Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unsri 2) Dosen Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unsri

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 25 Juni 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Batu Bara. Kabupaten Asahan

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut harus dapat dipenuhi agar hidup dapat berlanjut.

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN. ISSN : ; e-issn Rancang Bangun Pompa Sistem Wheel Spiral Untuk Skala Kecil. *

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

Sekapur Sirih. Palembang, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Palembang H. TARJONO SANTOPAWIRO NIP

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

Tengah letaknya diapit oleh beberapa kabupaten dan kota antara lain Kabupaten. Temanggung, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonosobo,

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

Transkripsi:

HAMBATAN DAN TANTANGAN PEMANFAATAN ALIRAN AIR PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER UNTUK MEMOMPAKAN AIR KE LAHAN PERSAWAHAN SEBAGAI DUKUNGAN BAGI PENGELOLAAN LAHAN SUB-OPTIMAL DI DESA BANGUN SARI TELANG II - KABUPATEN BANYUASIN Darmawi 1), Riman Sipahutar 1), Siti Masreah Bernas 2), Momon Sodik Imanuddin 2) 1) Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unsri 2) Dosen Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unsri Abstrak. Telang II adalah wilayah lahan basah yang berlokasi di sekitar 40 km dari pusat kota Palembang, di Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin dengan irigasi pasang surut. Desa Bangun Sari merupakan salah satu desa yang berada dalam Kecamatan Tanjung Lago-Kabupaten Banyuasin dimana terdapat setidaknya delapan Saluran Sekunder dan empat diantaranya sudah memiliki pintu air. Pasang surut yang keluar masuk pintu air dapat dimanfaatkan untuk memompakan air ke areal persawahan yang berada kurang lebih 1-3 meter diatas level air pada saluran sekunder. Untuk ini digunakan Kincir Air Apung (Floating-waterwheel) sebagai alat penggerak mula yang dikopel dengan sistem Pompa Spiral (Spiral Pump) untuk mengangkat air dari dalam saluran sekunder ke areal persawahan yang berada diatasnya. Kata Kunci: Saluran Sekunder, Pasang surut, Kincir Air Apung, Pompa Spiral 1. PENDAHULUAN Kabupaten Banyuasin terletak pada posisi antara 1,30-4,0 Lintang Selatan (LS) dan 104 00-105 35 Bujur Timur (BT) yang terbentang mulai dan bagian tengah Propinsi Sumatera Selatan sampai dengan bagian Timur dengan luas wilayah seluruhnya 11.832,99 Km 2 atau 1.183.299 Ha. Kabupaten Banyuasin merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Musi Banyuasin yang terbentuk berdasarkan UU No. 6 Tahun 2002. Lokasi ini cukup dekat dengan kota Palembang, hanya berjarak + 45 km menuju ke arah Tanjung Apiapi, dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. Kendaraan pribadi dapat langsung menuju lokasi, dengan kondisi jalan tanah dengan perkerasan batu pasir, sehingga perjalanan ke lokasi dapat ditempuh dalam waktu 1 jam. Berdasarkan peta, daerah studi secara administratif meliputi 8 desa yaitu Desa Mekarsari, Desa Bangunsari, Desa Banyu Urip, Desa Muliasari, Desa Telangsari, Desa Sukadamai, Desa Sukatani dan Desa Muarasugih, yang seluruhnya termasuk ke dalam Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin. 2. KEPENDUDUKAN DAN MATA PENCAHARIAN Kecamatan Tanjung Lago, berdasarkan data hasil survey tahun 2008. Jumlah penduduk di daerah ini adalah sebanyak 24.270 jiwa, yang tercakup ke dalam kurang lebih 5.891 kepala keluarga dengan rata-rata anggota keluarga 4 (empat) jiwa. Komposisi penduduk jika dilihat dari jenis kelaminnya adalah terdiri dari laki-laki sebanyak 12.058 jiwa dan perempuan sebanyak 12.212 jiwa. Jumlah Selengkapnya data kependudukan di kecamatan Tanjung Lago pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Jumlah Penduduk di Desa-desa di Telang II Kecamatan Tanjung Lago Tahun 2007 No Kelurahan/ Desa Jiwa Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah KK 1 Purwosari 687 719 1.406 341 2 Telangsari 1.078 1.122 2.200 534 3 Mulayasari 1.390 1.448 2.838 689 4 Banyu Urip 1.889 1.953 3.842 933 5 Bangunsari 1.515 1.585 3.100 752 6 Sumbermekarmukti 1.130 1.170 2.300 558 Jumlah 7.689 7.997 15.686 3.807 Sumber: Data survey tahun 2008 (Intimulia Multikencana, 2009) Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa Desa Banyu Urip yang merupakan daerah rawa, jumlah penduduknya mencapai 3.842 jiwa, di Desa Bangunsari jumlah penduduknya mencapai 3.100 jiwa. Keduanya merupakan desa dengan jumlah penduduk terbesar di Sedangkan desa Purwosari hanya sebanyak

