BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hasil studi Bank Dunia tahun 2001 menunjukkan bahwa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I 1.1 Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. kehidupan individu selalu dan tidak lepas dari masalah yang ada sehingga kadangkala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. membuat arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan

BAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Pengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun. dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. faktor keturunan merupakan salah satu penyebabnya. Candra (2006)

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami-istri. Bagi seorang wanita kehamilan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial, selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin mengalami peningkatan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat utama, terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan negara-negara lainnya. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, kesulitan ekonomi, tekanan di dunia kerja dan deskriminasi semakin meningkatkan resiko gangguan skizofrenia ini. Skizofrenia diketahui sebagai salah satu gangguan kejiwaan yang memiliki tingkat keparahan tertinggi, yang mana merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh bermacam penyebab dan ditandai dengan penyimpangan pikiran, persepsi serta afek yang tidak wajar. Pasien dengan diagnosa Skizofrenia akan mengalami kemunduran dalam kehidupan sehari-hari, awalnya akan ditandai dengan hilangnya motivasi dan tanggung jawab, setelah itu secara bertahap penderita akan sering memperlihatkan berbagai gejala psikopatologis secara nyata yang membuat mereka terlihat berbeda dalam penampilan, cara berbicara dan tingkah lakunya. Dengan munculnya perbedaan yang ditampakkan oleh si penderita tersebut tak jarang keluarga dan masyarakat akan menolak keberadaan mereka. (Ibrahim, 2011) 1

2 Skizofrenia juga diketahui sebagai jenis psikosis yang menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa yang ada. Selain karena angka insidennya di dunia cukup tinggi (1 per 1000), hampir 80% penderita skizofrenia juga mengalami kekambuhan secara berulang (Kusumowardani, 2006), presentase tersebut cenderung semakin menguatkan anggapan tidak hanya pada kalangan profesional bahkan di masyarakat umum bahwa gangguan tersebut memang sulit untuk disembuhkan. Dengan adanya anggapan tersebut berdampak juga pada individu yang terkena gangguan skizofrenia dimana mereka menjadi termarjinalkan dan terkucilkan dalam sistem masyarakat (Subandi, 2010), yang pada akhirnya membuat tingkat motivasi dari pasien untuk sembuh semakin kecil. Namun dengan fakta tersebut bukan berarti skizofrenia tidak dapat disembuhkan, nyatanya tak sedikit juga individu yang memiliki gangguan skizofrenia dapat pulih dan beraktivitas seperti dulu kembali. Pulih disini diartikan sebagai suatu perjalanan kesembuhan, dan perubahan positif yang memungkinkan seseorang dengan penyakit mental yang serius untuk menjalani hidup yang lebih berarti ketika hidup dalam komunitas pilihannya. Pada taraf awal pemulihan skizofrenia individu akan dihadapkan pada berbagai kesulitan dimana pada taraf ini individu akan mulai membentuk kualitas hidupnya kembali. Individu yang sedang pulih dari gangguan skizofrenia akan ditandai oleh pembentukan konsep diri yakni adanya penerimaan diri yang dimaknai dengan individu bisa menerima dan memahami kondisinya. Penerimaan diri ini bukan berarti merasa puas

3 terhadap diri sendiri, tetapi lebih cenderung kepada kemauan untuk menghadapi kenyataan-kenyataan dan kondisi-kondisi hidup, baik yang menyenangkan ataupun tidak, menurut kemampuannya. Disamping itu juga Ia tidak perlu merasa bersalah terus menerus atas keberadaannya. Dengan menerima kondisi dirinya pasien akan dapat menerima orang lain dan merancang tujuan-tujuan atau harapan yang sesuai dengan kemampuannya secara realistis. Disamping itu tujuan tersebut cukup berharga sehingga apabila ia berhasil mencapainya maka akan meningkatkan harga dirinya. Dukungan hendaknya sangat diperlukan bagi individu yang mengalami gangguan skizofrenia untuk dapat pulih. Dukungan tersebut berupa kesadaran dari keluarga pasien untuk terus memotivasi pasien ke arah kesembuhan dengan melakukan pengobatan secara rutin. Selain itu individu yang mengalami skizofrenia harus terus dilatih untuk membentuk kesadaran dalam dirinya untuk mencapai pemulihan. Namun kenyataannya tak jarang terjadi pemisahan terhadap diri pasien yang mengalami skizofrenia, dimana pasien dengan gangguan ini dianggap sebagai orang yang berbahaya serta mengancam bagi lingkungannya. Jika hal ini terus berlanjut akan berdampak pada perubahan persepsi yang mengarah pada konsep diri negatif pasien, yang mana pasien cenderung memiliki harga diri rendah dan merasa dirinya tidak mampu serta tidak berharga. Dan jika konsep diri negatif tersebut terus tertanam maka akan semakin meningkatkan kekambuhan bahkan terjadi kronisitas (gangguan menahun) pada diri individu yang memiliki gangguan skizofrenia (Purba, 2009).

