Akbar dan Syaiful, dua Alien di La Rochele

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gitar merupakan alat musik berdawai yang banyak digemari masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seni tidak selalu diwujudkan dalam bentuk seni musik, seni rupa, seni

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut masalah sosial, budaya, religi, pendidikan, politik, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fighting Inequality for Better Growth

7

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi

GAMBAR BENTUK VCD 101

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang

IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. sikap yang melatarbelakangi gagasan sebuah karya seni.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisi dan sopan serta memiliki berbagai kelebihan. Hal ini menimbulkan kesan

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

BAB 4 KESIMPULAN. 69 Universitas Indonesia. Memori kolektif..., Evelyn Widjaja, FIB UI, 2010

BAB I P E N D A H U L U A N

Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia Volum 1 Nomor 1 Maret Page 1-6 p-issn: e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar belakang proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Budaya bangsa Indonesia adalah budaya yang memiliki banyak keragaman

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER. Oleh : Ritter Willy Putra Christina Abigail Daniz Puspita

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. anyaman rata, anyaman soumak, anyaman giordes, dan anyaman ikal. Anyaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Alternatif Menghadapi Gempa dengan "Segitiga Kehidupan"

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

14. Baum Garten mengungkapkan estetika sebagai suatu ilmu, bahwa estetika adalah ilmu tentang pengetahuan indriawi yang tujuannya adalah keindahan.

BAB II. KONSEP PENCIPTAAN. kaki yang lainnya ( Dimana

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

BAHASA DAN SASTRA DALAM PERSPEKTIF BERBANGSA DAN BERNEGARA 1

PENDAHULUAN. Banyak perupa muda yang berasal dari kota Bandung yang intens melukis

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory Bateson, 1972)

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN. Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh. berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya.

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. IPS merupakan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa mulai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1


BAB III GAGASAN KARYA DAN PROSES BERKARYA

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

Desain Pameran Teater Musikal RAKSASA

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

Mei 2017 Undangan Doa Topik: Formasi Spiritual Menyediakan Ruang Bagi Tuhan 11 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 8. DISKUSILatihan Soal

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama dan bahasa daerah berbeda sehingga, Indonesia tercatat sebagai negara yang

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Di sisi lain ada pula café yang mengizinkan hewan peliharaan makan bersama pemiliknya namun pemilik hewan diminta untuk makan di luar area

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa anak-anak kepada tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

RANCAK KECAK PASOLA DI PURA LUHUR ULUWATU PERANG SAMBIL BERKUDA MEMBER OF INFLIGHT MAGAZINE OF BATIK AIR NOVEMBER 2017 NOVEMBER 2017

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

BAB V PAMERAN. Gambar 43 Judul pada cerita Sumber : Dokumen Pribadi Gambar 44 Simulasi animasi Sumber : Dokumen Pribadi 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipadukan dengan adanya perkembangan bidang multimedia

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemahaman tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KOMPLEK GALERI SENI LUKIS di DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Kuratorial Pameran; On Material(ity) pasir dan semen yang dijual di toko material. Material disini bermaksud on material ; diatas-material.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Akbar dan Syaiful, dua Alien di La Rochele Akbar dan Syaiful adalah dua orang seniman muda Bandung yang menonjol. Keduanya memiliki metoda berkarya yang cukup berbeda dengan seniman seniman seangkatannya di Indonesia, itu sebabnya karya karya mereka menjadi istimewa dalam medan seni rupa kontemporer di Indonesia. Namun demikian, seperti juga kebanyakan seniman muda, keduanya cukup kental dipengaruhi oleh situasi rupa kontemporer global. Lahir dan tumbuh di kota besar, menjadikan mereka berada dalam lungkungan urban yang lepas dari pengaruh dan nilai nilai tradisi. Pada saat mereka tumbuh sebagai seniman muda, praktek seni rupa kontemporer Indonesia telah menjadi cukup mapan, dan berbagai isu dalam seni rupa kontemporer global juga menjadi pemahaman dan kesadaran kedua seniman tersebut. Itu sebabnya tak mudah membaca segi segi ke Indonesiaan dari karyakarya mereka berdua. Namun demikian, karya karya yang mereka hasilkan selama residensi di kota LR tak lepas dari posisi dan sudut pandang mereka sebagai seniman Indonesia, yang tentu dipengaruhi oleh situasi dan konsisi sosial dan budaya di Indonesia. Teknologi informasi boleh jadi sangat memudahkan para seniman untuk mengakses dan mendapatkan informasi seni rupa kontemporer. Perancis, bagi para seniman kontemporer Indonesia dan kebanyakan masyarakat kelas menengah tentu bukan negara yang asing. Tentu saja pengenalan Perancis bagi para seniman Indonesia tidak secara langsung, namun melalui pengetahuan dan informasi yang mereka serap. Khususnya Akbar, latar belakangnya sebagai mahasiswa bahasa Perancis tentu