1.406 jiwa. Jumlah tersebut menjadi yang terkecil diantara enam desa yang termasuk ke dalam daerah rawa Delta Telang. Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Desa Banyu Urip yaitu sebanyak 933 KK. Di Desa Bangunsari sebanyak 752 KK, sedangkan yang terkecil adalah di Desa Purwosari dengan jumlah kepala keluarganya sebanyak 341 KK. Rata rata penduduk per rumah tangga untuk masing-masing kelurahan/desa tersebut yaitu 4 (empat) penduduk per KK. Tabel 2. Kepadatan Penduduk di Desa-desa di Telang II Tahun 2007 No Kelurahan/ Desa Luas Desa Jml. Penduduk Kepadatan (Km 2 ) (Jiwa) (Per Km 2 ) 1 Purwosari 14.00 1.406 100 2 Telangsari 28.40 2.200 77 3 Mulayasari 20.00 2.838 142 4 Banyu Urip 16.00 3.842 240 5 Bangunsari 14.40 3.100 215 6 Sumbermekarmukti 17.00 2.300 135 Jumlah 109.80 24.270 143 Sumber: Data survey tahun 2008 (Intimulia Multikencana,2009) Berdasarkan data dari tabel di atas, jumlah penduduk di Kecamatan Tanjung Lago belum sebanding dengan luas desa. Ini terlihat dari besar kepadatan penduduk yang berkisar pada angka 143 jiwa per Km 2. Diantara enam desa yang berada di daerah Rawa Delta Telang, Desa Telangsari merupakan desa yang angka kepadatan penduduknya terkecil yaitu 77 jiwa per km 2. Untuk Desa Banyu Urip dan Bangunsari, besar angka kepadatan penduduknya yaitu 240 dan 215 jiwa per km 2 yang merupakan desa tertinggi kepadatannya di Rawa Delta Telang II. Tabel 3. Rata-rata Luas Wilayah per Kepala Keluarga di Desa-desa Telang II Luas Wilayah Rata-rata No Kelurahan Jumlah KK Luas (Ha) (Km 2 ) Per KK 1 Purwosari 14.00 341 4,1 2 Telangsari 28.40 534 5,3 3 Mulayasari 20.00 689 2,9 4 Banyu Urip 16.00 933 1,7 5 Bangunsari 14.40 752 1,9 6 Sumbermekarmukti 17.00 558 3,0 Jumlah 109.80 3.807 2,9 Sumber: Data survey tahun 2008 (Intimulia Multikencana,2009) Berdasarkan data luas wilayah dan jumlah rumah tangga yang ada di masing-masing desa/kelurahan, maka dapat diperkirakan rata-rata luas untuk tiap-tiap kepala keluarga (KK). Berdasarkan parameter tersebut, terlihat bahwa Desa Telangsari, menunjukkan angka/nilai yang cukup besar diantara desa yang lainnya, yakni 5,3 hektar per kepala keluarga. Sedangkan, dengan karateristik yang sama untuk desa Bangunsari dan Banyu Urip adalah jauh lebih kecil, masing-masing jumlah angkanya yaitu 1,9 dan 1,7 hektar per KK. Dari data diatas, maka desa Bangunsari dan desa Banyu Urip merupakan desa dengan luas wilayah per-kk yang terkecil. Ini mengindikasikan makin tingginya nilai ekonomis tanah di kedua desa tersebut dalam kaitannya dengan daya guna tanah untuk menopang kehidupan masyarakat. Secara umum pada pertengahan tahun 2006, jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin sebesar 757,3 ribu jiwa. Sedangkan pada tahun 2007 terjadi peningkatan menjadi sebesar 778,6 ribu jiwa. Peningkatan juga terjadi pada tahun 2008. Pada pertengahan tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin sebesar 790.360 jiwa. Pada tahun 2008 pun mengalami peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun tersebut tercatat jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin pada pertangahan tahun sekitar 798.360 jiwa. 270

Lokasi Daerah Rawa Pasang Surut Delta Telang II Gambar 1.1 Peta Lokasi Daerah Rawa Pasang Surut Delta Telang II Sumber: Intimulia Multikencana,2009 Pemerataan penduduk secara umum dapat membantu dalam usaha meningkatkan kesejahteraan, oleh karena itu dalam usaha pemerataan penduduk idealnya komposisi jumlah penduduk sejalan dengan luas keruangan suatu wilayah. Di Kabupaten Banyuasin terdapat 15 kecamatan yang secara total luasnya adalah sekitar 11.832,99 Km 2, jadi secara rata-rata kepadatan penduduk pada tahun 2007 adalah sebesar 65,80 jiwa/km 2. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, kepadatan penduduk di Banyuasin juga meningkat. Pada tahun 2006 kepadatan penduduk sebesar 64,01 jiwa/km 2, sedangkan pada tahun 2005 adalah sebesar 62,02 jiwa/km 2. Laju Pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu tahun 2005 hingga 2008, cukup stabil. Pada tahun 2006 pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuasin adalah sebesar 1,69%, sedangkan pada tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 1,58%, walaupun secara nominal mengalami pertambahan jumlah penduduk sebagaimana tersebut di atas, sedangkan pada tahun 2008 pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuasin adalah sebesar 2,58 persen. Dapat dikatakan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin dari tahun 2006 hingga tahun 2008 terus bertambah dengan laju rendah. Jika dihubungkan dengan luas wilayah, pada tahun 2008 Kabupaten Banyuasin masih merupakan daerah yang berpenduduk jarang, dengan kepadatan penduduk 67,47 jiwa/km 2. Tabel berikut menunjukkan distribusi luas lahan pertanian dan jenis tanaman yang dibudidayakan masyarakat. Tabel 4. Distribusi Luas Lahan Pertanian untuk Telang II. No Nama desa Luas lahan Jenis Tanaman Pertanian (Ha) 1 Tegal Sari 1787,27 Kelapa 48,17 Ha Kelapa Sawit 135,43 Ha Padi 1603,40 Ha 2 Mulya Sari 1057,70 Semua padi 3 Banyu Urip 1431,85 Tertanami Padi seluruhnya 4 Bangun Sari 1431,85 Semua padi 5 Sumber Mekar 785,93 Semua padi Sumber : Data survey tahun 2008 (Intimulia Multikencana,2009) 271

