BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur direktif adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB V PENUTUP. hasil evaluasi peneliti dari penelitian ini. menyimpulkan, yang pertama, jenis- jenis dan fungsi tindak tutur yang

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan manusia adalah dua hal yang tidak terpisah. Bahasa

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai alat sosial, dan sebagai sarana mengekspresikan diri (2007:3). Dari

BAB III METODE PENELITIAN

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur direktif adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan salah satu jenis ujaran atau tindak tutur yang dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk membuat mitra tutur melakukan suatu tindakan berdasarkan arahan penutur. Para ahli mengungkapkan bahwa tindak tutur direktif dapat diwujudkan melalui kalimat imperatif, deklaratif, dan interogatif. Meskipun struktur kalimat yang digunakan memiliki fungsi yang tidak selaras dengan fungsi komunikasi tindak tutur direktif, tetapi kalimat tersebut tetap bisa digunakan untuk mewujudkan tindak tutur tersebut seperti kalimat deklaratif yang lazimnya difungsikan untuk menginformasikan sesuatu atau kalimat interogatif yang biasanya digunakan untuk menanyakan sesuatu. Hal tersebut disebabkan penentuan tindak tutur direktif didasari oleh konteks kalimat. Konteks tersebut berperan menjelaskan fungsi komunikasi dari tuturan seorang penutur kepada mitra tuturnya. Selain itu, tindak tutur jenis ini merupakan jenis yang sangat umum dan banyak ditemukan dalam komunikasi sehari-hari baik formal dan informal, maupun dalam komunikasi lisan dan dalam komunikasi tulisan. Ketersediaan data yang banyak menjadi salah satu kelebihan dari kajian tindak tutur direktif. Berkaitan dengan tindak tutur direktif, terlihat bahwa perempuan memiliki tindak tutur direktif lebih bervariasi dibandingkan laki-laki. Perempuan dianggap lebih 1

pandai menggunakan kata-kata ketika membuat seseorang melakukan sesuatu kegiatan. Adapun contoh-contoh tindak tutur direktif perempuan dapat ditemukan dalam kumpulan cerpen yang ditulis Alice Munro yang berjudul Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage. Misalnya kalimat 1) I thought I could try on the suit in the window (8a) 'Saya pikir saya bisa memakai pakaian yang ada di jendela' yang dituturkan Johanna ketika berada di sebuah toko pakaian wanita. Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif yang ditandai dengan kehadiran subjek, I 'saya', yang berada di awal kalimat, kemudian diikuti oleh kata kerja utama, thought 'berpikir'. Berdasarkan konteks, makna yang terkandung dalam kalimat tersebut adalah meminta izin. Johanna meminta izin kepada pemilik toko untuk membeli sebuah gaun yang terpajang di etalase toko tersebut. Berikutnya, kalimat 2) Remember to make sure when you reheat there is enough water in botom part of the double boiler (3a) 'ingat pastikan ketika kamu memanaskan (sesuatu) ada air yang cukup di bagian bawah perebus' yang juga dituturkan oleh Johanna kepada majikannya melalui sebuah surat. Kalimat imperatif ditandai dengan kehadiran kata kerja utama di awal kalimat. Konteks kalimat menunjukkan bahwa penutur bermaksud memberikan petunjuk memanaskan makanan kepada majikannya yang tidak pandai menggunakan alat-alat dapur. Selanjutnya, kalimat 3) Maybe we ought to just go on, Maybe we ought to just go on home (10d) 'mungkin sebaiknya kita jalan terus, mungkin sebaiknya kita pulang' yang dituturkan oleh Jinny kepada suaminya yang bernama Neal. Kalimat deklaratif 2

tersebut memiliki struktur dasar berupa subjek di awal kalimat dan diikuti kata kerja bantu, ought to 'sebaiknya', serta kata kerja. Konteks kalimat menjelaskan bahwa Jinny bermaksud menganjurkan Neal untuk mengemudikan mobil menuju rumah. Sementara itu, tindak tutur direktif laki-laki ditemukan pada contoh berikut ini. Tuturan 4) Pay when you ship (A1) 'bayar pada hari pengiriman barang' merupakan salah satu contoh tindak tutur direktif langsung yang dituturkan oleh laki-laki yang bekerja di bidang jasa pengiriman barang di stasiun kereta api ketika melayani seorang pelanggan yang bermaksud mengirimkan barang ke suatu daerah. Bentuk langsung ditandai dengan penggunaan kalimat imperatif yang memiliki ciri formal berupa kehadiran kata kerja utama di awal kalimat. Berdasarkan konteksnya, penutur bermaksud memberikan petunjuk prosedur pengiriman barang kepada pelanggannya. Selain itu, tuturan 5) Go downstairs and out (B1) 'turun dan keluar' juga merupakan contoh tindak tutur direktif langsung yang dituturkan oleh laki-laki. Kalimat tersebut dituturkan oleh pimpinan di sebuah kantor ketika melihat seorang remaja yang tidak dikenal memasuki ruangan karyawan. Berdasarkan konteks, penutur bermaksud menyuruh mitra tutur untuk pergi keluar dari ruangan tersebut. Sehubungan dengan contoh data di atas, terlihat bahwa perempuan menggunakan kalimat imperatif pada suatu situasi dan menggunakan kalimat deklaratif pada situasi lain untuk membuat mitra tuturnya melakukan suatu tindakan, sedangkan laki-laki terlihat lebih cenderung menggunakan kalimat imperatif sebagai bentuk tindak tutur direktif. Selain itu, makna yang terkandung dalam tindak tutur direktif perempuan 3