saja menjadikan pengetahuannya mengenai Perancis cukup lanjut. Namun demikian, ini pertama kalinya Akbar mengunjungi Perancis, tentu saja pengalaman mengalami langsung merupakan hal yang berbeda. Kendati arus globalisasi demikian gencar, dan terjadi saling pengaruh antara budaya, namun secara sosial dan kultural hidupan sehari hari masyarakat Perancis di LR bisa dikatakan tetap jauh berbeda dengan apa yang menjadi pengalaman Akbar sehari hari di Bandung. Keduanya merupakan seniman yang jeli mengamati lingkungan sekitarnya. Tak mengherankan pada kesempatan residensi di LR ini, maka meraka pun tak lepas dari keasikkan untuk menangkap suasana yang berbeda dan baru bagi mereka. Berdiam selama beberapa minggu di kota LR yang merupakan kota dengan banyak bangunan tua dan bersejarah merupakan pengalaman berharga bagi Akbar dan Syaiful. Melihat bagaimana bangunan bangunan dari masa Renesans masih berdiri kokoh, berfungsi serta tertata apik berpadu dengan bangunan bangunan lebih muda tentu saja memberikan pengalaman yang berbeda dibandingkan suasana kota kota urban di Indonesia. Apa yang disebut sebagai bangunan tua di kota asal mereka, yaitu kota Bandung umumnya tak lebih dari awal abad lalu, dengan kondisi yang kebanyakan tidak terawat. Maka tak mengherankan jika karya karya Akbar dan Syaiful berangkat dari keberadaan kota LR, tentu termasuk di dalamnya adalah sikap warga LR pada kotanya. Salah satu efek visual yang segera dirasakan menarik oleh Akbar pada saat sampai di LR adalah langitnya yang berwarna biru solid, yang menurutnya mirip dengan

warna layar monitor TV pada saat tidak mendapatkan sinyal. Hal itu memicunya untuk menuyusun karya Il Fait Bleu, berupa proyeksi video dari rekaman langit di LR dari mulai saat matahari terbit sampai terbenam. Tentu saja karya ini segera mengingatkan kita pada lukisan fresco di langit langit banyak bangunan klasik Eropa sejak masa Renesans. Langit yang biru kosong dengan kelindan awan ini juga menandai upaya Akbar untuk mengosongkan segala ingatannya berkenaan dengan kota asalnya, Bandung. Tentu bukan hal yang mudah bagi Akbar melepaskan referensinya mengenai kota Bandung. Hal itu terlihat dari karya Curfew, berupa karya berbentuk semi klub kecil dengan DJ yang memaninkan musik tekno dengan latar belakang proyeksi video di dinding sang seniman sedang berjalan menyusuri kota LR di malam hari yang sepi. Karya ini menunjukkan bagaimana Akbar membandingkan situasi malam hari di LR dengan kota Bandung yang malam hari pun masih padat dengan orang orang yang berkendaraan atau berjalan kaki. Aturan dan hukum yang cukup ketat di kota LR juga menjadi pengalaman lain bagi Akbar. Hal itu misalnya tampak pada karya yang berjudul Dowloading Fiction, yang menunjukkan betapa aturan HADOPI menyebabkan Akbar tak dapat semena mena mendownload bahan dari internet, kendati koneksi internet sangat cepat di tempat tinggalnya. Dalam karya ini Akbar menunjukkan proses download yang sebetulnya hanya bohongan saja. Demikian pula karya Marde de Chin juga merepresentasikan salah satu sisi yang mengganggu Akbar, yaitu cukup banyaknya kotoran anjing di pedestrian kota LR. Karya ini

