BAB IV PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

PEMETAAN KERENTANAN AIRTANAH DAN PERANANNYA DALAM PERENCANAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

PEMETAAN RISIKO PENCEMARAN AIRTANAH DI KECAMATAN PIYUNGAN, KABUPATEN BANTUL MENGGUNAKAN METODE DRASTIC MODIFIKASI

BAB III DASAR TEORI 3.1 Sistem Airtanah

I. PENDAHULUAN. rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... ii. Daftar Tabel... vii. Daftar Gambar... ix. Daftar Lampiran... xiv. Intisari... xv. Abstract...

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN IMBUHAN AIRTANAH BEBAS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CIKAPUNDUNG, BANDUNG UTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODA DRASTIC TUGAS AKHIR

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Arikunto (2006:26) Metode Penelitian adalah cara yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

BAB II LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Lingkup Kegiatan Penelitian Komponen Lingkungan Kerangka Alur Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KEASLIAN PENELITIAN...

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyelidikan potensi air tanah skala 1: atau lebih besar

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH DAN IMBUHAN AIRTANAH LOKAL SUB DAS GENDOL PASCA ERUPSI MERAPI Sri Ningsih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari 2015 hingga April 2015 di

BAB III TEORI DASAR. Hidrogeologi adalah bagian dari hidrologi (sub-surface hydrology) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah mengungkap bagaimana suatu penelitian

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penentuan Zonasi Kawasan Imbuhan Cekungan Air Tanah (CAT) Subang yang ada di Wilayah Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan infiltrasi. Kecepatan infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi

2.2 PENENTUAN BATAS CEKUNGAN AIR TANAH

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembobotan. Tabel 5.1 Persentase Pembobotan Tingkat Bahaya

ANALISIS DEBIT ANDALAN

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

Limpasan (Run Off) adalah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Permasalahan Sumberdaya Air Pulau Karang Sangat Kecil (Studi Kasus di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta) Ahmad Cahyadi 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB III Metodologi Penelitian

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung

Metode Analisis Kestabilan Lereng Cara Yang Dipakai Untuk Menambah Kestabilan Lereng Lingkup Daerah Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB 5 INFILTRASI DAN PERKOLASI

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI...

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

DocuCom PDF Trial. ANALISIS TINGGI LIMPASAN UNTUK KETERSEDIAAN AIR PADA DAS MANIKIN KOTA/KABUPATEN KUPANG

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH

Air Tanah. Air Tanah adalah

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013

STUDI HIDROGEOLOGI DAN POTENSI RESAPAN AIR TANAH DAERAH PUNCRUT DAN SEKITARNYA, BANDUNG TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SNI 2435:2008 Standar Nasional Indonesia

Transkripsi:

BAB IV PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS 4.1 PENGOLAHAN DATA 4.1.1 Kedalaman Muka Airtah Kedalaman muka airtah didapat dengan mengukur jarak minimum muka airtah terhadap permukaan. Menurut metoda DRASTIC kedalaman muka airtah memiliki bobot 5. Pengukuran dilakukan terhadap 6 sumur penduduk dan dikombisikan dengan data sekunder dari pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya. Tiga diantaranya merupakan sumur bor. Berdasarkan hasil pengukuran dapat diketahui interval kedalaman muka airtah di daerah penelitian berkisar antara 3 m sampai >30 m. Namun distribusi kedalaman yang paling besar adalah > 30 m. Distribusi kedalaman muka airtah dapat dilihat pada Peta Kedalaman Muka Airtah. Dari hasil pengukuran di lapangan, maka kedalaman muka airtah di daerah penelitian dibagi menjadi beberapa interval sebagai berikut: Tabel 4.1 Interval dan Nilai Kedalaman Muka Airtah Interval Bobot Nilai Bobot x Nilai Daerah Penelitian (m) 3 9 5 7 35 Kelurahan Dago 9 15 5 5 25 Sebagian kecil Kelurahan Ciumbuleuit 15 22 5 3 15 Sebagian Desa Pagerwangi 72

dan Kelurahan Ciumbuleuit 22 30 5 2 10 Sebagian Desa Pagerwangi > 30 5 1 5 Desa Mekarwangi, Sebagian Kelurahan Ciumbuleuit, Ciburial 4.1.2 Recharge (Curah Hujan) Data curah hujan digukan sebagai pengganti nilai recharge. Semakin banyak air yang ada di permukaan maka infiltrasi akan menjadi semakin besar. Sebaliknya semakin sedikit air hujan yang jatuh ke permukaan maka infiltrasi akan semakin kecil. Oleh kare itu banyaknya volume air hujan yang jatuh ke permukaan sangat berpengaruh terhadap tingkat infiltrasi. Tingkat curah hujan yang tidak merata di tiap daerah menyebabkan diperlukan adanya pembagian zo berdasarkan jumlah curah hujan. Pada daerah penelitian stasiun hujan yang berpengaruh hanya satu yaitu Stasiun Dago. Hasil dari data yang diambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika adalah curah hujan di daerah penelitian berada pada interval 1500-2000 mm/tahun. Menurut metoda DRASTIC recharge memiliki bobot 4. Dari data yang diambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika, maka recharge di daerah penelitian dapat dibagi menjadi interval sebagai berikut: Tabel 4.2 Interval dan Nilai Recharge Interval Bobot Nilai Bobot x Daerah Penelitian (mm) Nilai 0 1500 4 2 8 Tidak ada 1500 2000 4 4 16 Seluruh daerah penelitian 2000 2500 4 6 24 Tidak ada 2500 3000 4 8 32 Tidak ada 73

> 3000 4 10 40 Tidak ada 4.1.3 Media Akuifer Media akuifer akan sangat berpengaruh terhadap penyimpan dan pergerakan air yang ada di dalamnya. Sifat litologi batuan yang terdiri dari jenis batuan, ukuran butir serta ruang antar butir akan sangat berperuh terhadap penyimpan dan pergerakan air. Dalam penelitian ini akuifer yang dilihat adalah akuifer bebas yang dibatasi oleh muka airtah dan lapisan impermeabel. Untuk media akuifer, dilakukan penyesuaian nilai kare materi akuifer di daerah penelitian tidak seluruhnya ada di dalam kualifikasi. Dari hasil penelitian, ada 3 jenis media akuifer yaitu: pasir geluhan, pasir dan geluh pasiran. Menurut metoda DRASTIC media akuifer memiliki bobot 3. Tabel 4.3 Jenis dan Nilai Media Akuifer Media Akuifer Bobot Nilai Bobot x Daerah Penelitian Nilai Loamy Sand 3 8 24 Kelurahan Dago, Dago Pakar Sandy Loam 3 7 21 Sebagian kecil Keluarahan Ciumbuleuit, sebagian Desa Mekarwangi dan Desa Pagerwangi Pasir 3 8 24 Sebagian Desa Mekarwangi dan Desa 74

Pagerwangi 4.1.4 Tah Penutup Tah penutup adalah lapisan tah bagian atas yang akan mempengaruhi masuknya air hujan atau air permukaan ke dalam lapisan muka airtah. Kecepatan air baik air hujan maupun air permukaan untuk masuk ke dalam tah (infiltrasi) bergantung kepada jenis tah dima setiap jenis tah memiliki ruang antar butir yang berbeda. Semakin besar ruang antar butir maka proses infiltrasi akan semakin cepat. Sebaliknya, semakin kecil ruang antar butir maka proses infiltrasi akan semakin lambat. Seperti halnya media akuifer, nilai untuk jenis tah penutup dilakukan modifikasi kare tidak semua jenis tah penutup ada dalam parameter. Dari hasil pengujian sampel yang diambil dari daerah penelitian, tah penutup dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut: Tabel 4.4 Jenis dan Nilai Tah Penutup Jenis tekstur Bobot Nilai Bobot x Nilai Daerah Penelitian tah Pasir 2 9 18 Sebagian Desa Mekarwangi dan Desa Pagerwangi Loamy Sand 2 8 16 Kelurahan Dago, Dago Pakar 75

Sandy Loam 2 6 12 Sebagian kecil Keluarahan Ciumbuleuit, sebagian Desa Mekarwangi dan Desa Pagerwangi 4.1.5 Kemiringan Tah Kemiringan tah berhubungan dengan topografi di suatu daerah, semakin besar kemiringan tah (curam) akan menyebabkan nilai run off yang semakin besar, hal ini menyebabkan infiltrasi akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin landai suatu topografi maka semakin kecil nilai run off dan infiltrasi akan semakin besar. Pada daerah penelitian kemiringan lereng hanya dibagi atas dua interval. Menurut metoda DRASTIC kemiringan tah memiliki bobot 1. Pembagian nilai kemiringan tah dapat dilihat pada Peta Interval dan Nilai Kemiringan Tah. Dari peta topografi daerah penelitian, kemiringan tah dibagi menjadi beberapa interval sebagai berikut: Tabel 4.5 Interval dan Nilai Kemiringan Tah Interval Bobot Nilai Bobot x Nilai Daerah Penelitian (%) 0 2 1 10 10 Tidak ada 2 6 1 9 9 Tidak ada 6 12 1 5 5 Sebagian daerah Pakar 12 18 1 3 3 Tidak ada > 18 1 1 1 Hampir seluruh daerah penelitian kecuali sebagian daerah Pakar 76

4.1.6 Media Tak Jenuh Jenis media zo tak jenuh merupakan jenis litologi yang tidak jenuh air. Media ini terletak dibawah lapisan tah permukaan dan di atas muka airtah. Jenis media zo tak jenuh akan berpengaruh terhadap pergerakan air dari permukaan menuju muka airtah, dima kecepatan masuknya air akan sangat dipengaruhi oleh ukuran butir dari tah atau batuan yang ada pada daerah tersebut. Menurut metoda DRASTIC media zo tak jenuh memiliki bobot 5. Berdasarkan sampel yang diambil di lapangan, media zo tak jenuh di daerah penelitian dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut: Tabel 4.6 Jenis dan Nilai Media Tak Jenuh Jenis Media Tak Bobot Nilai Bobot x Nilai Daerah penelitian Jenuh Pasir 5 4 20 Sebagian Desa Mekarwangi dan Desa Pagerwangi Loamy Sand 5 3 15 Kelurahan Dago, Dago Pakar Sandy Loam 5 2 10 Sebagian kecil Keluarahan 77

Ciumbuleuit, sebagian Desa Mekarwangi dan Desa Pagerwangi 4.1.7 Konduktivitas Hidraulik Konduktivitas hidraulik adalah kemampuan batuan atau tah untuk meluluskan air melalui rongga antar butir batuan atau tah tanpa mengubah sifat fisik airnya. Besarnya nilai konduktivitas hidraulik dipengaruhi oleh karakter batuan atau tah tersebut yaitu kesarangan, ukuran butir, susun butir, bentuk butir dan distribusi serta sifat cairan yang melaluinya. Menurut metoda DRASTIC konduktivitas hidraulik memiliki bobot 3. Dari hasil pengujian sampel yang diambil dari daerah penelitian, konduktivitas hidraulik dibagi menjadi beberapa interval sebagai berikut: Tabel 4.7 Interval dan Nilai Konduktivitas Hidraulik Interval Bobot Nilai Bobot x Nilai Daerah Penelitian Konduktivitas Hidraulik 0 0,86 3 1 3 Seluruh daerah penelitian 0,86 2,59 3 2 6 Tidak ada 2,59 6,05 3 4 12 Tidak ada 6,05 8,64 3 6 18 Tidak ada 8,64 17,28 3 8 24 Tidak ada > 17,28 3 10 30 Tidak ada 78

4.2 ANALISIS DATA 4.2.1 Kedalaman Muka Airtah Pengukuran kedalaman muka airtah di daerah penyelidikan dilakukan hanya dibeberapa tempat kare sulitnya menemukan sumur penduduk yang bisa diukur sedangkan untuk membuat sumur sendiri dibutuhkan biaya yang besar. Namun dilakukan kombisi data dari pengukuran yang sudah perh dilakukan dan dianggap bahwa data tersebut dapat mewakili muka airtah untuk daerah penelitian. Dalamnya muka airtah di daerah penelitian, yaitu mencapai lebih dari 30 m disebabkan oleh tingginya elevasi daerah penelitian yang mencapai kurang lebih 1600 mdpl. 4.2.2 Recharge (Curah Hujan) Data yang didapat merupakan data sekunder yang didapat dari Badan Meteorologi dan Geofisika. Berdasarkan pembagian luas pengaruh tiap-tiap stasiun, maka daerah penelitian masuk ke dalam daerah pengaruh Stasiun Dago. Stasiun Dago mempengaruhi seluruh daerah penelitian. 4.2.3 Media Akuifer Data yang dipakai untuk menentukan media akuifer merupakan data sekunder. Dari hasil data sekunder maka tidak berbeda dengan jenis tah penutup dan media zo tak jenuh, dapat disimpulkan bahwa media akuifer di daerah penelitian merupakan sandy loam, sand dan loamy sand. Untuk media akuifer ini, dilakukan beberapa penyesuaian kare media akuifer di daerah penelitian tidak semua ada pada parameter. 79

4.2.4 Jenis Tah Penutup Jenis tah penutup didapat dari pengambilan sampel di daerah penyelidikan yang kemudian dikeringkan dan diayak menggukan saringan ukur. Berdasarkan ukuran yang didapat dan kempakan secara megaskopis maka dapat disimpulkan bahwa jenis tah penutup di daerah penelitian terdiri atas sandy loam, sand dan loamy sand. Seperti halnya media akuifer, pada jenis tah penutup juga dilakukan modifikasi kare tidak semua jenis tah penutup di daerah penelitian ada pada parameter yang telah ditetapkan. 4.2.5 Kemiringan Tah Kemiringan tah didapat dengan melakukan pengukuran terhadap peta topografi. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa daerah penelitian merupakan daerah dengan lereng yang curam dengan kemiringan lebih dari 18%. 4.2.6 Media Tak Jenuh Data yang didapat berasal dari pengamatan di daerah penyelidikan letaknya di bawah permukaan dan di atas muka airtah. Jenis media zo tak jenuh di daerah penelitian tidak berbeda dengan lapisan tah penutup yaitu pasir dengan ukuran sedang, sandy loam, dan loamy sand. Sama halnya dengan media akuifer dan jenis tah penutup, untuk parameter ini juga dilakukan penyesuaian. 4.2.7 Konduktivitas Hidraulik Melalui pengukuran yang dilakukan di laboratorium dengan metoda konstan head, nilai konduktivitas yang di dapat dari tiap sampel tidak jauh berbeda. Setelah dilakukan perbandingan dari literature tentang nilai K, maka dapat disimpulkan bahwa daerah penyelidikan mempunyai jenis tah yang sama. Dari hasil pengolahan data dan peta dari tiap parameter maka dapat dihasilkan sebuah peta gabungan dari tiap parameter untuk mendapatkan daerah yang paling berpotensi imbuhan airtah bebasnya. Daerah dengan nilai indeks DRASTIC paling 80

tinggi merupakan daerah yang paling berpotensi. Berdasarkan bobot kali nilai, indeks DRASTIC terendah adalah 23 dan yang tertinggi adalah 230. Dalam penelitian metode kualitatif metode DRASTIC dibagi dalam 5 kelompok potensi airtah bebas dengan interval 40 adalah sebagai berikut: 23-66 tidak berpotensi untuk imbuhan airtah bebas 67-107 kurang berpotensi untuk imbuhan airtah bebas 108-148 cukup berpotensi untuk imbuhan airtah bebas 149-189 berpotensi untuk imbuhan airtah bebas 190-230 sangat berpotensi untuk imbuhan airtah bebas Dengan menggabungkan ketujuh parameter, maka didapat bahwa hasil penggabungan dari ketujuh parameter DRASTIC, menghasilkan 15 zo baru dengan nilai indeks DRASTIC adalah tertinggi 110 dan terendah 68. 81

Tabel 4.8 Perhitungan Nilai Indeks DRASTIC Faktor 1 2 3 4 5 n a 6 7 8 9 10 n a 11 n a 12 13 14 15 Kedalaman muka 10 5 10 5 15 25 15 25 5 35 35 25 15 5 5 airtah Recharge 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 Media akuifer 21 21 24 24 24 24 21 21 21 21 24 24 24 24 24 Tah penutup 12 12 18 18 18 18 12 12 12 12 16 16 16 16 16 Topografi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 Media zo tak 10 10 20 20 20 20 10 10 10 10 15 15 15 15 15 jenuh Konduktivitas 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 hidraulik Total 73 68 92 87 97 107 78 88 68 98 110 100 90 80 84 82

4.2.8 Penentuan Kelas Berdasarkan pembagian interval dalam metoda DRASTIC maka daerah penelitian termasuk ke dalam daerah yang kurang berpotensi dan cukup berpotensi dengan interval sebagai berikut: 108 148 cukup berpotensi 67 107 kurang berpotensi Tabel 4.9 Kelompok Potensi Imbuhan Airtah Bebas di Daerah Penelitian dengan Metode DRASTIC Interval Kelompok Luas Daerah (km 2 ) 108-148 Cukup berpotensi 0.82 67-107 Kurang berpotensi 6.98 83