terlihat lebih beragam daripada tindak tutur direktif laki-laki. Sumarsono (2013:105--113) menjelaskan bahwa setiap masyarakat tutur pasti memiliki ragam tutur karena jenis kelamin. Salah satu yang membentuk ragam tersebut adalah sikap sosial. Secara sosial, laki-laki dan perempuan berbeda karena masyarakat menempatkan peranan sosial yang berbeda antara mereka. Semakin kuat suatu masyarakat menerapkan perbedaan sikap sosial maka semakin kuat ragam bahasa di antara perempuan dan laki-laki. Untuk megetahui lebih rinci mengenai bahasa perempuan dalam tindak tutur direktif pada masyarakat Inggris di Ontario, perlu dilakukan penelitian mendalam terhadap kumpulan cerpern Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage yang ditulis oleh Alice Munro. Beberapa alasan tambahan yang menyebabkan penelitian ini terfokus pada kumpulan cerpen tersebut adalah kumpulan cerpen menghadirkan kisah-kisah seputar kehidupan perempuan yang diperankan oleh tokoh-tokoh utama perempuan sehingga mengandung banyak tuturan perempuan, dan mengandung banyak pilihan penggunaan bahasa perempuan dalam tindak tutur direktif. Selanjutnya, kumpulan cerpen tersebut memiliki kesamaan latar belakang sosial dan tema yaitu masyarakat Inggris di Ontario, Kanada, pada akhir abad ke-20 sehingga memudahkan penelusuran kondisi sosial yang memengaruhi pilihan penggunaan bahasa perempuan dalam tindak tutur direktif. Selain itu, buku tersebut adalah karya Alice Munro yang merupakan penulis fiksi berbahasa Inggris yang terbaik dan terkenal di dunia, atau the master of contemporary short story, yaitu 4

penulis cerita pendek terbaik ke-13 di dunia sepanjang masa karena karya-karyanya yang sangat natural, ringan, dan mencerminkan kehidupan sehari-hari (Bosman, 2013). Dengan demikian, kisah-kisah perempuan yang terdapat dalam kumpulan cerpen Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage bisa memberikan gambaran realita kehidupan perempuan Inggris di Ontario. Penggunaan bahasa perempuan dalam tindak tutur direktif dalam buku tersebut dijadikan sebagai bagian dari konstruksi citra dan kehidupan perempuan. Alasan terakhir, bahasa Inggris yang digunakan dalam kumpulan cerpen tersebut banyak menggunakan kosakata umum sehingga mempermudah pemahaman terhadap isi dan alur cerita. Oleh karena itu, peneliti memberi judul penelitian ini adalah Tindak Tutur Direktif dan Citra Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage Karya Alice Munro. 1.2 Rumusan Masalah Ada tiga hal yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah bentuk dan makna tindak tutur direktif perempuan dalam kumpulan cerpen Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage karya Alice Munro? (2) Apa saja faktor yang mempengaruhi pilihan penggunaan bahasa dalam tindak tutur direktif yang dituturkan oleh perempuan dalam kumpulan cerpen Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage karya Alice 5

Munro? (3) Bagaimanakah citra perempuan yang dihadirkan dalam kumpulan cerpen Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage karya Alice Munro melalui pilihan penggunaan bahasa dalam tindak tutur direktif perempuan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, ada tiga tujuan yang akan dicapai dalam penelitian. Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan bentuk dan makna tindak tutur direktif perempuan dalam kumpulan cerpen Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage karya Alice Munro. Selanjutnya, penelitian ini juga ditujukan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pilihan penggunaan bahasa dalam tindak tutur direktif perempuan tersebut. Sementara itu, tujuan terakhir dari penelitian ini adalah mengungkapkan citra perempuan yang ada dalam kumpulan cerpen Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage karya Alice Munro berdasarkan penggunaan bahasa perempuan dalam tindak tutur direktif. 1.4 Manfaat Penelitian Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan ilmu linguistik dan sastra bahwa keduanya memiliki keterkaitan. Kemudian menjadi tambahan pembendaharaan kajian sosiopragmatik, khususnya tindak tutur direktif perempuan dalam bahasa Inggris. 6

