DEFINISI DAN TUJUAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

Pemutusan Hubungan Kerja

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

MOGOK KERJA DAN LOCK-OUT

Pasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN

* Sebagai suatu hak dasar, ada ketentuanketentuan yang harus ditaati dalam melakukan mogok kerja. (Pasal 139 dan Pasal 140 UUK)

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

Hubungan Industrial. Pemogokan dan Penutupan Perusahaan serta Tindakan Pengusaha dan Pekerja dalam Upaya Pencegahannya. Rizky Dwi Pradana, M.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702]

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perselisihan dan Pemutusan. hubungan kerja. berhak memutuskannya dengan pemberitahuan pemutusan BAB 4

Jam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH NO. 01 TH 1985

Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3702)

BAB I KETENTUAN U M U M

NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN

IMPLEMENTASI PRAKTEK PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJADI INDONESIA

FAQ HAK BURUH MELAKUKAN AKSI DEMONSTRASI 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/85 TENTANG PELAKSANAAN TATA CARA PEMBUATAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB) MENTERI TENAGA KERJA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1969 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK MENGENAI TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

c. bahwa unluk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

Hukum Ketenagakerjaan

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dr. Alimatus Sahrah, M.Si, MM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG

FAQ HAK PEKERJA MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA 1

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tata Cara Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja/PHK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pengamatan dan analisis mengenai Sistem Pemutusan

Undang-undang No 13 tahun 2003 POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI

Kajian Teoritik Hukum dan HAM tentang Surat Edaran Kabaharkam Nomor B/194/I/2013/Baharkam, yang Melarang Satpam Berserikat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) JENIS-JENIS PHK

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 110 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

SURAT PERJANJIAN KERJA

Meminimalkan Konflik dalam PHK

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO

PHK BOY BUCHORI ALKHOMENI HASIBUAN DITINJAU MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN. Direktorat Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

STIE DEWANTARA Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis

PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

TENTANG DI KOTA CIMAHI. Ketenagakerjaan. Kerja Asing;

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia;

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

MAKALAH HUKUM KETENAGAKERJAAN KETIDAKSUAIAN PENGUPAHAN KERJA LEMBUR

MOGOK KERJA SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN HAK BURUH

STANDARISASI PEMUTUSAN

Pada dasarnya, tujuan utama hukum ketenagakerjaan MAKNA PHK BAGI PEKERJA

Tujuan UUK adalah kesejahteraan tenaga kerja: Memperoleh, meningkatkan, mengembangkan kompetensi kerja.

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja

CD Data Himpunan Peraturan Perburuhan / Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor Tahun Tentang Undang-Undang

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum tentang Hukum Ketenagakerjaan. Menurut Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) Tentang

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

Transkripsi:

HUBUNGAN INDUSTRIAL

DEFINISI DAN TUJUAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Hubungan industrial diartikan sebagai hubungan antara semua pihak yang terkait dalam proses produksi suatu barang/jasa di suatu organisasi/perusahaan.

Tujuan yang ingin dicapai dari hubungan industrial adalah terciptanya suatu kondisi industrial peace atau kondisi kesejahteraan bersama antara pekerja dan pengusaha.

INTI HUBUNGAN INDUSTRIAL Hubungan industrial berintikan kejelasan antara hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja atau serikat kerja yang dituangkan dalam peraturan legal pemerintah yaitu Undang-undang dan peraturan lainnya, juga dituangkan dalam aturan-aturan yang bersifat internal perusahaan seperti perjanjian kerja, peraturan perusahaan (PP), dan perjanjian kerja bersama (PKB).

NORMA-NORMA DALAM HUBUNGAN INDUSTRIAL Terdapat 2 norma utama dalam hubungan industrial yaitu: Makro minimal. Berarti bahwa aturan yang bersifat umum dan mengikat bagi seluruh perusahaan oleh sebab itu disebut makro. Aturan yang lebih rinci yang dibuat oleh perusahaan harus mengikuti aturan yang ada di dalam regulasi ini dan tidak boleh lebih buruk oleh sebab itu disebut minimal. Makro minimal sering disebut sebagai regulasi ketenagakerjaan.

