BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang partisipasi, tradisi dan peraktek budaya, sumbangan uang dan barang.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi reformasi yang mengakibatkan pergantian sistem sentralisasi dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

I. PENDAHULUAN. berwenang menetapkan dokumen perencanaan. Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN 2004) yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan elit. Dengan demikian maka pembangunan sebagai continuously

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SAMBUTAN KEPALA DESA

BAB I PENDAHULUAN. bottom-up learning.

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.2 LANDASAN HUKUM.

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

BAB I PENDAHULUAN. masih menggunakan IGO dan IGOB. IGO dan IGOB merupakan warisan

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

H., 2014 PROGRAM PENYED IAAN AIR MINUM D AN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT ( PAMSIMAS ) D ALAM MENUMBUHKAN PERILAKU HID UP SEHAT

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Namun karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum. Desa/Kelurahan (Musrenbang Desa/Kelurahan).

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA OLEH : BAPPEDA KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT

SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era reformasi dalam perkembangan akuntansi sektor publik yang

BAB III METODE PENELITIAN. penulis melakukan penelitian di Desa Bangun Purba dan Kantor Desa. Waktu penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan aktivitas organisasi, pada umumnya kebanyakan

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. setempat dengan means yang mereka miliki atau kuasai, yaitu Teknologi. Proses pembangunan di Indonesia dengan menggunakan pola

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik unik dalam struktur formal kelembagaan pemerintahan Negara

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

penelitian 2010

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. suatu perencanaan atau program-program yang ada disekitar mereka, keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

Strategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. keinginan masyrakat dalam peningkatan infrastruktur yang dewasa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya kewenangannya dipegang oleh pemerintahan pusat sekarang

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta LAPORAN PELAKSANAAN MUSRENBANG RKPD DIY TAHUN 2017 DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DIY

SINKRONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL, PEMBANGUNAN REGIONAL, DAERAH, SERTA

I. PENDAHULUAN. banyak dilaksanakan rnelalui program-program yang sentralistik serta diterapkan secara seragam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

BAB I PENDAHULUAN. maupun Pendidikan yang terjadi di Negara Indonesia begitu terasa di masyarakat.

KEPALA DESA SIPAYUNG KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR PERATURAN DESA SIPAYUNG NOMOR 04 TAHUN 2001 TENTANG

BAB 6 PERENCANAAN PUBLIK. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang asaalah Pembangunan adalah seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu negara bangsa untuk bertumbuh, berkembang, dan berubah secara sadar dan terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan negara bangsa yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan akhir (Si agian, 2005:5). Pembangunan yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat meliputi pembangunan yang berpusat pada manusia, pemberdayaan, mobilitas, evaluasi dan perencanaan yang partisipasi, tradisi dan peraktek budaya, sumbangan uang dan barang. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, terjadi perubahan yang mendasar dalam proses Perencanaan Pembangunan Nasional yang jugaberpengaruh pada proses Perencanaan Pembangunan Daerah. proses perencanaan pembangunan sangat kental dengan nuansa Top Down karena semua dokumen perencanaanberasal dari pusat. Namun walaupun demikian masih dimungkinkan peran masyarakat dalam perencanaan pembangunan seperti yang terlihat dalam forum Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) yang diadakan setiap tahun. Proses perencanaan pembangunan sekarang lebih menekankan pada rencana kerja atau working plan sebagai proses dari: (1) input yang berupa keuangan, tenaga kerja, fasilitas, dan lain-lain; (2) Kegiatan (proses); (3) Output/outcomes. Proses perencanaan dimulai dengan informasi tentang ketersediaan sumberdaya dan arah pembangunan nasional, sehingga perencanaan bertujuan untuk menyusun hubungan optimal antara input, proses, dan output/outcomes atau dapat dikatakan

