BAB II KAJIAN PUSTAKA. menangkap pelajaran berbeda-beda. Semuanya dipengaruhi oleh tingkat. siswa terhadap pengajar dan pelajaran tertentu.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat, karena dengan pendidikan, manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Yuniyarti, 2014 Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Sikap Mahasiswa Tentang Kompetensi Dosen Dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUA N. pernah tuntas dimanapun, termasuk di Negara yang sudah maju sekalipun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

BAB II KAJIAN TEORI. persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1167) kata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar dapat memiliki kemampuan,

DEFINISI DI ATAS MELIPUTI ASPEK

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. 3. Kompetensi pedagogik berpengaruh langsung terhadap tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP SERTIFIKASI AKADEMIK DENGAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN NASKAH PUBLIKASI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

MOTIVASI MAHASISWA ANGKATAN JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG TERHADAP PROFESI GURU PKN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya untuk meningkatkan prestasi dalam rangka pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang mengarah pada pasar bebas, serta tingkat efisiensi dan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

C. Tujuan. D. Profil Lulusan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mutu pendidikan sangat bergantung pada kompetensi dan kualifikasi yang

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

SOSOK GURU IMPARTIALITY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru sebagai teladan bagi peserta didik harus memiliki sikap dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

VOL. 5 NO. 1 MARET 2016 ISSN:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PEMETAAN PROFIL DAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA BENGKULU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penggalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Persepsi siswa Dalam proses belajar mengajar kemampuan siswa dalam menerima / menangkap pelajaran berbeda-beda. Semuanya dipengaruhi oleh tingkat kepandaian yang dimiliki setiap siswa dan juga persepsi yang dimiliki siswa terhadap pengajar dan pelajaran tertentu. Menurut Bimo Walgito (1997: 153) persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sebagai aktivitas yang integrated dalam diri individu. Sedangkan menurut Slameto (2003: 102), persepsi adalah suatu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak melalui indera manusia. Persepsi disebutkan oleh Mar at (l999:11) sebagai suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari kemampuan kognitif, menyangkut sesuatu yang dipikirkan mengenai obyek pengamatan. Persepsi merupakan apa yang dialami dengan segera oleh seseorang. Persepsi menghubungkan jalan kealam sekitar untuk mengetahui, mendengar, mencium, merasa juga membau dengan segera berdasarkan alat indra. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses masuknya informasi mengenai suatu objek ke dalam otak manusia melalui alat inderanya kemudian diintepretasikan dan diberi 9

10 nilai sebagai reaksi terhadap suatu objek. Namun, dapat dikatakan juga sebagai pandangan atau anggapan dari seseorang berdasarkan fenomena yang dilihat atau dirasakannya melalui alat inderanya. a. Prinsip dasar Persepsi Seorang guru perlu mengetahui bagaimana persepsi siswa, yang bertujuan agar guru dapat mengetahui siswanya lebih baik lagi. Persepsi Siswa di ketahui demi mengoptimalkan guru ketika mengajar di kelas. Pemahaman guru mengenai siswa atau karakter siswa akan mempermudah guru ketika mengajar, sehingga guru tahu apa yang seharusnya guru lakukan di kelas sesuai dengan apa yang siswa inginkan. Melalui persepsi siswalah guru akan mengetahui karakter siswa. Slameto (1995: 103-105), mengemukakan ada beberapa prinsip dasar tentang Persepsi Siswa yang perlu diketahui oleh seorang guru agar ia dapat mengetahui siswanya secara lebih baik, antara lain: 1. Persepsi Relatif bukan Absolut Berdasarkan prinsip ini, seseorang guru dapat meramalkan dengan lebih baik persepsi dari siswanya untuk pelajaran berikutnya, karena guru tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang telah dimilki oleh siswa dari pelajaran sebelumnya. 2. Persepsi itu Selektif Rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang menarik perhatiannya dan kearah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan. Berdasarkan prinsip ini,

11 dalam memberikan pelajaran seorang guru dapat memilih bagian pelajaran yang perlu diberi tekanan agar mendapat perhatian dari siswa dan sementara itu harus dapat menentukan bagian pelajaran yang tidak penting agar perhatian siswa tidak terpikat pada bagian yang tidak penting ini. 3. Persepsi itu mempunyai Tatanan Bagi seorang guru, prinsip ini menunjukkan bahwa pelajaran yang disampaikan harus tersusun dalam tatanan yang baik. Jika materi pelajaran tidak tersusun baik, siswa akan menyusun sendiri materi pelajaran tersebut dalam hubungan atau kelompok yang dapat dimengerti oleh siswa tersebut dan mungkin berbeda dengan yang dikehendaki oleh gurunya. Hasilnya adalah salah interpretasi atau salah pengertian. 4. Persepsi dipengaruhi oleh Harapan dan Kesiapan Dalam pelajaran, guru dapat menyiapkan siswa untuk pelajaran selanjutnya dengan cara menunjukkan pada pelajaran pertama urutan kegiatan. Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual, perbedaan kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Bagi seorang guru ini berarti, untuk dapat diperoleh persepsi yang dimiliki oleh kelas lain yang telah diberikan materi pelajaran serupa, guru harus menggunakan metode yang berbeda.

