OPTIMIZATION OF TiO 2 SOLAR CELL FABRICATION USING SPIN COATING METHOD AND SOAKING IN RED DRAGON FRUIT DYE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Cu PARTICLES GROWTH USING FIX CURRENT ELECTROPLATING AND ITS APPLICATION ON TiO 2 BASED SOLAR CELL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Ana Thoyyibatun Nasukhah Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

F- 1. PENGARUH PENYISIPAN LOGAM Fe PADA LAPISAN TiO 2 TERHADAP PERFORMANSI SEL SURYA BERBASIS TITANIA

STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya

4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL

2

SEL SURYA FOTOELEKTROKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN NANOPARTIKEL PLATINUM SEBAGAI ELEKTRODA COUNTER GROWTH

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi saat ini yang melanda dunia masih dapat dirasakan terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi,

PENGARUH PENYISIPAN TEMBAGA Cu MENGGUNAKAN METODE PULSE PLATING PADA SEL SURYA TiO 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Konsentrasi Ruthenium (N719) sebagai Fotosensitizer dalam Dye-Sensitized Solar Cells (DSSC) Transparan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar sumber energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal dari energi fosil berupa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Fabriksi Dye Sensitized Solar Cells(DSSC)Mengunakan Ekstraksi Bahan-bahan Organik Alam Celosia Argentums dan Lagerstromia sp

SEL SURYA BERBASIS TITANIA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ALTERNATIF

BAB III METODE PENELITIAN

PERFORMA SEL SURYA TERSENSITASI ZAT PEWARNA (DSSC) BERBASIS ZnO DENGAN VARIASI TINGKAT PENGISIAN DAN BESAR KRISTALIT TiO 2 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan

VARIASI KECEPATAN PUTAR DAN WAKTU PEMUTARAN SPIN COATING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sel surya generasi pertama berbahan semikonduktor slikon (Si) yang

J. Sains Dasar (1) 1-7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) X 1

Studi Eksperimental Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Performa DSSC (Dye Sensitized Solar Cell) dengan Ekstrak Buah dan Sayur sebagai Dye Sensitizer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UJI BEDA KESTABILAN TEGANGAN DAN ARUS ANTARA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) YANG MENGGUNAKAN COUNTER ELECTRODE JELAGA LILIN DAN GRAFIT PENSIL

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI KLOROFIL TERHADAP DAYA KELUARAN DYE-SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC)

DYE - SENSITIZED SOLAR CELLS (DSSC) MENGGUNAKAN PEWARNA ALAMI DARI EKSTRAK KOL MERAH DAN COUNTER ELECTRODE BERBASIS KOMPOSIT TiO2-GRAFIT

SINTESIS DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN SENSITIZER ANTOSIANIN DARI BUNGA ROSELLA (HIBISCUS SABDARIFFA)

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

III. METODE PENELITIAN

Pengujian dan Analisis Performansi Dye-sensitized Solar Cell (DSSC) terhadap Cahaya

Sintesis dan Karakterisasi Dye Sensitized Solar Cells (DSSC) dengan Sensitizer Antosianin dari Bunga Rosella

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi I-V.

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Kata kunci: Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC), Sensitizer, Fourine doped-tin Oxide (FTO), Klorofil, Spin Coating

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, Oktober 2015,

FABRIKASI SEL SURYA PEWARNA TERSENSITISASI (SSPT) DENGAN MEMANFAATKAN EKSTRAK ANTOSIANIN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mariya Al Qibriya, 2013

PERKEMBANGAN SEL SURYA

Preparasi Lapisan Tipis ZnO Dengan Metode Elektrodeposisi Untuk Aplikasi Solar Cell

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2

Pengaruh Variasi Ketebalan Titanium Dioksida (TiO 2 ) Terhadap Daya Keluaran Dye Sensitized Solar Cell (DSSC)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

PENGGUNAAN CAMPURAN PEWARNA ALAMI PADA SEL SURYA PEWARNA TERSENSITISASI (SSPT)

PEMANFAATAN EKSTRAK ANTOSIANIN KOL MERAH (Brassica oleracea var) SEBAGAI DYE SENSITIZED DALAM PEMBUATAN PROTOTIPE SOLAR CELL(DSSC)

PEMANFAATAN EKSTRAK ANTOSIANIN KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa) SEBAGAI SENSITIZER DALAM PEMBUATAN DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC)

KAJIAN PENGARUH VARIASI JUMLAH LAPISAN TRANSPARAN TiO 2 TERHADAP PERFORMA KERJA SEL SURYA YANG DISENSITISASI DENGAN DYE (DSSC)

BAB II DASAR TEORI 2.1 PHOTOVOLTAIC Efek Photovoltaic

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis

SKRIPSI DELOVITA GINTING

Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan eksperimen murni yang

Mekanisme Pembentukan Lapisan ZnO

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

PERFORMANSI SEL SURYA YANG DIHASILKAN THE EFFECT OF INSERTION OF IRON METALSON TITANIA ACTIVE LAYERTO THE MORPHOLOGICAL STURCTURE AND RESISTANCE OF