Data pada tabel diatas menunjukkan luas lahan pertanian di desa Bangun Sari adalah 1431,85 hektar dengan jenis tanaman semua padi. Jika jumlah KK adalah 752, maka rata-rata kepemilikan lahan pertanian di desa bangunsari adalah 1,9 hektar per-kk, sedangkan kepemilikan lahan pertanian terbesar terdapat pada desa Tegal Sari yaitu 5,24 hektar per-kk. Angka-angka ini menunjukkan betapa makin vitalnya fungsi tanah bagi penduduk desa Bangun Sari dalam kaitannya dengan upaya menciptakan kesejahteraan penduduk. Jika dikaitkan dengan data diatas, dimana semua lahan ditanami padi, maka merupakan suatu tantangan bagi semua pihak terkait untuk mengupayakan agar tanaman padi tersebut tetap produktif dan tetap mampu mendukung kebutuhan hidup masyarakat desa Bangunsari selanjutnya. Seandainya usaha ini tidak dilakukan maka besar kemungkinan terjadi penurunan taraf kesejahteraan masyarakat karena menyempitnya lahan pertanian yang mereka miliki akan berdampak pada meningkatnya biaya produksi karena makin menurunnya kualitas tanah sehingga net-income petani makin kecil. Fenomena ini akan berlanjut pada usaha petani untuk menanam komoditi lainnya. Dalam hal ini jika hasil pertanian padi dipandang tidak memuaskan oleh masyarakat maka terbuka peluang terjadinya hal-hal yang kurang menguntungkan pemerintah antara lain: Terjadi konversi lahan pertanian ke bidang lain misalnya menjadi lahan perkebunan atau lahan industri atau bahkan menjadi lahan pemukiman. Target produksi padi dari pemerintah untuk tingkat lokal maupun domestik tidak tercapai yang berarti akan meningkatkan pangsa impor beras nasional. Untuk meminimalisir kemungkinan ini, maka tiada pilihan lain kecuali semua pihak terkait harus berupaya mendukung agar lahan yang ada di Bangunsari tetap produktif dengan biaya produksi tetap rendah. 3. DUKUNGAN TEKNOLOGI BAGI OPTIMALISASI PENGELOLAAN LAHAN SUB-OPTIMAL Data pada tabel diatas menunjukkan jenis tanaman yang dibudidayakan di desa Bangun Sari adalah padi. Dari hasil dialog kami dengan kelompok tani setempat, salah satu masalah yang mereka hadapi adalah membawa air dari saluran irigasi ke areal persawahan yang relatif lebih tinggi kurang lebih 1-3 meter. Mengangkat air ke areal persawahan ini dianggap menjadi permasalahan, karena jika dilakukan dengan menggunakan mesin Diesel atau diangkat secara manual, maka akan meningkatkan biaya produksi, karena kebutuhan air tersebut setiap hari dan dalam jumlah yang cukup besar karena luasnya areal persawahan. Akibatnya, masalah mengangkat air dari dalam saluran keareal persawahan ini menjadi faktor penting dalam meningkatkan penghasilan petani khususnya dan menambah kesejahteraan masyarakat pada umumnya.. Kita mengetahui bahwa biaya produksi dan hasil panen merupakan dua hal yang memiliki hubungan secara timbal balik yang antagonistik. Yang sangat diharapkan oleh petani dan kita semua sebagai pemangku kepentingan adalah biaya produksi rendah dan hasil panen maksimal, dan sebaliknya yang paling tidak diharapkan adalah biaya produksi tinggi dan hasil panen minimal. Oleh sebab itu persoalan ini menjadi persoalan yang mendesak untuk dipecahkan, dalam rangka mendukung agar petani tetap pada produksi padi pada lahannya. Untuk ini maka kami menyarankan salah satu solusi, yaitu penggunaan pompa spiral dengan memanfaatkan tenaga aliran air pada saluran sekunder. 4. POMPA SPIRAL Pompa Spiral merupakan suatu alat yang menurut pengamatan penulis dapat digunakan pada pintu air saluran sekunder untuk mengangkat air dari dalam saluran ke areal persawahan. Pompa Spiral dianggap tepat karena memiliki beberapa keistimewaan antara lain dapat mengangkat air hingga suatu ketinggian tanpa harus memiliki putaran yang tinggi. Pompa Spiral merupakan hasil temuan seseorang berkebangsaan Switzerland yang bernama H.A. Wirtz pada tahun 1746. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh Peter Tailer pada Windfarm Museum, Massachussets, setelah 240 tahun pompa itu ditemukan, diperoleh hasil dimana sebuah roda (wheel) dengan diameter 6 kaki dan lilitan pipa polyethylene 1,25 inch sepanjang 160 kaki, dengan kecepatan keliling roda sebesar 3 ft/sec atau sekitar 90 cm/detik dihasilkan air sebanyak 3900 gallon air perhari atau 14.742 liter jika 1 gallon = 3,78 liter dengan head sebesar 40 kaki (±13 meter). Karakteristik ini membuat pompa spiral menjadi layak untuk diaplikasikan pada lokasi persawahan Telang II guna menunjang perencanaan pembangunan dan lingkungan hidup. Uji-coba skala kecil di Telang II ini, berapapun hasil yang dicapai akan bereskalasi pada penggunaan hal serupa dilokasi lain dalam wilayah irigasi khususnya di Kecamatan Tanjung Lago. 272