12 b. Syarat terjadinya persepsi Persepsi terjadi karena adanya komunikasi, keduanya adalah hal yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Menurut Bimo Walgito (1997: 56) syarat terjadinya persepsi adalah: 1) Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga datang dari dalam diri individu yang bersangkutan langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor, namun sebagaian terbesar stimulus datang dari luar individu. 2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf sensoris. 3) Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu peristiwa dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas

13 individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. c. Faktor yang mempengaruhi persepsi Menurut Miftah Toha (2003: 154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang berbeda antara satu dengan yang lainnya adalah: 1) Faktor Intern Terdiri dari perasaan, sikap, kepribadian, individual, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat dan motivasi diri individu. 2) Faktor Ekstren Terdiri dari latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebudayaan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerakan, hal-hal baru dan familiar atau tidak ada saingan suatu objek. Persepsi seseorang akan ditentukan dengan faktor-faktor yang ada di atas. Uraian faktor yang di atas, dapat berpengaruh dengan adanya perbedaan persepsi pada seseorang pada sebuah objek. Selain itu ada beberapa faktor yang dapat mepengaruhi persepsi seperti yang dikemukakan oleh Jallaludin Rakhmad (2002:55), antara lain:

14 a. Kemampuan dasar, penerimaan rangsangan dipengaruhi oleh kemampuan dasar individu sehingga penerimaan informasi tidak dapat dilaksanakan apabila ia tidak mampu. b. Kemauan, hal ini berkenaan dengan kemauan individu untuk menerima rangsang dan menjadikannya pusat perhatian. c. Kebutuhan-kebutuhan, adanya kebutuhan merupakan dorongan kuat individu untuk memotivasi. d. Harapan, untuk menerima stimulus mempengaruhi individu untuk melakukan pekerjaan. e. Latihan, proses persepsi merupakan sesuatu yang harus dipelajari dan dilatih. Persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu pengalaman pribadi dan pengalaman masa lalu. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstren sehingga terhadap objek yang sama akan memungkinkan timbulnya persepsi yang berbeda. 2. Kompetensi Guru a. Pengertian Kompetensi guru Kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya mencapai suatu tujuan. (Wina Sanjaya, 2008: 145).

15 Menurut Charles (1994) dalam E. Mulyasa (2008: 25) mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dari uraian di atas, terlihat bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk pada performa dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan. (E. Mulyasa 2007: 26) Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan perfomen merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat dinikmati, tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata. Seorang guru harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugas. Oleh karena itu, kompetensi mutlak harus dipenuhi seorang guru sebagai kemampuan, kecakapan, dan keterampilan dalam mengelola kegiatan pendidikan. Dengan demikian kompetensi guru berarti keterampilan dan pengetahuan serta kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

16 Berdasarkan beberapa uraian tentang pengertian kompetensi tersebut dapat dikatakan kompetensi guru adalah kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam mengajar dan mendidik. Seorang guru juga diharapkan mampu mendemonstrasikan pengetahuan yang diperoleh serta memiliki sikap dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam melaksanakan tugas mengajar sesuai dengan bidangnya dalam mencapai suatu tujuan. b. Komponen Kompetensi Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. (Kunandar, 2010: 55) Dengan kompetensi yang dimilki, seorang guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai kompetensi sebagai guru. Kompetensi guru yang harus dimiliki oleh guru memiliki empat komponen yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. 1) Kompetensi Pedagogik Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan

17 kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru berkaitan dengan aspek-aspek pedagogik: a. Menguasai karakteristik peserta didik di aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendididk. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Tugas guru adalah berusaha menciptakan proses pengajaran yang memberikan harapan, bukan yang menakutkan.

