BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran

BAB II LANDASAN_TEORI. aktivitas pemrosesan informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

Perilaku Merokok Penerima Jamkesmas/Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS)

BAB I PENDAHULUAN. seperti BLSMadalah Brazil, kemudian diadopsi oleh negara-negara lain dengan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu

INOVASI/PEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PADA ACARA RATEK TIM TEKNIS TKPK

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan

III. METODE PENELITIAN

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BELITUNG TIMUR

Written by Irwandi Wednesday, 24 February :56 - Last Updated Monday, 21 March :22

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa

Structural Equation Modelling untuk Mengetahui Keterkaitan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Jombang

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 13 TAHUN 20II TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan pakaian, dan lain sebagainya. Dalam kurun waktu beberapa tahun

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB 4 METODE PENELITIAN

Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjalankan amanat Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 14 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah kemiskinan di Desa KuokKecamatanKuok kabupaten

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan Penerimaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Dengan Menggunakan Fuzzy Multiple Atribute Descission Making

PEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU UNTUK MENGURANGI KEMISKINAN DI KABUPATEN DONGGALA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

PENERAPAN METODE TOPSIS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KELUARGA MISKIN PADA DESA PANCA KARSA II

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

INOVASI / PEMANFAATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebaangsaan yang berkembang saat ini, diantaranya disorientasi dan belum

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pemerintah serta ditetapkan melalui undang-undang. Berdasarkan undang-undang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah... 11

PENDAHULUAN. Menurut Peter Hagul dalam Daud Bahransyah (2011:10) penyebab kemiskinan

EVALUASI PROSES BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KELURAHAN MALALAYANG SATU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

PENERAPAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPERBAIKI PENYUSUNAN RANGKING WILAYAH MISKIN

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGETAHUI FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEMISKINAN (Studi Kasus di Kabupaten Banyuwangi)

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. 2.1 Bentuk-Bentuk Program Penanggulangan Kemiskinan Kemiskinan

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut membuat mereka jatuh kejurang kemiskinan.

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

JURNAL IPSIKOM VOL 3 NO. 1 JUNI 2015 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu atau keluarga berusaha memenuhi kebutuhannya dengan. menggunakan sumberdaya yang tersedia. Kebutuhan manusia dapat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melayani kebutuhan orang lain.

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DANAU PULAU BESAR DAN DANAU BAWAH DI KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK PROPINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB I PENDAHULUAN. Visi Program Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dan ketrampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap pemerintah dalam menyelesaikannya. Peran pemerintah adalah sebagai pengatur kebijakan masalah pembangunan ekonomi, Pemerintah juga yang mengatur bagaimana pelaksanaan rancangan pembangunan, apakah sesuai dengan rencana yang di telah dibuat. Peran pemerintah adalah sebagai pengendali. Zaman yang sekarang serba global, peranan pemerintah pada setiap bangsa dan negara melakukan pembangunan ekonomi merupakam kunci menuju masyarakat yang lebih makmur, keadilan, dan kesejahteraan rakyat, bahkan pada waktu yang diharapkan akan menjadi negara yang maju. Begitu besarnya masalah negara berkembang, Pembangunan bukan hanya sekedar tugas dan peran pemerintah sebagai aparatur negara, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh komponen lapisan masyarakat. Meskipun demikian, harus diakui bahwa pemerintah memiliki peran yang sangat besar dalam proses pembangunan. Dalam upaya untuk menyeimbangkan pertumbuhan sebagai sektor perekonomian hingga jumlah keluarga miskin dapat berkurang, di butuhkan pengawasan dan pengaturan oleh negara atau pemerintah dalam upaya mencapai pertumbuhan yang seimbang, karena keseimbangan