4 Pada beberapa laporan juga menunjukkan prevalensi pasien dengan gangguan kejiwaan taraf ringan menunjukkan gejala konsep diri negatif yang ditandai dengan episode depresif dalam jangka waktu lama dimana pasien menjadi kehilangan arah hidup dan tidak mempunyai kebermaknaan hidup, menghindar dari aktifitas kelompok di lingkungan tempat tinggalnya dan bahkan sampai menunjukkan percobaan untuk bunuh diri. Hal ini dikarenakan pada pasien gangguan jiwa memiliki kecenderungan mengalami gangguan konsep diri jika dibandingkan dengan penderita gangguan penyakit fisik yang mana masih memiliki konsep diri yang wajar. (http://rikajulyners. blogspot.com/2010/12/komunikasi-terapeutik-pada-gangguan. html diakses pada tanggal 7 Desember 2012) Untuk itu pembentukan konsep diri positif sangatlah penting dibangun dalam setiap individu khususnya pada individu dengan gangguan skizofrenia karena hal tersebut berpengaruh dalam pemulihan serta untuk mencegah timbulnya kekambuhan pada diri individu tersebut. Pengetahuan tentang potret mental yang positif juga perlu dibentuk dalam individu yang mengalami skizofrenia baik tentang gangguan yang dialaminya dan bagaiumana menyesuaikan bahkan menangani gangguan yang dimilikinya, dengan harapan terbentuknya pengetahuan positif tentang gambaran mentalnya maka akan mengurangi dampak munculnya atau kekambuhan kembali gangguan skizofrenia. Selain itu dengan terbentuknya pengetahuan tentang gambaran mental dirinya juga akan membentuk harapan ideal pada

5 dirinya sebagai pendorong untuk menjalani kehidupannya di masa mendatang lebih baik lagi. Kenyataannya tidak ada individu yang sepenuhnya memiliki konsep diri positif atau negatif. Tetapi karena konsep diri memegang peranan penting dalam menentukan dan mengarahkan seluruh perilaku individu, maka sedapat mungkin individu yang bersangkutan harus mempunyai konsep diri yang positif atau baik. Hurlock (1974) mengatakan dalam konsep diri terdapat tiga komponen yang perlu dibentuk yaitu komponen perseptual, yaitu image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada orang lain. Komponen ini sering disebut sebagai physical self concept. Komponen konseptual, yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus yang dimiliki, baik kemampuan dan ketidakmampuan, latar belakang serta masa depannya. Komponen ini sering disebut sebagai psychological self concept, yang tersusun dari beberapa kualitas penyesuaian diri, seperti kejujuran, percaya diri, kemandirian, pendirian yang teguh dan kebalikan dari sifat-sifat tersebut. Terakhir adalah komponen sikap, yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap statusnya sekarang dan prospeknya di masa depan, sikap terhadap harga diri dan pandangan diri yang dimilikinya. Dengan dibentuknya tiga komponen ini lebih ke arah positif maka akan terbentuk konsep diri yang baik pada diri individu tersebut. Dari pemaparan diatas timbul keinginan peneliti untuk mengetahui bagaimana gambaran konsep diri yang terbentuk pada individu yang telah

