PENGARUH CAIRAN RUMEN KERBAU DAN DI AMINO BUTYRIC ACID (DABA) PADA NILAI NUTRISI DAUN Acacia vilosa SECARA IN VITRO

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH JERAMI JAGUNG DAN SUPLEMEN PAKAN MULTI-NUTRIEN (SPM) TERHADAP PRODUKSI GAS SECARA IN VITRO

UJI KUALITAS JERAMI JAGUNG FERMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN CAIRAN RUMEN KERBAU SECARA IN VITRO

TOTAL PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BERBAGAI HIJAUAN TROPIS PADA MEDIA RUMEN DOMBA YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG SAPONIN DAN TANIN SKRIPSI RIANI JANUARTI

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

NILAI NUTRISI PAKAN KOMPLIT BERBASIS JERAMI FERMENTASI UNTUK RUMINANSIA SECARA IN VITRO

RESPON PENAMBAHAN AMPAS TEH

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA

FERMENTABILITAS DAN DEGRADABILITAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

FERMENTABILITAS DAN KECERNAAN in vitro RANSUM YANG DIBERI UREA MOLASSES MULTINUTRIENT BLOCK ATAU SUPLEMEN PAKAN MULTINUTRIEN

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

KEMAMPUAN BERBAGAI KOMBINASI ISOLAT BAKTERI SIMBION RAYAP DENGAN ISOLAT BAKTERI RUMEN DALAM MENDEGRADASIKAN PAKAN SUMBER SERAT

PENGARUH PROBIOTIK KHAMIR TERHADAP FERMENTASI DALAM CAIRAN RUMEN SECARA IN VITRO

FERMENTABILITAS RANSUM TERNAK RUMINANSIA BESAR YANG DIBERI EKSTRAK CURCIN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SKRIPSI JUNIASTICA

EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI

PENGARUH FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN AMPAS PATI AREN (Arenga pinnata MERR.)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

Uji Degradabilitas Pakan Komplit yang Mengandung Daun Chromolaena odorata secara In- Vitro

PERTUMBUHAN PROTOZOA DALAM CAIRAN RUMEN KERBAU YANG DISUPLEMENTASI TANIN SECARA IN VITRO. I. Sugoro 1 dan I. Yunianto 2

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

Jl. Lebak Bulus Raya No. 49, Jakarta Selatan Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Al Azhar Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

KANDUNGAN ASAM FITAT DAN KUALITAS DEDAK PADI YANG DISIMPAN DALAM KEADAAN ANAEROB SKRIPSI RETNO IRIANINGRUM

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA ENSILASE JERAMI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) TERHADAP KONSENTRASI NH 3 DAN VFA (IN VITRO)

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH IRADIASI DAN PENYIMPANAN DARI SUPLEMEN PAKAN RUMINANSIA

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI BAKTERI TOLERAN TANIN DAN PENGARUH INOKULASINYA TERHADAP MIKROBA RUMEN TERNAK KAMBING 5 BERPAKAN KALIANDRA (Calliandra calothyrsus)

KONSUMSI DAN KECERNAAN NUTRIEN SERTA KUALITAS SEMEN DOMBA GARUT DENGAN RANSUM YANG BERNILAI NERACA KATION ANION BERBEDA DIAH ANGGREINI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KADAR PROTEIN PAKAN DAN WAKTU PEMBER IAN SUPLE MEN ENERGI TERHADAP PRODUKSI MASSA MIKROBA RUMEN DOMBA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

AKTIVITAS ISOLAT MIKROBA RUMEN KERBAU YANG DISIMPAN PADA SUHU RENDAH

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Penggunaan Kulit Buah Jagung Amoniasi dalam Ransum Ternak Sapi

TEKNIK PRODUKSI GAS IN-VITRO UNTUK EVALUASI PAKAN TERNAK : Volume Produksi Gas Dan Kecernaan Bahan Pakan

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

EVALUASI PAKAN TERCEMAR TIMBAL (Pb) PADA SISTEM FERMENTASI RUMEN IN VITRO SKRIPSI PRAMUDIANTO EKAWARDANI

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

Nova Dwi Kartika, U. Hidayat Tanuwiria, Rahmat Hidayat. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN SISIK NAGA (Drymoglosum pilloselloides) TERHADAP KECERNAAN IN VITRO KONSENTRAT BERBAHAN PAKAN FERMENTASI

