BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Industri ritel merupakan industri yang bergerak dalam aktifitas penjualan barang dan pemberian layanan kepada konsumen akhir. Ritel merupakan usaha bisnis yang melakukan pemasaran berupa penjualan barang dan jasa kepada konsumen akhir sebagai inti dari distribusi (Gilbert, 2003). Di Indonesia, bisnis ritel terbagi menjadi beberapa bisnis yaitu minimarket, supermarket, dan hypermarket. Berdasarkan jumlah pendapatan, hypermarket berada di posisi pertama sebagai penyumbang pendapatan terbesar dalam industri ritel di Indonesia, lalu disusul oleh minimarket di posisi kedua dan supermarket di posisi ketiga. Industri ritel memiliki perputaran penjualan barang yang berlangsung dengan cepat, terutama untuk produk Fast moving customer goods (FMCG). Produk FMCG merupakan produk yang digunakan setiap hari oleh masyarakat dan perputaran penjualannya berlangsung dengan cepat (Yunarto & Getty, 2006). Perusahaan ritel PT XYZ merupakan perusahaan ritel yang menjual berbagai macam produk FMCG. Untuk memenuhi permintaan pasar, perusahaan ritel PT XYZ memiliki jumlah persediaan produk yang cukup di dalam gudang untuk menghindari terjadinya out of stock. Persediaan produk tersebut terbagi menjadi tiga kategori yaitu fresh food, dry food, dan non food. Produk yang termasuk ke dalam kategori fresh food yaitu ikan, daging, buah-buahan, sayur-sayuran, dan roti. Produk yang termasuk kedalam kategori dry food yaitu biskuit, susu, minuman, dairy & frozen, saus, dan bulk product. Produk yang termasuk ke dalam kategori non food yaitu barang-barang elektronik, peralatan rumah, dan mainan. Dalam menjaga keakurasian persediaannya, PT XYZ melakukan kegiatan stock take rutin setiap dua minggu sekali untuk kategori fresh food, dan setiap satu tahun sekali untuk kategori fresh food dan non food. PT XYZ melakukan perbedaan waktu pelaksanaan pada kategori fresh food dengan kategori dry food dan non food dikarenakan produk yang termasuk ke dalam kategori fresh food 1
memiliki waktu kadaluarsa yang cukup cepat jika dibandingkan dengan kategori dry food dan non food. Kegiatan stock take adalah proses pengecekan jumlah persediaan barang di dalam gudang dengan jumlah persediaan barang yang tercatat di dalam sistem. Dari hasil stock take yang dilakukan, PT XYZ dapat mengetahui inventory record accuracy (IRA) dan shrinkage yang ada pada perusahannya. PT XYZ memiliki target inventory record accuracy paling sedikit 98% dengan total shrinkage paling besar 2%. Rp933.485.6 14 ; 3% Stock Barang di Sistem Rp29.398.05 6.721 ; 97% Inventory record accuracy shrinkage Gambar I. 1 Inventory Record Accuracy Tahun 2014 Pada PT XYZ Berdasarkan Gambar I.1 PT XYZ memiliki inventory record accuracy di tahun 2014 sebesar 96,92% dengan total shrinkage sebesar 3%. Hal ini menunjukan PT XYZ belum mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. 2
Rp58.112.3 36 ; 6% Shrinkage Rp398.216. 838 ; 43% Rp477.156. 440 ; 51% fresh food dry food non food Gambar I. 2 Shrinkage Tahun 2014 Pada PT XYZ Berdasarkan Gambar I.2 PT XYZ memiliki shrinkage pada produk kategori dry food sebesar 51%, non food sebesar 43%, dan fresh food sebesar 6%. Shrinkage terbesar pada PT XYZ terjadi pada kategori dry food yaitu sebesar 51% atau sekitar Rp. 447.156.440. PT XYZ memerlukan biaya sebesar Rp. 521.301.025 dalam sekali melakukan kegiatan stock take pada kategori dry food, namun masih belum bisa mencapai target inventory record accuracy yang diinginkan sehingga diperlukan minimasi biaya agar kegiatan stock take bisa lebih efisien. Stock take policy merupakan suatu kebijakan untuk menentukan waktu perhitungan jumlah fisik persediaan yang ada pada gudang dan membandingkannya dengan jumlah persediaan yang ada dalam catatan. Sebuah stock take policy yang tepat dapat membuat perhitungan jumlah fisik persediaan yang terdapat pada gudang bisa berjalan dengan efektif, memberikan penghematan biaya dalam aktivitas stock take dan dapat meningkatkan keakuratan dengan jumlah persediaan yang ada dalam catatan (Wilson, 1994). Dengan menggunakan stock take policy yang tepat, PT XYZ dapat meminimalisir biaya pada kegiatan stock take. Oleh karena itu, Pada penelitian ini akan dilakukan perancangan stock take policy yang dapat meminimasi biaya pada kegiatan stock take pada perusahaan ritel PT XYZ. I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang akan dijadikan obyek dalam penelitian ini, yaitu: 3
1. Bagaimana menentukan stock take policy untuk meminimasi biaya aktivitas stock take pada perusahaan ritel PT XYZ? I.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian pada PT XYZ berdasarkan pada perumusan masalah, yaitu: 1. Menentukan stock take policy untuk meminimasi biaya aktivitas stock take pada perusahaan ritel PT XYZ. I.4 Manfaat Penelitiaan Adapun manfaat dari penelitian di PT XYZ, yaitu : 1. Meminimasi biaya stock take pada perusahaan ritel PT XYZ. I.5 Batasan Penelitian Adapun batasan masalah/ruang lingkup yang dirumuskan oleh peneliti terkait dengan penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian hanya dilakukan pada perusahaan ritel PT XYZ. 2. Penelitian hanya dilakukan pada kategori dry food. 3. Penelitian berdasarkan data annual stock take pada PT XYZ di tahun 2014 (20 November 2013 20 November 2014). I.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini uraian latar belakang permasalahan yang menjadi dasar penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi tinjauan literatur yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti. 4
Bab III Metodologi Penelitian Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian secara rinci meliputi : tahap perumusan masalah, penetapan tujuan penelitian, identifikasi kebutuhan data primer dan data sekunder, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan dan saran untuk perusahaan. Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab ini diuraikan mengenai pengumpulan data yang telah digunakan pada penelitian ini baik itu data primer maupun data sekunder guna untuk membantu dalam penarikan kesimpulan dan saran untuk perusahaan. Bab V Analisis Data Pada bab ini berisi analisis terhadap pengolahan data yang kemudian dijadikan dasar untuk menyusun perbaikan dasar untuk menyusun usulan perbaikan pada penelitian ini. Adapun dari analisis ini akan membahas mengenai jumlah hasil perhitungan cadangan pengaman, jumlah waktu pemesanan serta jumlah pemesanan yang harus dilakukan dan juga total biaya persediaan berikut dengan analisis sensitivitasnya dengan parameterparameter yang telah ditentukan. Bab VI Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisi kesimpulan berdasarkan tujuan penelitian yang disesuaikan dengan dan pengolahan data dan selanjutnya akan menghasilkan saran untuk perusahaan maupun penelitian kedepannya. 5