menunjukkan sekumpulan foto kotoran anjing yang ditemui Akbar dan ditampilkan secara slide show. Masih lanjutan dari karya ini adalah karya Fleur de terre, berupa bunga bunga daisy yang ditanam pada kotoran anjing dan ditampilkan sebagai karya video. Karya fleur de terre jelas menunjukkan paradoks antara kecantikan dan keburukan. Karya bertajuk Pierre dalam pameran ini berupa onggokan puing bangunan yang disoroti proyeksi gambar hasil doodling. Karya Akbar ini cukup dekat dengan gagasan karya karya Syaiful di LR. Tak jauh berbeda dengan Akbar, Tepu tampaknya juga ingin berkomentar mengenai situasi sosial dan budaya yang dijumpainya di Perancis. Tepu sudah sejak lama tertarik menggunakan jamur, lumut dan tumbuhan renik lainnya. Tumbuhan bukanlah medium yang naratif dan representasional kendati mungkin menyusunnya sebagai potensi representasional. Tampaknya potensi representasional dari tumbuhan justru muncul pada karya karya Tepu di LR. Bicara mengenai kebudayan tinggi, maka sulit dipungkiri bahwa Perancis menunjukkan kedigdayaannya. Sebab itu kebanggaan orang Perancis pada warisan budaya materialnya tentu saja menjadi hal yang bisa diterima. Tepu melihat bagaimana setiap jalan yang memiliki bangunan tua disediakan informasi sejarahnya. Syaiful melihat bagaimana Pemerintah dan warga perancis memang sangat piawai melakukan preservasi warisan sejarahnya, lebih dari bangsa bangsa lain. Itu sebabnya Syaiful takjub sekaligus merasa dipaksa untuk masuk dalam konstruksi sejarah yang dibakukan. Rata rata warga kota LR, memang cukup hafal dengan sejarah

kotanya, dan bangga dengan bangunan bangunan yang masih terawat dengan baik. Namun di sisi lain, Syaiful merasa bahwa prservasi yang ketat tersebut seperti menghilangkan aspek aspek alamiah material dan bahanbahan yang menjadi elemen pembentuk bangunan. Sepertinya setiap bahan dan material dibebani oleh identitas dan nilai nilai kultural. Melalui karya karyanya Tepu seperti ingin membalik hal itu dan mengajak pemirsa untuk kembali melihat satu material alam apa adanya, melepaskannya dari konstruksi identitas yang dibebankan padanya. Tepu ingin melihat bangunan hanya sebagai tumpukan batu, dan material kayu sebagai bahan belaka yang akan lapuk seiring perjalanan waktu. Karena itu tidak mengherankan jika Tepu banyak memanfaatkan found object yang didapatnya di L R sebagai bagian dari karyanya. Syaiful membuat dua seri karya dalam residensinya di LR. Seri pertama bertajuk It s better to be ugly than only to be wild dengan medium utamanya adalah benda benda temuan seperti perahu, kursi dan meja. Benda benda tersebut dimanfaatkan Syaiful untuk bersikap sebalik dari nuansa kota LR, dia ingin melihat bagaimana perahu, kursi dan meja tersebut tampak dalam proses penghancuran, mengalami sebuah proses yang alamiah. Hal itu ditunjukkan Syaiful dengan menutupi sebagian permukaan benda benda tersebut dengan lumut dan jamur. Lumut, jamur dan tanaman renik lainnya memang menjadi medium utama dari Syaiful, dan itu yang menjadikan Syaiful sebagai seniman yang khusus dalam medan seni rupa kontemporer di Indonesia. Syaiful kerap berkomunikasi dan berkolaborasi dengan para pengajar di pogram studio Biologi di ITB.

Pendekatan Syaiful untuk bekerja sama dengan para peneliti ilmu alam boleh dikatakan merupakan suatu hal yang sangat jarang ditemui dalam medan seni rupa kontemporer Indonesia. Pendekatan berkarya Syaiful bisa dikatakan mirip dengan peneliti ilmu alam, tentu tidak dalam pengertian yang kaku. Hal itu misalnya ditunjukkan oleh Syaiful dengan menciptakan bahasa baru, yang disebut bahasa terhah. Salah satu karya yang dipamerkan di LR misalnya menunjukkan teks dari bahasa terhah yang disusun menggunakan lumut. Teks yang tampak asing dengan bahan lumut, tentu bisa dilihat sebagai representasi dari keterbatasan bahasa dalam menjelaskan berbagai fenomena alam. Demikian pula bahasa selalu bisa punah dan tumbuh dalam perjalanan waktu. Seri kedua karya Syaiful adalah drawing dan lukisan dari obyek obyek temuannya yang tampak dikeliling oleh imaji imaji yang tampaknya menunjukkan siklus kehidupan, sebagaimana judulnya: Life Cycle Installation. Akhirnya, karya karya Akbar dan Syaiful memang lebih merepresentasikan pandangan mereka tentang kota LR, baik itu situasi dan kondisi kota maupun sikap warganya. Justru karena itu karya karya tersebut juga merepresentaikan cara pandang yang datang dari seniman yang berasal jauh dari Perancis, dari kota Bandung di pulau Jawa. Di sisi lain, karya karya tersebut sulit untuk dikatakan merefleksikan identitas asal sang seniman. Karena itu jangan jangan karya karya Akbar dan syaiful selama residensi di kota LR, justru memicu mereka bertanya tanya apa artinya menjadi seniman dan warga kota Bandung? Apa konstruksi dan identitas

kultural yang diberikan oleh kota Bandung pada mereka, atau demikian pula sebaliknya. Asmudjo J. Irianto