KOMBINASI PENGGUNAAN PROBIOTIK MIKROBA RUMEN DENGAN SUPLEMEN KATALITIK PADA PAKAN DOMBA RANTAN KRISNAN

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

NILAI BIOLOGIS SUBSTITUSI SUPLEMEN PAKAN MULTINUTRIEN PADA HIJAUAN SORGUM SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA SECARA IN VITRO

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

DEPOSISI PROTEIN PADA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI PAKAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT DENGAN METODE PENYAJIAN BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

Ahmad Nasution 1. Intisari

KELARUTAN DAN KECERNAAN BAHAN KERING (IN VITRO) BULU AYAM

PENGARUH PEMBERIAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI TERHADAP NILAI TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENT RANSUM DOMBA EKOR TIPIS

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan 100% Bahan Kering (%)

Perancangan Percobaan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

KECERNAAN HIJAUAN TURI (Sesbania grandifkora) DENGAN PENAMBAHAN AMPAS SAGU KUKUS YANG DIUJI SECARA IN VITRO. Ch. W. Patty ABSTRACT

PENGARUH PENAMBAHAN YEAST PADA PEMBERIAN LAMTORO MERAH (Acacia villosa) TERHADAP HISTOPATOLOGI HATI TIKUS RATNA WULANDARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum ) TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING LOKAL

Uji Kecernaan In-Vitro Dedak Padi yang Mengandung Daun Paitan (Tithonia diversifolia (HEMSL.) A. Gray) dan Kelor (Moringa oleifera, Lamk)

THE EFFECT OF PROBIOTIC FEED SUPPLEMENT ON MILK YIELD, PROTEIN AND FAT CONTENT OF FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED

PENGARUH KANDUNGAN ENERGI DALAM KONSENTRAT TERHADAP KECERNAAN SECARA IN VIVO PADA DOMBA EKOR GEMUK

UJI KADAR AIR, AKTIVITAS AIR, DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM KOMPLIT DOMBA BENTUK PELET MENGGUNAKAN DAUN KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI HIJAUAN

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

METODE. Materi. Metode

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

I. PENDAHULUAN. dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam

PENGARUH PROTEKSI PROTEIN AMPAS KECAP DENGAN TANIN TERHADAP KONSENTRASI AMONIA, PRODUKSI PROTEIN TOTAL DAN PERSENTASE RUMEN

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi Biomineral

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

KECERNAAN BAHAN KERING BEBERAPA JENIS PAKAN PADA TERNAK SAPI BALI JANTAN YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM FEEDLOT ABSTRACT

PENAMPILAN PRODUKSI KERBAU LUMPUR JANTAN MUDA YANG DIBERI PAKAN AMPAS BIR SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT JADI

Transkripsi:

PENGARUH CAIRAN RUMEN KERBAU DAN DI AMINO BUTYRIC ACID (DABA) PADA NILAI NUTRISI DAUN Acacia vilosa SECARA IN VITRO (The effects of Buffalo Rumen Liquid and Daba on Nutrition Values of Acacia vilosa in vitro) ANDINI L.S. 1, K.G. WIRYAWAN 2, SURYAHADI 2 dan SUHARYONO 1 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta. 2 Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Pascasarjana, IPB, Bogor ABSTRACT The research was done to study the effect of rumen microbes and Di Amino Butyric Acid (DABA) to the nutrition value of A.vilosa leaves using in vitro gas production method. The factorial combination of A. vilosa concentration and DABA concentration were replicated three times and were aranged in a randomized complete block design. The treatments of DABA (D) were 0; 0.3; 0.6 and 0.9% and for A. vilosa: (A): 0; 15; 30 and 45% respectively. Comparison between means were analyzed using Tukey methods. Net gas production, digestibility dry matter (DDM), digestibility organic matter (DOM) and mass microbial production were measured on 24 h at 39 C after incubation. The results indicated that DDM and DOM values in all treatments were not significantly different. The higher concentration of A. vilosa and DABA the lower the net-gas production, and the higher the microbial mass production. Meanwhile the partitioning factors in this experiment were found in the range from 5.61 to 8.60. Key words: Rumen liquid, DABA, A. vilosa, In vitro ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh mikroba rumen kerbau dan Di Animo Butyric Acid (DABA) pada nilai nutrisi daun A. vilosa dengan metode produksi gas secara in vitro. Analisis statistik yang digunakan adalah percobaan faktorial dengan rancangan acak kelompok dengan 2 faktor yaitu kadar A. vilosa: (A) 0; 15; 30 dan 45% dan kadar DABA (D) 0; 0,3; 0,6 dan 0,9% dari setiap perlakuan diulang 3 kali. Sedangkan uji lanjut digunakan uji perbandingan Tukey. Parameter yang diamati adalah produksi gas netto, kecernaan bahan kering (KCBK), kecernaan bahan organik (KCBO), nilai konversi dan produksi massa mikroba setelah inkubasi 24 jam pada suhu 39 C. Hasil yang didapat adalah Nilai KCBK, dan KCBO tidak dipengaruhi konsentrasi DABA maupun A. vilosa. Peningkatan konsentrasi A vilosa dan DABA akan menurunkan produksi gas netto, dan meningkatkan produksi massa mikroba. Sementara itu nilai konversi bahan organik menjadi gas yang didapat pada percobaan ini berkisar antara 5,61 8,60. Kata kunci: Cairan rumen, DABA, A. vilosa, In vitro PENDAHULUAN Acacia vilosa adalah sejenis leguminosa yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai nilai nutrisi dan agronomis yang tinggi, dan mudah tumbuh pada tanah asam, produksi biomassa tinggi, tahan terhadap kekeringan, kandungan protein tinggi, kecernaan serat tinggi dan merupakan tanaman penyangga pada tanah hutan. Tanaman ini juga mengandung senyawa nitrogen (N) bukan protein yang oleh ternak ruminansia digunakan sebagai sumber N untuk sintesa protein mikroba. Leguminosa ini dapat dijadikan suplemen protein alternatif. Akan tetapi tanaman A. vilosa juga mengandung zat antinutrisi dan senyawa komplek, dengan protein dan karbohidrat, pada ternak ruminansia hanya dapat dipecah oleh mikroba spesifik yang sudah beradaptasi dengan jenis pakan tersebut. Menurut WINA dan TANGENDJAJA (2000) zat antinutrisi pada 798

akasia antara lain tanin, dan senyawa nitrogen bukan protein sebesar 2,88% yang terdiri antara lain 2-amino 4-acetyl amino butyric acid (ADAB), dan diamino butyric acid (DABA). Apabila zat antinutrisi ini termakan oleh ternak yang belum teradaptasi, karena mempengaruhi syaraf akan menyebabkan gejala kronis yang lama kelamaan menyebabkan kematian (MACKIE et al., 1978; MACKIE and WILKINS., 1988; RASMUSSEN et al., 1993). Uji Gas in vitro Hohenheim digunakan sebagai teknik evaluasi pakan berdasarkan produksi gas hasil akhir fermentasi mikroba. Produksi gas dengan teknik in vitro sangat berguna untuk melihat pertumbuhan mikroba, kecernaan bahan kering, bahan organik, dan untuk mengetahui nilai nutrisi dari pakan tersebut. Pakan yang mengandung tanin pada konsentrasi rendah akan menghasilkan gas dengan konsentrasi tinggi. Teknik ini mempunyai potensi yang baik untuk mempelajari komponen antinutrisi pakan pada proses pencernaan di dalam rumen. Uji ini berdasarkan hubungan antara kecernaan in vivo dan produksi gas in vitro, bila pakan diinkubasi dengan cairan rumen selama 24 jam (MAKKAR et al., 1995; GETACHEW et al., 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai nutrisi daun A. vilosa sebagai bahan pakan ternak karena pengaruh mikroba cairan rumen kerbau dan DABA. MATERI DAN METODE Cairan rumen dalam penelitian ini diambil dari kerbau fistula hasil seleksi dengan penandaan 32 P (MAKKAR, 1998). Bahan pakan hijauan A. vilosa, standar hijauan, standar konsentrat dan senyawa DABA murni. Metode untuk pengukuran nilai nutrisi bahan pakan adalah uji gas in vitro Hohenheim yang telah dimodifikasi (ANDINI et al., 2003). Uji Gas in Vitro Hohenheim. Uji ini digunakan sebagai teknik evaluasi pakan berdasarkan produksi gas hasil akhir fermentasi mikroba. Analisis statistik yang digunakan adalah percobaan faktorial dengan rancangan acak kelompok dengan 2 faktor yaitu konsentrasi A. vilosa: (A) 0; 15; 30 dan 45% dan konsentrasi DABA (D) 0; 0,3; 0,6 dan 0,9% dari setiap perlakuan diulang 3 kali. Sedangkan uji lanjut digunakan uji perbandingan Tukey. Analisis sidik ragam dan uji lanjut dilakukan untuk mengetahui pengaruh DABA terhadap fermentasi dan degradasi hijauan A. vilosa oleh mikroba rumen (STEEL dan TORRIE, 1991). Uji analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program Minitab versi 11.21 (MATTJIK dan SUMERTAJAYA, 2000). Peubah yang diamati produksi gas dengan uji gas Hohenheim (MENKE et al., 1979), kecernaan bahan organik, dan kecernaan bahan kering, nilai konversi, dan produksi massa mikroba. Sebelum pengambilan cairan rumen, media bufer yang berisi mikro dan makromineral dibiarkan di dalam penangas air pada suhu 39 o C sambil dialiri CO 2 dan diaduk dengan pengaduk magnetik. Sebelum ditambah cairan rumen dipastikan suhunya 39 o C dan warna medium berubah dari biru menjadi merah muda dan akhirnya tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi reduksi sudah lengkap dimana resazurin sebagai indikatornya. Percobaan ini menggunakan substrat sebanyak 375 mg untuk tiap sampel dan cairan rumen 30 ml dengan perbandingan kombinasi sebagai berikut: rumput (R) 100%: A. vilosa (A) 0%; R 85% : A 15%; R 70% : A 30%; dan R 55% + A 45% dan 375 mg R + DABA (D) dengan berbagai kadar yaitu 0; 0,3; 0,6 dan 0,9% kemudian diinkubasi pada suhu 39 o C dan diamati produksi gas selama inkubasi 24 jam. Produksi gas ini digunakan untuk menentukan kecernakan bahan kering (KCBK), kecernakan bahan organik (KCBO), produksi massa mikroba dan nilai konversi. Produksi gas HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh DABA dan A. vilosa dengan berbagai konsentrasi terhadap produksi gas netto per 200 mg bahan kering (BK) disajikan pada Tabel 1. Kedua faktor perlakuan dan interaksinya berbeda sangat nyata pada p<0,01. Uji lanjut perbandingan Tukey, terlihat bahwa perlakuan pada konsentrasi DABA 0% berbeda dengan konsentrasi DABA (D) 0,6 dan 0,9%. Sedangkan perlakuan A. vilosa (A) pada konsentrasi 0 dan 45% berbeda sangat nyata. Produksi gas yang dihasilkan oleh mikroba 799

Tabel 1. Pengaruh DABA dan A. vilosa pada berbagai konsentrasi terhadap produksi gas netto/200 mg BK (ml) DABA (%) Rataan 0 13,78 12,92 11,33 10,27 12,07 a ± 1,60 0,3 13,46 14,89 13,66 11,90 13,48 ab ± 1,20 0,6 14,22 15,69 12,76 12,69 13,85 b ± 1,40 0,9 13,57 16,04 14,42 11,83 13,97 b ± 1,70 Rataan 13,76 ab ± 0,89 14,89 a ± 1,30 13,05 b ± 1,30 11,68 c ± 1,10 Nilai rata-rata dalam baris dan kolom dengan superskrip yang sama tidak berbeda nyata rumen berkisar antara 11,33 14,89 ml dari 200 mg BK pakan. Percobaan in vitro yang dilakukan oleh El HASSAN et al. (1995) menunjukkan bahwa substrat tanpa akasia menghasilkan gas sebanyak 55,4/200 mg BK, sedangkan pada penggunaan akasia sebanyak 60% hanya memproduksi gas sebanyak 12,6 ml/200 mg BK). Sehingga dalam penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh EL HASSAN et al. (1995). Semakin tinggi konsentrasi A. vilosa maka semakin rendah produksi gas netto. Sebaliknya konsentrasi DABA semakin tinggi semakin tinggi pula produksi gas, atau dengan kata lain, DABA tidak menghambat produksi gas (Tabel 1 dan Gambar 1). Hal ini mungkin disebabkan tanin yang dikandung dalam daun akasia menghambat pertumbuhan mikroba sehingga semakin tinggi kadar daun akasia semakin rendah produksi gas (MAKKAR, 2000). Gambar 1 menunjukkan bahwa produksi gas dari konsentrasi A. vilosa (A) 0% dan 15% makin tinggi pada semua perlakuan, akan tetapi menurun kembali pada konsentrasi 30 dan 45%. Produksi gas neto/200 mg BK (ml) 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 A. villosa (%) D 0 % D 0,3 % D 0,6 % D 0,9 % Gambar 1. Pengaruh DABA dan A. vilosa pada berbagai konsentrasi terhadap produksi gas netto/200 mg BK (ml) 800

Produksi gas netto A. vilosa makin tinggi makin rendah produksi gas netto, sebaliknya konsentrasi DABA makin tinggi produksi gas makin tinggi. Standar konsentrat menghasilkan gas ratarata sebesar 62,6 ml dan standar hijauan sebesar 44,16 ml (MATTJIK dan SUMERTAJAYA, 2000). Produksi gas netto yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar 22,07 28,06 ml, hal ini menurut penelitian MAKKAR et al. (1995) disebabkan karena hijauan mengandung tanin, maka pertumbuhan mikroba rumen terhambat, sehingga produksi gas rendah. Nilai konversi Hubungan antara kecernaan bahan organik dan produksi gas dapat digambarkan dalam nilai konversi yaitu jumlah bahan organik tercerna (mg) yang menghasilkan 1 ml gas. Semakin tinggi nilai konversi pada pakan berarti bahan kering yang tercerna akan menghasilkan massa mikroba tinggi, atau dengan kata lain efisiensi sintesa mikroba akan lebih tinggi. Pada pakan yang mengandung banyak tanin hal ini tidak berlaku, karena tanin yang larut selama proses fermentasi akan dikontribusikan sebagai bahan kering yang tercerna tetapi tidak dikontribusikan sebagai gas (EL HASSAN et al., 1995). Makin tinggi konsentrasi A. vilosa makin tinggi nilai konversi substrat (Tabel 3). Nilai konversi pada konsentrasi A. vilosa (A) 0 dan 15% berbeda nyata dengan konsentrasi A. vilosa (A) 30 dan 45% (p<0,01). Sebaliknya makin tinggi konsentrasi DABA makin rendah nilai konversi. Nilai konversi yang didapat pada percobaan ini berkisar antara 5,61 8,60. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian MAKKAR et al. (1995) yang menunjukkan bahwa umumnya sampel yang banyak mengandung tanin, mempunyai nilai konversi di atas 4,41. Hal ini disebabkan karena sampel yang mengandung banyak tanin akan larut selama fermentasi, sehingga dikontribusikan sebagai bahan kering yang hilang, tetapi tidak dikontribusikan sebagai gas. Oleh karena itu akan menghambat produksi gas dari sel yang terlarut tersebut di dalam fermentasi rumen. Kecernaan bahan kering (KCBK) Pengaruh DABA dan A. vilosa terhadap nilai kecernaan bahan kering menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata diantara perlakuan (Gambar 2). Sehingga dapat dikatakan bahwa semua tingkat perlakuan tidak mempengaruhi kecernaan bahan kering. A. vilosa makin tinggi makin tinggi nilai KCBK (Gambar 2) walaupun dalam analisis sidik ragam tidak berbeda nyata. DABA 0,3 nilai KCBK tertinggi tetapi menurun kembali pada konsentrasi DABA 0,6 dan 0,9. Menurut MAKKAR et al. (1995) hijauan yang mengandung tanin mempunyai nilai kecernaan rendah, hal ini sesuai dengan yang didapat dalam penelitian ini (<50%). Tabel 2. Nilai rataan produksi gas netto substrat pakan yang mengandung DABA dan A. vilosa pada berbagai kombinasi konsentrasi DABA (%) Rataan 0 25,93 aa 24,21 aa 21,32 ab 19,37 ab 22,93 A ± 2,92 0,3 25,26 aa 28,06 ba 25,80 ba 22,47 cb 25,46 AB ± 2,26 0,6 26,71 aa 29,55 bb 24,00 bac 23,88 cc 26.09 B ± 2,75 0,9 25,49 aa 30,22 bb 27,22 ba 22,30 cc 26.36 B ± 3,22 Rataan 26,07 ab ± 1,80 28,06 a ± 2,46 24,64 b ± 2,38 22,07 c ± 1,97 Nilai rata-rata dengan superskrip yang sama tidak berbeda nyata Superskrip huruf kapital untuk DABA (lajur) Superskrip huruf kecil untuk A. vilosa (kolom) 801

Tabel 3. Pengaruh DABA dan A. vilosa pada berbagai konsentrasi terhadap nilai konversi (PF) substrat DABA (%) Rataan 0 6,60 aa 6,74 aa 7,34 aa 8,60 ab 7,32 A 0,3 6,22 aa 7,42 aa 6,98 aa 8,19 ab 7,20 A 0,6 6,27 aa 5,70 ba 8,53 bb 8,77 ab 7,32 A 0,9 6,46 aa 5,61 ba 6,59 aa 8,35 ab 6,76 A Rataan 6,46 a 6,37 a 7,35 b 8,48 c Nilai rata-rata dengan superskrip pada lajur/kolom sama tidak berbeda nyata Superskrip huruf kapital untuk DABA (lajur) Superskrip huruf kecil untuk A. vilosa (kolom) 60 Kecernaan bahan kering (%) 50 40 30 20 10 D 0 % D 0,3 % D 0,6 % D 0,9 % 0 A. villosa (%) Gambar 2. Pengaruh DABA dan A. vilosa pada berbagai konsentrasi terhadap nilai kecernakan bahan kering (KCBK) (%) Kecernaan bahan organik (KCBO) Pengaruh DABA dan A. vilosa dengan berbagai konsentrasi terhadap nilai kecernaan bahan organik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata diantara perlakuan (Gambar 3). Sehingga dapat dikatakan bahwa semua tingkat perlakuan tidak mempengaruhi kecernaan bahan organik. Hasil dari KCBK dan KCBO pada Gambar 2 dan 3 cenderung memperlihatkan pola sama. Produksi massa mikroba Pengaruh DABA dan A. vilosa pada berbagai konsentrasi terhadap produksi massa mikroba tertera pada Tabel 4. Berdasarkan analisis sidik ragam perlakuan DABA memberikan pengaruh yang nyata terhadapproduksi massa mikroba, sedangkan perlakuan A. vilosa tidak berpengaruh nyata. Uji lanjut perbandingan Tukey menunjukkan bahwa konsentrasi DABA 0% berbeda nyata 802

dengan konsentrasi DABA 0,3 dan 0,6 % seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4. Pada perlakuan tanpa DABA produksi massa mikroba makin tinggi dengan tingginya konsentrasi A. vilosa, walaupun dengan statistik tidak berbeda nyata. Produksi massa mikroba pada substrat tanpa DABA dan tanpa A. vilosa (0%) menunjukkan hasil yang cukup tinggi yaitu 163,35 mg, bila dilihat dari nilai rata-rata pada Tabel 4 menunjukkan bahwa makin tingginya konsentrasi A. vilosa makin meningkat pula produksi massa mikroba. Perlakuan dengan berbagai konsentrasi DABA, produksi massa mikroba juga makin meningkat sebagai akibat meningkatnya DABA, walaupun nilainya lebih rendah dari perlakuan A. vilosa. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa ada harapan terdapat pertumbuhan mikroba yang dapat memanfaatkan daun akasia dan DABA sehingga diperoleh massa mikroba yang makin meningkat. MAKKAR et al. (1995) mendapatkan adanya pertumbuhan mikroba yang mampu memproduksi enzim yang akan dapat memutuskan ikatan tanin dan protein pada akasia, dan mikroba akan menggunakan DABA untuk pertumbuhannya. 60 Kecernaan bahan organik (%) 50 40 30 20 10 D 0 % D 0,3 % D 0,6 % D 0,9 % 0 A. villosa (%) Gambar 3. Pengaruh DABA dan A. vilosa pada berbagai konsentrasi terhadap nilai kecernakan bahan organik (KCBO) (%) Tabel 4. Pengaruh DABA dan A. vilosa pada berbagai konsentrasi terhadap produksi massa mikroba (mg) DABA (%) Rataan 0 163,35 aa 169,23 aa 187,07 ab 178,08 ab 174,44 A ± 11,80 0,3 174,39 aa 132,91 bb 155,96 bcc 157,48 bc 155,18 B ± 18,50 0,6 163,39 aa 159,81 aa 140,60 ba 157,68 ba 155,37 B ± 14,30 0,9 169,48 aa 157,70 aa 155,54 ba 155,97 ba 159,67 AB ± 12,20 Rataan 167,65 a ±10,20 154,91 a ± 17,10 159,79 a +19,10 162,30 a ± 16,00 Nilai rata-rata dengan superskrip sama tidak berbeda nyata Superskrip huruf kapital untuk DABA (lajur) Superskrip huruf kecil untuk A. vilosa (kolom) 803