Aturan-aturan makro minimal atau regulasi ketenagakerjaan terdiri dari:. Segala bentuk Undang-undang. Ratifikasi. Peraturan pemerintah. Keputusan presiden. Keputusan menteri, atau surat edaran menteri

Di indonesia, aturan makro minimal yang berlaku saat ini adalah:. UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan. UU No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. UU No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja. UU No. 3 tahun 1992 tentang Jamsostek

. Ratifikasi atas konvensi ILO No. 29 tahun 1930 tentang kerja paksa atau kerja wajib yang diratifikasi dalam N.S. No. 26 tahun 1933 jo.s. No. 236.. Ratifikasi atas konvensi ILO No. 87 tahun 1948 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi yang diratifikasi dalam keputusan Presiden No. 18 tahun 1998.. Ratifikasi atas konvensi ILO No. 98 tahun 1949 tentang penerapan azas-azas hak untuk berorganisasi dan berunding bersama yang diratifikasi dalam undang-undang NO. 18 tahun 1956.

. Ratifikasi atas konvensi ILO No. 100 tahun 1951 tentang pengupahan yang sama bagi pekerja laki-laki dan pekerja perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya yang diratifikasi dalam Undangundang No. 80 tahun 1957.. Ratifikasi atas konvensi ILO No. 105 tahun 1967 tentang penghapusan kerja paksa yang diratifikasi dalam Undangundang No. 19 tahun 1999.. Ratifikasi atas konvensi ILO No. 111 tahun 1968 tentang diskriminasi pekerjaan dan jabatan yang diratifikasi dalam Undangundang No. 21 tahun 1999

. Ratifikasi atas konevensi ILO No. 138 tahun 1973 tentang usia minimum untuk dibolehkan bekerja yang diratifikasi dalam Undang-undang No. 20 tahun 1999.

Makro kondisional Berarti bahwa aturan bersifat rinci di tiap-tiap perusahaan oleh sebab itu disebut mikro. Aturannya disesuaikan dengan kondisi masing-masing perusahaan asalkan tidak lebih buruk dari aturan-aturan makro minimal, oleh sebab itu disebut kondisional. Aturan mikro sering disebut sebagai persyaratan kerja.

Aturan-aturan makro kondisional terdiri dari:. Perjanjian kerja. Peraturan perusahaan. Perjanjian kerja bersama

PIHAK-PIHAK DALAM HUBUNGAN INDUSTRIAL Setiap perusahaan yang memperkerjakan minimal 50 pekerja wajib memiliki lembaga kerjasama bipartit yang anggotanya ditunjuk secara demoratis dari perwakilan pekerja dan pengusaha.

Jumlah anggota LKS Tripartit Nasional adalah 24 orang dengan komposisi 2 : 1 : 1 yaitu perwakilan pemerintah : perwakilan pengusaha : perwakilan pekerja. LKS Tripartit bertanggung jawab kepada presiden. Masa jabatan LKS Tripartit Nasional adalah 3 tahun dan hanya boleh menduduki jabatan selama dua periode saja (6 tahun).

Di Indonesia, perwakilan organisasi pengusaha terdiri dari dua organisasi yaitu:. KADIN (Kamar Dagang dan Industri). Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia)

Perwakilan pekerja diwakili oleh tiga konfederasi serikat kerja, yaitu:. Konferensi Serikat Kerja Seluruh Indonesia (SPSI). Konferensi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI). Konferensi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)

SUPLEMEN: RINGKASAN UNDANG-UNDANG No. 13 tahun 2003 tentang KETENAGAKERJAAN NO PASAL ISI SANKSI 1 42 ayat 1 Tenaga Kerja Asing wajib memiliki izin tertulis dari menteri /pejabat. 42 ayat 2 Pemberi Kerja perorangan dilarang mempekerjakan orang asing -Pidana Penjara 1 4 Tahun - Denda 100 400 juta -Pidana Penjara 1-4 Tahun - Denda 100 400 juta 2 45 ayat 1 Menunjuk pendamping tenaga kerja asing -Kurungan 1 12 bulan - Denda 10 100 juta 3 66 ayat 1 Out Sourcing hanya untuk kegiatan jasa penunjang yang tidak berhubungan dengan proses produksi pekerjaan pokok 4 68 Pengusaha dilarang mempekerjakan Anak -Pidana Penjara 1 4 Tahun -Denda 10-100 juta -

