Sesi X ANALISIS KEPUTUSAN

dokumen-dokumen yang mirip
Asusmi/Penyederhanaan Sistem

Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c

Pemodelan dalam RO. Sesi XIV PEMODELAN. (Modeling)

Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c

Sesi IX : RISET OPERASI. Perkembangan Riset Operasi

Pengantar Riset Operasi. Riset Operasi Minggu 1 (pertemuan 1) ARDANESWARI D.P.C., STP, MP

Manajemen Sains. Pengenalan Riset Operasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika

BAB 2 LANDASAN TEORI

RISET OPERASIONAL. Kosep Dasar Riset Operasional. Disusun oleh: Destianto Anggoro

RISET OPERASIONAL. Staf Pengajar Kuliah : Fitri Yulianti, MSi.

MATA KULIAH MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS]

RISET OPERASIONAL MINGGU KE-1. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si. Kosep Dasar Riset Operasional

MATA KULIAH RISET OPERASIONAL [KODE/SKS : IT045233/ 2 SKS]

LINIER PROGRAMMING Formulasi Masalah dan Pemodelan. Staf Pengajar Kuliah : Fitri Yulianti, MSi.

Hanif Fakhrurroja, MT

Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM

Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DECISION THEORY DAN GAMES THEORY

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng

PENGENALAN SISTEM OPTIMASI. Oleh : Zuriman Anthony, ST. MT

Pengertian Pengambilan Keputusan

BAB I. PENDAHULUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #13 Ganjil 2016/2017 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Klasifikasi Model. Teori dan Pemodelan Sistem TIP FTP UB Mas ud Effendi

Riset Operasi Bobot: 3 SKS

TEKNIK SIMULASI. Nova Nur Hidayati TI 5F

Keputusan Dalam Ketidakpastian dan Resiko

Pengambilan Keputusan dalam keadaan ada kepastian. IRA PRASETYANINGRUM, S.Si,M.T

Materi #13 TKT101 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI T a u f i q u r R a c h m a n

OPERATION RESEARCH-1

Kriteria Model yang Baik

6/15/2015. Simulasi dan Pemodelan. Keuntungan dan Kerugian. Elemen Analisis Simulasi. Formulasi Masalah. dan Simulasi

Pengambilan Keputusan dalam Ketidakpastian

Sesi XVI METODE ANTRIAN (Queuing Method)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sesi XV TEORI PERMAINAN (Game Theory)

BAB I DASAR SISTEM OPTIMASI

SISTEM DAN MODEL Tujuan Instruksional Khusus:

MODEL DAN PERANAN RO DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #12 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

Oleh: Dwi Esti Andriani, M. Pd. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Prodi Manajemen Pendidikan FIP-UNY

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb

BAB IX PROSES KEPUTUSAN

3. KLASIFIKASI MODEL.

1/14/2010. Riani L. Jurusan Teknik Informatika

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OUTLINE. BAGIAN II Probabilitas dan Teori Keputusan. Konsep-konsep Dasar Probabilitas. Distribusi Probabilitas Diskret.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

PENGANTAR MODEL STOKASTIK. Teknik Industri 2015

1.1 Latar Belakang Masalah

OPERATIONS RESEARCH. oleh Bambang Juanda

Pendahuluan. Matriks Permainan (Payoff Matrix) Matriks Permainan Jumlah Nol. Unsur-Unsur Dasar. Matriks Permainan Jumlah Tak Nol

LINEAR PROGRAMMING. Pembentukan model bukanlah suatu ilmu pengetahuan tetapi lebih bersifat seni dan akan menjadi dimengerti terutama karena praktek.

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB II LANDASAN TEORI

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

LINIER PROGRAMMING. By Zulkifli Alamsyah /ZA 1

Modul 14. PENELITIAN OPERASIONAL I MODEL SIMULASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

MODEL STOKASTIK.

POHON KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH

Mohamad Iqbal MI-3. Pengantar Manajemen Sains

Sistem Pengambilan Keputusan, Pemodelan dan Pendukung. Tri, 2017

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Simulasi dan Pemodelan. Kuliah I Ricky Maulana Fajri, M.Sc

Outline 0 PENDAHULUAN 0 FORMULASI MODEL 0 FORMULASI MODEL DETERMINISTIK 0 FORMULASI MODEL STOKASTIK

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System

BAB II MODEL Fungsi Model

SIKLUS KEPUTUSAN AMALIA, ST, MT

BAB II LANDASAN TEORI

Formulasi Model dan Parameterisasi

Metodologi Penelitian

MODEL TRANSPORTASI. Sesi XI : Model Transportasi

Sistem, Model dan Simulasi

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Metode Perencanaan Berdasarkan Kondisi Keamanan*

SIMULASI SISTEM. Himpunan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu.

TOOLS SIMULASI INVENTORI PADA SUPERMARKET

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Program Dinamik

PERBANDINGAN KRITERIA KEPUTUSAN MAXIMIN DENGAN KRITERIA KEPUTUSAN LAPLACE PADA PENCARIAN SOLUSI PROGRAM LINIER FUZZY SKRIPSI MELVA YETTI SIHOTANG

Gambar Skema Proses Pemodelan

Karakteristik Model & Struktur Model. Ratih Setyaningrum, MT Hanna Lestari, M.Eng

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI: S1 SISTEM INFORMASI Semester : 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III SIKLUS ANALISA KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Teknik Simulasi. Eksperimen pada umumnya menggunakan model yg dapat dilakukan melalui pendekatan model fisik atau model matametika.

STATISTICAL THINKING DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN BISNIS. Rezzy Eko Caraka

Kode Mata Kuliah : CCR-314 Nama Mata Kuliah : Riset Operasional Kelas/Seksi : 10 Nama Dosen : Taufiqurrahman

PEMODELAN. Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena berbentuk objek atau aktivitas.

Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat Permasalahan muncul ketika banyak

PEMODELAN. Model adalah abstraksi dari sesuatu, yang mewakili beberapa fenomena berbentuk objek atau aktivitas.

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

Pertemuan 3 PEMODELAN

SEJARAH DAN KEGUNAAN RISET OPERASI Riset Operasi (operation research) dimulai dikalangan militer dalam permulaan Perang Dunia Kedua.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO

milik UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi X ANALISIS KEPUTUSAN e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan Causes Problems Actions Spontaneous or Systematic Solutions 1

Pendahuluan (lanjutan) Suasana dimana keputusan dibuat sering digolongkan menjadi empat, yaitu certainty, risk, uncertainty, dan conflict. Suasana dikatakan certainly, jika semua informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan diketahui secara sempurna dan tidak berubah. Biasa ditemukan pada model keputusan yang deterministic, seperti merumuskan model masalah program linier dan transportasi yang dapat diasumsikan dengan pasti. Jika informasi yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan diketahui tidak sempurna, maka kosekuensi atau hasil keputusan tidak dijamin bagus, meskipun keputusan atau pilihan terbaik telah diambil. Pendahuluan (lanjutan) Suasana keputusan dengan informasi tidak sempurna dibedakan menjadi risk dan uncentainty. Risk, jika informasi sempurna tidak tersedia, tetapi peristiwa dan probabilitasnya diketahui. Uncentainly, jika seluruh peristiwa yang mungkin terjadi diketahui, tetapi tanpa mengetahui probabilitasnya masingmasing. Jika certainty dan uncertainty diibaratkan sebagai kutub yang berlawanan untuk ketersediaan informasi, maka risk adalah suatu titik di antaranya. certainty risk uncertainty 2

Pemodelan Riset Operasi (lebih dikenal dengan operation research atau quantitative analysis) merupakan serangkaian kegiatan analis dan pemodelan matematik untuk keperluan pengambilan keputusan. Banyak persoalan manajerial di suatu organisasi/perusahaan yang senantiasa dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan (decision making). Salah satu alasan pembentukan model dalam riset operasi adalah untuk menemukan variabel-variabel apa yang penting dan menonjol yang berkaitan erat dengan penyelidikan hubungan yang ada diantara variabel-variabel itu. Pemodelan (lanjutan) Model dalam RO : Model adalah abstraksi atau penyederhanaan realitas dari suatu sistem yg kompleks Model menunjukkan hubungan-hubungan (langsung atau tidak langsung) dari aksi dan reaksi dalam pengertian sebab dan akibat. Model harus mencerminkan semua aspek realitas yang sedang diteliti. Model adalah suatu fungsi tujuan dengen seperangkat kendala yang diekspresikan dalam bentuk variabel keputusan. 3

Pemodelan (lanjutan) Alasan pembentukan model : Menemukan variabel-variabel yang penting atau menonjol dalam suatu permasalahan. Penyelidikan hubungan yang ada di antara variabelvariabel. Pemodelan (lanjutan) Teknik-teknik kuantitatif seperti statistik dan simulasi bisa digunakan. Model dapat diklasifikasikan dalam banyak cara, misalnya menurut jenisnya, dimensinya, fungsinya, tujuannya, subyeknya, atau derajatnya. Kriteria yang paling biasa adalah jenis model yang meliputi Iconic (physical), analogue (diagrammatic), dan symbolic (mathematical). 4

Pemodelan (lanjutan) Iconic (physical) Model Penyajian fisik yang tampak seperti aslinya dari suatu sistem nyata dengan skala yang berbeda. Model ini mudah untuk mengamati, membangun dan menjelaskan tetapi sulit untuk memanipulasi dan tidak dapat digunakan untuk tujuan peramalan. Biasanya menunjukkan peristiwa statik. Pemodelan (lanjutan) Analogue Model Lebih abstrak dari iconic model, karena tidak kelihatan sama antara model dengan sistem nyata. Lebih mudah untuk memanipulasi dan dapat menunjukkan situasi dinamis. Umumnya lebih berguna dari pada iconic model karena kapasitasnya yang besar untuk menunjukkan ciri-ciri sistem nyata yang dipelajari. 5

Pemodelan (lanjutan) Mathematical (Simbolic) Model Sifatnya paling abstrak. Menggunakan seperangkat simbol matematik untuk menunjukkan komponen-komponen (dan hubungan antar mereka) dari sistem nyata. Dibedakan menjadi : - Model Deterministik - Model Probabilistik Pemodelan (lanjutan) - Model deterministik : Dibentuk dalam situasi penuh kepastian (certainty). Memerlukan penyederhanaan-penyederhanaan dari realitas karena kepastian jarang terjadi. Keuntungannya : dapat dimanipulasi dan diselesaikan lebih mudah. - Model probabilistik : Dalam kondisi ketidakpastian (uncertainty). Lebih sulit dianalisis, meskipun representasi ketidakpastian dalam model dapat menghasilkan suatu penyajian sistem nyata yang lebih realistis. 6

Penyederhanaan Model 1 2 3 4 5 6 Melinierkan hubungan yang tidak linier. Mengurangi banyaknya variabel atau kendala. Merubah sifat variabel, misalnya dari diskrit menjadi kontinyu. Mengganti tujuan ganda menjadi tujuan tunggal. Mengeluarkan unsur dinamik (membuat model menjadi statik). Mengasumsikan variabel random menjadi suatu nilai tunggal (deterministik). Pembentukan model sangat esensial dalam RO karena solusi dari pendekatan ini tergantung pada ketepatan model yang dibuat. Tahap-tahap Pemodelan 1. Merumuskan masalah. Merumuskan definisi persoalan secara tepat Dalam perumusan masalah ada tiga hal yang penting diperhatikan: Variabel keputusan, yaitu unsur-unsur dalam persoalan yang dapat dikendalikan oleh pengambil keputusan, sering disebut sebagai instrumen. Tujuan (objective), penetapan tujuan membantu pengambil keputusan memusatkan perhatian pada persoalan dan pengaruhnya terhadap organisasi. Tujuan ini diekspresikan dalam variabel keputusan. Kendala (constraint), adalah pembatas-pembatas terhadap alternatif tindakan yang tersedia. 7

Tahap-tahap Pemodelan (lanjutan) 2. Pembentukan Model. Sesuai dengan definisi persoalannya, pengambil keputusan menentukan model yang paling cocok untuk mewakili sistem. Model merupakan ekspresi kuantitatif dari tujuan dan kendala-kendala persoalan dalam variabel keputusan. Jika model yang dihasilkan cocok dengan salah satu model matematik yang biasa (misalnya linier), maka solusinya dapat dengan mudah diperoleh dengan program linier. Tahap-tahap Pemodelan (lanjutan) 3. Mencari penyelesaian masalah Aplikasi bermacam-macam teknik dan metode solusi kuntitatif yang merupakan bagian utama dari RO. Disamping solusi terhadap model, perlu juga informasi tambahan : Analisa Sensitivitas atau Kepekaan. 8