6 pulih dari gangguan skizofrenia. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di Komunitas Peduli Skizofrenia ditemukan seseorang yang sesuai dengan kriteria tema penelitian, sebut saja LM, ia merupakan seorang perempuan yang pernah terdiagnosa skizofrenia dengan episode depresi pada tahun 2010 silam. LM pun kemudian langsung menjalani perawatan dan pengobatan secara intensif di sebuah Rumah Sakit yang menanganinya. Selain itu dalam diri LM pun juga terbentuk kesadaran untuk memulihkan gangguannya sehingga dalam setengah tahun kemudian LM pun secara berangsur-angsur pulih dari gangguan yang dialaminya sampai akhirnya dinyatakan sembuh oleh dokter yang merawatnya pada tahun 2011. Sebelum mengalami skizofrenia LM merupakan seorang guru TK di salah satu sekolah daerah Surabaya, dan setelah mengalami kesembuhannya LM pun bertekad untuk kembali menjadi pengajar di sekolahnya tersebut. LM pun berusaha untuk membuktikan bahwa dirinya masih layak untuk menjadi seorang pengajar kembali di sekolah tersebut salah satunya ditunjukkan LM ketika ia mampu menjadi peringkat ke-3 dalam lomba pembuatan alat permainan edukatif untuk mewakili sekolahnya. Dengan berbagai upaya yang dilakukan LM, akhirnya timbulah kembali kepercayaan kepala sekolah serta teman-teman seprofesinya kepada LM. Bahkan pada tahun 2011 lalu oleh kepala sekolahnya, LM pun diberikan kepercayaan untuk menjadi penanggung jawab kurikulum tahun ajaran 2011-2012. Dia pun sering dipercaya untuk mewakili sekolahnya dalam mengikuti berbagai perlombaan edukatif.

7 LM menyadari bahwa sebagai seorang yang pernah mengalami skizofrenia, dirinya harus bisa lebih baik dari orang normal yang tidak pernah mengalami gangguan seperti dirinya. Dari pemaparan tersebut peneliti kemudian ingin mengetahui bagaimana gambaran konsep diri yang terbentuk dalam diri LM selaku individu yang telah pulih dari skizofrenia dalam menjalani aktivitasnya kembali terutama sebagai seorang pengajar. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti ingin menggambarkan bagaimana konsep diri individu yang telah pulih dari gangguan skizofrenia. C. Tujuan Penelitian Dari fokus penelitian yang telah dipaparkan maka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana konsep diri individu yang telah pulih dari gangguan skizofrenia. D. Manfaat Penelitian Apabila penelitian ini dilaksanakan, maka hasil penelitiannya akan bermanfaat sebagai: a. Manfaat teoritis, diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan pendalaman dalam bidang pengetahuan, khususnya untuk psikologi

8 abnormal dan psikologi klinis, serta dapat dijadikan sebagai bahan koreksi yang konstruktif untuk mengembangkan dan menambah pemahaman. b. Praktis a. Sebagai informasi penting bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami skizofrenia, agar lebih bisa memahami, menerima, merawat serta memberikan pendekatan yang positif guna mendukung pemulihan pasien. b. Bagi masyarakat umum, agar bisa menerima, memahami, dan bisa melakukan pendekatan yang positif pada orang yang mengalami skizofrenia bukan malah mengejek dan mengucilkannya. c. Memberi inspirasi bagi orang lain yang menderita gangguan yang serupa maupun yang tidak memderita gangguan serupa agar mampu keluar dari masalahnya dan berbuat lebih baik lagi denga membentuk konsep diri yang positif dalam dirinya. E. Sistematika Pembahasan Laporan penelitian dalam skripsi ini akan tersaji dalam lima bab pembahasan. Setiap pokok bahasan dideskripsikan secara berurutan. Disusun mulai bab awal hingga bab akhir, yaitu mulai pendahuluan hingga kesimpulan.

9 Bab pertama, memuat pendahuluan. Pada bab ini akan dijelaskan wawasan umum tentang arah penelitian yang dilakukan. Hal ini akan memudahkan pembaca untuk mengetahui konteks atau latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua, memuat kajian pustaka. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai dasar-dasar teori yang relevan dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Hal ini akan memudahkan pembaca untuk mengetahui pengertian konsep diri, dimensi konsep diri, faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, konsep diri negatif, konsep diri positif, peran konsep diri dalam perilaku, peran konsep diri dalam aktualisasi, pengertian skizofrenia, perjalanan penyakit, tipe-tipe skizofrenia, pemulihan skizofrenia, gambaran konsep diri pasien yang telah pulih dari skizofrenia, penelitian terdahulu, dan kerangka teoritik. Bab ketiga, memuat metode penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang menyangkut pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan temuan. Bab keempat, memuat hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini akan diuraikan tentang data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan dalam bab

10 sebelumnya. Hal-hal yang dipaparkan dalam bab ini meliputi setting penelitian, hasil penelitian, serta pembahasan. Bab kelima, memuat penutup. Pada bab ini akan dijelaskan temuan pokok atau kesimpulan, implikasi dan tindak lanjut penelitian, serta saransaran atau rekomendasi yang diajukan.