Gambar 2. Pompa Spiral Sumber: Tailer (2012), http://lurkertech.com/water/pump/tailer/ Dalam kaitannya dengan data lapangan yang diperoleh melalui pengukuran langsung pada pintu air seperti tampak pada Gambar 3. Periode dimana kecepatan aliran diatas 60 cm/detik hanya terdapat dalam kurun waktu kurang lebih 12 jam per-hari. 140 120 100 80 60 40 20 0 Tinggi dan Kecepatan Aliran pada Pintu Air per-september 2011 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Waktu (Jam) Kecepatan Aliran (cm/detik) Tinggi permukaan air (cm) Gambar 3: Tinggi dan Kecepatan aliran pada pintu air pada musim kemarau tahun 2011 Sumber: Hasil pengukuran pada pintu air desa Bangun Sari pada musim kemarau tahun 2011 5. HAMBATAN DAN TANTANGAN Persoalan-persoalan yang dihadapi dalam implimentasi Pompa Spiral di daerah irigasi pasang surut Telang II diantaranya adalah sebagai berikut: a. Jumlah volume air yang dipompakan bervariasi terkait kecepatan aliran air masuk dan keluar saluran. 273

b. Volume total air yang dihasilkan diperkirakan tidak dapat memenuhi kebutuhan semua areal persawahan, sehingga perlu peningkatan kapasitas secara teknis. c. Lokasi yang dapat digunakan untuk menggerakkan kincir air sebagai pemutar pompa spiral hanya satu buah pada setiap pintu saluran irigasi sekunder. d. Kecepatan aliran air keluar masuk saluran tidak konstan terhadap waktu sehingga daya pompa juga tidak konstan terhadap waktu. Tantangan yang harus dihadapi dalam implimentasi Pompa Spiral pada wilayah irigasi pasang surut Telang II diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana meningkatkan volume air yang dipompakan dalam hubungannya dengan peningkatan efisiensi dan penyesuaian diameter pipa coil yang digunakan. 2. Bagaimana mendistribusikan air ini agar diperoleh manfaat yang optimal dari air yang dipompakan. 3. Ukuran pintu air yang cukup kecil sehingga tidak mungkin membuat wheel dalam ukuran yang lebih besar guna menghasilkan daya dan volume air yang lebih besar. 6. REFERENSI Darmawi. 2011. Penelitian mandiri potensi energi air pada pintu air saluran irigasi sekunder desa Bangun Sari Telang II Banyuasin. Intimulya Multikencana. 2009. Review Desain Daerah Rawa Pasang Surut Delta Telang II Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Laporan Ahir. Krisnamurthi, Bayu. 2010. Program Desa Mandiri Energi Terganjal Dana. Vivanewes.com. 6 Mei. Tailer, Peter. The Spiral Pump: A high lift, slow turning Pump. http://lurkertech.com/water/pump/tailer/. Akses 28 Maret 2012. 274