VARIASI RASIO TiO 2 ANATASE DAN RUTILE TERHADAP KINERJA DYE-SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC)

DAFTAR ISI. Persetujuan Pernyataan Penghargaan Abstrak Abstract Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI DYE SENSITISER ALAMI PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL

Gravitasi Vol. 15 No. 1 ISSN:

Pembuatan Prototipe Dari Dye Sentized Solar Cell (DSSC) Yang Menggunakan Antosianin Daun Miana/Iler ( Coleus Scutellariodes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESTABILAN SEL SURYA DENGAN FOTOSENSITIZER EKSTRAK ZAT WARNA KULIT JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia

DAFTAR ISI. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. HALAMAN MOTO...

VARIASI TEKNIK DEPOSISI LAPISAN TiO 2 UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DYE-SENSITIZED SOLAR CELL

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

MODIFIKASI RANGKAIAN MODUL DYE-SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) ( X Print)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Zeniar Rossa Pratiwi,2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DSSC TiO 2 /FIKOSIANIN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Arinil Haq (1), Amun Amri (2), Ahmad Fadli (2)

PENGARUH LAMA PERENDAMAN TERHADAP EFISIENSI SEL SURYA TERSENSITISASI DYE DARI TINTA SOTONG DAN EKSTRAK TEH HITAM

Transkripsi:

OPTIMASI PEMBUATAN SEL SURYA TiO 2 DENGAN METODE SPIN COATING DAN PERENDAMAN DYE BUAH NAGA MERAH OPTIMIZATION OF TiO 2 SOLAR CELL FABRICATION USING SPIN COATING METHOD AND SOAKING IN RED DRAGON FRUIT DYE N.K Sari 1, I.P Handayani 2, Abrar 3 Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Telkom 1 nunikania@gmail.com 2 iphandayani@telkomuniversity.ac.id 3 abrarselah@telkomuniversity.ac.id Abstrak Sel surya berbahan dasar material aktif TiO 2 banyak dikembangkan dikarenakan berbahan murah dan proses fabrikasinya yang sederhana. Beberapa persoalan yang menjadi tantangan dalam fabrikasi sel surya TiO 2 adalah effisiensinya yang rendah dan penyerapan cahaya diatas 3,1 ev (spektrum ultraviolet). Pada penelitian ini dikembangkan sel surya dengan material aktif Titanium Dioksida (TiO 2 ) dan dye sensitizer ekstrak buah naga merah. Proses fabrikasi menggunakan metode penumbuhan spin coating dan parameter yang dipelajari meliputi pengaruh variasi kecepatan putar spin coating, variasi konsentrasi TiO 2, dan pengaruh penambahan dye ekstrak buah naga merah terhadap efisiensi sel surya. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa effisiensi sel surya tergantung pada kecepatan putar spin coating, massa TiO 2, dan penambahan dye ekstrak buah naga merah. Dengan menggunakan TiO 2 sebesar 40 gram yang dilapiskan diatas FTO serta menggunakan spin coating berkecepatan step 1: 500 rpm; step 2: 1200 rpm; step 3: 3500 rpm, dan diberi polimer elektrolit campuran PVA dan LiOH, dihasilkan effisiesi terbesar sebesar 0,007%. Setelah dilakukan perendaman didalam ekstrak buah naga merah selama 48 jam, effisiensi meningkat menjadi 0,024%. Kata kunci: TiO 2, dye buah naga merah, spin coating Abstract The TiO 2 based solar cells are developed due to their low cost and simple fabrication. However, the efficiency is low and the material only absorbs light above 3,1 ev (ultraviolet spectrum). In this study, a TiO 2 based solar cell is fabricated using spin coating method. In order to increase its efficienty a red dragon fruit dye sensitizer is added. We found that the efficiency of TiO 2 solar cells depends on rotational speed of spin coating, TiO 2 mass, and the additional red dragon fruit dye. Using 40 grams of TiO 2 coated on FTO wafer and three steps of spin coating speed (step 1: 500 rpm; step 2: 1200 rpm; step 3: 3500 rpm ), as well as a mixture of PVA and LiOH electrolyte polimer, the obtained efficiency is 0,007%. This efficienfy increases up to 0.024% after the solar cell is soaked in red dragon fruit extracts for 48 hours. Keywords: TiO 2, red dragon fruit dye, spin coating 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Krisis energi merupakan persoalan yang harus diatasi mengingat semakin hari ketersediaan energi semakin menipis sedangkan kebutuhan dan konsumsi energi meningkat. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan dan mengoptimalkan potensi energi terbarukan. Salah satu energi alternatif terbarukan yang dikembangkan Indonesia adalah energi surya. Untuk memanfaatkan energi surya dengan baik, maka diperlukanlah alat yang dapat mengkonversi energi surya menjadi energi listrik atau energi lainnya yang bisa dimanfaatkan. Alat yang digunakan untuk mengkonversi energi surya menjadi energi listrik biasa dikenal sebagai panel photovoltaic atau sel surya. Pada tugas akhir ini, dikembangkan sel surya berbahan dasar Titanium Dioksida (TiO 2 ) menggunakan metode sederhana dan bahan murah serta melihat pengaruh penambahan dye ekstrak buah naga merah terhadap effisiensi sel surya TiO 2. Struktur sel surya ini menggunakan FTO sebagai elektroda, TiO 2 sebagai lapisan aktif penyerap foton, polimer elektrolit sebagai sumber ion, alumunium sebagai counter electrode dan ekstrak buah naga sebagai dye. Metode penumbuhan sel surya berbahan TiO 2 dilakukan dengan metode spin coating. Penelitian ini akan melanjutkan penelitian sebelumnya untuk mendapatkan parameter-parameter yang mempengaruhi proses deposisi dengan menggunakan spin coating selanjutnya setelah didapatkan effisiensi terbesar akan dilihat pengaruh dari penambahan dye ekstrak buah naga terhadap effisiesi sel surya. Pengaruh konsentrasi TiO 2, kecepatan putar spin coating, dan dye ekstrak buah naga terhadap efisiensi sel surya akan dianalisis dengan menggunakan kurva I-V, serta analisis morfologi lapisan dan komposisi penyusun menggunakan SEM dan EDS.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka masalah yang akan dikaji dalam tugas akhir ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi TiO 2 terhadap effisiensi sel surya? 2. Bagaimana pengaruh kecepatan putar spin coating terhadap effisiensi sel surya? 3. Bagaimana pengaruh penambahan dye ekstrak buah naga terhadap peningkatan effisiensi sel surya? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari perancangan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui hubungan antara pengaruh konsentrasi TiO 2 terhadap effisiensi sel surya. 2. Mengetahui hubungan antara pengaruh kecepatan putar spin coating terhadap effisiensi sel surya. 3. Mengetahui pengaruh penambahan dye ekstrak buah naga terhadap peningkatan effisiensi sel surya. 1.4 Metoda Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini terbagi menjadi lima tahapan, diantaranya sebagai berikut: 1. Studi literatur teori pendukung dari berbagai sumber seperti paper, jurnal, skripsi, tesis, buku dan internet yang menunjang pembuatan sel surya berbahan dasar TiO 2 dengan metode spin coating. 2. Pembuatan sel surya TiO 2 dengan metode penumbuhan yang telah ditulis sebelumnya dan parameter yang digunakan sesuai ruang lingkup penelitian. 3. Melakukan pengujian dan eksperimen dengan menggunakan sel surya yang telah selesai dibuat untuk mendapatkan informasi tentang kurva karakteristik I-V dan efisiensi sel surya yang dibuat serta morfologi dan kandungan kimia dalam sel surya. 4. Seluruh data yang didapat dari hasil pengujian dan eksperimen selanjutnya didokumentasikan dan dianalisis sehingga dapat dilakukan penarikan kesimpulan. Seluruh data eksperimen dan analisis yang telah didokumentasikan dituliskan dalam bentuk sebuah laporan akhir atau skripsi. 2. Dasar Teori /Material dan Metodologi/perancangan 2.1 Sel Surya yang Dikembangkan Pada penelitian ini, dikembangkan sel surya berbahan dasar TiO 2 yang berperan sebagai lapisan aktif yang mengabsorbsi energi cahaya matahari untuk dikonversi menjadi energi listrik dengan menggunakan dye ekstrak buah naga untuk membantu penyerapan foton dan menggunakan metode spin coating. Spin coating merupakan metode untuk meratakan lapisan diatas suatu substrat dengan memanfaatkan gaya semu sentrifugal dengan menggunakan laju putar spin tertentu [1]. Dalam penelitian ini akan diteliti parameter-parameter yang dapat meningkatkan efisiensi sel surya TiO 2 dikarenakan titanium dioksida memiliki energi celah pita (band gap) yang sangat besar yaitu 3,2 ev -3,8 ev sehingga dapat mengakibatkan nilai laju rekombinasi elektron-hole menjadi besar dan dapat menurunkan efisiensi sel surya. Struktur sel surya yang dikembangkan ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Gambar 2.1 Struktur sel surya yang dikembangkan, tanpa dye, dengan dye Prinsip kerja sel surya berbahan dasar TiO 2 tanpa dye pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: material TiO 2 bertindak sebagai lapisan aktif penyerap foton dari cahaya matahari sehingga elektron pada pita valensi tereksitasi menuju pita konduksi bila energi matahari yang disinari sama atau melebihi bandgap semikonduktor TiO 2. Elektron yang telah tereksitasi pada pita konduksi selanjutnya mengalir menuju elektroda yaitu FTO dan mengalir menuju rangkaian ke beban luar. Pada saat yang sama, hole hasil proses eksitasi ditangkap