69 ayat 2 Anak berumur 13 15 tahun dapat dipekerjakan untuk kerja ringan dengan persyaratan-persyaratan. 74 Dilarang mempekerjakan anak pada pekerjaan yang terburuk 5 76 -Wanita umurnya kurang dari 18 tahun dan wanita hamil (menurut dokter berbahaya kerja malam) dilarang kerja pada jam : 23.00 s/d 07.00 - Wanita yang bekerja 23.00 s/d 07.00 wajib disediakan angkutan antar Jemput 6 78 ayat 1 Lembur harus dengan persetujuan karyawan dan paling banyak 3 jam /hari dan 14 jam/minggu -Pidana Penjara 1 4 tahun - Denda 100 400 juta -Pidana Penjara 2 5 tahun - Denda 200 500 Juta -Kurungan 1 12 bulan - Denda 10 100 juta - Denda 5 50 juta 78 ayat 2 Pengusaha wajib membayar lembur -Kurungan 1 12 bulan - Denda 10 100 Juta 7 79 Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja -Istirahat antara jam kerja -Istirahat mingguan 1 hari setiap 1 minggu -Kurungan 1 12 bulan - denda 10 100 Juta

8 90 ayat 1 Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari UMR/UMK 9 92 Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan dan kompetensi, dimana ketentuan ini akan diatur lebih lanjut oleh KepMen 10 93 ayat 2 Azas no work no pay, kecuali hal-hal yang sudah diatur oleh UU, KKB, dan PP 11 96 Tuntutan pembayaran upah dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluarsa setelah mencapai 2 tahun 12 102 ayat 2 Pekerja /Serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjagaketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokrasi, mengmbangkan ketrampilan dan keahliannya serta ikut mewujudkan tujuan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya -Pidana 1 4 tahun - denda 100 400 juta - -Pidana Penjara 1 4 tahun - denda 100 400 juta - -

103 ayat 3 Pengusaha mempunyai fungsi menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha memperluas lapangan kerja, dan memberi kesejahteraan secara terbuka, demokrasi dan keadilan. 13 106 Perusahaan yang mempekerjakan 50 orang wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit 14 108 ayat 1 dan 114 Pengusaha wajib membuat peraturan perusahaan (lebih dari 10 orang) dan menjelaskan pada karyawan 15 118 KKB hanya dapat dibuat 1 (satu) buah yang berlaku bagi seluruh karyawan 16 136 Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Wajib dilakukan secara musyawarah untuk mufakat: apabila tidak tercapai harus melalui prosedur yang diatur oleh UU 17 137 Mogok Kerja sebagai hak dasar, dapat dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan 18 138 ayat 1 Pekerja /Serikat Pekerja boleh mengajakl ekerja lain untuk mogok asal tidak melanggar hukum - - Sanksi Administrasi - Denda 5 50 juta -Pidana Penjara 1 4 tahun - denda 100-400 juta - Pidana Penjara 1-4 tahun - Denda 100-400 juta

19 139 Mogok pada perusahaan yang melayani kepentingan umum atau kegiatannya membahayakan keselamatan jiwa manusia diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu dan membahayakan orang 20 140 Tata cara mogok -7 hari sebelumnya memberitahu secara tertulis kepada perusahaan dan instansi yang berwenang - membuat waktu, tempat, alasan-alasan mogok - ditandatangani oleh katua & sekretaris 21 141 Dalam waktu sebelum atau pada saat mogok, instansi menyelesaikan masalah -Jika selesai : dibuat kesepakatan - jika tidak selesai diserahkan kepada lembaga penyelesaian perselisihan/ pengadilan perselisihan hubungan industrial dan mogok dapat diteruskan, dihentikan sementara atau dihantikan sama sekali 22 142 Mogok yang tidak memenuhi ketentuan pasal 139 & 140 adalah mogok tidak sah, dimana akibat hukumnya akan diatur dengan KepMen. -Pidana Penjara 1 4 tahun - Denda 100 400 juta - - -

