SISTEM PRESIDENSIIL. Oleh: Muchamad Ali Safa at 1

dokumen-dokumen yang mirip
GBHN = Demokrasi Mayoritas Muchamad Ali Safa at 1

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

SUSUNAN PEMERINTAHAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL MATERI PERKULIAHAN HUKUM TATA NEGARA

Sistem Pemerintahan Presidensial vs Parlementer. Teguh Kurniawan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

I. PENDAHULUAN. meruntuhkan tirani yang terjadi bertahun-tahun di negeri ini. Salah satu hal

MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA MENURUT MAHFUD MD

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA

Presiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Herlambang P. Wiratraman 2017

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

LEMBAGA LEMBAGA NEGARA. Republik Indonesia

BADAN EKSEKUTIF OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-6 (IK-1,3,4,5)

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi

KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Muchamad Ali Safa at

keberadaan MK pd awalnya adalah untuk menjalankan judicial review itu sendiri dapat dipahami sebagai and balances antar cabang kekuasaan negara

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

Program Sasaran

Cita hukum Pancasila harus mencerminkan tujuan menegara dan seperangkat nilai dasar yang tercantum baik dalam Pembukaan maupun batang tubuh UUD 1945.

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

IMPLIKASI YURIDIS SISTEM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN SECARA LANGSUNG TERHADAP PROSES IMPEACHMENT

PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH

TINJAUAN MATA KULIAH...

KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA MENURUT UUD NRI 1945 PERKEMBANGAN DAN DINAMIKANYA

PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

A. Pengertian Orde Lama

Hubungan antara MPR dan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB XIII AMANDEMEN UNDANG UNDANG DASAR 1945

I. UMUM

UU & Lembaga Pengurus Tipikor L/O/G/O

PERPU PLT PIMPINAN KPK; ADAKAH KEGENTINGAN MEMAKSA? Oleh: Muchamad Ali Safa at *

DISUSUN OLEH : Suroto, S.H., M.Hum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

Lembaga Kepresidenan dalam Sistem Presidensial

BAB III. A. Urgensi Amandemen Undang Undang Dasar tahun 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD NRI

BAB V PENUTUP. dirumuskan kesimpulan sebagaimana berikut: eksekutif dan legislatif hingga ancaman impeachment, maka dari itu

INTERVENSI POLITIK DALAM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 01 Juni 2016; disetujui: 23 Juni 2016

Demokrasi di Indonesia

AMANDEMEN (amendment) artinya perubahan atau mengubah. to change the constitution Contitutional amendment To revise the constitution Constitutional

4. Salah satu contoh negara yang menganut idiologi terbuka adalah... A. RRC B. Cuba C. Korea Utara D. Indonesia E. Vietnam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen

SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA. Oleh: Muchamad Ali Safa at 1

RechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut.

IMPEACHMENT WAKIL PRESIDEN. Oleh : Dr. H. Nandang Alamsah Deliarnoor, S.H., M.Hum.

ara urut ut UUD 1945 Hasil Amandemen

BAB II TINJAUAN TERHADAP SISTEM PEMERINTAHAN. dari beberapa bagian yang memiliki hubungan fungsional, baik antara bagian yang satu dengan

DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF

PEMBANGUNAN YES GBHN No!

DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR KEKUASAAN EKSEKUTIF PADA PERIODESASI SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Tinjauan Teori Integrasi Organisasi)

Analisis Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Mengeluarkan Putusan Yang Bersifat Ultra Petita Berdasarkan Undang-Undangnomor 24 Tahun 2003

BAB I. Pendahuluan. Dalam Pembukaan UUD 1945 tersirat suatu makna bahwa Negara. Republik Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechtstaat)

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan hukum secara konstitusional yang mengatur pertama kalinya

Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945

EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni:

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

PERTANGGUNGJAWABAN WAKIL PRESIDEN MENURUT SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

Editor: DR. Lili Romli DPR RI PERIODE : Catatan Akhir Masa Bakti

BAB III PRESIDEN TIDAK DAPAT MEMBEKUKAN DPR DAN HUBUNGAN PRESIDEN DAN DPR DALAM SISTEM PRESIDENSIIL BERDASARKAN UUD NRI 1945

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

-2- memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dipe

BAB VII PENUTUP. Universitas Indonesia. Pembubaran partai..., Muchamad Ali Safa at, FH UI., 2009.

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

ABSTRAK. Keywords : Pertanggungjawaban, Presiden, Sistem Ketatanegaraan.

kinerja DPR-GR mengalami perubahan, manakala ada keberanian dari lembaga legislatif untuk kritis terhadap kinerja eksekutif. Pada masa Orde Baru,

Riki Yuniagara: Jenis dan Hirarki Peraturan...

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008

Apa Presiden Ketua Parpol. Membahas, sang, Demo 2 Desember. Menu makanan untuk komunikasi politik dengan Ormas Keagamaan & Parpol:

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

Makalah Mengenai Keberadaan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Dalam Ketatanegaraan Indonesia BAB I PENDAHULUAN

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

BAB I PENDAHULUAN. kehakiman diatur sangat terbatas dalam UUD Buku dalam pasal-pasal yang

Sistem Pemerintahan. Fitra Arsil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Negara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

IMPLIKASI HUKUM KOALISI PARTAI POLITIK DALAM MEMBENTUK PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF

Jurnal RechtsVinding BPHN

Transkripsi:

SISTEM PRESIDENSIIL Oleh: Muchamad Ali Safa at 1 Panggung politik nasional hari-hari terakhir ini diwarnai dua fenomena menarik. Fenomena pertama aadalah alotnya pertarungan antara kelompok Koalisi Kebangsaan dan Koalisi Kerakyatan di DPR dalam pembentukan alat kelengkapan DPR. Fenomena kedua adalah adanya usulan untuk mengajukan interpelasi pada Presiden terkait dengan penggantian Panglima TNI. Masalah interpelasi mendapat lebih banyak perhatian karena menyangkut hubungan antara DPR dan Presiden. Sejak awal sebelum pemilihan presiden usai, telah banyak kekhawatiran bahwa jika SBY terpilih, pemerintahan tidak stabil karena partainya tidak mayoritas di DPR. Jika DPR melakukan interpelasi sama halnya dengan membuktikan kekhawatiran tersebut. Riswandha Imawan mengungkapkan adanya ketidakstabilan pemerintahan dengan sebutan Kutukan Demokrasi Parlementer. Dalam tulisannya di Harian Kompas (29/10) menyatakan bahwa kondisi politik Indonesia sama dengan kondisi politik hasil Pemilu 1955, dengan ciri-ciri sistem multipartai, tidak ada partai dominan di DPR, terjadi polarisasi kekuatan politik di parlemen, presiden sangat populer hingga mendominasi panggung politik, dan parlemen tidak berfungsi. Menurut Imawan, tinggal satu lagi yaitu jika presiden dapat mendikte DPR. Lewat popularitasnya, presiden bisa menyihir rakyat untuk langkah yang diambil, sekalipun langkah itu inkonstitusional. 1 Pengajar Fakultas Hukum UNIBRAW, Mahasiswa S3 Ilmu Hukum UI

Tulisan tersebut mengisyaratkan dua kekhawatiran sekaligus yang saat ini dialami oleh bangsa Indonesia, yaitu kekhawatiran pemerintahan yang tidak stabil karena kurangnya kekuaatan presiden di DPR, dan kekhawatiran terhadap munculnya kembali otoritarianisme yang terlegitimasi karena figur presiden yang amat populer. Secara tidak langsung Imawan mengkhawatirkan demokrasi tahuin 2004 ini akan berakhir seperti dikeluarkanya dekrit 5 Juli 1959. *** Tulisan ini bermaksud untuk mengembalikan masalah hubungan DPR dan Presiden berdasarkan sistem pemerintahan. Sebelum perubahan UUD 1945, sistem pemerintahan kita memang semi presidensiil semi parlementer. Namun, perubahan UUD 1945 semakin menegaskan sistem pemerintahan kita menjadi presidensiil. Hal ini juga sesuai dengan salah satu kesepakatan MPR tentang arah perubahan UUD 1945 yaitu sepakat untuk mempertahankan sistem presidensiil (dalam pengertian sekaligus menyempurnakan agar betul -betul memenuhi ciri-ciri umum sistem presidensiil) sebagaimana terlampir dalam Ketetapan MPR No. IX/MPR/1999. Bagaimana sistem pemerintahan presidensiil berlaku mungkin sudah menjadi pengetahuan umum bagi banyak orang. Namun seringkali berbagai pernyataan politik tidak mencerminkan pemahaman yang benar terhadap sistem presidensiil, bahkan seringkali menggunakan asumsi sistem parlementer. Beberapa ciri umum sistem presidensiil dan perbedaannya dengan parlementer dikemukakan oleh Arend Lijphart sebagai berikut: Pertama, kepala pemerintahan pada sistem presidensiil, biasanya disebut presiden, dipilih berdasarkan konstitusi untuk periode tertentu yang dalam kondisi normal tidak dapat dipaksa diganti oleh

legislatif. Sedangkan kepala pemerintahan pada sistem parlementer, biasanya disebut perdana menteri, dengan kabinetya bertanggungjawab kepada legislatif. Kedua, presiden pada sistem presidensiil dipilih melalui pemilihan umum, baik secara langsung maupun melalui electoral college. Sedangkan perdana menteri dipilih oleh legislatif. Ketiga, adalah bahwa dalam sistem parlementer eksekutif bersifat kolektif kolegial, sedangkan pada sistem presidensiil eksekutifnya hanya satu oreang. Kabinet dalam sistem presidensiil adalah dibawah presiden, sedangkan dalam parlementer semua menteri dan perdana menteri adalah sejajar. Berdasarkan ketiga ciri-ciri tersebut, dapat ditarik tiga ciri tambahan, pertama, bahwa bahwa prinsip pemisahan kekuasaan tidak hanya dimaksudkan sebagai the mutual independence of the executive and legislative brance, tetapi juga suatu aturan bahwa orang yang sama tidak dapat merngkap jabatan di kedua lembaga tersebut. Sebaliknya, dalam sistem parlementer, bukan hanya kabinet tergantung pada kepercayaan parlemen tetapi juga seseorang dapat merangkap menjadi anggota paarlemen dan kabinet. Kedua, seringkali disebukan bahwa kunci perbedaan antara preidensiil dan parlementer adalah bahwa presiden tidak memiliki hak untuk membubarkan parlemen sedangkan perdana menteri dan kabinet memilikinya. Ketiga, adalah dalam sistem parlementer biasanya terdapat dual executivess, yaitu a symbolic and ceremonial head of state dan seorang kepala pemerintahan. Sedangkan dalam sistem presidensiil, biasanya presiden secara simultan adalah kepala negara dan kepala pemerintahan. Berdasarkan ciri-ciri umum tersebut, hubungan antara eksekutif dan legislatif pada sistem parlementer dan preidensiil jelas perbedaannya. Pada sistem parlementer, kabinet memang bertanggungjawab dan tergantung pada parlemen. Namun karena biasanya kabinet berisi tokoh-

tokoh politik yang juga merangkap menjadi anggota parlemen, parlemenlah yang tergantung pada kabinet. Sedangkan dalam sistem presidensiil, hubungannya lebih berimbang, apalagi dengan penerapan pemisahan kekuasaan (separation of power). Konsekuensinya, kekuasaan pemerintah lebih stabil dalam sistem presidensiil dibanding dengan sistem parlementer. Keseimbangan hubungan eksekutif legislatif dalam sistem presidensiil tergantung pada kekuatan yang dimiliki oleh presiden. Kekuatan presiden tersebut diperoleh dari tiga sumber, yaitu; pertama adalah kekuasaan yang disebutkan dalam konstitusi; kedua, kekuatan partai pendukung presiden di parlemen; dan ketiga adalah kekuatan berdasarkan legitimasi karena dipilih melalui pemilihan umum dan kenyataan bahwa hanya presiden-lah pejabat publik yang dipilih oleh rakyat secara keseluruhan. Berbagai fenomena politik nasional mutakhir sesungguhnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan jikan dipahami dari perspektif sistem presidensiil. Pemerintahan saat ini akan menjadi pemerintahan yang stabil karena memiliki dua dari sumber kekuatan. Kekuasaan presiden berdasarkan UUD 1945 sudah ditentukan dengan pasti. DPR tidak dapat mengajukan usul pemberhentian presiden kecuali karena telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lain, atau perbuatan tercela. Sebaliknya presiden pun akan berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan agar tidak dapat menjadi alasan impeachment. Proses impeachmnet pun masih harus melalui proses pembuktian tindakan tersebut di MK. Kestabilan ini juga tidak akan berubah menjadi otoritarian karena jelas bahwa presiden tidak dapat membubarkan DPR serta telah lengkapnya institusiinstitusi negara lain yang memiliki kekuasaan untuk mengontrol tindakan presiden. Satu-satunya sumber kekuatan yang belum dimiliki presiden adalah kekuatan partai politik di DPR. Dikatakan belum karena sesungguhnya presiden saat ini telah memiliki kekuatan

tersebut namun belum merupakan kekuatan mayoritas yang dapat mendukung kebijakan presiden. Namun peta kekuatan ini dapat berubah seiring dengan perubahan kebutuhan politik masing-masing partai. Hal ini dapat dilihat dari bertukarnya posisi politik PKB dan PPP dalam dua kutub di DPR. Jika kekuatan presiden di DPR tidak bertambah, sebaiknya dilihat secara positif bahwa hal ini akan meningkatkan pengawasan yang akan dilakukan oleh DPR sesuai dengan Undangundang yang berlaku dan presiden tentu akan berhati-hati dalam menjalankan pemerintahannya. Benar bahwa akan timbul berbagai masalah yang kadang-kadang menggemaskan, namun belum sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan sehingga layak disebut sebagai Kutukan Demokrasi Parlementer.