2 sesuai dengan kebutuhan, dinamika reformasi dan pemerintahan yang lebih demokratis dan terbuka, sehingga masyarakatlah yang paling tahu apa yang dibutuhkannya. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu tuntunan dalam pelaksanaan otonomi daerah dalam mengembangkan kehidupan demokrasi,pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas serta peran serta masyarakat. Dimana pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah yang baik untuk saat ini dan masa yang akan datang adalah pembangunan yang berdasarkan pemikiran, masukan, dan kebutuhan dari masyarakat sehingga pembangunan yang dilakukan akan lebih bermanfaat dan tepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri dengan katalain tepat sasaran tentunya. elalui proses pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan Desa, diharapkan upaya peningkatan kesejah teraan masyarakat secara merata dan berkeadilan lebih bisa tercapai. Hakikat dari tujuan pembangunan desa adalah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, termasuk penciptaan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat desa. Fenomena menarik pada proses perencanaan pembangunan juga terjadi di Desa Bangun Purba Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Rokan Hulu, terutama pada aspek partisipasi masyarakat. ekanisme perencanaan pembangunan dari bawah yang di laksanakan mulai dari tingkat Rukun Tetangga (RT) sampai pada musrenbangdesa belum melibatkan masyarakat untuk memutuskan prioritas kegiatan, padahal untuk menciptakan perencanaan pembangunan yang tepat waktu, tepat sasaran, berdaya guna dituntut adanya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan karena masyarakatlah yang mengetahui permasalah yang di hadapi dan kebutuhan yang mereka kehendaki, sehingga keikut sertaan masyarakat dapat mewujudkan kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan.

3 Ada kecendrungan bahwa usulan yang diajukan dalam musrenbangdesa merupakan rumusan elit Desa dan sebagian kecil tokoh masyarakat, sehingga partisipasi masyarakat yang sesungguhnya masih jauh di harapkan. Kegiatan musrenbangdesa yang seharusnya melibatkan seluruh lapisan masyarakat di desa Bangun Purba nyatanya hanya merupakan kegiatan formalitas yang di hadiri oleh perangkat Desa dan sebagian kecil tokoh masyarakat yang sama sekali tidak mewakili keseluruhan masyarakat Bangun Purba. Sehingga pada akhirnya penyusunan dokumen perencanaan dilakukan tanpa berdasar pada usulan dari masyarakat melainkan hanya berupa asumsi dan perkiraan saja dari aparat Desa. Ketidak tahuan masyarakat tentang rencana pembangunan yang di adakan di Desa Bangun Purba. asyarakat tahu tentang apa yang di buat oleh aparat Desa setelah pembangunan dan tidak adanya lelang tender untuk setiap pembangunan di Desa Bangun Purba tersebut dan ketidak tepatan pembangunan pada kebutuhan masyarakat. Ketidak sesuaian usyawarah Pembangunan di Desa terjadi karena masih kuatnya pendekatan Perencanaan Pembangunan dari atas kebawah (top down planning). Hal ini dapat dilihat dalam implementasi proyek pembangunan tidak memberdayakan kepentingan raknyat sementara tingkat keberhasilan partisipasi di evaluasi berdasarkan tingkat parti sipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan program pembangunan. uncul paradigma pembangunan partisipasi mengiden tifikasikan adanya dua perspektif. Pertama, pelibatan masyarakat setempat dalam pemilihan, perencanaan, perancangan dan pelaksanaan program yang akan dilaksanakan dilingkungan masyarakat, sehingga pola sikap dan berfikir serta nilai nilai pengetahuan masyarakat setempat di pertimbangkan secara penuh dalam pembangunan. Perspektif yang kedua adalah membuat umpan balik (Feedback) yang pada hakikatnya merupakan bagian tak lepas dari kegiatan pembangunan.

4 Harapan dalam penyelenggaraan musrenbangdesa ini sebenarnya adalah terjadinya pemadu serasian antara pendekatan Top down yang dimiliki instansi sektoral dan pendekatan Bottom up yang di emban oleh instansi daerah berdasrkan usulan masyarakat melalui musyawarah pembangunan dan temu karya pembangunan. Dalam perakteknya forum ini lebih bersifat pemangkasan usulan atau keinginan masyarakat oleh instansi pemerintahan diatasnya dengan alasan prioritas, ketersediaan dana, dan waktu yang di butuhkan. Pada penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan desa baik jangka panjang, jangka pendek dan menengah yang menjadi permasalahan masyarakat selaku penerima manfaat langsung dari hasil pembangunan yang seharusnya turut berpartisipasi menentukan jenis kegiatan yang akan di laksanakan dan mengetahui dampak yang akan terjadi dari setelah pembangunan, tempat pembangunan, waktu pembangunan, keterbukaan informasi publik (KIP), serta biaya yang akan di kelola untuk pembangunan yang akan di laksanakan. Permasalahan lain adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap perencanaan pembangunan, efeknya adalah munculnya apatisme dari masyarakat mengenai perencanaan pembangunan itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa proses perencanaan pembangunan belum diketahui dan di mengerti oleh sebagian besar masyarakat. Sehingga pada waktu proses perencanaan tidak ada yang muncul dari masyarakat untuk ikut terlibat di dalamnya. Ini disebabkan karena belum adanya pemberitahuan secara rinci dari pihak pemerintah desa mengenai bagaimana proses perencanaan pembangunan, apa dan bagaimana usrenbangdes untuk kepentingan apa dan sebagainya. Desa Bangun Purba berada di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Rokan Hulu dengan penduduk yang beragam suku yang mayoritasnya adalah suku andailing dengan jumlah Kepala keluarga (KK) 991, Desa Bangun Purba ini mempunyai daya tarik dari segi wisata alamnya dan masyarakat yang majemuk.