Secara praktis penelitian ini diharapkan menjadi salah satu pedoman untuk mengenali kebahasaan perempuan, khususnya tindak tutur direktif, sehingga meminimalisasi kesalahpahaman dalam komunikasi yang melibatkan perempuan. Selain itu, penelitian ini menjadi salah satu media untuk mengenali karakter dan ideologi perempuan sehingga mempermudah cara berinteraksi dengan perempuan dalam suatu masyarakat. Penelitian ini diharapkan pula menjadi rujukan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang juga tertarik tentang tindak tutur direktif perempuan atau aspek kebahasaan lainnya dari penutur perempuan. 1.5 Tinjauan Pustaka Pembuatan dan penulisan penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian sebelumnya, di antaranya Nadar (2006), Wijana (2008), Indri Novi Harawati (2013), dan Mayasita Nurul 'Aini (2012). Adapun penelitian pertama yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah penelitian Nadar (2006) tentang "Penolakan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia: Kajian Pragmatik tentang Realisasi Strategi Kesopanan Berbahasa". Penelitian tersebut membahas bentuk-bentuk penolakan yang digunakan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris berdasarkan jenis tindak tutur yang terkandung di dalam tuturan penolakan tersebut. Dalam hal ini, tindak tutur direktif juga ditemukan sebagai salah satu unsur tuturan penolakan. Dengan demikian dapat diperoleh contoh-contoh tuturan yang lazim digunakan oleh penutur bahasa Inggris dalam bertindak tutur direktif, serta situasi-situasi makna yang terkandung di dalamnya. 7

Penelitian Wijana (2008) dalam tulisan "Tindak tutur dan perwatakan dalam cerpen Harga Seorang Perempuan karya Oka Rusmini" ikut serta memberikan inspirasi dalam penelitian ini. Penelitian tersebut mencoba mengaitkan kajian pragmatik dengan objek tertulis, berupa cerpen. Menurut Wijana, bahasa yang direalisasikan dalam ujaran para tokoh merupakan alat untuk mengidentifikasi perwatakan dari tokoh dalam suatu karya sastra. Berdasarkan relasi hubungan dari bentuk tindak tutur dengan perwatakan para tokoh cerpen, diperoleh korelasi yang erat antara tuturan yang digunakan dengan karakter tokoh, melalui jenis tindak tutur, bentuk tuturan, dan pemarkah-pemarkah kesantunannya. Sementara itu, Harawati (2013) dalam "Ungkapan Kemarahan Laki-Laki dan Perempuan Kajian Sosiopragmatik" menggambarkan perbedaan bentuk tuturan perempuan dan laki-laki. Perempuan lebih banyak menggunakan ekspresi verbal dan bentuk tuturan panjang dalam menggunakan kemarahan dibandingkan laki-laki. Perempuan adalah tipe pembicara yang talkative yang ungkapan kemarahannya dapat berbeda beda karena dipengaruhi oleh konteks dan karakter masing-masing penutur, berupa faktor sosial (umur, tingkat sosial, pendidikan, dan budaya) dan situasional (lawan bicara, jenis bahasa, siapa yang berbicara, waktu, dan tempat), serta kepribadian (faktor temperamen dan karakter penutur). Dari segi referen, laki-laki yang terbiasa dengan citra diri yang kuat dan jantan selalu memunculkan referen yang berhubungan dengan sifat tersebut dalam kemarahannya, dan perempuan yang terbiasa denga citra diri yang cantik dan sopan selalu memunculkan referen yang 8