membutuhkan pengawasan terhadap produksi, distribusi dan dan komoditas. Untuk itu pemerintah harus membuat suatu rencana atau langkah-langkah dalam upaya mengurangi jumlah keluarga miskin akibat ketidak seimbangan ekonomi dan sosial yang mengancam negara sedang berkembang. Pembangunan daerah adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan daerah yang lebih baik dan kesejahteraan bagi semua masyarakat. Hal ini sejalan dengan amanat UU No 32 Tahun 2004 yang menegaskan bahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan dan program pembangunan di daerah masing-masing. Implementasi Pemerintah Kabupaten Kampar pada tahun 2012 disajikan untuk setiap sasaran yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Kampar berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kabupaten Kampar Tahun 2012. Secara umum kinerja Pemerintah Kabupaten Kampar dapat dilihat dari upaya pemberdayaan sumber daya manusia sebagai modal utama pembangunan. Oleh karena itu, pembangunan yang dilaksanakan difokuskan pada berbagai bidang yang dianggap dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, seperti bidang pendidikan, bidang ekonomi kerakyatan, bidang peningkatan infrastruktur, dan dibidang lainnya yang dilakukan secara tepat sasaran dan berdaya guna. Dalam pasal 215 UU No. 32 Tahun 2004 ditetapkan: Pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kebupaten/ kota dan atau pihak ketiga mengikut sertakan pemerintah desa dan badan badan permusyawaratan desa.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa Pemerintah Desa dibentuk dalam rangka melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah dibidang Sosial yang antara lain dalam rangka menaggulangi angka kemiskinan yang timbul di Desa Bukit Melintang. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kampar No 10 Tahun 2012, Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan keluarganya. Penanganan fakir miskin adalah upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk kebijakan. Program dan kegiatan pemberdayaan, pendampingan, serta fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi setiap warga negara. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan pelayanan sosial. Berdasarkan pengertian tersebut, melalui kementrian sosial dalam upaya mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat pemerintah telah menetapkan indikator untuk menentukan tingkat fakir miskin yaitu: 1. Penghasilan rendah atau berada pada garis dibawah garis kemiskinan yang dapat di ukur dari tingkat pengeluaran perorangan per bulan berdasarkan standar badan statistika (BPS) perwilayah provinsi dan kabupaten/ kota. 2. Ketergantungan pada bantuan pangan kemiskinan (Zakat/ raskin/ santunan sosial).

3. Keterbatasan kepemilikan pakaian yang cukup setiap anggota keluarga pertahun (hanya mampu memiliki 1 stel pakaian lengkap perorang pertahun). 4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu keluarga yang sakit. 5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9 tahun bagi anak-anaknya. 6. Tidak memiliki harta benda yang dapat dijual untuk membiayai kebutuhan hidup. 7. Tinggal di rumah tidak layak huni. 8. Kesulitan memperoleh air bersih. Selanjutnya BPS dalam menentukan standar garis kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standar minimum, baik untuk makanan dan non makanan yang harus di penuhi seseorang untuk dapat hidup layak, yaitu apabila penduduk pengeluarannya tidak mampu memenuhi kecukupan konsumsi makanan setara 2.100 kalori per hari ditambah pemenuhan kebutuhan pokok minimum non makanan berupa perumahan, pakaian, kesehatan dasar, transportasi, dan aneka barang/ jasa lainnya, maka di katagorikan miskin. Sementara itu, penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan konsumsi makanan setara dengan 1.800 kalori per hari di kategorikan fakir miskin. BPS dalam salah satu program penanggulangan masalah kemiskinan yaitu melalui program bantuan langsung tunai (BLT), menetapkan 14 krit eria keluarga miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m 2 per orang. 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/ /kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu kualitas rendah/ tembok tanpa plester. 4. Tidak memiliki fasilitas bung air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam/ satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000 per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga, tidak sekolah/ tidak tamat sekolah dasar (SD)/ hanya SD.

14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000, seperti motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin. Tabel 1.1 Jumlah Keluarga Miskin Di Desa Bukit Melintang Kec. Kuok Kab. Kampar Tahun 2010-2013 NO TAHUN JUMLAH KELUARGA MISKIN 1 2010 59 KELUARGA 2 2011 59 KELUARGA 3 2012 55 KELUARGA 4 2013 55 KELUARGA Sumber Data: Kantor Desa Bukit Melintang, 2014. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa ternyata pada tahun 2010 jumlah keluarga miskin di desa bukit melintang sebanyak 59 keluarga, pada tahun 2011 jumlah keluarga miskin sebanyak 59 keluarga, pada tahun 2012 jumlah keluarga miskin di desa bukit melintang sebanyak 55 keluarga, pada tahun 2013 jumlah keluarga miskin di desa bukit melintang sebanyak 55 keluarga. Maka dapat disimpulkan bahwasanya jumlah keluarga miskin di desa bukit melintang dari tahun 2011 sampai dengan 2013 berkurang dimana jumlah keluarga miskin yang awalnya pada tahun 2010 sebanyak 59 keluarga kini pada tahun 2013 sebanyak 55 keluarga.

