KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA

dokumen-dokumen yang mirip
Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya industri-industri makanan dan minuman di

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

II TINJAUN PUSTAKA. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Rumput Laut, (2) Rumput Laut

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kenaikannya diperkirakan

BAB 3 METODE PENELITIAN

MAI\FAATDAI{PENGOLAHANRUMPLTTLAI-IT. Aleh Drs '4. IL4LQISNY IN'[AN'' MS'

BAB I PENDAHULUAN. cerminan dari potensi rumput laut Indonesia. Dari 782 jenis rumput laut

PEMBUATAN JELLY RUMPUT LAUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SELAI PEPAYA. Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tips: Menyimpan Tahu Segar

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang 70 % dari wilayahnya terdiri dari

tips: Menyimpan Tahu Segar

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN. Oleh. Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

PEMBUATAN TEPUNG KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE PENGENDAPAN

STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT

BAB III METODE PENELITIAN

OLEH: YULFINA HAYATI

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN :

Ensiklopedi: 27 dan 342. Asam, basa dan garam. dikelompokkan berdasarkan. Alat ukur

PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

23. HASlL OLAHAN TEPUNG UBI JALAR

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

Resep Puding - Cara Membuat Puding Istimewa

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

BAB III PERANCANGAN PROSES

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Teknologi Pengolahan Hasil Ubi Jalar dan Ubi Kayu

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

ONDE-ONDE GURIH CARA MEMBUAT : 1 Campur udang dengan ayam, bawang putih, garam, merica dan gula pasir, aduk rata.

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

II. METODE PENELITIAN

PENGOLAHAN UMBI GANYONG

II. DESKRIPSI PROSES

BABI PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki keanekaragaman

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

Coklat. Berikut ini Jenis-jenis coklat yang beredar dipasaran antara lain : 1. Couverture

OPTIMASI PEMBUATAN KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT APLIKASINYA UNTUK PERENYAH BISKUIT. Jl. Kentingan No. 36 A Surakarta

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

PENGARUH KONSENTRASI Na 2 CO 3 TERHADAP RENDEMEN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum cristaefolium ASAL PERAIRAN LEMUKUTAN

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki laut yang luas. Indonesia, kurang lebih dari 70% wilayahnya terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

ANEKA RUJAK DAN ASINAN NAN SEGAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

MANISAN KERING BENGKUANG

SNI Standar Nasional Indonesia. Inti kelapa sawit. Badan Standardisasi Nasional ICS

BEBERAPA CATATAN TENTANG AGAR

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 2013

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENGOLAHAN RUMPUT LAUT

Pembimbing TA. Dr.Ir.Niniek Fajar Puspita,M.Eng NIP

Transkripsi:

KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA DISUSUN OLEH : Yosua 125100601111007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

Rumput Laut Rumput laut adalah makroalga yang hidup di laut maupun air payau. Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat pada subtrat tertentu, tidak mempunyai akar batang dan daun sejati; tapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnnya. Selain benda mati, rumput laut pun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik. Secara taksonomi, rumput laut dikelompokkan kedalam Divisio Thallophyta. Berdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu sebagai berikut: 1. Rhodophyceae (ganggang merah) 2. Phaeophyceae (ganggang coklat) 3. Chlorophyceae (ganggang hijau) 4. Cyanophyceae (ganggang biru-hijau) Beberapa jenis rumput laut Indonesia yang bernilai ekonomis dan sejak dulu sudah diperdagangkan yaitu Euchema sp., Hypnea sp., Gracilaria sp., dan Gelidium sp. dari kelas Rhodophyceae serta Sargassum sp. dari kelas Phaeophyceae. Euchema sp. dan Hypnea sp. menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokolid yang disebut karaginan (carrageenan). Gracilaria sp. dan gelidium sp. menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokolid yang disebut agar. Sementara, Sargassum sp. menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokolid yang disebut alginat. Rumput laut yang menghasilkan karaginan disebut pula Carrageenophyte (karaginofit), penghasil agar disebut agarophyte (agarofit), dan penghasil alginat disebut alginophyte (alginofit). Produk Olahan Rumput Laut 1. Agar - agar Masyarakat pada umumnya mengenal agar - agar dalam bentuk tepung yang biasa digunakan untuk pembuatan puding. Akan tetapi orang tidak tahu secara pasti apa agar - agar itu. Agar - agar merupakan asam sulfanik yang meruapakan ester dari galakto linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang jenis Agarophytae. Agar - agar ini sifatnya larut dalam air panas dan tidak larut dalam air dingin. Sekarang ini penggunaan agar - agar semakin berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja sekarang ini telah digunakan dalam industri tekstil, kosmetik, dan lain - lain. Fungsi utamanya adalah sebagai bahan pemantap, dan pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Dalam industri, agar - agar banyak digunakan dalam

industri makanan seperti untuk pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi, dan cokelat. Dalam industri farmasi bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul, dan bahan campuran pencetak contoh gigi. Dalam industri tekstil dapat digunakan untuk melindungi kemilau sutera. Dalam industri kosmetik, agar - agar bermanfaat dalam pembuatan salep, krem, lotion, lipstik, dan sabun. Selain itu masih banyak manfaat lain dari agar - agar, seperti untuk pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, dan pengalengan ikan dan daging. 2. Keraginan Keraginan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa dan L- galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1-4 glikosilik. Ciri kas dari keraginan adalah setiap unit galaktosanya mengikat gugusan sulfat, jumlah sulfatnya lebih kurang 35,1%. Kegunaan keraginan hampir sama dengan agar - agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi. Keraginan banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan kue, roti, makroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim, dan gel pelapis produk daging. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk pasta gigi dan obat - obatan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik dan cat. 3. Algin (Alginat) Algin ini didapatkan dari rumput laut jenis algae coklat. Algin ini merupakan polimer dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier panjang. Bentuk algin di pasaran banyak dijumpai dalam bentuk tepung natrium, kalium atau amonium alginat yang larut dalam air. Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, dan pembentuk lapisan tipis yang tahan terhadap minyak. Algin dalam industri banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup, dan puding. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk tablet, salep, kapsul, plester, dan filter. Industri kosmetik untuk cream, lotion, sampo, cat rambut,. Dan dalam industri lain seperti tekstil, kertas, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu.