lebih santun. Yang terakhir adalah Aini (2012) dalam penelitian "Tindak Tutur direktif Bahasa Inggris dalam Transkrip dialog Film Nanny McPee". Penelitian tersebut menjelaskan bentuk, makna, serta kekuatan dari tindak tutur direktif. Aini menekankan bahwa analisis makna tindak tutur direktif tidak hanya memperhatikan bentuk fisik tuturan dan konteks, tetapi juga kekuatan direktif tuturan. Kekuatan tersebut ditentukan dari kesantunan penutur terhadap mitra tutur. Perbedaan kekuatan akan membawa perbedaan kategori makna dari tindak tutur direktif. 1.6 Landasan Teori 1.6.1 Sosiopragmatik Crystal (2008:411) mendefenisikan bahwa sosiopragmatik sebagai ilmu yang menitikberatkan penggunaan bahasa dalam sebuah masyarakat budaya di dalam situasi sosial tertentu. Dalam defenisi tersebut, ada dua penggunaan yaitu, penggunaan bahasa (pragmatik) dan kondisi lokal (sosiolinguistik). Selanjutnya, Wijana (2003:47) menjelaskan bahwa perbedaan orientasi antara keduanya adalah bahwa sosiolinguistik memandang variasi bahasa bergantung pada umur, jenis kelamin, hubungan personal, asal, status sosial dalam situasi tutur, sedangkan pragmatik lebih menekankan hubungan tuturan yang diujarkan dengan maksud penuturnya. Dalam penafsiran maksud penutur dibutuhkan aspek-aspek tuturan yang menjadi kriteria pragmatik. 9

1.6.2 Tindak Tutur Direktif Teori tindak tutur lahir dari pemikiran John L. Austin (1962:98) dalam bukunya how to do things with words menyatakan bahwa pada dasarnya saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Searle (1975 via Nadar 2009:12) mengembangkan hipotesis Austin dan menyatakan bahwa semua tuturan mengandung arti tindakan sehingga ketika seseorang menyatakan I am so sorry 'saya minta maaf' tidak hanya dinilai sebagai sebuah tuturan penyesalan, tetapi juga sebagai suatu tindakan minta maaf. Oleh karena itu, digunakanlah istilah tindak tutur. Yule (1996:53) menjelaskan bahwa tindak tutur terbagi kedalam lima jenis, yaitu asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Tindak tutur direktif diartikan sebagai tindak tutur yang dilakukan penutur dengan maksud mitra tutur melakukan apa yang ada dalam ujaran yang dituturkan. Misalnya tuturan yang berisi ungkapan menyuruh, memohon, meminta, melarang, mengundang, memaksa, mengajak, mengingatkan, mengizinkan, menyarankan, menganjurkan, dan lainnya. Tindak tutur ini bertujuan menghasilkan efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur. 1.6.3 Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung Berdasarkan keselarasan modus kalimat dengan fungsi komunikasi kalimatnya, bentuk tindak tutur terbagi dua, yaitu langsung dan tidak langsung (Wijana, 2009:28). Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang terdapat 10

keselarasan bentuk struktur kalimat dengan modus atau fungsi komunikasinya, sedangkan bentuk kalimat yang berbeda dengan modus kalimatnya adalah perwujudan dari tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang digunakan agar mitra tutur melakukan sesuatu. Lazimnya diwujudkan dalam bentuk kalimat perintah. Apabila maksud tersebut diwujudkan dengan kalimat perintah maka terjadilah tindak tutur langsung dan apabila tidak disampaikan dengan kalimat perintah, seperti kalimat tanya atau kalimat berita maka tindak tutur direktif yang terjadi adalah tindak tutur direktif tidak langsung. Berkaitan dengan tuturan langsung dan tidak langsung, kalimat yang akan digunakan dalam tindak tutur direktif ada tiga jenis, yaitu kalimat deklaratif, imperatif, dan interogatif (Nadar, 2009:18 dan 70). Berikut adalah penjelasan tentang masing-masing kalimat. 1. Kalimat Deklaratif Kalimat deklaratif adalah kalimat yang dituturkan untuk menyampaikan informasi kepada mitra tutur. Nadar (2009:75) menyimpulkan bahwa kalimat deklaratif dalam bahasa Inggris sekurang-kurang memiliki unsur subjek dan kata kerja. Selaras dengan hal tersebut, Quirk, Greenbaum, Leech, dan Svartvik (1973:26-29) menjelaskan bahwa subjek dalam bahasa Inggris dapat berupa kata benda, kata ganti benda, gerund atau kata kerja berakhiran ing, kata kerja dasar yang diawali to, frase nomina dan klausa nomina, sedangkan yang dapat menjadi kata kerja adalah kata kerja utama seperti 11