KESIMPULAN Semakin tinggi konsentrasi A. vilosa maka semakin rendah produksi gas netto. Sebaliknya konsentrasi DABA semakin tinggi semakin tinggi pula produksi gas, atau dengan kata lain, DABA tidak menghambat produksi gas. Makin tinggi konsentrasi A. vilosa makin tinggi nilai konversi substrat. Sebaliknya makin tinggi konsentrasi DABA makin rendah nilai konversi. Nilai konversi yang didapat pada percobaan ini berkisar antara 5,61 8,60. Pada perlakuan tanpa DABA produksi massa mikroba makin tinggi dengan tingginya konsentrasi A. vilosa, walaupun dengan analisis statistik tidak berbeda nyata. Produksi massa mikroba makin tinggi dengan makin tingginya konsentrasi DABA, walaupun nilainya lebih rendah dari perlakuan A. vilosa. Hasil pengamatan terhadap kecernakan bahan kering (KCBK), dan kecernakan bahan organik (KCBO) tidak dipengaruhi perlakuan DABA maupun A. vilosa. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa ada harapan terdapat pertumbuhan mikroba yang dapat memanfaatkan daun akasia dan DABA sehingga diperoleh massa mikroba yang makin meningkat. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Bintara H. (Almarhum), Asih Kurniawati, S.P., M Si dan Firsony SSi., serta Saudara Deddy yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA ANDINI, L.S., K.G. WIRYAWAN., SURYAHADI, dan SUHARYONO. 2003. Studi banding kandungan mikroba cairan rumen dengan penandaan 32P pada substrat daun A. vilosa. Majalah Ilmiah SAINSTEKS. EL-HASSAN, S.M., A. LAHLOU-KASSI, C.J. NEWBOLD and R.J. WALLACE. 1995. Antimicrobial factors in African multipurpose trees. Proc. Workshop ILRI. Addis Ababa. Ethiopia. GETACHEW, G., H.P.S. MAKKAR and K. BECKER. 1999. Tropical browses content of phenolic compounds energetic value and stoichiometrical relationship between short chain fatty acid and in vitro gas production. J Agric. Sci. 1999. MACKIE, R.I. and C.A. WILKINS. 1988. Enumeration of anaerobic bacterial microflora of the equine gastrointestinal tract. App. and Env. Mic. 9 2155 2160. MACKIE, R.I., F.M.C. GILCHRIST, A.M. ROBBERTS, P.E. HANNAH and H.M. SCHWARTZ. 1978. Microbiological and chemical changes in the rumen during the stepwise adaptation of sheep to high concentrate feed. J. Agric. Sci. 90: 241 153. MAKKAR, H.P.S. 1998. Roles of tannins and saponins in nutrition. Di dalam: Effects of antinutrients on the nutritional value of legume feed. Proc. of the seventh scientific workshop in Tromso. 8: 103 114. MAKKAR, H.P.S. 2000. Quantification of tannin in tree foliage. FAO/IAEA Working Document IAEA, Vienna. MAKKAR, H.P.S., M. BLUMMEL, and K. BECKER. 1995. Formation of complexes between polyvinyl pirrolidones or polyethylene glycols and tannin, and their implications in gas production and true digestibility in vitro techniques. Brit. J. Nut. 73: 897 913. MATTJIK, A.A. dan SUMERTAJAYA, M. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab (jilid 1). IPB Press, Bogor. MENKE, K.H. et al. 1979. The estimation of digestibility and metabolisable energy content of ruminant feedstuffs from the gas production when they are incubated with rumen liquor in vitro. J. Agric. Sci. 93: 217 222. RASMUSSEN, M.A., M.J. ALLISON and J.G. FOSTER. 1993. Flatpea intoxication in sheep and indications of ruminal adaptation. J. Vet. Hum. Toxicol Apr. 35: 123 127. STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1991. Principles Procedures of Statistic a Biometrical Approach. 2 nd. Mc Graw Hill. WINA, E. and B. TANGENDJAJA. 2000. The possibility of toxic compounds in Acacia vilosa. Buletin Pernakan 24: 34 42. 804