18 (Jejen Musfah, 2011: 33) Dalam proses mengajar dan mendidik itu, setiap guru perlu memiliki kesabaran dan kasih sayang terhadap para siswanya, hingga mereka benar-benar telah menjadi pribadi yang dewasa. Oleh karena itu, guru harus selalu belajar mengenai karakter siswa dan yang lebih penting berlatih dan berlatih bagaimana cara menghadapi karakter siswa tersebut, agar guru mampu dan tidak terjebak pada sikap yang dapat merugikan masa depan siswa. Pada dasarnya masyarakat selalu menghendaki guru menjadi pribadi yang baik, yang membimbing para siswa pada kebaikan. Siswa berkomunikasi secara langsung dengan guru, dan guru memeriksa tugas siswa, merupakan dua contoh umpan balik bagi guru. Menurut Petty (2004:38), Komunikasi dan belajar menuntut bahwa rangkaian berikut ini berjalan sempurna: apa yang saya maksud, apa yang saya katakan, apa yang mereka dengar, apa yang mereka mengerti. Apa yang saya maksud Apa yang saya katakan Apa yang mereka mengerti Apa yang mereka dengar Gambar 1: Rangkaian komunikasi dan belajar (Petty, 2004:38)

19 Setiap siswa memiliki karakter yang beragam. Tidak sulit bagi seorang guru membimbing siswa dengan membawa karakter yang baik sejak dari rumah ke dalam pembelajaran di kelas. Namun, masalah akan timbul ketika seorang guru berhadapan dengan karakter siswa yang buruk. Oleh karenannya, seorang guru harus paham akan karakter siswa yang di hadapi. Agar ketika berhadapan dengan siswa yang memiliki karakter yang buruk sedari siswa masuk ke dalam kelas. Dengan mampu menghadapi siswa yang demikian, seorang guru akan mampu juga dalam membawa susasana kelas pada suasana yang baik dan kondusif. Kebahagiaan dan kesuksesan anak tergantung pada kualitas teman dan perencanaan guru dan orang tuanya. Orang tua dan guru harus mampu menyediakan kondisi yang kondusif bagi minat belajar anak dan sarana belajar yang memadai, sehingga anak senang belajar dalam hidupnya. 2) Kompetensi Profesional Dalam proses penyelenggaraan pendidikan, gedung sekolah, dana, program, dan kepemimpinan adalah vital. Demikian untuk menghasilkan perubahan yang telah direncanakan pada anak didik juga sumber daya manusia, dari kepala sekolah, guru, dan staf memegang peranan yang sangat penting.

20 Kompetesi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar Nasional Pendidikan. Wina Sanjaya berpendapat bahwa, kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional ini memiliki karakteristik menguasai materi pelajaran yang luas dan mendalam, serta menguasai struktur dan metode keilmuan bidang studi yang di ajarkan. Materi yang dikuasai bukan sekedar materi ajar yang diajarkan di sekolah atau sesuai dengan kurikulum sekolah, melainkan materi yang memayunginya. Dengan menguasai materi maka guru diharapkan mampu menjelaskan materi ajar dengan baik dan dapat memberikan contoh yang kontekstual. Jadi selain guru perlu menguasai materi yang akan disampaikan, guru harus mampu menyampaikan materi tersebut secara sistematik sehingga tujuan dari proses belajar mengajar tercapai. Kompetensi profesional guru ditujukkan pula oleh kemampuan guru dalam mengembangkan materi studi yang diajarkan dalam bentuk penelitian dan menghasilkan karya-karya

21 produktif seperti penulisan bahan ajar termasuk menulis buku yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. 3) Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidik, orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial menurut Suharsimi Arikunto 1993: 239, adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru untuk berkomunikasi sosial baik dengan muridmuridnya maupun dengan sesama teman guru, Kepala Sekolah dengan pegawai tata usaha dan tidak lupa juga dengan anggota masyarakat di lingkungannya. (Wina Sanjaya, 2008: 146) Kompetensi sosial berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi: a. Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional. b. Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan. c. Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun secara kelompok. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai. Berkaitan dengan pendidikan yang tidak hanya pada

22 pembelajaran di sekolah namun juga pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Guru juga harus memiliki standar kualitas yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin (Mulyasa, 2008: 173-174). Interaksi antara guru dan siswa dapat terjalin dengan baik ketika keduanya saling berhubungan dengan baik. Dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu: a. Faktor guru Guru adalah pengelola pembelajaran. Faktor yang perlu diperhatikan oleh pembelajaran adalah keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, dan memanfaatkan metode yang tersedia. b. Faktor siswa Siswa di dalam interaksi belajar mengajar adalah subjek yang akan mencapai tujuan pembelajaran dalam bentuk hasil belajar. Salah satu karakteristik umum dari siswa adalah usia. Interaksi belajar mengajar dilingkungan sekolah harus disesuaikan dengan tingkat usia anak didik. Karakteristik secara khusus dapat dilihat dari berbagai sudut antara lain gaya belajar, kecerdasan. c. Faktor kurikulum

