Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 88-96, 2016

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

Lampiran 1 Bagan alir lingkup kerja penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

3. METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), 12-18

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

STUDI FITOKIMIA DAN POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI KAYU MANIS (CINNAMOMUM SP.) DENGAN METODE PERKOLASI YOANITA EUSTAKIA NAWU

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber bahan obat

PROFIL FITOKIMIA DAN UJI ANTIBAKTERI BIJI MANGGA ARUM MANIS (Mangifera indica. Linn)

Jurnal MIPA 40 (1) (2017): Jurnal MIPA.

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI FRAKSI DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS BIOAUTOGRAFI

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN

5. Media Mekanisme kerja antimikroba Pengukuran aktivitas antibiotik Ekstraksi Kromatografi Lapis Tipis

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH...

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai tumbuhan, terdapat

KARAKTERISASI SENYAWA AKTIF ANTIBAKTERI DARI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN TANAMAN BANDOTAN (AGERATUM CONYZOIDES L) TAUFAN HARI SUGARA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SECARA KROMATOGRAFI KOLOM

ABSTRACT. Keywords: Secondary metabolites, antibacterial activity, Pithecellobium jiringa (Jack) Prain. ABSTRAK

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAUN PUTRI MALU (Mimosa pudica Linn.) DAN IDENTIFIKASI SENYAWA MENGGUNAKAN MS/MS

Fraksinasi dan uji aktivitas ekstrak akar Piper sarmentosum Roxb. ex Hunter terhadap jamur Candida albicans

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

Prosiding Farmasi ISSN:

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

Niken Dyah Ariesti, Richa Yuswantina, Novalia Indah EkaPramita

PROFIL KROMATOGRAFI SENYAWA AKTIF ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI FRAKSI N-HEKSANA DAUN LIBO (FICUS VARIEGATA BLUME)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SAWO (Manilkara zapota) TERHADAP BAKTERI Eschericia coli, dan Staphylococcus aureus SKRIPSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sekolah Tinggi Farmasi Bandung ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

ANALISIS KLT-BIOAUTOGRAFI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96% DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi

IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK DAUN TREMBESI (Albizia saman (Jacq.) Merr) SEBAGAI ANTIBAKTERI Escherichia coli SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN SKRINING FITOKIMIA FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK AMPAS TEH HIJAU

STUDI FITOKIMIA DAN POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI KAYU MANIS (CINNAMOMUM SP.) DENGAN METODE SOXHLETASI

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

3 Percobaan dan Hasil

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, TOKSISITAS DAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL DARI EKSTRAK DAUN PULAI (Alstonia scholaris (L.) R. Br.) SKRIPSI SARJANA KIMIA

EFEK KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L) DENGAN AMOKSISILIN TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

FRAKSI SEMI POLAR DARI DAUN MANGGA KASTURI (Mangifera casturi Kosterm) ABSTRAK ABSTRACT

ABSTRACT. Keywords : Kersen, Flavonol, Antioxidant

IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS SENYAWA TRITERPEN DARI DAUN TREMBESI (Samanea saman (Jacq.) Merr) TERHADAP Escherichia coli.

bahan-bahan alami (Nascimento dkk., 2000).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-53 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang 14 September2016

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Potensi Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara Linn) Sebagai Sumber Bahan Farmasi Potensial ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK ETANOL DAUN KERSEN (MUNTINGIA CALABURA L.) SECARA KOLOM KROMATOGRAFI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

Prosiding Farmasi ISSN:

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Prosiding Farmasi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

Uji Saponin Uji Triterpenoid dan Steroid Uji Tanin Analisis Statistik Uji Minyak Atsiri Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM)

Fraksinasi HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air. Uji Aktivitas Antibakteri

PENGUJIAN EKSTRAK n-heksana DAN ETANOL TERHADAP AKTIVITAS ANTIBAKTERI BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) DARI DUA VARIETAS

3 METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

Transkripsi:

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Daun Tanaman Bandotan (Ageratum conyzoides L) Anti Bacteria Activity of Ethyl Acetate Fraction Bandotan leaf (Agerantum conyzoides L) *, Tun Tedja Irawadi, Irma Herawati Suprapto, Muhammad Hanafi Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Mataram, Dosen Departemen Kimia IPB, Peneliti Kimia, LIPI. taufan_sehab@yahoo.com Abstrak Pemanfaatan tanaman bandotan (Ageratum conyzoides L.) untuk penyembuhan luka dan gangguan pencernaan seringkali dikaitkan dengan aktivitas antibakteri yang dimiliki. Namun demikian, informasi tentang aktivitas antibakteri tanaman ini masih sebatas pada fraksi polar dan non polar saja. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi semi polar daun tanaman bandotan terhadap bakteri Staphylococcus aureus and Eschirichia coli. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun tanaman bandotan mengandung senyawa flavonoid, steroid, phidrokuinon dan terpenoid. Fraksinasi ekstrak etil asetat dengan eluen kloroform : metanol (9:1) menghasilkan 8 fraksi dengan jumlah rendemen berturutturut sebanyak 15,14g; 22,21g; 21,19g; 20,44g; 5,79g; 4,50g; 1,40g; 1,43g; dan 0,93g. Ekstrak etil asetat dan seluruh fraksi yang terkandung di dalamnya menunjukkan aktivitas antibakteri berspektrum luas dengan daya hambat yang tergolong dalam kategori kuat. Ratarata daya hambat ekstrak etil asetat dan fraksi 18 terhadap S. aureus berturutturut sebesar 14mm; 12mm; 12,5mm; 15,5mm; 16mm; 12mm; 11,5mm; 10mm; 9,5mm. Sedangkan ratarata daya hambat ekstrak etil asetat dan fraksi 18 terhadap E. coli berturutturut sebesar 11mm; 11,5mm; 11mm; 11,5mm; 13mm; 14mm; 10,5mm; 10mm; 9,5mm. Kata kunci: Daun tanaman bandotan, ekstrak etil asetat, antibakteri. 88 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

Abstract Utilization of Ageratum conyzoides L. leaf for wound healing and digestion disorders are often associated with its antibacterial activities. However, informastion of this plant as antibacterial agent still limited on the polar and non polar fraction. Therefore, the objective of this study was to identify the antibacterial activity of semipolar fraktion extract of Ageratum conyzoides L. leaves to Staphylococcus aureus and Eschirichia coli. Phytochemical test results showed that the ethyl acetate extract of bandotan leaves contains flavonoids, steroids, p hydroquinone and terpenoids. Fractionation of ethyl acetate extract with eluent chloroform: methanol (9:1) produced 8 fractions by the number of consecutive yield as much 15,14g; 22,21g; 21,19g; 20,44g; 5,79g; 4,50g; 1,40g; 1,43g; and 0,93g. Overal antibakterial activity result of ethyl acetat extract and fraction 18 showed broadspectrum antibacterial activity with inhibition of belonging to the strong category. The average inhibition of ethyl acetate extracts and fractions 18 against S. aureus in a row amounted to 14mm; 12mm; 12,5mm; 15,5mm; 16mm; 12mm; 11,5mm; 10mm; 9,5mm. While, the average inhibition of ethyl acetate extracts and fractions 18 against E. coli in a row amounted to 11mm; 11,5mm; 11mm; 11,5mm; 13mm; 14mm; 10.5 mm; 10mm; 9,5mm. Keywords: Ageratum conyzoides leaf, ethyl acetat fraction, antibacterial. PENDAHULUAN Salah satu tanaman obat yang cukup dikenal di masyarakat adalah tanaman bandotan (Ageratum conyzoides L). Tanaman bandotan umumnya digunakan oleh masyarakat untuk obat luka dan gangguna pencernaan. Khasiat herba bandotan antara lain untuk pengobatan luka, gatalgatal, flu, demam, diare, radang usus, dan rematik (Sukamto, 2007; Hasim, 2005). Penggunaan daun tanaman ini pada luka dipercaya dapat menghentikan pendarahan dan mempercepat proses penyembuhan. Oladejo et al. (2003) mengemukakan bahwa salah satu cara untuk mempercepat proses penyembuhan pada luka adalah dengan mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Tanaman bandotan mengandung senyawasenyawa metabolit sekunder seperti terpena, sterol, flavonoid, alkaloid, benzofuran, chromen, chromon, kumarin, minyak atsiri, dan tanin sehingga tanaman ini dipercaya memiliki banyak manfaat dan salah satunya adalah sebagai antibakteri (Ming, 1999; Kamboj & Saluja, 2008). Kajian aktivitas antibakteri dari ekstrak polar dan non polar tanaman bandotan telah Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 89

dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Ekstrak polar dari seperti ekstrak metanol (Almagboul et al., 1985; Oladejo et al., 2003), ekstrak etanol (Widodo et al., 2007), dan ekstrak air (Yamamoto et al., 1991; Okwori et al., 2007; Mustafa et al., 2005) diketahui memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri yang diujikan. Sedangkan dari ekstrak non polar, Okwori et al., (2007) melaporkan bahwa ekstrak heksana tanaman bandotan memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji. Pengembangan penelitian tentang aktivitas antibakteri dari tanaman bandotan sangatlah penting dan dapat dikaitkan dengan pemanfaatannya sebagai obat luka secara tradisional. Sampai saat ini, pencarian senyawa aktif antibakteri dari tanaman bandotan hanya terbatas pada fraksi polar dan non polar saja sehingga pencarian senyawa aktif dari fraksi semipolarnya perlu dilakukan. Secara ilmiah, fraksi semipolar juga mengandung senyawasenyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Etil asetat adalah salah satu pelarut semipolar yang paling sering digunakan dan diketahui mampu memisahkan senyawasenyawa metabolit sekunder yang tidak dapat larut dalam pelarut polar dan nonpolar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antibakteri senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak etil asetat daun tanaman bandotan (Ageratum conyzoides L). METODOLOGI PENELITIAN Sebanyak 1,5 kg simplisia daun tanaman bandotan dimaserasi dengan pelarut heksana untuk menghilangkan kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam sampel. Setelah dilakukan penyaringan, residu yang dihasilkan dimaserasi kembali dengan pelarut etil asetat sehingga diperoleh ekstrak etil asetat. Daun tanaman bandotan dan ekstrak kasar yang diperoleh kemudian diuji aktivitas antibakteri dan kandungan fitokimianya. Ekstrak kasar etil asetat kemudian ditentukan eluen terbaiknya yang akan digunakan dalam proses fraksinasi. Setelah penentuan eluen terbaik dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Ekstrak etil asetat kemudian difraksinasi dengan kromatografi 90 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

kolom sehingga diperoleh beberapa fraksi. Masingmasing fraksi diuji aktivitas antibakterinya dengan metode (tripton Soy Agar) TSA untuk mendapatkan fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri paling tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi maserasi simplisia daun tanaman bandotan menggunakan pelarut heksana dan etil asetat diperoleh ekstrak heksana sebanyak 75,95 g dan ekstrak etil asetat sebanyak 71,50 g. Simplisia dan ekstrak etil asetat yang diperoleh kemudian dillakukan uji fitokimia untuk membandingkan kandungan senyawa metabolit sekunder sebelum dan setelah proses ekstraksi maserasi dilakukan. Hasil uji fitokimia daun tanaman bandotan dan ekstrak etil asetat disajikan pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Daun Bandotan dan Ekstrak etil Asetat Jenis Metabolit Sekunder Alkaloid Flavonoid phidrokuinon Terpenoid Steroid Saponin Tanin Daun Bandotan Ekstrak Etil Asetat + Hasil analisis fitokimia terhadap daun bandotan menunjukkan adanya senyawasenyawa flavonoid, steroid, phidrokuinon, terpenoid dan tanin. Senyawasenyawa tersebut juga terdapat pada ekstrak etil asetat, kecuali senyawa tanin yang menunjukkan hasil negatif. Senyawa tanin merupakan senyawa polifenol yang bersifat polar dan hanya dapat larut dalam pelarut dengan tingkat kepolaran yang sesuai. Perbedaan tingkat kepolaran etil asetat dan senyawa tanin menyebabkan senyawa ini tidak dapat larut dalam pelarut etil asetat. Sebelum fraksinasi dilakukan, terlebih dahulu ditentukan eluen yang menghasilkan pola pemisahan terbaik untuk digunakan dalam proses fraksinasi. Kombinasi pelarut yang digunakan sebagai eluen adalah kloroform : asam asetat : air (90:45:6) dan kloroform : etanol (9:1). Hasil pengamatan penentuan eluen terbaik dengan metode KLT disajikan pada Gambar 1 berikut ini. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 91

