BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB II LANDASAN_TEORI. aktivitas pemrosesan informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran

Written by Irwandi Wednesday, 24 February :56 - Last Updated Monday, 21 March :22

BAB I PENDAHULUAN. seperti BLSMadalah Brazil, kemudian diadopsi oleh negara-negara lain dengan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA

III. METODE PENELITIAN

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

PENERAPAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPERBAIKI PENYUSUNAN RANGKING WILAYAH MISKIN

Perilaku Merokok Penerima Jamkesmas/Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS)

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 13 TAHUN 20II TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan pakaian, dan lain sebagainya. Dalam kurun waktu beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENERAPAN METODE TOPSIS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KELUARGA MISKIN PADA DESA PANCA KARSA II

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. 2.1 Bentuk-Bentuk Program Penanggulangan Kemiskinan Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGETAHUI FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEMISKINAN (Studi Kasus di Kabupaten Banyuwangi)

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

Pemodelan Kemiskinan di kabupaten Jombang dengan Pendekatan Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS)

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Safri Aprudi. JTI, Vol 8 No.1, Juni 2016

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Second-Order Confirmatory Factor Analysis pada Kemiskinan di Kabupaten Jombang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dan ketrampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan,

Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pemerintah serta ditetapkan melalui undang-undang. Berdasarkan undang-undang

ANALISIS TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI KOTA PADANGSIDIMPUAN M. RIDHO ALFAZ HRP

BAB I PENDAHULUAN. Kemerdekaan merupakan hasil perjuangan bangsa Indonesia oleh generasi

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA. tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau

Implementasi Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Sistem Pendukung Keputusan Untuk Penerimaan Raskin Di Kelurahan Simpang Baru Panam

BAB I PENDAHULUAN. agraris beras menjadi komoditas pangan yang paling pokok bagi sebagian besar

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EVALUASI PROSES BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KELURAHAN MALALAYANG SATU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB l PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melayani kebutuhan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

Structural Equation Modelling untuk Mengetahui Keterkaitan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Jombang

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

STUDI PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK MINIMUM KELUARGA MISKIN di SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS BERSUBSIDI UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KOTA MADIUN TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap

KONTRIBUSI PROGRAM RASKIN TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KELURAHAN GAJAHMUNGKUR SKRIPSI

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

Bahan FGD Antisipasi Penerapan Kebijakan RASTRA Sistem Tunai Oleh : Dirjen Pemberdayaan Sosial

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS RIAU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEKANBARU

SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA APEL BERSAMA DALAM RANGKA 17-AN TANGGAL 17 PEBRUARI 2014

Siaran Pers Nomor : 13/Humas Kesra /IV/2014. Jakarta, 21 April 2014

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin merupakan program bantuan yang sudah dilaksanakan Pemerintah Indonesia sejak Juli 1998 dengan tujuan awal menanggulangi kerawanan pangan akibat krisis moneter 1997/1998. Program ini berlanjut hingga saat ini dengan tujuan utama mengurangi beban rumah tangga sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Program yang sebelum tahun 2002 bernama Operasi Pasar Khusus (OPK) ini awalnya merupakan program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun kemudian fungsinya diperluas menjadi bagian dari program perlindungan sosial, khususnya program penanggulangan kemiskinan klaster pertama (Hastuti, et.al., 2012). Sebagai program bantuan beras, Raskin merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari program ketahanan pangan karena dapat meningkatkan ketahanan pangan dengan cara peningkatan akses baik secara fisik yaitu beras tersedia di titik distribusi, maupun ekonomi yaitu harga jual yang terjangkau kepada rumah tangga sasaran. Selain itu, program Raskin memberikan banyak manfaat yaitu dapat menstabilisasi harga beras di pasaran, sebagai pengendalian inflasi melalui intervensi Pemerintah dengan menetapkan harga beras bersubsidi sebesar Rp 1.600,-/kg, menjaga stok pangan nasional, sebagai pasar bagi hasil usaha tani padi, membantu pertumbuhan ekonomi daerah, sekaligus sebagai mekanisme perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan (Bulog, 2014). 1