23 Kurikulum merupakan faktor pedoman bagi guru dan siswa dalam mengorganisasian tujuan dan isi pembelajaran. Dalam mengorganisasikan tujuan dan isi pembelajaran tersebut perlu diperhatikan sebagaimana guru merumuskan tujuan pembelajaran dan mengorganisasikan materi pelajaran. d. Faktor lingkungan Lingkungan adalah konteks terjadinya pengalaman belajar. Faktor ini terjadi dari lingkungan fisik (kelas, tata ruang, situasi fisik yang ada di sekitar kelas-laboratorium-sekolah) dan lingkungan non fisik ( cahaya, ventilasi, suasana belajar) yang menunjang situasi interaksi belajar mengajar yang optimal (Zainal Aqib Elham, 2007: 61-63). 4) Kompetensi Kepribadian Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, profesional dan dapat dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa. Pada dasarnya seorang pendidik memiliki tugas untuk merubah peserta didik menjadi manusia yang baik. Kepribadian seorang guru akan berdampak langsung pada kepribadian murid yang diajarnya pula. Jadi jika kepribadian guru kurang baik itu juga akan berdampak pada kepribadian siswa yang diajarnya pula. Kompetensi kepribadian pada seorang guru merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

24 berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Oleh karenanya, pribadi seorang guru sering dianggap sebagai panutan. (Jejen Musfah, 2011: 52) Seorang guru yang berperilaku tidak baik, padahal di kelas ia selalu menyampaikan nilai-nilai kebaikan kepada para siswanya, akan menghilangkan perannya sebagai pendidik, karena kepercayaan dari siswa, orang tua, dan masyarakat akan luntur bahkan hilang. Guru semacam ini tidak akan dapat menjadi teladan para siswa. Dilihat dari aspek psikologis kompetensi kepribadian guru menunjukkan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian: a. Mantap dan stabil yaitu memiliki kompetensi dalam bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial dan etika yang berlaku. b. Dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebgai guru. c. Arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak. d. Berwibawa yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik.

25 e. Memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religious, jujur, iklas, dan suka menolong (Syaiful Sagala, 2009: 33-34). Kepribadian memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan untuk bertindak sesuai dengan norma religius. Hal itu dapat ditandai dengan menghargai ajaran agama yang dianut maupun agama lain. Serta dengan menerapkan ajaran agama yang dianut dan menunjukkan keikhlasan serta memiliki perilaku yang dapat diteladani peserta didik dengan cara bertutur kata sopan dan berperilaku terpuji sehingga menjadi teladan peserta didik. 1. Mata Pelajaran IPS Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan. Istilah IPS merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah Social Studies dalam kurikulum di negara lain. Istilah itu merupakan hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar di Indonesia dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu, Solo (Sapriya, 2011: 19). Pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa, bukan sebatas pada upaya membuat siswa

26 hafal dengan semua materi pelajaran, tetapi juga menekankan pada keterampilan siswa dalam memecahkan masalah mulai dari lingkup diri sampai pada masalah yang kompleks. Hal ini ditunjukkan agar pembelajaran IPS menjadi lebih bermakna bagi siswa sehingga materi pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada pengajaran mata pelajaran IPS bukan menyajikan materi yang hanya memenuhi pada ingatan siswa saja, namun lebih jauh mengkaji kebutuhan sesuai dengan tuntutan yang ada di masyarakat. Masalahmasalah yang ada di masyarakat dapat dijadikan stimulan untuk dapat menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Gejala atau kejadiankejadian yang ada di sekitar masyarakat atau lingkungan pada siswa dapat menjadi hal yang menarik jika dapat dilihat dari berbagai sisi. Dalam kacamata IPS masalah yang ada di masyarakat akan dapat dilihat dari berbagai sisi, yaitu dari segi ekonomi, sikap mental, pemerintahan yang lebih relevan. Penyampaian guru dalam mengajar mata pelajaran IPS harus memahami dan menguasai Kompetensi Guru. Kompetensi Guru akan berpengaruh pada bagaimana siswa menerima stimulan dari guru. Dari Kompetensi Guru, guru akan dapat menyampaikan materi mata pelajaran IPS dengan baik serta tujuan dan nilai-nilai yang ada dalam mata pelajaran IPS tersampaikan dengan baik. Ketidakprofesionalan pada guru akan berpengaruh pada cara mengajar di dalam kelas. Misalnya guru tidak menguasai kompetensi pedagogik, maka guru tersebut tidak dapat