5 Tabel 1.1 : Pembangunan Sarana dan PraSarana di Desa Bangun Purba Kec. Bangunpurba Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2012-2014. NO Sarana Dan Pra sarana TAHUN Jumlah 2012 2013 2014 Bangu- Rea Tidak Rea Tidak Rea Tidak Nan Lisasi Lisasi lisasi 1 Pembutan CK 2-2 - 2 6 2 Pembangunan Turap 800 - - - - - 800 Penahan Tebing 3 Pembukaan Jalan Baru Penghubung Desa 1000-1000 - - - 2000 4 Pembangunan Gedung - - 1 - - - 1 Unit PKK Desa 5 Pembangunan Gedung 1 - - - - - 1 Unit Paud 6 Semenisasi Jalan - - 200 - - - 200 Lingkungan 7 Pembangunan Gedung - - - - - - - Posyandu 8 Jalan ABRI asuk Desa - - 300 - - - 300 9 Semenisasi jalan Gapura - - - - 50-50 AW 10 Semenisasi Jalan Kantor - - - - 10-10 Desa 11 Pagar Kantor Desa - - - - 20-20 12 Rumah Layak Huni - - - - 2-2 Unit 13 Perehapan Jembatan - - - - 20-20 Gantung 14 Pembangunan Pamsimas - - 1 - - - 1 Unit Air Bersih Unit 15 Pembangunan DA/TPA 1-1 - 1-3 Ruang Sumber:Kantor Desa Bangun Purba Kecamatan Bangun Purba Tahun 2012-2014

6 Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik meneliti tentang Partisipasi asyarakat Dalam engikuti Pembangunan di Desa Bangun Purba Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Rokan Hulu 1.2 Rumusan asalah Berdasarkan latar belakang ini maka penulis merumuskan masalah yakni: 1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam mengikuti pembangunan di Desa Bangun Purba Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Rokan Hulu? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui Partisipasi masyarakat dalam mengikuti pembangunan di desa Bangun Purba kec.bangun Purba Kab.Rokan Hulu. 1.4 anfaat Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis Dalam hal ini dapat dipergunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis serta dapat memahami dan mengerti hal hal yang berhubungan dengan pembangunan dilihat dari kekuatan partisipasi masyarakat secara langsung di lapangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dalam konsep Pemerintahan Daerah. 1.4.2. Kegunaan Praktis

7 Sebagai sumbangan dan informasi kepada pemerintah daeran tentang tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti Pembangunan Desa sehingga nantinya pembangunan yang akan di lakukan akan lebih tepat sasaran dan bermanfaat karena beranjak dari keinginan dan fikiran masyarakat sehingga mendukung pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan daerah. Bagi penulis yaitu untuk memenuhi persyaratan kelulusan pendidikan Ilmu Administrasi Negara di Universitas Sultan Syarif Kasim Riau. 1.5 Sitematika Penulisan Sistematika laporan dibuat untuk memudahkan pemahaman dan memberi gambaran kepada pembaca tentang penelitian yang diuraikan oleh penulis. Secara sistematis susunan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah yang mendasar diadakannya penelitian ini, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian yang dilakukan secara sistematika penulisan. BAB II: TELAAH PUSTAKA enjelaskan tentang landasan teori yang didasarkan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, penelitian terdahulu, pandangan islam, defenisi konsep dan kerangka pemikiran. BAB III: ETODE PENELITIAN Pada bab ini menguraikan waktu dan lokasi penelitian, penentuan populasi sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis.

8 BAB IV: GABARAN UU OBJEK PENELITIAN dan demografi Dalam bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian karakteristik BAB V: HASIL PENELITIAN DAN PEBAHASAN Dalam bab ini berisi hasil dari penelitian tentang Partisipasi asyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Bangun Purba di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Rokan Hulu. BAB VI: KESIPULAN DAN SARAN Bab ini berisi penutup yang terdiri dari kesimpulandan hasil penelitian yang diperoleh dari pembahasan dan juga memuat saran-saran bagi pihak yang berkepentingan agar bisa menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang. BAB VII: DAFTAR PUSTAKA