Tahap-Tahap Proses Produksi Karaginan 1. Pembersihan Rumput laut yang akan diekstraksi dicuci dan dibersihkan dengan air untuk menghilangkan garam, pasir, karang, potongan tali dan rumput laut jenis lain yang tidak diinginkan. 2. Ekstraksi Rumput laut yang telah dibersihkan kemudian direbus/diekstraksi dalam air dengan volume 40-50 kali berat rumput laut kering. ph ekstraksi diatur menggunakan NaOH sehingga diperoleh ph 8-9. Ekstraksi pertama dilakukan selama 30-60 menit pada suhu 85-95 C. Rumput laut kemudian dihancurkan sehingga terbentuk bubur rumput laut. Ekstraksi kedua dilakukan selama 3 jam untuk E. Spinosum dan 18 jam untuk E. Cottoni pada suhu ph yang sama seperti pada ekstraksi pertama. 3. Penyaringan Setelah proses ekstraksi selesai bubur rumput laut ditambah dengan filter aid (celite atau tanah diatomite) dengan konsentrasi 3-4%. Penyaringan dengan menggunkan filter press, dalam keadaan panas untuk memudahkan penyaringan. Filter hasil penyaringan kemudian ditambah dengan larutan NaCl 10% (10g NaCl dilarutkan dalam 100 ml air) sebanyak 5% dari volume larutan untuk membantu proses pengendapan. Filtrat karaginan kemudian dipanaskan hingga suhu 60 C. 4. Pengendapan Pengendapan karaginan dilakukan dengan cara menuangkan filtrat karaginan yang telah dipanaskan ke dalam larutan isopropil sambil diaduk-aduk selama 15 menit, sehingga terbentuk serat-serat karaginan. Perbandingan filtrat dan isopropil yang digunakan adalah 1:2. serat-serat karaginan yang diperoleh kemudian diperas dan direndam kembali dengan isopropil selama 30 menit sehingga diperoleh serat karaginan yang lebih kaku. 5. Pengeringan dan Penepungan Serat-serat karaginan kemudian dikeringkan dengan pengering hampa udara pada suhu 60 C sampai kering. Kemudian digiling sehingga diperoleh tepung karaginan. Karaginan yang diperoleh dari hasil pengolahan ini mempunyai spesifikasi produk sebagai berikut :

kenampakan putih susu, susunan kimiawi dan fisik, air 8-12%, abu total 18-23%, abu tak terlarut asam 1-2%, sulfat 18-24% (E. Cottoni), 22-32% (E. Spinosum), kekentalan larutan tepung karaginan 1,5% 20-180 Cps. Tahap-Tahap Proses Produksi Agar-Agar 1. Pemanenan dan pengeringan rumput laut. Setelah dipanen, rumput laut dibersihkan dari pasir, batu, dan kotoran lainnya. Selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari sampai kering (kadar airnya sekitar 20 persen). 2. Pemotongan dan pengasaman. Rumput laut yang sudah kering dimasukkan ke dalam bak pencuci yang berisi air dan dipotong-potong secara mekanis. Selanjutnya dimasukkan ke dalam bak pencuci yang berisi asam sulfat 5-10 persen selama 15 menit dan dibilas dengan air sampai bersih. Jenis asam lain yang dapat dipakai adalah asam asetat atau asam sitrat. Tujuan pengasaman untuk memecahkan dinding sel, sehingga agar-agar mudah diekstrak serta menghancurkan dan melarutkan kotoran sehingga rumput laut menjadi lebih bersih. 3. Pemasakan dan ekstraksi. Pemasakan rumput laut dilakukan dalam sebuah bejana besar dengan menggunakan air bersih sebanyak 40 kali berat rumput laut kering yang digunakan. Pemasakan dilakukan dengan penambahan asam cuka 0,5 persen dan dilakukan pada suhu 90-100oC selama 2-4 jam. Pada saat mulai mendidih, ditambahkan basa (misalnya natrium hidroksida) untuk menetralkan ph menjadi 6-8. 4. Pemadatan. Setelah pemasakan selesai, ekstrak rumput laut disaring dengan kain blacu dan diperas perlahan-lahan. Ekstrak yang diperoleh ditampung dalam bejana dan ditambahkan basa hingga ph-nya mencapai 7-7,5. Larutan agar-agar yang telah dinetralkan, dipanaskan lagi sambil diaduk dan dituangkan ke dalam cetakan menurut ukuran yang telah ditentukan. Larutan agar-agar tersebut dibiarkan memadat pada suhu kamar atau menggunakan suhu dingin untuk mempercepat pemadatan.

5. Pengeringan. Agar-agar yang sudah memadat, dipotong-potong tipis dalam bentuk lembaran setebal 0,5 cm dengan menggunakan kawat baja halus. Lembaran yang diperoleh dibungkus dengan kain blacu, disusun, dan dimasukkan ke dalam alat pengepres dan dipres perlahan-lahan agar airnya keluar. Padatan agar yang tersisa di kain blacu kemudian dijemur di atas rak-rak bambu sampai kering dan dikemas dengan kantong plastik. Untuk menghasilkan agar-agar tepung, lembaran-lembaran agar-agar kering digiling dan diayak sampai diperoleh bubuk halus.