Arus polimer elektrolit menjadi ion (terjadi ionisasi pada lapisan elektrolit), karena ada beda potensial, ion bergerak menuju counter elektroda. Elektron dari beban luar mengalir menuju counter electroda dan berekombinasi dengan hole pada ion untuk menjadi normal kembali. Mekanisme ini berlangsung terus-menerus sehingga keberlangsungan aliran elektron dapat dipertahankan. Sedangkan sel surya TiO 2 dengan penambahan dye ekstrak buah naga, prinsip kerjanya berdasarkan persamaan berikut: Ketika sel surya dikenai cahaya, maka foton akan mengeksitasi dye dari level HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital) ke level LUMO (Lowest Occupied Molecular Orbital) yang lebih tinggi. Dye yang tereksitasi kemudian menginjeksi elektron ke pita konduksi bahan semikonduktor TiO 2 dan meninggalkan dye dalam keadaan memiliki hole. Proses ini disebut proses injeksi elektron. Elektron yang dihasilkan kemudian berdifusi menuju elektroda yang terhubung dengan beban luar sampai menuju counter electrode. Proses ini disebut proses transfer elektron. Setelah menginjeksi elektron ke TiO 2, dye dalam keadaan memiliki hole (D + ) hasil proses eksitasi ditangkap polimer elektrolit menjadi ion (terjadi ionisasi pada lapisan elektrolit), karena ada beda potensial, ion bergerak menuju counter elektroda. Elektron dari beban luar mengalir menuju counter electroda dan berekombinasi dengan hole pada ion untuk menjadi normal kembali, proses ini disebut proses regenerasi dye. Mekanisme ini berlangsung terus-menerus. Performa sel surya dapat diketahui melalui parameter efisiensi yang diukur dengan I-V meter [2]. Efisiensi adalah perbandingan energi yang dihasilkan sel surya (P out ) terhadap besarnya energi matahari yang diserapnya (P in ) [2]. η = x 100% = x 100% (1) Dengan Isc (arus short circuit) adalah arus yang dihasilkan sel surya dibawah penyinaran dengan tegangan sel surya sama dengan nol, Voc (tegangan open circuit) adalah tegangan maksimum yang dihantarkan sel surya saat penyinaran dengan arus sel surya sama dengan nol, dan FF (fill factor) adalah besaran yang menyatakan perbandingan daya maksimum (I max x V max ) yang dihasilkan sel surya terhadap perkalian antara Voc dan Isc. Efisiensi sel surya setelah disinari dapat dipahami dengan menggunakan rangkaian ekivalen sel surya seperti dan kurva I-V yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 dibawah ini. Isc Imax Tegangan Vmax Voc Gambar 2.2 Rangkaian ekivalen sel surya, Kurva I-V sel surya [3]. Sel surya yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan bahan-bahan diantaranya: Fluorine doped tin oxide (FTO) merupakan salah satu material dari kaca transparan konduktif atau Transparent Conductive Oxide (TCO) yang berfungsi sebagai lapisan electroda (kontak listrik sel surya dengan rangkaian luar) transparan pada sel surya berbahan dasar TiO 2 dan sebagai pelindung. Lapisan selanjutya yaitu TiO 2 atau titania merupakan salah satu semikonduktor yang memungkinkan digunakan sebagai komponen utama dalam divais sel surya generasi ketiga selain ZnO dan Nb 2 O 5. Dibandingkan dengan semikonduktor tersebut, titania adalah bahan yang paling umum digunakan karena sifatnya yang sangat fotoaktif, fotostabil, inert, tidak beracun, dan juga murah [4]. Lebar celah pita yang dimiliki semikonduktor titania adalah sebesar 3,2 ev 3,8 ev dan dapat terjadi eksitasi apabila bahan tersebt disinari foton dengan besar energi yang lebih atau sama dengan 3,2 ev [4]. Anatase merupakan bentuk TiO 2 yang paling aktif terhadap radiasi sinar UV dan bentuk ini merupakan bentuk yang paling umum digunakan sebagai bahan penyerap foton. Selanjutnya digunakan daging buah naga merah sebagai dye alami. Buah naga merah adalah buah yang mengandung antosianin [5]. Antosianin adalah pigmen larut air yang terdapat pada berbagai jenis tumbuhan dan buah-buahan [5]. Warna yang diberikan oleh antosianin berkat susunan ikatan rangkap terkonjugasinya yang panjang, memiliki kemampuan menyerap cahaya pada rentang cahaya tampak [5]. Untuk meningkatkan konduktivitas, elektrolit polimer disisipkan diantara lapisan TiO 2 dan counter electrode. Pada penelitian ini digunakan elektrolit campuran polyvinyl alcohol (PVA) dengan LiOH dalam bentuk quasi solid state atau dalam bentuk gel elektrolit. Penggunaan quasi memang meningkatkan lifetime sel surya, namun efisiensi yang diperoleh masih lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan liquid electrolyte [6]. Lapisan terakhir adalah

counter electrode adalah elektroda yang bertindak sebagai katoda dalam sel surya organik [2]. Kriteria yang harus dimiliki oleh counter electrode adalah konduktivitas elektrik yang tinggi, stabilitas kimia, dan katalisator yang baik bagi elektrolit [2]. Pada penelitian ini digunakan plat alumunium sebagai counter electrode. 2.2 Metode Penumbuhan Sel Surya Dengan Spin Coating dan Karakterisasinya Metode Spin coating merupakan suatu metode untuk mendeposisikan lapisan tipis dengan cara menyebarkan larutan ke atas substrat terlebih dahulu, kemudian diputar dengan kecepatan konstan agar dapat diperoleh endapan lapisan tipis [7]. Bahan yang akan dibentuk lapisan tipis dibuat larutan atau gel, yang kemudian diteteskan diatas suatu substrat (dalam hal ini FTO) dan disimpan diatas piringan alat spin coating, yang dapat berputar dengan kecepatan yang cukup tinggi hingga 6000 rpm [8]. Jika dibandingkan dengan metode pelapisan film tipis lainnya, misalnya metode spray dan screen printing, teknik spin coating dapat memberikan homogenitas yang lebih baik dan ketebalan dapat diatur yang mana sulit didapatkan ketika menggunakan metode pelapisan sederhana lainnya [7]. Diagram alir prosedur fabrikasi dan karakterisasi ditunjukkan oleh Gambar 2.3. Mulai Perendaman dalam larutan dye Pencucian FTO dalam aquades dan alkohol Pelapisan dengan counter electrode plat alumunium Pembuatan Larutan Lapisan Aktif TiO 2 Karakterisasi I-V Meter Larutan TiO 2 terbentuk Deposisi TiO 2 Menggunakan Metode Spin Coating Karakterisasi SEM, EDS, Absorbansi Selesai Apakah TiO 2 menempel? Tidak Pembuatan Polimer Elektrolit dan dye buah naga Ya Gambar 2.3 Prosedur pembuatan sel surya 3. Pembahasan 3.1. Pengujian Awal Untuk Berbagai Putaran Spin Coating Pengujian ini dilakukan untuk menemukan kaitan antara kecepatan putar spin coating dengan sifat listrik sel surya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan 30 gram TiO 2 yang dilarutkan dalam 20 ml aquades dan diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 1,5 jam dengan kecepatan 500 rpm dan suhu 0 C dan elektrolit yang terbuat dari 0,18 gram LiOH dilarutkan dalam 10 ml aquades dicampur dengan 1,8 gram PVA yang dilarutkan dalam 20 ml aquades. Kemudian, larutan TiO 2 yang telah dideposisi diatas FTO, dilapisi dengan larutan elektrolit dan alumunium. Karakterisasi dilakukan menggunakan Keithley 2400 untuk mendapatkan kurva I-V. Pada saat karakterisasi, sampel yang terkena cahaya sebesar 1 cm 2 dan penyinaran menggunakan lampu halogen dengan intensitas sebesar 93000 lux atau daya masukan (Pin) sebesar 0.014 watt. Selain itu, arus dan tegangan yang dihasilkan juga dikarakterisasi pada keadaan tidak ada cahaya. Hasil karakterisasi dengan menggunakan cahaya halogen ditampilkan oleh kurva berwarna hitam, sedangkan hasil karakterisasi tanpa menggunakan cahaya ditampilkan oleh kurva berwarna merah. Efek fotovoltaik didefinisikan sebagai hasil pengurangan kurva arustegangan dengan cahaya dikurangi dengan kurva arus-tegangan tanpa cahaya. Pada pembahasan kali ini, akan dibahas mengenai variasi kecepatan putar spin coating pada berbagai step dari step 1 hingga step 3 dan efeknya terhadap optimasi effisiensi sel surya.

(%) Tabel 3.1 sel surya dengan variasi kecepatan putar spin coating Kecepatan Putar (rpm) Isc Voc Im Vm FF (%) 500,1200,2000 10 μa 0.4 V 2.18 μa 0.07 V 0.04 1,2x10-3 500,1500,2200 7.85 μa 0.14 V 2.57 μa 0.056 V 0.13 1x10-3 500,1800,2100 (c) 4.10 μa 0.27 V 1.83 μa 0.06 V 0.11 0.8x10-3 500,2100,2800 (d) 1.80 μa 0.28 V 0.9 μa 0.1 V 0.2 0.07x10-3 0.0012 a 0.0011 b 0.0010 0.0009 c 0.0008 0.0007 d 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 Kecepatan Putar (rpm) Gambar 3.1 Grafik kurva I-V dengan variasi kecepatan putar spin coating Berdasarkan Tabel 3.1 dan Gambar 3.1, ditunjukkan bahwa dengan menggunakan kecepatan putar sebesar, step 1: 500 rpm; step 2: 1200 rpm; step 3: 2000 rpm dapat menghasilkan effisiensi yang terbesar dibandingkan menggunakan keceptan putar yang lain. 3.2 Pengujian Kecepatan Putar (RPM) Spin Coating Dengan Variasi Step 3 Setelah sebelumnya memvariasikan ketiga step kecepatan putar spin coating dan didapatkan effisiensi yang terbesar, maka kali ini dilakukan pengujian effisiensi sel surya dengan memvariasikan kecepatan putar spin coating pada step 3 sedangkan step 1 dan step 2 dibuat tetap dengan menggunakan step 1 dan step 2 yang menghasilkan effisiensi terbesar dipengujian sebelumnya, yaitu sebesar step 1: 500 rpm dan step 2: 1200 rpm. Masih dengan komposisi larutan, polimer elektrolit, intensitas penyinaran, ramp dan dwell yang sama seperti sebelumnya, maka didapatkan data sebagai berikut. Tabel 3.2 sel surya dengan variasi kecepatan putar spin coating Kecepatan Putar (rpm) Isc Voc Im Vm FF (%) 500,1200,1400 24.4 μa 0.18 V 4.4 μa 0.07 V 0.07 2,2x10-3 500,1200,1600 26.2 μa 0.4 V 3.6 μa 0.1 V 0.035 2,7x10-3 500,1200,1800 27 μa 0.05 V 9.9 μa 0.02 V 0.15 1,5x10-3 500,1200,2000 10 μa 4 V 2.2 μa 0.07 V 0.04 1,2x10-3 500,1200,2500 5.4 μa 0.3 V 2.8 μa 0.11 V 0.17 2,1x10-3 500,1200,3000 21 μa 0.26 V 4.5 μa 0.08 V 0.07 3x10-3 500,1200,3500 31.6 μa 0.32 V 9.4 μa 0.07 V 0.06 5x10-3 500,1200,5000 13 μa 0.04 V 6.3 μa 0.02 V 0.22 0,9x10-3 500,1200,6000 15.6 μa 0.17 V 3.6 μa 0.03 V 0.044 0,8x10-3 Berdasarkan Tabel 3.2, ditunjukkan bahwa dengan menggunakan kecepatan putar sebesar, step 1: 500 rpm; step 2: 1200 rpm; step 3: 3500 rpm dapat menghasilkan effisiensi yang terbesar dibandingkan menggunakan keceptan putar yang lain. Gambar grafik kurva I-V pengujian ini akan ditampilkan pada Gambar 3.2 dibawah. 3.3 Pengujian Variasi Konsentrasi TiO 2 Dengan Menggunakan Kecepatan Putar Spin Coating Terbaik Setelah didapatkan parameter kecepatan putar spin coating terbaik dari pengujian sebelumnya, didapatkanlah effisiensi terbesar sebesar 0.005%. Maka dalam pengujian kali ini dilakukan pengujian dengan memvariasikan konsentrasi TiO 2 dari 25 gram hingga 55 gram dengan konsentrasi pelarut yang sama yaitu 20 ml aquades diaduk dengan magnetic stirrer dengan waktu pengadukan untuk konsentrasi 25 gram selama 1 jam, dan untuk setiap kenaikan konsentrasi, waktu pengadukan meningkat 30 menit lebih lama, kecepatan dan suhu pengadukan sebesar

(%) (%) 500 rpm dan 0 C. Kemudian larutan dideposisikan diatas FTO menggunakan spin coating dengan kecepatan sebesar, step 1: 500 rpm; step 2: 1200 rpm; step 3: 3500 rpm. Pengujian dilakukan masih dengan komposisi polimer elektrolit, intensitas penyinaran, ramp dan dwell yang sama seperti pengujian sebelumnya, didapatkanlah data dibawah ini. Tabel 3.3 Kinerja sel surya dengan variasi konsentrasi TiO 2 Konsentrasi TiO 2 (gram) Isc Voc Im Vm FF (%) 25 gram 32.1 μa 0.23 V 9.1 μa 0.064 V 0.078 4,3x10-3 30 gram 31.6 μa 0.32 V 9.4 μa 0.068 V 0.064 5x10-3 35 gram 37.4 μa 0.25 V 9.4 μa 0.088 V 0.089 6x10-3 40 gram 34.1 μa 0.33 V 8.6 μa 0.108 V 0.084 7x10-3 45 gram 27.6 μa 0.46 V 8.9 μa 0.105 V 0.074 6,8x10-3 50 gram 33.8 μa 0.16 V 7.7 μa 0.078 V 0.11 4,4x10-3 55 gram 19.6 μa 0.27 V 6.6 μa 0.088 V 0.11 4,2x10-3 Berdasarkan Tabel 3.3, ditunjukkan bahwa dengan menggunakan konsentrasi TiO 2 sebesar 40 gram dapat menghasilkan effisiensi yang terbesar dibandingkan menggunakan konsentrasi yang lain. Perbedaan effisiensi antara 40 gram dan gram tidak terlihat begitu jauh. Gambar grafik kurva I-V pengujian ini akan ditampilkan pada Gambar 3.2 dibawah. 0.0050 0.0045 0.0040 0.0035 0.0030 0.0025 0.0020 0.0015 0.0010 0.0005 1000 2000 3000 4000 5000 6000 Kecepatan Putar (rpm) 0.0070 0.0065 0.0060 0.0055 0.0050 0.0045 0.0040 25 30 35 40 45 50 55 Konsentrasi (gram) Gambar 3.2 Grafik kurva I-V, variasi kecepatan putar step 3 spin coating, variasi konsentrasi TiO 2 3.4 Pengujian Dengan Perendaman Dye Ektrak Buah Naga Merah Dari ketiga pengujian sebelumnya yaitu pengujian variasi kecepatan putar spin coating, pengujian variasi kecepatan putar spin coating dengan step 1 dan step 2 tetap, dan pengujian variasi konsentrasi TiO 2 dengan kecepatan putar tetap, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan kecepatan putar spin coating sebesar step 1: 500 rpm; step 2: 1200 rpm; step 3: 3500 rpm dan dengan komposisi larutan aktif berupa 40 gram TiO 2 dilarutkan dalam 20 ml aquades dapat menghasilkan effisiensi sel surya terbesar yaitu sebesar 0,007%. Selanjutnya dilakukan perendaman sampel sel surya dengan parameter yang telah disebutkan sebelumnya didalam larutan ekstrak buah naga merah. Sampel sel surya yang terbuat dari 40 gram TiO 2 diputar dengan spin coating kecepatan step 1: 500 rpm; step 2: 1200 rpm; step 3: 3500 rpm direndam selama 48 jam dalam larutan ekstrak buah naga merah setelah itu sampel dipanaskan selama 5 menit diatas hotplate dengan suhu 100 C kemudian sampel dilapisi dengan elektrolit yang terbuat dari 0,18 gram LiOH dilarutkan dalam 10 ml aquades dicampur dengan 1,8 gram PVA yang dilarutkan dalam 20 ml aquades kemudian dikarakterisasi menggunakan Keithley 2400 seperti pada pengujian karakterisasi sebelumnya dengan menggunakan daya masukan (Pin) sebesar 0.014 watt dan luas penampang (A) sebesar 1 cm 2. Tabel 3.4 Kinerja sel surya TiO 2 tanpa dan dengan perendaman dye Sel Surya Isc Voc Im Vm (V) FF (%) Dengan Dye 41 μa 0.4 V 18.4 μa 0.18 V 0.208 0.024 Tanpa Dye 34.1 μa 0.33 V 8.66 μa 0.11 V 0.084 0.007

Arus (ma) 0.045 0.040 0.035 0.030 0.025 0.020 0.015 0.010 0.005 0.000 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 Tegangan (mv) Tanpa Dye Dengan Dye Gambar 3.3 Perbandingan kurva I-V sel surya TiO 2 dengan dan tanpa perendaman dye. Berdasarkan Gambar 3.3 terlihat perbandingan kurva I-V dari sel surya dengan perendaman dye dan sel surya tanpa perendaman dye. Dan juga dari data pada tabel 3.4 menunjukkan bahwa dengan menggunakan perendaman dye dapat menghasilkan effisiensi yang terbesar dibandingkan tanpa perendaman dye. Besar effisiensi yang dihasilkan oleh sel surya dengan perendaman dye sebesar 0.024% dan besar effisiensi yang dihasilkan sel surya tanpa perendaman dye sebesar 0.007%. 3.5 Uji SEM dan EDS Uji SEM ditujukan untuk mengetahui morfologi permukan sel surya TiO 2 dengan atau tanpa dye dan uji EDS ditujukan untuk mengetahui kandungan kimia apa saja yang ada dalam sampel surya TiO 2 dengan atau tanpa dye. Sampel yang diuji SEM dan EDS merupakan sampel sel surya TiO 2 dengan konsentrasi dan kecepatan putar spin coating yang menghasilkan effisiensi paling besar dan sampel surya TiO 2 dengan perendaman dye buah naga merah. Gambar hasil SEM ditunjukkan oleh Gambar 3.4 dibawah ini. Gambar 3.4 Hasil uji SEM, sampel TiO 2 dye buah naga perbesaran 25.000x, sampel TiO 2 tanpa dye perbesaran 40.000x. Pada Gambar 3.4 diatas terlihat bahwa dye hanya tumbuh di bagian tertentu sehingga cenderung tidak homogen penyebarannya. Dan untuk saat ini penumbuhan dye belum bisa dikontrol penyebarannya. Dari Gambar 3.5 dan 3.5 diatas terlihat jelas perbedaan gambar morfologi antara sampel sel surya TiO 2 dengan perendaman dye dan sampel sel surya tanpa perendaman dye. Pada gambar sampel surya TiO 2 dengan perendaman dye, terlihat ada partikel-partikel besar diatas partikel TiO 2, partikel-partikel besar tersebut merupakan partikel dye buah naga yang tumbuh, dan pada gambar sampel sel surya TiO 2 tanpa perendaman dye, terlihat bahwa hanya partikel TiO 2 saja yang tumbuh dan tidak terlihat adanya partikel lain. Hasil uji EDS menunjukkan bahwa kandungan sel surya yang tersintesisasi dye buah naga merah mengandung elemen karbon (C) 26.08%, oksigen (O) 42,83%, dan Titanium (Ti) 31,09%. Sedangkan sel surya TiO 2 tanpa dye buah naga merah mengandung elemen diantaranya, nitrogen (N) 6,21%, oksigen (O) 43,06%, dan titanium (Ti) 50,72%. Hasil EDS sampel dengan perendaman dye terlihat terdapat kandungan C atau Karbon yang mana unsur karbon didapatkan dari senyawa kimia yang terkandung dalam buah naga, yang mana senyawa kimia tersebut diantaranya, vitamin C, vitamin E, vitamin A, polifenol, dan senyawa flavonoida [9]. 3.6 Uji Serapan Cahaya Uji serapan cahaya dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui spektum serapan dari material TiO 2 dan TiO 2 yang telah diberi pewarna dye buah naga merah, serta untuk mengetahui pengaruh variasi kecepatan putar step 3 spin coating terhadap banyaknya cahaya yang diserap oleh material aktif TiO 2.