walk, sleep, kata kerja bantu primer seperti do, have, be, kata kerja bantu modalitas seperti can, could, may, will, dan kata kerja bantu semi seperti have to, have got go, be about to. Dalam istilah lain, Downing (1992:171) memaparkan bahwa kalimat deklaratif terdiri dari elemen dasar berupa subjek dan finit yang dapat berupa kata kerja atau kata kerja bantu. Kalimat tersebut dituturkan dengan intonasi menurun. Bahkan, Ramlan (2005:26) juga menambahkan bahwa kalimat deklaratif memiliki ciri formal berupa subjek di awal kalimat dan diikuti kata kerja, serta tidak mengandung kata-kata tanya, ajakan, persilahan, dan larangan. Secara tulisan, kalimat deklaratif diawali huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik. Secara umum, kalimat deklaratif mengharapkan tanggapan berupa perhatian dari mitra tutur. Kalimat deklaratif dapat berupa kalimat positif dan negatif. Kalimat negatif ditandai dengan unsur not setelah kata kerja bantu dan sebelum kata kerja, atau mengandung kata-kata none, no one, anyone, never, no. Bahkan deklaratif negatif dalam bahasa Inggris, bisa muncul dengan dua negasi yang akan memberikan makna positif. Dari struktur yang lebih mendalam, kalimat deklaratif dapat berbentuk bermacam-macam seperti bentuk pernyataan, pengandaian, perbandingan, dan lainnya. 2. Kalimat Imperatif Kalimat imperatif bertujuan untuk membuat seseorang melakukan suatu 12

tindakan. Menurut Nadar (2009:90), kalimat imperatif dalam bahasa Inggris terdiri dari lima tipe yaitu kalimat imperatif tanpa subjek, kalimat imperatif dengan subjek, kalimat imperatif dengan kata let, kalimat imperatif negatif, dan kalimat imperatif persuasif. Selaras dengan hal di atas, Quirk, Greenbaum, Leech, dan Svartvik (1973:200-202) menjelaskan bahwa kalimat imperatif dapat hadir dengan satu unsur kata kerja dasar saja. Bentuk tersebut dapat ditambah dengan penanda kesantunan berupa please guna menghaluskan maksud perintah. Kalimat imperatif yang memiliki subjek memiliki bentuk yang hampir mirip dengan kalimat deklaratif, tetapi dapat dibedakan melalui intonasi. Dalam hal ini, intonasi yang dimiliki kalimat imperatif adalah naik. Kalimat imperatif yang memiliki subjek lazimnya tidak dapat ditambah dengan penanda kesantunan please. Selanjutnya, kalimat imperatif negatif adalah kalimat yang mengandung kata larangan yaitu kata perintah berbentuk negatif seperti don't talk atau not waste the time. Kalimat imperatif persuasif menggunakan Do sebelum kata kerja seperti Do come here at seven o'clock yang digunakan untuk permintaan dengan harapan yang besar dari penutur agar permintaan dikabulkan. Mendukung penjelasan di atas, Ramlan (2005:39) juga menjelaskan bahwa Kalimat deklaratif memiliki ciri formal berupa pola intonasi naik dan kata-kata perintah, ajakan, persilahan, dan larangan. Berdasarkan tulisannya, 13

kalimat imperatif yang diakhiri dengan tanda seru (!) menunjukkan maksud perintah yang sesungguhnya. 3. Kalimat Interogatif Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan meminta sebuah jawaban dari lawan tutur. Kalimat ini biasanya diawali dengan kata tanya berupa yes/no question atau w/h question. Hal ini dijelaskan dalam Nadar (2009:85) yang menyatakan bahwa kalimat interogatif dalam bahasa Inggris mempunyai beberapa tipe yaitu tipe kalimat tanya yang menghendaki jawaban ya atau tidak, kalimat tanya yang menghendaki jawaban berupa informasi, atau kalimat tanya yang menghendaki jawaban berupan pilihan atau alternatif. Kalimat tanya tipe ya atau tidak atau yes/no question ditandai dengan kata kerja bantu di awal kalimat, kemudian diikuti oleh subjek. Kalimat tanya tipe Wh atau w/h question ditandai dengan kata tanya berupa what, who, where, when, whose, which, whom, dan how di awal kalimat, kemudian diikuti oleh kata kerja bantu. 1.6.4 Aspek Situasi Tutur Aspek situasi tutur merupakan faktor ekstralingual dari beragamnya bentuk tindak tutur yang tercipta dalam komunikasi manusia. Leech (1993:15) via Wijana (2003: 47) mengungkapkan lima aspek situasi tutur: 1. Penutur dan mitra tutur. Yang dimaksud penutur dan mitra tutur adalah pembicara dan seseorang 14

yang diajak bicara oleh pembicara yang berfungsi sebagai pendengar dalam suatu peristiwa tutur. Aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur adalah usia, latar belakang, sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan lainnya. 2. Konteks tuturan Konteks tuturan mencakup semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan yang bersangkutan. Dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. 3. Tujuan tuturan Bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan. Di dalam pragmatik berbicara merupakan tindakan atau aktivitas yang berorientasi pada tujuan. Tujuan tuturan bisa selaras dengan moduk tuturan, dan bisa juga tidak selaras dengan bentuk tuturan. Hal tersebut bergantung kepada konteks dan kesantunan penutur. 4. Tuturan sebagai tindakan Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi tertentu. Dalam hubungan ini, pragmatik mengkaji bahasa dalam bentuk yang lebih konkret dibanding tataran kebahasaan yang lain. Tuturan sebagai entitas yang jelas dan konkret meliputi penutur, mita tutur, dan situasi pertuturannya. 15