Tahap-tahap Pemodelan (lanjutan) 4. Validasi Model. Model harus diperiksa apakah dapat merepresentasikan berjalannya sistem yang diwakili. Validitas model dilakukan dengan cara membandingkan performance atau kinerja solusi dengan data aktual. Model dikatakan valid jika dengan kondisi input yang serupa, dapat menghasilkan kembali performance seperti kondisi aktual. Model Riset Operasi Beberapa model yang sering digunakan dalam RO dalam menyelesaikan berbagai macam permasalahan : 1. Model matematis a. Program Linier b. Metode Simpleks c. Dualitas dan Analisa Sensitivitas d. Metode Transportasi e. Masalah Penugasan f. Analisa Network g. Teori Permainan h. Program Dinamik 9

Model Riset Operasi (lanjutan) 2. Model probabilistik a. Teori Keputusan b. Pengendalian Persediaan c. Model Antrian d. Model Rantai Markov e. Simulasi Model Riset Operasi (lanjutan) Model-model analisis kuantitatif tersebut menggunakan anggapan tersedianya informasi yang sempurna (perfect information). Hal ini berkebalikan dalam dunia nyata, akurasi dan variabilitas informasi yang diterima dapat dibagi menjadi tiga kategori : 1. Kepastian (certainty) 2. Resiko (Risk) 3. Ketidakpastian (uncertainty) 10

Model Riset Operasi (lanjutan) 1. Model keputusan dengan keadaan kepastian (certainty) menggambarkan informasi yang menunjukkan bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai suatu hasil (payoff) tertentu tunggal. Dalam hal ini tidak ada keacakan (randomness) pada hasil keputusannya, model ini disebut juga dengan model deterministik. 2. Risiko menggambarkan informasi yang mengidentifikasikan bahwa setiap rangkaian keputusan mempunyai sejumlah kemungkinan hasi dan probabilitas terjadi. Dalam keadaan ini terjadi adanya keacakan, model seperti ini disebut juga model stokastik. Model Riset Operasi (lanjutan) 3. Model dengan keadaan ketidakpastian (uncertainty) menunjukkan bahwa semua informasi atau beberapa hasil dari berbagai keputusan yang berbeda, tetapi probabilitas terjadinya hasil-hasil tersebut tidak akan ditentukan (dan ini adalah situasi yang paling sulit). 11

Keputusan dalam Ketidakpastian (uncertainty) Pengamblilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan suasana keputusan dimana probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui. Dalam suasana ketidakpastian, pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam peristiwa, namun pengambil keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas peristiwa. Keputusan dalam Suasana Resiko (risk) Prosedur analisis keputusan dalam suasana resiko mengikuti beberapa tahapan. Pertama, mengidentifikasi bermacam-macam tindakan yang tersedia dan layak. Kedua, peristiwa atau event yang mungkin dan probabilitas terjadinya harus diduga. Ketiga, pay-off untuk suau tindakan dan peristiwa tertentu ditentukan. Bukan hal mudah untuk membuat pay-off kombinasi tindakanperitiwa secara tepat. Namun, pengalaman yang banyak dan catatan masa lalu memberi dugaan pay-off yang relatif tepat. 12

Keputusan dengan Informasi Tambahan Meskipun informasi sempurna tentang apa yang akan terjadi dimasa depan sulit diperoleh, tetapi mendapatkan tambahan informasi yang tidak sempurna yang dapat memperbaiki keputusan adalah sangat mungkin. Dengan menerapkan teori Bayesian (Bayesian s Theorem) nilai informasi tambahan yang tidak sempurna itu dapat diduga. Utility Criteria in Risk Atmosphere Keputusan tidak didasarkan pada highest expected value atau lowest expected cost terendah. Karena orang lebih memilih terhindar dari kondisi yang berpotensi musibah dibandingkan dengan mewujudkan keuntungan dalam jangka panjang (highest expected value) atau risk averse. Pengertian utility berarti ukuran kesenangan yang ditimbulkan dari pay-off dan dapat dinyatakan dalam skala numerik (cardinal number), sehingga utility merupakan suatu skala referensi, angka lebih tinggi berarti lebih disukai dibanding yang lebih rendah. 13