Transmitansi (count) Transmitansi (count) 2500 2000 1500 1000 500 0 0 200 400 600 800 1000 1200 Panjang Gelombang (nm) TiO2 + Dye TiO2 600 500 400 300 200 100 0 200 400 600 800 1000 Panjang Gelombang (nm) 1000rpm 2000rpm 3000rpm 4000rpm 5000rpm 6000rpm Gambar 3.5 Spektrum serapan sel surya dengan material aktif TiO 2 dan sel surya TiO 2 dengan perendaman dye buah naga merah, Kurva transmisi variasi RPM spin coating Pada Gambar 3.5 terlihat besar serapan sel surya TiO 2 murni dengan sel surya TiO 2 dengan perendaman dye buah naga merah terjadi pada panjang gelombang 400nm-750nm yang mana cahaya yang diserap pada rentang panjang gelombang tersebut merupakan cahaya tampak berwarna biru, hijau, dan kuning. Berdasarkan kurva diatas, terlihat bahwa buah naga merah terbukti memiliki daya absorb pada hampir semua warna pada cahaya tampak. Gambar 3.5 kurva transmisi menunjukkan banyaknya elektron yang ditransmisikan dari setiap sampel. Berdasarkan data diatas, jumlah elektron yang ditransmisikan paling sedikit berada pada kecepatan 3000 rpm dan 4000 rpm, hal ini sebanding dengan besar effisiensi yang dihasilkan, yang mana effisiensi terbesar berada pada kecepatan step 3 sebesar 3500 rpm. 4. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dibuat, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Pembuatan sel surya dengan berbahan dasar material aktif TiO 2 dipengaruhi putaran spin coating dan massa TiO 2. 2. Putaran spin coating dengan step 1: 500 rpm; step 2: 1200 rpm; step 3: 3500 rpm, dan massa TiO 2 sebesar 40 gram, menghasilkan effisiensi terbesar sebesar 0,007%. 3. Perendaman TiO 2 dalam larutan dye buah naga selama 48 jam meningkatkan effiensi sebesar 0,024%. 4. Berdasarkan hasil uji SEM dan EDS, terdapat tambahan komposisi elemen karbon (C) sebesar 26,08% dalam sel surya TiO 2 yang direndam ekstrak buah naga merah. Daftar Pustaka: [1] D. Yulika, Kusumandari, R. Suryana, Pelapisan TiO 2 diatas FTO dengan Teknik Slip Casting dan Spin Coating Untuk Aplikasi DSSC, Jurnal Fisika Indonesia. vol. XVIII (2014) no. 53, 66-69. [2] RP. Gumilar, Pengaruh Penyisipan Tembaga Cu Menggunakan Metode Pulse Plating Pada Sel Surya TiO 2, Universitas Telkom, 2014. [3] Hindawi, Prospect of Nanostructure-Based Solar Cells, 2009, http://www.hindawi.com/journals/ijp/2009/154059/fig5/. [4] B.T. Technical News, Titanium-Oxide Photocatalyst, Three Bond Technical News Issued, Three Bond Co. Ltd, edition 62, 2004. [5] A.T. Nasukhah, G. Prajitno, Fabrikasi dan Karakterisasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) dengan Menggunakan Ekstraksi Daging Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Sebagai Dye Sensitizer, Jurnal Sains Dan Seni POMITS, vol. 1 (2012) no, 1, 1-6. [6] J. Wu, Z. Lan, S. Hao, P. Li, J. Lin, M. Huang, L. Fang, dan Y. Huang, Progress On The Electrolytes For Dye- Sensitized Solar Cells, Pure and Applied Chemistry, vol. 80 (2008) no. 11, 2241-2258. [7] A.S. Hidayat, Pengaruh Suhu Dan Kecepatan Putar Spin Coating Terhadap Kinerja Sel Surya Organik Berbahan Dasar TiO 2, Universitas Telkom, 2014. [8] E.C. Equipment, Spin Coat Theory, 2015, http://www.utdallas.edu/~rar011300/ceespinner/spintheory.pdf. [9] N.K. Siregar, Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britton & Rose), Universitas Sumatera Utara, 2011.