5. Tuturan sebagai produk tindakan verbal. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa tuturan adalah bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal. 1.6.5 Komponen Situasi Tutur Komponen situasi tutur menurut Hymes (1992:192-193) via Chaer (2004:47-49) dikenalkan dengan akronim SPEAKING, yaitu: S adalah Setting atau Scene yaitu tempat terjadinya pertuturan. Setting berkaitan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi psikologis penutur. P adalah Participant yang artinya peserta tuturan. Penutur dan mitra tutur adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan dan akan mempengaruhi bentuk tuturan yang terbentuk. E adalah End atau tujuan. End merupakan tujuan dari kemunculan sebuah tuturan. A adalah Act yang mengacu kepada bentuk dan isi dari apa yang dibicarakan. K adalah Key yang mengacu kepada nada, sikap, dan jiwa ketika sebuah tuturan dituturkan. I adalah instrumentalities yang mengacu kepada media penyaluran pesan dari tuturan, seperti jalur lisan, tulisan, dialek, kode, dan lainnya. N adalah Norm atau norma dalam mengeluarkan tuturan dan mengartikan tuturan. Yang terakhir adalah G atau genre yang mengacu kepada jenis-jenis tuturan seperti narasi, tekai-teki, puisi, dan lainnya. Berdasarkan teori-teori di atas, Penulis berasumsi bahwa perempuan mempunyai aneka bentuk dalam menyampaikan maksud direktif kepada mitra 16

tutur. Keterkaitan antara bentuk dan konteks tuturan akan memperlihatkan kadar kekuatan direktif yang berbeda-beda sehingga mampu memberikan aneka makna dari tindak tutur direktif. Selain itu, bentuk dan makna dari tindak tutur perempuan diasumsikan mendapat pengaruh dari beberapa faktor yang bersifat ekstralinguistik dan intralinguistik. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Guna menghindari kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini, ruang lingkup diperlukan sebagai batasan penelitian. Ruang lingkup tersebut meliputi objek penelitian, proses penelitian, istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian, dan hal-hal yang berkaitan dengan penyajian penelitian. Berkaitan dengan objek penelitian, penelitian ini difokuskan kepada tindak tutur direktif yang dituturkan oleh tokoh perempuan yang ada dalam buku Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage karya Alice Munro. Dalam analisis bentuk tindak tutur direktif, penelitian hanya difokuskan pada struktur kalimat saja sesuai ciri formalnya. Tuturan yang ditemukan akan dikelompokkan berdasarkan keselarasan modus kalimat dengan fungsi komunikasi kalimat sehingga menjadi tuturan langsung dan tidak langsung, dengan kata lain tuturan literal dan tidak literal tidak dijadikan bagian analisis bentuk. Tindak tutur direktif langsung berupa kalimat imperatif, sedangkan tindak tutur direktif tidak langsung berupa kalimat deklaratif dan interogatif. Dalam analisis makna, konteks tuturan menjadi landasan utama dalam penentuan 17

jenis makna. Konteks tersebut dapat berupa tuturan, situasi tuturan, penutur, dan respon mitra tutur, serta segala hal yang melatarbelakangi tuturan secara internal maupun eksternal. Selain itu, penetapan makna tindak tutur direktif dalam penelitian ini juga mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang juga terkait dengan tindak tutur direktif dalam bahasa Inggris. Salah satunya adalah disertasi yang dilakukan oleh Nadar tahun 2006, "Penolakan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia". Penelitian tersebut memiliki beberapa deskripsi makna tindak tutur direktif yang lazim digunakan oleh penutur asli bahasa Inggris sehingga memiliki kemungkinan yang besar untuk memiliki kesamaan latar belakang budaya, khususnya dalam penggunaan bahasa Inggris. Sehubungan dengan analisis bentuk dan makna tindak tutur direktif perempuan, peneliti menggunakan tindak tutur direktif laki-laki dalam buku Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage karya Alice Munro sebagai pembanding. Hal tersebut meliputi perbandingan bentuk dan makna tindak tutur direktif serta penanda kebahasaan tertentu yang mengikuti tindak tutur direktif. Meskipun demikian, pendeskripsian tetap difokuskan kepada bentuk dan makna tindak tutur direktif perempuan. Tindak tutur direktif laki-laki digunakan untuk mendapatkan deskripsi yang lebih dalam mengenai tuturan perempuan. Selanjutnya, hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tulisan ilmiah. Dalam penyajian tersebut, penulis menggunakan beberapa istilah yang mendukung pendeskripsian penelitian. Istilah tersebut tentunya merujuk kepada 18

penelitian-penelitian sebelumnya yang telah teruji. Namun, demi menghindari kesalahan penafsiran, berikut akan dipaparkan batasan-batasan istilah penelitian. 1. Alasan Yang dimaksud dengan alasan adalah penjelasan penutur mengenai tindakan yang hasus dilakukannya atau pun mengenai situasi yang mengakibatkan mitra tutur harus melakukan sesuatu. Alasan dapat terkait dengan diri penutur, mitra tutur, kedua belah pihak, atau pihak ketiga (Nadar, 2006:25). Dalam hal ini, alasan tersebut hadir berdekatan dengan tuturan direktif yaitu setelah atau sebelumnya. 2. Akrab, Dekat, atau Familiar Istilah-istilah tersebut merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara penutur dan mitra tutur yang memiliki kedekatan emosional. Familiar tidak harus terjadi antara penutur dan mitra tutur yang memiliki hubungan kekeluargaan, tetapi juga terdapat diantara penutur dan mitra tutur yang bersahabat, bertetangga, atau yang memiliki kedekatan emosional lainnya. 3. Menyuruh Menyuruh adalah situasi yang menggambarkan penutur yang menuturkan suatu tuturan kepada mitra tutur sehingga mitra tutur segera melakukan suatu tindakan sesuai perkataan penutur. Makna menyuruh memperlihatkan otoritas penutur terhadap mitra tutur sehingga mitra tutur harus mematuhinya. 19

4. Meminta Meminta adalah situasi yang menggambarkan penutur menyatakan suatu permintaan kepada mitra tutur sehingga mitra tutur bersedia melakukan suatu tindakan sesuai perkataan penutur. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya terlihat bahwa makna permintaan sangat mengutamakan kesantunan guna membuat mitra tutur bersedia melakukan permintaan penutur. Secara tulisan, makna permintaan dapat ditandai dengan kata kerja bentuk dasar, kata kerja bantu modalitas, kalimat pengandaian, bahkan dengan kata perintah, dan biasanya kata-kata tersebut disertai penanda kesantunan (Nadar, 2006:161). 5. Menganjurkan Menganjurkan adalah situasi yang menggambarkan penutur menuturkan tuturan kepada mitra tutur dengan maksud mitra tutur mempertimbangkan dan melakukan isi tuturan tersebut. Nadar (2006:25) menjelaskan bahwa makna menganjurkan memiliki sudut pandang pada mitra tutur karena mitra tutur yang mengetahui anjuran tersebut perlu dilakukan atau tidak. Anjuran hampir mirip dengan permintaan karena mengutamakan kesantunan, tetapi kadar direktifnya lebih lemah dibandingkan permintaan. Secara umum, tuturan menganjurkan mengandung kata-kata berupa you should, you need, youl would, dan lainnya. 6. Menawarkan Menawarkan adalah istilah untuk menggambarkan penutur menawarkan sesuatu kepada mitra tutur demi kepentingan mitra tutur. Nadar dalam (2006:25) 20

menjelaskan bahwa menawarkan merupakan tindakan yang sudut pandangnya berasal dari penutur. Penutur adalah pihak yang menilai tindakan atau benda yang ditawarkan kepada mitra tutur adalah suatu kebaikan bagi mitra tutur. 7. Mempersilakan Istilah mempersilakan digunakan untuk menggambarkan penutur yang menuturkan tuturan dengan tujuan mempersilakan mitra tutur melakukan sesuatu. Dalam hal ini mitra tutur telah memiliki niat untuk melakukan suatu tindakan, dan penutur bersifat memberikan kesempatan atau mempersilakan bagi mitra tutur untuk melakukan tindakan tersebut. 8. Mengajak Istilah mengajak digunakan untuk menggambarkan penutur yang menuturkan tuturan dengan tujuan mengajak mitra tutur melakukan suatu kegiatan sesuai ajakan penutur. Dalam hal ini, penutur melibatkan diri dalam tindakan tersebut atau tidak membiarkan mitra tutur melakukan maksud tuturan sendirian. 9. Memberi Petunjuk Istilah memberi petunjuk digunakan untuk menggambarkan penutur yang menuturkan tuturan dengan tujuan memberikan petunjuk suatu prosedur kepada mitra tutur sehingga mitra tutur berhasil menjalankan suatu langkah kerja. Pemberian petunjuk lazimnya dengan deskripsi yang langsung dan jelas sehingga memperkecil kemungkinan salah penafsiran dalam pelaksanaannya misalnya 21

petunjuk informasi, petunjuk arah, petunjuk cara, dan lainnya 10. Mendesak Istilah mendesak digunakan untuk menggambarkan penutur yang menuturkan tuturan dengan tujuan mendesak mitra tutur untuk menerima suatu penawaran atau melakukan tindakan yang diminta penutur. Makna mendesak identik dengan usaha penutur yang sangat keras terhadap mitra tutur misalnya, meminta atau menawarkan mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang karena peremintaan atau penawaran belum dilakukan oleh mitra tutur. Situasi mendesak akan muncul setelah dorongan atau usaha yang besar atau terus menerus dari penutur terhadap mitra tutur 11. Menyindir Istilah menyindir mengilustrasikan penutur yang merasa tidak senang dengan sikap mitra tutur atau adanya suatu hal yang tidak berkenan di hati penutur terhadap tindakan mitra tutur yang di luar kebiasaan sehingga membuat penutur menyindir mitra tutur supaya mitra tutur melakukan perubahan tindakan. Makna menyindir ini biasanya dituturkan dengan tuturan tidak langsung karena adanya suatu situasi yang membuat penutur harus menyatakannya secara sindiran. 1.8 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendeskripsian berdasarkan bentuk tuturan dan konteks tuturan yang ada dan kemudian dikembangkan menggunakan penalaran dan interpretasi penulis. Penelitian ini 22

menggunakan metode dalam pengumpulan dan penganalisisan data penelitian. Metode pengumpulan data meliputi metode simak yang berarti pemerolehan data dengan cara menyimak penggunaan bahasa tertulis. Teknik yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap, peneliti tidak ikut terlibat dalam percakapan dalam pencarian data, tetapi hanya sebagai pengamat. (Sudaryanto, 1988:4 via Mastoyo, 2007:44) Kemudian, teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik catat. Peneliti mengumpukan semua kalimat yang mengekspresikan tindak tutur direktif dari tokoh perempuan. Sementara itu, teknik penganalisisan data yang digunakan adalah teknik deskripsi, yaitu menjabarkan suatu keadaan fenomena kebahasaan yang terjadi pada data penelitian. Langkah penelitian: (1) Mengumpulkan kalimat-kalimat yang mengekspresikan tindak tutur direktif tokoh perempuan dalam kumpulan cerpen Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage karya Alice Munro. (2) Mengelompokkan tindak tutur direktif perempuan berdasarkan keselarasan modus kalimat dengan fungsi komunikasinya. (3) Menganalisis bentuk tindak tutur direktif tersebut berdasarkan struktur kalimat dan menganalisis makna tindak tutur direktif tersebut berdasarkan konteks kalimat. (4) Membandingkan bentuk dan makna tindak tutur direktif perempuan dengan tindak tutur direktif laki-laki dari kumpulan cerpen Hateship, 23

Friendship, Courtship, Loveship, Marriage karya Alice Munro guna memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang tindak tutur direktif perempuan. (5) Mencari faktor yang memengaruhi aneka pilihan penggunaan bahasa dalam tindak tutur direktif perempuan. (6) Mengungkapkan citra perempuan yang dihadirkan dalam karya tersebut berdasarkan penggunaan bahasa tokoh-tokoh perempuan dalam bertindak tutur direktif. 1.9 Sistematika Penyajian Penelitian ini dibagi menjadi lima bagian, yaitu pendahuluan, pembahasan I, II, dan III, IV, dan penutup. Bab I adalah pendahuluan yang berisi kerangka penelitian, sedangkan bab II adalah pembahasan tentang bentuk dan makna tindak tutur direktif perempuan dalam kumpulan cerpen Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage. Analisis tersebut meliputi identifikasi modus kalimat melalui struktur pembentuk atau ciri formalnya. Kemudian menganalisis makna yang terkandung dalam setiap modus kalimat yang digunakan perempuan dalam tindak tutur direktif melalui konteks tuturan. Sementara itu, bab III adalah pembahasan tentang faktor-faktor yang memengaruhi pilihan penggunaan bahasa dalam tindak tutur direktif yang dituturkan oleh tokoh perempuan pada kumpulan cerpen Hateship, Friendship, Courtship, Loveship, Marriage. Selanjutnya, bab IV adalah pembahasan terakhir yang akan 24

menggambarkan citra perempuan berdasarkan penggunaan bahasa dalam tindak tutur direktif yang dituturkan oleh tokoh-tokoh perempuan, sedangkan bab V adalah penutup yang memuat kesimpulan dan saran dari penelitian. 25