Analisis Keputusan Secara sederhana, persoalan keputusan dapat digambarkan dalam bentuk matriks 2 D (berisi 3 kriteria keputusan dan 2 alternatif) dengan hasil (gain) pada setiap selnya seperti ditunjukkan pada tabel berikut : Alternatif Kriteria Keputusan K 1 K 2 K 3 A 1 H 11 H 12 H 13 A 2 H 21 H 22 H 23 Analisis Keputusan (lanjutan) Contoh 1. Keputusan untuk membeli lokasi rumah yang dekat dengan Surabaya. Jika terdapat 2 lokasi alternatif (Sidoarjo dan Mojokerto) dengan 3 kriteria (harga, luas, dan jarak), maka nilai hasil (gain) tiap selnya dapat dimisalkan dalam bentuk tabel berikut : Alternatif Harga (juta rupiah) Kriteria Keputusan Luas (m 2 ) Jarak (km) Sidoarjo 450 250 40 Mojokerto 400 300 60 14

Analisis Keputusan (lanjutan) Dari contoh 1, dapat dibuat beberapa parameter dari kriteria yang telah dibuat : 1. Harga lebih murah lebih disukai (preferably cheaper). 2. Luas lebih besar lebih disukai (preferably bigger). 3. Jarak lebih dekat lebih disukai (preferably closer). Tolok ukur untuk setiap kriteria dapat saja berupa : 1. B/B = bigger is better. 2. S/B = smaller is better. 3. N/B = nominal is better. Multi Criteria Decision Making (MCDM) Untuk pengambilan keputusan seperti Contoh 1 dengan adanya banyak kriteria (multi criteria) dapat diselesaikan dengan menggunakan kriteria yang lebih sederhana seperti berikut : 1. Dominasi, bila salah satu alternatif mendominasi alternatif lain untuk semua kriteria. 2. Leksikografi, bila satu alternatif dapat memenuhi kriteria yang diprioritaskan. 3. Penghampiran atau tingkat aspirasi, bila satu alternatif dapat memenuhi kriteria minimal yang disyaratkan. 15

Multi Criteria Decision Making (lanjutan) 1. Kriteria dominasi Sidoarjo : hanya unggul dalam jarak, tapi kalah dalam harga dan luas. Mojokerto : unggul dalam harga dan luas, tapi kalah dalam jarak. Kesimpulan : tidak ada dominasi, tidak ada keputusan yang diambil (tidak ada alternatif yang dominan atas ketiga kriteria). Multi Criteria Decision Making (lanjutan) 2. Kriteria leksikografi Harus ditetapkan dulu kriteria mana yang pertama, kedua, dan seterusnya. Bila nilainya sama pada kriteria pertama, maka dilanjutkan dengan kriteria berikutnya. Bila nilainya lebih jelek untuk kriteria ke-n, maka keputusan diambil dari alternatif yang memenuhi kriteria sebelumnya (n 1). Keputusan ditetapkan apabila laternatif telah memenuhi kriteria yang diprioritaskan. Kriteria 1 : Pertama (Luas) : Mojokerto lebih baik daripada Sidoarjo. Kedua (Jarak) : Sidoarjo lebih baik daripada Mojokerto. Ketiga (Harga) : tidak perlu dipertimbangkan lagi. Kesimpulan : Mojokerto terpilih cukup dari kriteria Luas. 16

Multi Criteria Decision Making (lanjutan) Kriteria 2 : Pertama (Jarak) : Sidoarjo lebih baik daripada Mojokerto. Kedua (Luas) : Mojokerto lebih baik daripada Sidoarjo. Ketiga (Harga) : tidak perlu dipertimbangkan lagi. Kesimpulan : Sidoarjo terpilih cukup dari kriteria Jarak. Kriteria 3 : Pertama (Harga) : Mojokerto lebih baik daripada Sidoarjo. Kedua (Luas) : Mojokerto lebih baik daripada Sidoarjo. Ketiga (Jarak) : Sidoarjo lebih baik daripada Mojokerto Kesimpulan : Mojokerto terpilih cukup dari kriteria Harga dan Luas. Multi Criteria Decision Making (lanjutan) 3. Kriteria penghampiran (tingkat aspirasi) Harus ditetapkan dulu kriteria yang harus dipenuhi, kemudian pilih alternatif yang memenuhi semua tingkat aspirasi. Harga 500 juta rupiah Luas 250 m 2 Jarak 40 km Dengan memperhatikan nilai (tingkat aspirasi) ketiga kriteria yang dimaksud, maka yang terpilih adalah Sidoarjo yang memenuhi ketiganya (perhatikan tanda ) pada tabel berikut : Alternatif Harga Luas Jarak Sidoarjo Mojokerto - 17

Terima Kasih atas Perhatiannya. 18