BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Ambon melalui peraturan tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB III HAMBATAN PROSES PEMBINAAN DAN UPAYA MENGATASI HAMBATAN OLEH PETUGAS LAPAS KELAS IIA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tolak ukur segala hal mengenai harapan dan tujuan dari bangsa

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB IV. Pembinaan Narapidana, untuk merubah Sikap dan Mental. Narapidana agar tidak melakukan Tindak Pidana kembali setelah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

PEMBINAAN BAGI TERPIDANA MATI. SUWARSO Universitas Muhammadiyah Purwokerto

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGAWASAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS IIA ABEPURA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatakan bahwa setiap orang

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBINAAN AKHLAK NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A PEKALONGAN. Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... ix. DAFTAR TABEL... xiv. DAFTAR GRAFIK... xv

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta

1 dari 8 26/09/ :15

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Lampung

BAB III VISI MISI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. harkat dan martabat bangsa dapat terjaga. Pemerintah telah mencanangkan program

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Pedoman Pengumpulan Data. 1. Wawancara Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Kebumen. a. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Kebumen?

Institute for Criminal Justice Reform

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Problema dan solusi..., Djoni Praptomo, FISIP UI, Universitas Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siswa (Studi Deskriptif Analitis di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PERATURAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG DISIPLIN MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Profil Lembaga Pemasyarakatan Wanitan Kelas IIA Way Hui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

Hari Raya Natal tahun 2014 bagi narapidana dan anak pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tantangan akan semakin besar, dan membutuhkan kelulusan dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. JUDUL LEMBAGA PEMASYARAKATAN Yang Berorientasi Kepada Pembentukan Suasana Pendukung Proses Rehabilitasi Narapidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

PP 58/1999, SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. Anak dalam Islam adalah sebagai makhluk ciptaan Allah swt. yang. berkedudukan mulia dan dalam keluarga dia memiliki kedudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB IV ANALISIS PEMBINAAN NARAPIDANA DAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH DINIYAH AT-TAUBAH LAPAS KLAS I KEDUNGPANE SEMARANG

BUPATI JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2004 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGRI SIPIL

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dalam Bab terakhir ini penulis akan dipaparkan kesimpulan dan rekomendasi yang mengacu pada deskripsi dari hasil penelitian sebagaimana yang telah diuraikan dalam Bab IV sebagai berikut: Pertama, program pembinaan nilai disiplin terhadap warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Ambon melalui peraturan tentang kegiatan-kegiatan dengan kepatuhan kepada jadwal kegiatan harian, bulanan, dan tahunan. Adapun yang harus dipatuhi oleh warga binaan bangun pagi, shalat bagi yang beragama Islam, dan ibadah bagi yang beragama Kristen di Gereja, setelah itu pemeriksaan kesehatan, jadwal bulanan, setelah itu pemberian remisi khusus merupakan kegiatan tahunan, sekaligus sebagai manifestasi dan konfigurasi dalam memberikan kepekaan terhadap pembentukkan keperibadian dan watak yang baik dari warga binaan dalam mematuhi berbagai aturan yang tetapkan oleh Lapas sebagai bagian dari aturan hukum dalam realitas kehidupan masyarakat luas yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran hukum, dalam berbagai kegiatan pembinaan nilai disiplin dan kepatuhan hukum selaku warga negara. Kedua, Pembinaan warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan melalui Pendidikan nilai disiplin secara efektif dalam pelaksanaan kegiatan ceramah keagamaan, pelaksanaan ibadah dengan keyakinan dan keteladanan yang dimiliki oleh para warga binaan perlu melibatkan semua komponen yang ada, sehingga yang terpenting dari apa yang dilakukan merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari interaktif yang didukung oleh program Pembinaan terhadap warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Ambon, di mulai sejak bersangkutan di Lembaga 181

Pemasyarakatan sebagai tersangka atau terpidana, hal ini bertujuan untuk memberikan suatu arti kehidupan yang baru dalam menjalani proses pembinaan selama berada di Lapas, yang menyangkut pembinaan mental keperibadian, baik material maupun spiritual, pengembangan ketrampilan dan pengetahuan sesuai dengan bakat dan minat para warga binaan serta berbagai macam kegiatan yang diarahkan guna mendukung proses pembinaan itu memperkuat jati diri warga binaan agar sekembalinya warga binan kedalam kehidupan masyarakat dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi sesuai dengan pola pelaksanaan pembinaan yang di dapatkan di Lapas, sehingga proses pembinaan di lapas dapat dinilai berhasil melalui pengembangan minat dan bakat warga binaan. Ketiga, Kegiatan pembinaan dan penanaman nilai disiplin di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Ambon, memiliki faktor penting yang perlu dilakukan, bukan sekedar untuk menghukum atau menjaga warga binaan tetapi mencakup proses pembinaan agar warga binaan menyadari kesalahan dan memperbaiki diri serta tidak mengulangi tindak pidana yang pernah dilakukan. Seperti memberikan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban, ketentraman, kepastian hukum dan terbentuknya warga binaan yang berprilaku baik, menciptakan manusia yang mandiri dalam hal bebas berani, bertanggung jawab kepada orang lain, terbentuk kepribadian warga binaan yang berkepribadian yang baik dan mampu beradaptasi dengan lingkungan, menciptakan kesadaran beragama bagi warga binaan agar memberikan keteladanan dalam pratek ibadah dalam kehidupan, menciptakan kesadaran berpikir agar dapat menciptakan kegiatan positif dalam kegiatan berpikir dan bertindak, dalam pembinaan kehidupan sosial warga binaan di lembaga pemasyarakatan dapat diterima di dalam masyarakat, hal ini dilakukan secara baik dan lancar, namun demikian terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala dalam proses pembinaan warga binaan 182

di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Ambon, yakni: (a) minimnya ketersediaan dana dalam proses pembinaan bagi warga binaan; (b) rendahnya tingkat pengetahuan petugas yang berkaitan dengan sistem lembaga pemasyarakatan dalam meminimasir persoalan-persoalan yang muncul pada pelaksanaan pembinaan bagi warga binaan; (c) Kurangnya tingkat kesadaran diri warga binaan dalam mengikuti pelaksanaan proses pembinaan di LAPAS, hal ini dikarenakan adanya kecenderungan intimidasi dan intervensi yang berlebihan dari para petugas Lapas Klas II A Ambon dalam proses dimaksud sehingga menimbulkan rasa acuh tak acuh oleh warga binaan dalam proses pembinaan; (d) minimnya sarana prasarana penunjang dalam kegiatan pembinaan yang berkaitan dengan pendidikan khususnya pendidikan yang berorientasi pada kesadaran hukum sebagai stackhoulders pembinaan di Lapas Klas II A Ambon; (e) kurang adanya keseimbangan antara kinerja petugas dengan upah kerja yang mencukupi, sehingga tidak tercipta keselarasan dan keserasian, dalam menjaga kenyamanan pembinaan bagi warga binaan yang dilakukan secara sistematis, programatis, dan berkesinambungan demi meningkatkan kesadaran hukum sehingga para warga binaan dapat kembali dalam kehidupannya secara wajar baik; dan (f) kurang adanya respons positif dari masyarakat terhadap pelaksanaan pembinaan bagi warga binaan di Lapas Klas II A Ambon, hal ini dikarenakan adanya berbagai penilaian dan pengukuran yang negatif terhadap karakter warga binaan dari kalangan masyarakat, lebih khusus lagi bagi pihak korban yang tidak menginginkan pelaku kejahatan kembali ke masyarakat, sehingga kebebasan di dalam kehidupan masyarakat, dianggap tidak memberikan nuansa baru, suasana baru yang menciptakan adanya tatanan kehidupan yang lebih baik dan berarti dalam keberlangsungan hidup warga binaan di tengah-tengah masyarakat, sehingga menimbulkan kecenderungan ingin kembalinya warga binaan ke Lapas dengan asumsi bahwa Lapas dengan 183

melakukan tindakan kejahatan yang baru dan atau mengulangi perbuatan yang pernah dilakukannya. B. Rekomendasi Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang diuraikan di atas tampak bahwa pembinaan nilai disiplin pada narapidana dalam rangka peningkatan kesadaran hukum di lembaga pemasyarakatan Klas II A Ambon menjadi kebutuhan yang sangat penting dilihat dengan adanya berbagai jenis tindak pidana yang dilakukan oleh narapidana, sebab kesadaran hukum pada dasarnya merupakan muatan nilai yang patut dikembangkan dalam setiap aspek kehidupan tak terkecuali pada Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Ambon. Pembinaan nilai disiplin pada narapidana senantiasa mengusung semangat hidup berdampingan secara damai (peaceful coexistence) dalam berbagai kegiatan pembinaan baik kegiatan kemandirian maupun kegiatan keperibadian teristimewa dengan memberikan penyuluhan hukum yang bertujuan untuk mencapai kadar kesadaran hukum yang tinggi, sehingga sebagai anggota masyarakat, warga binaan menyadari akan hak dan kewajibannya dalam rangka turut menegakkan hukum dan keadilan, perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban, ketentraman, kepastian hukum dan terbentuknya perilaku setiap warga negara Indonesia yang taat kepada hukum. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu untuk direkomendir hal-hal yang patut menjadi suatu kontribusi terhadap penyelenggaraan pembinaan nilai disiplin di lembaga Pemasyarakatan khususnya bagi para petugas lembaga pemasyarakatan Klas II A Ambon. 1. Kepada para petugas di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Ambon diharapkan dapat terus mengembangkan berbagai kegiatan pembinaan nilai disiplin dalam 184

rangka peningkatan kesadaran hukum bagi para narapidana dengan tidak menggunakan cara-cara kekerasan yang dilakukan oleh petugas LAPAS Klas IIA Ambon kepada pegawai Lapas tidak memanfaatkan warga binaan, dalam artian bahwa warga binaan mengerjakan hasil ketrampilan mereka diambil tanpa di bayar. Dalam arti bahwa hasil ketrampilan warga binaan yang dipamerkan dan atau dijual dengan harga yang mahal, dilaporkan kepada warga binaan dijualkan dengan harga yang murah serta tidak melakukan proses pemerasan dalam berbagai bentuk pembinaan di lembaga pemasyarakatan Klas II A Ambon. Oleh karena itu, dalam pengimplementasian pembinaan nilai disiplin mengharuskan adanya usaha dari para petugas Lapas untuk mengembangkan pelatihan dan penyuluhan berkesadaran hukum yang lebih agar dapat mengembangkan kesadaran hukum pada diri narapidana. Selain itu, untuk para petugas agar terus menanamkan prinsip-prinsip kesadaran hukum melalui keteladanan perilaku sebagai upaya penyebaran semangat hidup dan saling menghargai serta menghormati diantara sesama warga binaan sehingga proses pembinaan nilai disiplin dapat berjalan secara damai dan saling mendukung diantara warga binaan. 2. Kepada para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Ambon sebagai warga binaan yang sementara mengadakan recovery atau pembaharuan hidup yang berkaitan dengan tingkat pelanggarannya, penulis sarankan agar terus menerus mengadakan perubahan perilaku yang berorientasi pada pengembangan diri baik secara spiritual maupun secara material, serta dengan berbagai minat dan bakat dalam mengembangkan ketrampilan dan kreativitas yang dimiliki oleh setiap warga binaan sehingga tercipta nuansa kehidupan yang benar-benar dapat memberikan rasa percaya diri dalam meniti sebuah persoalan hidup. Selain itu, diharapkan agar warga binaan lebih kreatif dalam proses pembinaan sehingga 185

dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai positif dalam kehidupan kedepan baik secara pribadi, keluarga, maupun masyarakat. 3. Kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Ambon diharapkan dapat selalu memberikan penguatan birokrasi dan motivasi kepada para petugas Lapas agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan sehingga kenyamanan dan ketertiban dalam proses pembinaan baik itu berupa pendidikan dan pelatihan maupun dalam mengembangkan kreativitas warga binaan tidak didasari oleh kepentingan kepentingan tertentu, sehingga muatan pengayoman selalu terpatri dalam diri para petugas dan atau pegawai dalam memperkuat birokrasi di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Ambon sesuai dengan etika dan kedisiplinan kepegawaian, serta bagi para warga binaan, agar tetap menjaga keharmonisan dan kebersamaan dalam menjalin hubungan kerjasama baik diantara sesama warga binaan, maupun dengan para petugas agar terciptanya suasana yang kondusif dalam proses pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan hukum sehingga memberikan suatu tata nilai kesadaran hukum bagi seluruh warga lembaga pemasyarakatan klas II A Ambon. 4. Kepada para pengambil kebijakan dalam bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia dan atau instansi terkait, terutama dalam proses pengembangan pembinaan bagi warga binaan perlu direkomendasikan untuk merespons realitas pelaksanaan kegiatan tersebut, baik dalam bentuk pembinaan kepribadian, maupun ketrampilan yang sangat dibutuhkan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Ambon sehingga tercipta suasana kesadaran hukum baik oleh para petugas maupun narapidana sebagai warga binaan, yang didasarkan pada prinsip nasional yakni pengayoman. 186

5. Kepada pengamat dan pemerhati masalah Hukum dan Hak Asasi Manusia khususnya mengenai proses pembinaan dan pengayoman di Lembaga Pemasyarakatan secara umum di Indonesia, khususnya di Klas II A Ambon agar terus menerus berusaha dalam mewacanakan dan memberikan pemahaman akan pentingnya pembinaan dan pengayoman bagi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan, hal ini perlu untuk menjadi suatu pengetahuan dan kebutuhan menginat bahwa konsep pembinaan dan pengayoman di lembaga pemasyarakatan bagi umumnya masyarakat Indonesia saat ini masih menilai bahwa pembinaan di Lapas merupakan sebuah hukuman badan atau penyiksaan bagi yang melakukan tindakan pidana dalam berbagai bentuk pelanggaran, sehingga dapat dinilai bahwa konsep tersebut masih dikategorikan sebagai proses pencabutan hak asasi manusia. 6. Kepada Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan tersebut direkomendasikan untuk secara spesifik mengkaji dan menelaah persoalanpersoalan mengenai proses pembinaan nilai disiplin dalam rangka meningkatkan kesadaran hukum bagi warga binaan di lembaga pemasyarakatan yang merupakan bagian dari fenomena baru, hal ini dimaksudkan untuk memberikan suatu bentuk stimulus atau rangsangan kepada para petugas Lapas agar mengimplementasikan kesadaran hukum dalam proses pembinaan bagi warga binaan yang merupakan strategi yang tepat untuk menjawab tantangan baik yang datang dari para petugas Lapas maupun dari warga binaan terutama dengan melihat pada kondisi pembinaan dan pengayoman di negara ini. Sehingga diharapkan dapat membangun aktivitas dan kreativitas para warga binaan dalam mengembangkan kesadaran hkum yang di cita-citakan. 187