaitu sebagai dasar untuk menjatuhkan pidana. 4 Akan tetapi, bagaimana pengaruh asas ini dalam memidana korporasi.korporasi meskipun diposisikan sebagai subjek tindak pidana tapi tidak bisa disamakan dengan manusia.korporasi pada dasarnya tidak termasuk kategori manusia sehingga korporasi tidak memiliki hak layaknya manusia, tidak dapat melaksanakan semua kewajiban, dan tidak dapat melakukan tindakan hukum layaknya manusia.korporasi juga tidak memiliki jiwa layaknya manusia sehingga tidak memenuhi unsur unsur psikis untuk dapat dikatakan memiliki kesalahan. Mengenai hal tersebut, terdapat beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya. Menurut Suprapto, Korporasi dapat memiliki kesalahan, seperti apa yang dikemukakannya, yaitu badan badan bisa didapat kesalahan bila kesengajaan atau kelalaian terdapat pada orang orang yang menjadi alat alatnya. Kesalahan itu tidak bersifat individual, karena hal itu mengenai badan sebagai suatu kolektivitet.dapatlah kiranya kesalahan itu disebut kesalahan kolektif, yang dapat dibebankan kepada pengurusnya. Selain daripada itu, cukup alasan untuk menganggap badan hukum mempunyai kesalahan dan karena itu harus menanggungnya dengan kekayaannya, karena ia misalnya menerima keuntungan yang terlarang. Hukuman denda yang setimpal dengan pelanggaran dan pencabutan keuntungan tidak wajar yang dijatuhkan pada pribadi seseorang, karena mungkin hal itu melampaui kewenangannya. 5 Mengenai pendapat tersebut, Muladi mengemukakan pendapatnya bahwa asas tiada pidana tanpa kesalahan tetap berlaku, sepanjang dilakukan oleh pengurus, sehingga kalau suatu tindak pidana benar benar dilakukan oleh korporasi (pembuat fiktif), maka asas tiada pidana tanpa kesalahan tidak berlaku. 6 4 Muladi & Dwidja Priyatno, Op.cit., h. 105. 5 Suprapto, 1963, Hukum Pidana Ekonomi Ditinjau dalam Rangka Pembangunan Nasional, Widjaja, Jakarta, h. 47. 6 Muladi & Dwidja Priyatno, Op.cit., h. 106. 4

Sementara, mengenai asas tiada pidana tanpa kesalahan atau asas kesalahan pada korporasi, khususnya menyangkut pertanggungjawaban korporasi, Suprapto pada intinya mengemukakan bahwa tidaklah mungkin badan hukum dipertanggungjawabkan atas perbuatan orang lain yang dilakukan dengan sengaja. Hal ini tidak mungkin karena pada badan hukum tidak ada unsur kesengajaan.barda Nawawi Arief juga mengemukakan bahwa untuk dapat dipertanggungjawabkannya suatu badan hukum, prinsip atau asas kesalahan tanpa tindak pidana ditinggalkan. 7 Muladi pun memberikan kesimpulannya bahwa dalam masalah pertanggungjawaban pidana korporasi, asas kesalahan masih tetap dipertahankan, tetapi dalam perkembangan di bidang hukum, khususnya hukum pidana yang menyangkut pertanggungjawaban pidana korporasi, asas kesalahan atau asas tiada pidana tanpa kesalahan tidak mutlak berlaku. 8 III. Kesimpulan Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan atau Asas Kesalahan merupakan asas yang mutlak dalam hukum pidana sebagai dasar dalam penjatuhan pidana. Untuk menentukan adanya kesalahan subjek hukum harus memenuhi beberapa unsur, antara lain : (1) Adanya kemampuan bertanggung jawab pada si pembuat, (2) Hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya yang berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa), (3) Tidak adanya alasan penghapus kesalahan atau tidak adanya alasan pemaaf.terhadap Korporasi sebagai subjek hukum, pengaruh Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan atau Asas Kesalahan sebagai dasar pertanggungjawaban ditinggalkan.asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan tetap berlaku, sepanjang tindak pidana dilakukan oleh pengurus, sehingga kalau suatu tindak pidana benar benar dilakukan oleh korporasi (pembuat fiktif), maka Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan atau Asas Kesdalahan tidak berlaku. DAFTAR PUSTAKA Arief, Barda Nawawi, 1988, Perbandingan Hukum Pidana,Badan Penyediaan Bahan Kuliah FH UNDIP, Semarang. Muladi & Dwidja Priyatno, 2012, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Sudarto, 1983, Hukum dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung. Suprapto, 1963, Hukum Pidana Ekonomi Ditinjau dalam Rangka Pembangunan Nasional, Widjaja, Jakarta. 7 Barda Nawawi Arief, 1988, Perbandingan Hukum Pidana, Badan Penyediaan Bahan Kuliah FH UNDIP, Semarang, h. 40. 8 Muladi & Dwidja Priyatno, Op.cit., h. 110. 5