Tabel 1.2 Jenis Mata Pencaharian Warga di Desa Bukit Melintang No Mata Pencaharian Jumlah 1 Bertani 198 Orang 2 Wiraswasta 28 Orang 3 Dagang 2 Orang 4 Guru 2 Orang 5 Supir 2 Orang 6 Nelayan 3 Orang Jumlah 235 Orang Sumber Data: Kantor Desa Bukit Melintang, 2014. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwasanya penduduk Desa Bukit Melintang lebih banyak bermata pencaharian bertani yaitu sebanyak 198 orang. Kemudian penduduk Desa Bukit Melintang yang bermata pencaharian wiraswasta 28 orang, yang bermata pencaharian guru sebanyak 2 orang, yang bermata pencaharian sebagai supir 2 orang, yang bermata pencaharian sebagai nelayan 3 orang. Untuk penanganan fakir miskin di Kabupaten Kampar pemerintah daerah kabupaten kampar mengeluarkan peraturan no 10 tahun 2012 tentang penanganan fakir miskin di Kabupaten Kampar, Berdasarkan Peda Kab. Kampar Nomor 10 Tahun 2012 Pasal 15, Program penanganan fakir miskin meliputi: (a) Bantuan Pangan, (b) Bantuan Kesehatan, (c) Bantuan Pendidikan, (d) Bantuan Peru mahan, (e) Bantuan Peningkatan Keterampilan, dan (f) Bantuan Modal Sosial.

Tugas atau Peran Pemerintah Desa Bukit Melintang Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar dalam menanggulangi angka kemiskinan, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Bantuan Pangan 2. Bantuan Perumahan 3. Bantuan Pendidikan 4. Bantuan Modal Sosial Sehubungan dengan penugasan tersebut Pemerintah Desa Bukit Melintang telah melakukan usaha-usaha untuk menanggulangi angka kemiskinan yang timbul di Desa Bukit Melintang. Akan tetapi dalam pelaksanaannya ternyata masih banyak kurang berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Implementasi PERDA Kabupaten Kampar No. 10 Tahun 2012 Tentang Penanganan Fakir Miskin di Desa Bukit Melintang Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. 1.2 Perumusan Masalah Usaha-usaha yang dilakukan Pemerintah Desa Bukit Melintang Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat sehingga mereka memiliki kesadaran peningkatan kemampuan diri untuk mengurangi angka kemiskinan di Desa Bukit Melintang yang sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku sebagai proses dari pembangunan di Desa Bukit Melintang.

Pemerintah Desa Melakukan usaha-usaha untuk menanggulangi angka kemiskinan yang timbul dengan berbagai usaha dan upaya seperti melaksanakan pemberdayaan dan pelayanan rehabilitas sosial terhadap penyandang masalah kemiskinan, Melaksanakan Pemberdayaan dan Pelayanan Terhadap Masyarakat, Pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengentasan kemiskinan, Memperluas Ketahanan Sosial Masyarakat, Meningkatkan Profesionalisme Aparatur yang berbasis Kesejahteraan Masyarakat. Dari usaha-usaha yang dilakukan oleh Pemeritah yang telah di uraikan diatas, maka perumusan masalanya adalah Bagaimana Implementasi PERDA Kabupaten Kampar No. 10 Tahun 2012 Tentang Penanganan Fakir Miskin di Desa Bukit Melintang Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. 1.3 Tujuan Penelitian Adapan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi PERDA Kabupaten Kampar No. 10 Tahun 2012 Tentang Penanganan Fakir Miskin di Desa Bukit Melintang. 1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis akan mendapat gambaran yang jelas mengenai implementasi pemerintah dalam pengentasan kemiskinan. b. Sebagai bahan acuan dan sumber informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin membahas lebih luas tentang topik ini.

c. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk menyusun program-program dalam upaya mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten Kampar. 1.5 Sistemetika Penulisan Dalam memperoleh gambaran umum yang sistematis terhadap skripsi ini, maka disusun sistematika sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Dalam bab ini di bahas mengenai latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistemtika penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab ini menguraikan beberapa teori yang dijadikan pedoman dalam melakukan analisis dan pembahasan penelitian ini serta hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan dalam penelitian ini. BAB III : Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang berbagai data, lokasi penelitian, jenis dan sumber data yangdipergunakan, metode dalam melakukan pengumpulan data serta metode analisa dalam membuat data yang diperoleh. BAB IV : Gambaran Umum Objek Penelitian Pada bab ini penulis menjelaskan kondisi geografis kantor Desa Bukit Melintang Kecamatan Kuok, gambaran umum wilayah, struktur organisasi, dan aktivitas kecamatan.

BAB V : HasilPenelitian Dan Pembahasan Bab ini penulis akan membahas hasil dari penulisan dan pembahasan yang dilakukan. BAB VI : Penutup Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran - saran yang perlu dikemukakan.