Gambar 1. Hasil Analisis KLT (a) kloroform : asam asetat : air (90:45:6) dan (b) kloroform : etanol (9:1) Hasil pengamatan bahwa eluen kloroform :asam asetat : air (90:45:6) hanya menghasil 6 spot dengan pola pemisahan yang kurang baik. Eluen kloroform : etanol (9:1) menghasil pola pemisahan yang lebih baik dengan jumlah spot yang dihasilkan sebanyak 8. Jumlah dan pola pemisahan yang dihasilkan dipengaruhi oleh sifat kepolaran senyawasenyawa yang terkandung dalam ekstrak etil asetat daun bandotan. Senyawa tersebut kemungkinan memiliki tingkat kepolaran yang tidak terlalu tinggi sehingga sesuai dengan tingkat kepolaran yang dihasilkan oleh eluen kloroform : etanol (9:1). Setelah diketahui eluen terbaiknya, proses selanjutnya yaitu fraksinasi dengan metode kromatografi kolom. Fraksifraksi yang keluar dari kromatografi kolom ditampung pada tabung reaksi dengan jumlah 5 ml untuk masingmasing tabung reaksi. Jumlah tabung yang diperoleh dari hasil kromatografi kolom adalah sebanyak 150 tabung. Tabungtabung yang memiliki kesamaan pola spot kemudian digabungkan sehingga diperoleh total 8 fraksi. Masingmasing fraksi kemudian diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator. Nilai Rf, warna dan jumlah rendemen yang dihasilkan dari masingmasing spot untuk eluen kloroform : etanol (9:1) disajikan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Nilai Rf, warna jumlah rendemen yang dihasilkan dari masingmasing spot pada eluen kloroform : etanol (9:1) No Warna pada cahaya tampak Warna pada UV (λ = 254 nm) Rf Rendemen (g) 1 2 3 4 5 6 7 8 Hijau kehitaman Hijau tua Kuning muda Tidak berwarna Merah kehitaman Merah kehitaman Hijau tua Hijau tua Kuning Kuning muda Kuning muda 0,95 0,84 0,73 0,59 0,44 0,33 0,23 0,10 15,14 22,21 21,19 20,44 5,79 4,50 1,43 0,93 92 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

Fraksi 14 memiliki jumlah rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengn 4 fraksi lainnya. tingginya rendemen fraksi 14 menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat lebih banyak mengandung senyawasenyawa dengan tingkat kepolaran yang cenderung rendah. Fraksi 14 memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan fraksi 58. Tingkat kepolaran yang rendah menyebabkan senyawa Sampel Pelarut etil asetat Ekstrak etil asetat Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3 Fraksi 4 Fraksi 5 Fraksi 6 Fraksi 7 Fraksi 8 Kloramfenikol (0,4 mg/ml) tersebut terabsorbsi lebih lemah oleh absorben sehingga akan keluar lebih dahulu dari kolom kromatografi. Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap pelarut etil asetat, ekstrak etil asetat, serta 8 fraksi yang diperoleh dari proses fraksinasi. Sebagai antibakteri standar, digunakan kloramfenikol dengan konsentrasi 0,4 mg/ml. Hasil uji aktivitas antibakteri disajikan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Hasil uji aktivitas antibakteri Zona Hambat (mm) S. aureus E. coli Pengulangan Pengulangan Ratarata 1 2 1 2 Ratarata 14,0 14,0 14,0 11,0 11,0 11,0 12,0 12,0 12,0 11,0 12,0 11,5 13,0 12,0 12,5 11,0 11,0 11,0 15,0 16,0 15,5 11,0 12,0 11,5 16,0 16,0 16,0 13,0 13,0 13,0 12,0 12,0 12,0 14,0 14,0 14,0 11,0 12,0 11,5 11,0 10,0 10,5 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 9,0 9,5 10,0 9,0 9,5 18,0 19,0 18,5 20,0 20,0 20,0 Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak kasar etil asetat dan fraksifraksi yang terkandung di dalamnya memiliki aktivitas antibakteri seperti ekstrak polar dan non polarnya. Diameter zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak kasar etil asetat terhadap bakteri S. aureus sebesar 14 mm dan terhadap E. coli sebesar 11 mm. Besarnya diameter zona hambat ekstrak etil asetat hampir sama dengan diameter zona hambat ekstrak air, metanol dan heksana. Okwori et al., (2007) menyebutkan bahwa diameter zona hambat yang dihasilkan oleh ektrak air, metanol dan heksan daun tanaman bandotan Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 93