23 143 ayat 1 Siapapun tidak dapat menghalang-halangi pekerja /Serikat Pekerja untuk menggunakan hak mogok kerja yang dilakukan secara sah, tertib, damai 143 ayat 2 Dilarang dilakukan penangkapan dan atau penahanan selama pekerja melakukan mogok kerja secara sah, tertib, damai 24 144 Selama karyawan mogok secara sah, tertib dan damai dilarang mengganti pekerja dari luar 25 145 Karyawan yang melakukan mogok secara sah dalam melakukan tuntutan normatif yang sungguh-sungguh dilanggar perusahaan berhak mendapat upah 26 146 -Lock Out adalah hak dasar pengusaha untuk menolak pekerja sebagian atau seluruhnya akibat gagalnya perundingan. - perusahaan tidak dibenarkan melakukan lock out sebagai tindakan balasan sehubungan adanya tuntutan normatif dari karyawan. 27 147 Lock out dilarang dilakukan pada Rumah Sakit, PDAM, Telekomunikasi, PLN, Minyak & Gas, Kereta Api. -Pidana Penjara 1 4 tahun - denda 100 400 juta -Pidana Penjara 1-4 tahun - denda 100 400 juta -Kurungan 1 12 bulan - Denda 10 100 juta - - -

28 148 Pengusaha wajib memberitahu tentang lock out kepada karyawan dan instansi : -7 hari sebelumnya - memuat : waktu dimulai dan diakhiri penutupan dan alasan-alasan - dibuat tanda terima 29 149 Sebelum dan selama lock out, maka dinas ketenagakerjaan menyelesaikan masalah yang menyebabkan lock out dengan melakukan perundingan: Denda 5 50 Juta -Jika selesai : dibuat kesepakatan - tidak selesai : diserahkan kelembaga penyelesaian/ pengadilan perselisihan/ pengadilan. -Dapat dirunsingkan tentang lock out diteruskan, dihentikan sementara atau dihentikan sama sekali 30 151 ayat 2 PHK wajib dirundingkan antara pengusaha dengan pekerja 151 ayat 3 Bila tidak selesai dilimpahkan kepada lembaga penyelesaian /pengadilan perselisihan hubungan industrial

31 153 Pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan : sakit terus menerus <L 1 tahun, tugas negara, ibadah yang diperintahkan agamanya, menikah, hamil /melahirkan, gugur kandungan, menyusui bayinya, pertalian darah/ ikatan perkawinan, mendirikan SP/ Anggota SP/ kegiatan SP 32 156 ayat 2 Pesangon paling sedikit 1 s/d 9 bulan upah 156 ayat 3 Uang penghargaan masa kerja : 2 s/d 10 bulan upah 156 ayat 4 Uang penggantian hak : -Cuti tahunan yang belum diambil - biaya /ongkos pulang pekerja dan keluarga -Penggantian perumahan, pengobatan, perawatan : 15% dari pesaongon ditambah penghargaan masa kerja 156 ayat 5 Perubahan perhitungan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan 33 158 ayat 3 PHK karena kesalahan berat hanya dapat memperoleh uang penggantian hak (Pasal 156

34 160 ayat 1 Dalam hal pekerja ditahan pihak berwajib karena tindak pidana bukan atas pengaduan pengusaha, wajib membayar bantuan kepada keluarga yang ditanggungnya : -1 orang : 25 % upah /6 bulan - 2 orang : 35 % upah/ 6 bulan - 3 orang : 45 % uoah/6 bulan - 4 orang : 50 % upah /6 bulan 160 ayat 4 Jika setelah sidang dinyatakan tidak bersalah, maka wajib mempekerjakan kembali karyawan tersebut 160 ayat 7 Jika di PHK karena setelah 6 bulan tidak dapat bekerja atau diputus bersalah oleh pengadilan maka PHK hanya mendapat : -Pidana Penjara 1 4 tahun - denda 100 400 juta -Pidana Penjara 1 4 tahun -Denda 100 400 juta -Penghargaan masa kerja 1 (satu) kali -Uang penggantian hak 35 161 PHK dengan alasan karena mekanisme SP 1, SP 2, SP 3 maka memperoleh : -Uang Pesangon : 1 x (pasal 156 ayat 2)