2 Penentuan rumah tangga penerima Raskin harus didasarkan pada pendekatan kriteria rumah tangga miskin. Adapun kriteria tersebut antara lain (BPS, 2013): 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang. 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

3 14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Pelaksanaan program Raskin melibatkan berbagai lembaga di semua tingkat pemerintahan, dengan Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) sebagai penanggungjawab utama program. Secara teknis, penanggungjawab pelaksanaan distribusi beras sampai dengan titik distribusi adalah Perum Bulog dan penanggungjawab untuk menyampaikan beras dari titik distribusi ke setiap RTS-PM adalah pemerintah daerah. Namun, sebagai satu entitas program, sosok program Raskin secara keseluruhan jauh lebih kompleks dari gambaran mekanistis tersebut. Di dalamnya antara lain melibatkan dimensi hubungan antar lembaga dan antar tingkat pemerintahan, finansial, dan prosedur administratif (Hastuti, et.al., 2012). Proses distribusi Raskin pada umumnya selalu mengalami berbagai masalah. Tingkat efektivitas distribusi Raskin sangat rendah hampir di setiap daerah. Pencapaian enam indikator ini sangat penting karena hal itu merupakan tolok ukur kinerja keberhasilan program. Menurut peneliti terdahulu, indikator yang digunakan untuk mengukur efektivitas Raskin tersebut sering tidak memenuhi ketetapan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Keberhasilan program Raskin sangat ditentukan oleh tingkat distribusi Raskin tersebut (Silalahi, 2013).

4 Adapun jumlah penduduk miskin menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara pada tahun 2011-2013 dapat kita lihat dari Grafik 1. Grafik 1. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011-2013 16 14 12 10 8 6 Series1 2011 Series2 2012 2013 Series3 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Sumber: BPS 2014, (data diolah) Dari Grafik 1 dapat kita lihat bahwa pada tahun 2011-2013 Kota Medan merupakan daerah yang jumlah penduduk miskinnya terbesar dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya di Sumatera Utara, dan hal tersebut merupakan alasan mengapa penulis mengambil wilayah tersebut sebagai daerah penelitian. Penelitian ini dilakukan terkait dengan masalah keefektifan dalam hal pendistribusian Raskin di Kota Medan. Kajian ini dilakukan untuk menganalisis kesesuaian Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Raskin di Kota Medan dengan kriteria miskin standar BPS, tata cara penentuan rumah tangga miskin yang akan menjadi penerima manfaat Raskin di daerah penelitian, untuk menganalisis tata cara pendistribusian Raskin di daerah penelitian, untuk menganalisis keefektifan program distribusi Raskin berdasarkan indikator enam tepat di daerah penelitian.

5 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut: 1. Apakah Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Raskin di Kota Medan telah sesuai dengan kriteria miskin menurut BPS? 2. Bagaimana mekanisme penentuan rumah tangga miskin yang akan menjadi penerima manfaat Raskin di Kota Medan? 3. Bagaimana sistem pendistribusian Raskin di Kota Medan? 4. Bagaimana keefektifan distribusi Raskin berdasarkan indikator enam tepat di Kota Medan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis kesesuaian Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Raskin di Kota Medan sesuai dengan kriteria miskin menurut BPS. 2. Untuk menganalisis mekanisme penentuan rumah tangga miskin yang akan menjadi penerima manfaat Raskin di Kota Medan. 3. Untuk menganalisis sistem pendistribusian Raskin di Kota Medan. 4. Untuk menganalisis keefektifan distribusi Raskin berdasarkan indikator enam tepat di Kota Medan.

6 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan distribusi Raskin khususnya di daerah penelitian. 2. Sebagai referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.