terhadap S. aureus berturutturut dalam kisaran 715 mm, 1014 mm, 916 mm, sedangkan terhadap E. coli sebesar 612 mm, 1016 mm, 716 mm. Hasil uji aktivitas antibakteri juga menunjukkan bahwa ratarata zona hambat yang dihasilkan terhadap S. aureus cenderung lebih besar dibandingkan dengan E. coli. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diujikan memiliki sensitivitas yang lebih baik terhadap bakteri uji. Perbedaan sensitivitas bakteri gram positif dan negatif diduga berasal dari perbedaan morfologi struktur dinding sel keduanya. Hodges (2002) menerangkan bahwa bakteri gram negatif memiliki membran fosfolipida bagian luar yang menjaga struktur komponen lipopolisakarida nya sehingga dinding sel menjadi impermeable terhadap senyawa antibakteri. Hal ini menyebabkan dinding sel bakteri gram negatif dapat bertindak sebagai penghalang terjadinya difusi dan membuatnya kurang sensitif terhadap senyawa antibakteri dibandingkan bakteri gram positif. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun bandotan dan semua fraksi didalamnya memiliki spektrum luas karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif. Dari hasil penelitian juga diperoleh informasi bahwa ekstrak etil asetat dan fraksi 16 tergolong sebagai antibakteri yang memiliki aktivitas kuat karena menghasilkan ratarata diameter zona hambat diatas 10 mm. Stout dalam Maryuni (2008) menjelaskan pengelompokan antibakteri berdasarkan luasan daya hambatnya ke dalam 4 kelompok, yaitu antibakteri dengan aktivitas rendah (<5 mm), sedang (610 mm), kuat (1120 mm) dan sangat kuat (>20 mm). Namun demikian, zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak etil asetat dan fraksi yang terkandung didalamnya tidak sebesar daya hambat yang dihasilkan oleh kloramfenikol sebagai antibakteri standar. Kloramfennikol merupakan antibiotik aminoglikosida yang bersifat bakteriostatik dan berspektrum luas dengan mekanisme kerja yaitu menggangu sintesis 94 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

protein pada bakteri (Schunack, 1990). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa ekstrak etil asetat dan fraksifraksi yang terkandung didalamnya memiliki aktivitas antibakteri berspektrum luas namun cenderung lebih sensitif terhadap bakteri gram positif. Meskipun aktivitas antibakteri yang ditunjukkan lebih rendah dari kloramfenikol sebagai antibakteri standar, namun demikian esktrak etil asetat dan sebagian besar fraksifraksi yang terkandung di dalamnya termasuk sebagai antibakteri dengan kategori aktivitas kuat. DAFTAR PUSTAKA Almagboul et al., 1985, antimicrobial activity of certain sudanese plant used in forcloric medicine: screening for antibacterial activity, part II, Fitoterapia 56:103109. Hasim, 2005, Mengembangkan potensial bakteri bandotan. http://www. kompas.com [23 mei 2005]. Hodges S, 2002, Pharmaceutical aplication of microbiological techniques in: Pharmaceutics: The science of dosage desaign, Aulton ME, Ed. 2nd. Edn. Harcourt Publisher Ltd. London.pp:606. Kamboj A, Saluja AK, 2008, Ageratum conyzoides L: A review on its phytochemical and pharmacological profile. International journal of green pharmacy: 5968. Maryuni AE, 2008, Isolasi dan identifikasi senyawa antibakteri minyak atsiri daun zodia (Evodia sp) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Ming LC, 1999, Ageratum conyzoides: A trapical source of medicinal and agricultural product. J.Janick, ASHS Press, Alexandria, VA. Mustafa et al., 2005, Evaluation of wound healing of Ageratum conyzoides L. Extratct in combination with honey in rats as animal model. International J of molecular and advance science (1):406410. Okwori et al., 2007, Antibacterial activities of Ageratum conyzoides extract on selected baterial pathogens, The internet journal of microbiology TM ISSN:19378289. Oladejo OW et al., 2003, Enhancemen of cutaneous wound healing by methanolic extract of Ageratum conyzoides in the wistar rat, African Journal of biomedical research, vol 6:2731. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 95

Schunack W et al., 1990, Senyawa Obat Ed.2, penerjemah: Watimena Jr & Soebito S, Yogyakarta: UGM Press. Sukamto, 2007, Bandotan Ageratum conyzoides tanaman multi fungsi yang menjadi inang potensial virus tanaman, Warta Puslitbangbun 13: Desember 2007. Widodo et al., 2007, Isolation of antifungal and antibacterial compounds from etanol extract of Ageratum conyzoides Leaves (Ageratum conyzoides L), Acta pharmaceutica 31(2):8688. Yamamoto et al., 1991, Pharmacological sreening of Ageratum conyzoides L. (Mentrasto), Mem Inst Oswaldo Cruz (86):145147. 96 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin