BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk itu guru harus menata kegiatan. sesuai dengan situasi dilingkungan siswa itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan mutu pendidikannya masih rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat

BAB 1. pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari kualitas guru dalam mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak yang dilakukan pemerintah, beberapa diantaranya dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan cara yang inovatif dan kreatif dalam mengelola kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini banyak terjadi perubahan dan pembaharuan ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana guru dapat merangsang dan mengarahkan siswa dalam belajar, yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan. kurikulum yakni dari CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), KBK (Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat menghasilkan generasi generasi bangsa yang cerdas, kreatif, inovatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar siswa,

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat meningkatkan dan hasil belajar siswa. terbaik dalam menyampaikan materi pelajaran. Agar proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered karena tidak memerlukan alat

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan informal. jawab seperti pendidikan keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip sains yang hanya terdapat dalam buku pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (RPP), pengelolaan kelas maupun hasil belajar siswa di kelas. Hal ini lah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantar para siswa menuju

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, oleh sebab itu maka kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghapal materi pelajaran yang

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. mensukseskan pembangunan bangsa. Dalam rangka peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN. diharuskan memiliki profesionalisme yang tinggi dalam proses belajar- mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga formal untuk mencapai semua standar proses

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) tahun 2006 lalu, pendidik tidak bisa lagi menggunakan paradigma lama

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikanlah peserta dapat memiliki kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu bagian yang tidak dapat lepas dari kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Maju atau mundurnya suatu bangsa dilihat dari tinggi atau rendahnya mutu

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat pembangunan negara yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dari hasil belajar, guru dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi, guru selalu memiliki

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kelemahan-kelemahan yaitu: 1) Sebanyak 27 siswa (79,4%) kurang

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan dari sebuah bangsa, sehingga cepat atau. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Memberikan apersepsi dan Menanyakan kembali pengertian hidrologi.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan banyak cara untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari pesert didik, digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika di tingkat SD adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan pada jenjang sekolah harus lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang ada untuk pembentukan kepribadian yang utuh, memiliki rasa

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian guru.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan adanya motivasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, ada beberapa unsur penting

Transkripsi:

1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan melakukan perubahan kurikulum pendidikan yaitu dari Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) hingga kurikulum yang terbaru saat ini yaitu Kurikulum 2013. Namun apapun usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, jika tidak didukung pembelajaran guru semua akan sia-sia. Guru memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan siswa di sekolah. Untuk itu guru harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, agar siswa terpacu semangatnya dan pengajaran yang mereka terima dapat terserap dengan baik. Umumnya kebanyakan guru belum dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional kurang melibatkan siswa sebab guru menjadi pusat informasi sepenuhnya bagi siswa. Guru menerangkan pelajaran dengan cara berceramah di kelas, melakukan tanya jawab lalu memberikan tugas, sehingga pembelajaran hanya berlangsung satu arah yang menyebabkan rasa bosan bagi siswa. Terlebih untuk mata pelajaran Akuntansi yang cenderung dianggap sulit. Jika siswa merasa jenuh pada cara mengajar guru, tentu mereka akan bersikap acuh tak acuh pada materi yang disampaikan oleh guru. Dan tentu hal ini akan berdampak pada pemahaman dan hasil belajar yang mereka peroleh. Maka dari itu pembelajaran 1

2 Akuntansi diharapkan menggunakan model pembelajaran yang menuntut siswa berperan secara aktif, agar pada proses pembelajarannya siswa tidak merasa jenuh dan bosan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis pada tanggal 29 Januari 2014, maka diperoleh keterangan bahwa hasil belajar akuntansi siswa kelas X AK SMK Swasta Tunas Pelita Binjai Tahun Pembelajaran 2013/2014 masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai ulangan harian siswa yang menandakan kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Berikut dapat kita lihat tabel data mengenai presentasi kelulusan siswa kelas X AK SMK Swasta Tunas Pelita Binjai : Tabel 1. Presentasi Kelulusan Siswa Kelas X AK SMK Swasta Tunas Pelita Binjai No Tes KKM Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM Siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM Jumlah % Jumlah % 1. UH 1 70 15 46,88 17 53,12 2. UH 2 70 17 53,12 15 46,88 3. UH 3 70 13 40,62 19 59,38 Jumlah 45 140,62 51 159,38 Rata-rata 15 46,87 17 53,13 Sumber : Daftar hasil ulangan siswa SMK Swasta Tunas Pelita Binjai Pada data tersebut tertulis bahwa pada ulangan harian I hanya hanya 15 orang siswa yang (46,88%) yang mendapat ketuntasan belajar. Pada ulangan 2 hanya 17 siswa (53,12%) dan pada ulangan 3 hanya 13 siswa (40,62%) yang mendapat ketuntasan belajar. Jika dirata-ratakan dari ulangan I sampai 3 hanya 15 siswa (46,87%) yang mendapat ketuntasan belajar, sedangkan 17 siswa (53,13%) belum

3 tuntas dalam pembelajaran akuntansi sesuai dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan sekolah, yaitu 70. Jadi jika dilihat secara keseluruhan hasil belajar siswa SMK Swasta Tunas Pelita Binjai tergolong masih sangat rendah. Menurut pengamatan penulis, rendahnya hasil belajar akuntansi siswa, selain disebabkan oleh faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, juga disebabkan guru yang masih menggunakan metode konvensional dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar masih sepenuhnya berpusat kepada guru dan kurang melibatkan siswa. Hasilnya, aktivitas belajar siswa di kelas tersebut menjadi rendah. Dimana selama melakukan observasi penulis menemukan beberapa masalah berkaitan dengan keaktifan siswa, yaitu siswa jarang mengajukan pertanyaan ketika diminta oleh guru untuk menanyakan hal-hal yang masih belum dipahami. Selain itu siswa juga kurang aktif dalam mengerjakan soal-soal latihan selama proses pembelajaran, dan bahkan masih banyak siswa yang tidak memiliki keberanian mengerjakan soal latihan di depan kelas. Ketika penulis mencoba menanyakan kepada beberapa siswa mengenai materi yang diujikan mereka mengatakan bahwa mereka kurang mengerti bagaimana cara menyelesaikan soal-soal tersebut. Hal ini disebabkan guru hanya menggunakan metode konvensional pada proses pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh, bosan dan menjadi kurang peduli pada materi yang disampaikan oleh guru. Dan tentu saja hal ini berdampak pada hasil yang diperoleh siswa ketika diadakan ujian. Maka dari itu guru sebagai pendidik harus dapat menemukan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan ini. Diantaranya dengan memilih model pembelajaran

4 yang tepat dan kreatif untuk mengatasi kesulitan belajar. Salah satu model yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah Learning Cycle. Learning Cycle atau yang dikenal juga dengan Siklus Belajar adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), yang terdiri atas rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa mampu menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dengan berperan aktif dalam pembelajaran di dalam kelas. Adapun tahap-tahap tersebut adalah tahap pembangkitan minat, tahap eksplorasi, tahap penjelasan, tahap elaborasi dan tahap evaluasi. Penggunaan model pembelajaran ini merangsang siswa untuk berperan aktif dalam menguasai kompetensi-kompetensi-kompetensi yang harus dicapai. Model pembelajaran Learning Cycle memberikan kesempatan bagi siswa untuk membahas secara kelompok permasalahan mengenai materi yang dipelajari, kemudian menjelaskannya kepada kelompok lainnya. Dengan kata lain siswa diberi kesempatan untuk berpikir secara lebih luas dan mengembangkan kemampuannya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya serta memperdalam pemahamannya. Learning Cycle sangat sesuai untuk diterapkan dalam mata pelajaran akuntansi sebab siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi juga berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang sedang dipelajari. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul, Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle

5 Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X AK SMK Swasta Tunas Pelita Binjai. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan masalah di atas, maka timbul beberapa pertanyaan sebagai identifikasi masalah, yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana cara meningkatkan aktivitas belajar akuntansi siswa kelas X AK di SMK Swasta Tunas Pelita Binjai Tahun Pembelajaran 2013/2014? 2. Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas X AK SMK Swasta Tunas Pelita Binjai Tahun Pembelajaran 2013/2014? 3. Apakah aktivitas dan hasil belajar akuntansi meningkat jika diterapkan model pembelajaran Learning Cycle pada siswa kelas X AK SMK Swasta Tunas Pelita Binjai Tahun Pembelajaran 2013/2014? 4. Apakah ada perbedaan hasil belajar akuntansi siswa antara siklus I dengan siklus II? 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah aktivitas belajar akuntansi meningkat jika diterapkan model pembelajaran Learning Cycle pada siswa kelas X AK SMK Swasta Tunas Pelita Binjai Tahun Pembelajaran 2013/2014?

6 2. Apakah hasil belajar akuntansi meningkat jika diterapkan model pembelajaran Learning Cycle pada siswa kelas X AK SMK Swasta Tunas Pelita Binjai Tahun Pembelajaran 2013/2014? 3. Apakah ada perbedaan hasil belajar akuntansi siswa antara siklus I dengan siklus II? 1.4 Pemecahan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang bahwa pada kenyataannya aktivitas dan hasil belajar siswa belum mencapai target sesuai yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar siswa, selain disebabkan oleh faktor dari dari dalam diri siswa sendiri, juga disebabkan guru yang cenderung masih menggunakan pembelajaran konvensional. Dimana pembelajaran yang bersifat konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pendekatan dalam proses belajar mengajar dikatakan efektif jika dapat menciptakan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang demikian dapat dilaksanakan dengan menekankan pada tindakan nyata dan bukan pada konsep dan teori saja, dimana pebelajar diberi kesempatan untuk berintegrasi dengan kehidupan nyata berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Untuk mengatasi hal di atas diperlukan kemampuan guru dalam memilih model pembelajaran yang menarik di dalam kelas. Dari berbagai model pembelajaran yang ada, salah satunya yang dapat digunakan oleh guru adalah Learning Cycle. Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran berpusat pada

7 siswa yang terdiri atas 5 fase, diantaranya pembangkitan minat, eksplorasi, penjelasan, elaborasi dan evaluasi. Penerapan pembelajaran Learning Cycle dimulai dari guru berusaha membangkitkan minat belajar siswa dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Kemudian siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diberi kesempatan bekerjasama tanpa pembelajaran langsung dari guru. Setelah diskusi selesai, guru meminta siswa untuk menjelaskan konsep mengenai materi sesuai dengan kalimat mereka. Kemudian guru kembali mendorong siswa untuk menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan seperti praktikum lanjutan. Kegiatan belajar ditutup dengan guru melakukan evaluasi guna mengetahui pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari. Model pembelajaran Learning Cycle akan membentuk siswa untuk andal dalam bertanya dan menjelaskan dan akan meningkatkan aktivitas siswa yang berdampak meningkatkan daya serap siswa karena materi yang dipelajari dibahas secara kelompok tanpa bimbingan secara langsung dari guru. Dengan demikian siswa akan merasa tertantang untuk menyelesaikan permasalahan mengenai materi tersebut sehingga diharapkan situasi pembelajaran yang awalnya pasif dan terkesan membosankan berubah menjadi aktif, menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas maka pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle diharapkan dapat

8 meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa kelas X AK SMK Swasta Tunas Pelita Binjai Tahun Pembelajaran 2013/2014 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar akuntansi jika diterapkan model pembelajaran Learning Cycle pada siswa kelas X AK SMK Swasta Tunas Pelita Binjai Tahun Pembelajaran 2013/2014. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar akuntansi siswa jika diterapkan model pembelajaran Learning Cycle pada siswa kelas X AK SMK Swasta Tunas Pelita Binjai Tahun Pembelajaran 2013/2014. 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar akuntansi siswa antara siklus I dengan siklus II. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi penulis sebagai calon guru mengenai model pembelajaran Learning Cycle dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi guru bidang studi untuk memilih alternatif model pembelajaran. 3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian ini.