36 162 Mengundurkan diri atas kemauan sendiri, hanya mendapat : -Uang penggantian hak pasal 156 ayat 4 -Uang pisah : diatur dalam KKB/Peraturan Perusahaan 37 164 ayat 1 PHK karena perusahaan tutup yang disebabkan kerugian secara terus menerus (2 thn) atau Force Majeur: -Uang pesangon : 1 x (pasal 156 ayat 2) -Uang penghargaan masa kerja : 1 x (pasal 156 ayat 3) -Uag penggantian hak : Pasal 156 ayat 4 164 ayat 3 PHK karena efisiensi : -Uang pesangon : 2 x (pasal 156 ayat 2) -Uang penghargaan masa kerja : 1 x (pasal 156 ayat 3) -Uang penggantian hak : Pasal 156 ayat 4

38 165 PHK karena Pailit : -Uang pesangon : 1 x (pasal 156 ayat 2) -Uang penghargaan masa kerja : 1 x (pasal 156 ayat 3) -Uang penggantian hak : pasal 156 ayat 4 39 166 PHK karena meninggal dunia ahli waris mendapat: -Uang pesangon : 2 x (pasal 156 ayat 2) -uang penghargaan masa kerja : 1 x (pasal 156 ayat 3) -Uang penggantian hak : pasal 156 ayat 4 40 167 ayat 1 PHK karena pensiun, apbila iuran pensiun dibayar penuh oleh perusahaan maka: -Uang pesangon : tidak ada -Uang penghargaan masa kerja : tidak ada -Uang penggantian hak : sesuai dengan pasal 156 ayat 4

167 ayat 2 Jika uang pensiun lebih kecil dari perhitungan : (2 x Uang pesangon) + (1 x Uang penghargaan) + Uang penggantian hak, maka selisihnya dibayar perusahaan 167 ayat 3 Jika iuran pensiun dibayar oleh perusahaan dan pekerja maka yang diperhitungkan dengan uang pesangon adalah uang iuran yang dibayar perusahaan. 167 ayat 4 Pasal 167 ayat 1,2, dan 3 dapat diatur lain dalam KKB 167 ayat 5 PHK karena pensiun, namun tidak diikutsertakan dalam program pensiun maka -Uang pesangon : 2 x (pasal 156 ayat 2) -Uang penghargaan masa kerja : 1 x (pasal 156 ayat 3) -Uang penggantian hak : pasal 156 ayat 4 41 168 Mangkir 5 hari berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis (bukti sah) dan telah dipanggil 2 kali secara patut dan tertulis dapat di PHK karena kualifikasi mengundurkan diri

42 169 Pekerja dapat mengajukan PHK dalam hal pengusaha melakukan: -Kesalahan berat -Tidak membayar upah tepat waktu selama 2 bulan berturut-turut. -Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja dll, dengan mendapat: -Uang pesangon : 2 x (pasal 156 ayat 2) -Uang penghargaan masa kerja : 1 x (pasal 156 ayat 3) -Uang penggantian hak : pasal 156 ayat 4 43 172 PHK karena sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui 12 bulan -Uang pesangon : 2 x (pasal 156 ayat 2) -Uang penghargaan masa kerja : 2 x (pasal 156 ayat 3) -Uang penggantian hak : pasal 156 ayat 4

KASUS: DEMO BURUH DI SIDORAJO BERAKHIR RICUH Aksi lanjutan unjuk rasa sekita 200 buruh pabrik pengepakan udang PT Central Windu Sejati di kawasan industri Berbek, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (27/1), berakhir ricuh. Demonstrasi awalnya tertib. Di bawah pengamanan polisi, demonstran menyampaikan tuntutan agar perusahaan menghapus sistem kerja kontrak, pembayaran uang lembur, serta uang Jaminan Sosial Tenaga Kerja atau Jamsostek.

Setelah blokade buruh dibubarkan, akhirnya para buruh yang tetap ingin bekerja bisa masuk ke pabrik dengan kawalan polisi. Meski sebagian rekan ditangkap, buruh yang tidak puas berencana tetap berunjuk rasa hingga dikabulkan. Mereka memberi batas waktu 30 Januari mendatang Berdasarkan artikel di atas, apa yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk menangani masalah demo buruh ini? Hal-hal apa pula yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk membina hubungan industrial yang harmonis antara pekerj dengan manajemen perusahaan?

STIE INDRAGIRI MANAJEMEN RESIKO Terima kasih