27 mengetahui karakteristik siswa. Dengan ketidakmampuan seorang guru menguasai kompetesi tersebut maka akan menimbulkan Persepsi Siswa yang berbeda. Guru yang tidak berkompeten saat menyampaikan materi sering terjadi miskomunikasi sehingga apa yang disampaikan tidak sesuai dengan tujuan yang harus dicapai. Sikap religius, jujur, demokratis adalah sikap yang diperlukan oleh seorang warga negara Indonesia di masa kini dan masa yang akan datang. Pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat merupakan pengetahuan penting yang memberikan wawasan kepada peserta didik mengenai siapa dirinya, masyarakatnya, bangsanya dan perkembangan kehidupan kebangsaan di masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang. (S. Hamid Hasan). B. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang relevan di lakukan oleh Dani Dwi Prasetyowati (2012) yang berjudul, Persepsi siswa Kelas XI IPS Terhadap Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru mata pelajaran Geografi di SMA 1 Muntilan dalam kategori baik. Diperoleh hasil dalam kategori sangat baik sebesar 12,62%, kategori baik 83,50%, kategori cukup baik 3,88%, kategori kurang baik 0%. Persepsi siswa terhadap kompetensi profesional yang diteliti adalah

28 sebagai berikut: 1) Kompetensi profesional sub indikator menguasai bahan pengajaran kurikulum dasar dalam kategori sangat baik 41,70%, kategori baik 58,30%, kategori cukup baik 0%, kategori kurang baik 0%. 2) Kompetensi Profesional sub indikator menguasai bahan pengayaan dalam kategori sangat baik 11,65% dalam kategori baik 47,57%, kategori cukup baik 39,80%, kurang baik 1,0%. 3) kompetensi profesional sub indikator penguasaan teknologi informasi dan komunikasi dalam kategori sangat baik 3,88%, kategori baik 22,33%, kategori cukup baik 70,88%, kategori kurang baik 2,91%. 2. Penelitian yang relevan selanjutnya dilakukan oleh Restika Afriyani (2013) dengan judul, Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Geografi SMA di Kabupaten Magelang. Penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik sebagian besar dalam keadaan baik, diperoleh hasil kategori sangat baik sebesar 84%, kategori baik sebesar 68,02%, kategori kurang baik 7,56% dan kategori tidak baik sebesar 0,58%. Hasil indikator kompetensi pedagogik menunjukkan bahwa: menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelktual (kategori baik 52,3%), menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajran yang mendidik (kategori kurang baik 36,0%), mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu (kategori baik 41,9%). 2) persepsi siswa terhadap kompetensi profesional sebagian besar dalam kategori baik

29 diperoleh hasil kategori sangat baik sebesar 11,6%, kategori baik sebesar 65,7%, kategori kurang baik sebesar 22,1% dan kategori tidak baik sebesar 6%. C. Kerangka Berfikir Proses pembelajaran lingkup pendidikan membutuhkan komponen yang pasti yaitu guru dan siswa. Komponen tersebut saling berpengaruh untuk mewujudkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Untuk mewujudkan keberhasilan dalam pembelajaran ada komponen yang wajib dimiliki oleh seorang guru yaitu Kompetensi Guru, kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru terdapat di dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007 meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Kepribadian. Kualitas yang dimilki oleh guru akan berpengaruh baik pada peserta didik. Kompetensi yang ada pada diri seorang guru akan berperan penting untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran yang bermutu baik. Komunikasi yang baik pada guru terhadap siswanya akan membantu memperlancar proses pembelajaran yang berlangsung. Pada proses pembelajaran berlangsung tingkah laku guru akan menjadi pusat perhatian peserta didik sehingga akan menimbulkan persepsi pada peserta didik. Dari hasil nilai siswa melalui ulangan, nilai raport, tugas, dan lainlain akan menunjukkan bahwa prestasi peserta didik itu beragam. Hal itu juga berpengaruh sama pada persepsi yang dimiliki siswa terhadap guru yang berbeda-beda.

30 Melalui Persepsi Siswa yang beragam itu akan menjelaskan atau menggambarkan bagaimana sebenarnya Kompetensi Guru Mata Pelajaran IPS. Melalui Persepsi Siswa, guru akan dapat melakukan tindakan yang benar untuk melakukan evaluasi terhadap peserta didik. Dengan demikian guru akan mendapatkan hasil yang optimal dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kerangka yang telah dijelaskan diilustrasikan pada gambar sebagai berikut Kompetensi Guru Kompetensi Pedagogik Kompetensi Kepribadian Kompetensi Sosial Kompetensi Profesional Pengamatan siswa terhadap Guru Kegiatan pebelajaran Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru IPS Gambar 2. Skema Kerangka Berfikir