POTENSI PREDATOR FAMILI : COCCINELLIDAE UNTUK MENGENDALIKAN HAMA TANAMAN CABAI MERAH Thrips parvispinus Oleh Pasetriyani Eddy Tarman Abstrak Salah satu hama pada pertanaman cabai merah yang dapat menurunkan hasil panen adalah Thrips parvispinus. Hama ini menyerang daun muda, mengisap cairan sel tanaman sehingga mengakibatkan noda keperakan akhirnya coklat dan menjadi kering. Salah satu cara pengendalian yang ramah lingkungan adalah menggunakan predator (musuh alami). Pada pertanaman cabai banyak ditemukan predator yaitu dari family Coccinelidae, seperti Coccinella transversalis dan Menochilus sexmaculatus. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan daya pemangsaan predator Coccinellidae yang efektif terhadap Thrips parvispinus dengan menggunakan metode percobaan dan Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan nya adalah : Imago C.transversalis + 30 nympha Thrips, larva C.transversalis+30 nympha Thrips, imago M.sexmaculatus+30 nympha Thrips, larva M.sexmaculatus+ 30 nympha Thrips, kontrol, semua perlakuan diulang lima kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa predator C.transversalis baik stadia imago dan larva lebih banyak memangsa hama Thrips dibandingkan dengan predator M. sexmaculatus Abstract One of the pests which is potential in reducing red pepper production is Thrips parvispinus. The pest sucks dry the cellular liquid of the plant s young leaves. It leaves silvery spots that will change color to brown. One of the eco-friendly methods to manage this pest is by taking advantage of its natural predator. The natural predator or enemy, commonly found on red pepper gardens, comes from the family Coccinelidae, such as Coccinella transversalis and Menochilus sexmaculatus. This experiment is aiming to determine the effective predatory ability of Coccinellidae for controlling Thrips parvispinus. This experiment applied experimental methods and Completely Randomized Design. The treatments were: i) C. tranversalis imago + 30 Thrips nymphae; ii) C. tranversalis larva + 30 Thrips nymphae; iii) M. sexmaculatus imago + 30 Thrips nymphae; iv) M. sexmaculatus larva + 30 Thrips nymphae; v) control, and all treatments were repeated for five times. The experiment showed that the predator C. transversalis in its imago and larva period preyed more Thrips than M. sexmaculatus. Pendahuluan 1. Latar Belakang Salah satu kendala yang dihadapi pada pertanaman cabai adalah serangan hama yang dapat menurunkan hasil panen. Menurut Tonny dan Prabaningrum (1996), serangan hama pengisap Thrips 1
parvispinus, Myzus persicae dan Polyphagotarsonemus latus dapat menurunkan hasil panen sebanyak 40% - 80%. T. parvispinus adalah hama yang bersifat poliphag dapat menyerang tanaman tembakau, kopi, ubi jalar, kacang-kacangan. Hama ini berukuran sangat kecil dan lembut, mempunyai sayap yang berumbai, siklus hidupnya 3 5 minggu. Warna nympha kuning setelah menjadi dewasa berwarna coklat berkepala hitam. Gejala serangan T. parvispinus baik dalam bentuk nympha maupun dewasa pada tanaman cabai adalah menghisap cairan daun muda sehingga muncul bercak keperakan yang tidak beraturan kemudian daun menjadi keriting keatas (Setiawati, 2003). Thrips juga merupakan perantara (vektor) yang baik berbagai penyakit virus. Usaha pengendalian hama tanaman sampai saat ini masih menggunakan insektisida kimia. Penggunaan insektisida selain harganya mahal juga dapat menimbulkan dampak negatif antara lain : menimbulkan resistensi, resurgensi, terbunuhnya musuh alami dan pencemaran lingkungan. Salah satu alternatif pengendalian yang ramah lingkungan adalah pengendalian biologis dengan menggunakan musuh-musuh alami seperti parasit dan predator. Di alam, musuh alami hama Thrips yang potensial antara lain adalah kumbang Coccinellidae. Menurut Pracaya (2011), kumbang Coccinella transversalis dan Menochilus sexmaculatus merupakan predator yang sangat rakus memangsa nympha dan imago Thrips, Aphis, Myzus persicae, dan Bemisia tabaci. 2. Identifikasi Masalah Sampai saat ini belum diketahui bagaimana potensi Coccinella transversalis dan Menochilus sexmaculatus sebagai predator baik dalam stadia larva ataupun imago terhadap hama Thrips. 3. Maksud dan Tujuan 2
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui potensi kumbang C. transversalis dan M.sexmaculatus sebagai predator hama Thrips. Tujuan percobaan ini adalah mendapatkan daya pemangsaaan predator kumbang yang efektif terhadap hama thrip. 4. Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dalam pengendalian biologis terhadap hama Thrips pada tanaman cabai. Tinjauan Pustaka Salah satu strategi di dalam pengendalian hama terpadu adalah pemanfaatan musuh-musuh alami seperti parasit, predator, dan patogen dan disebut juga pengendalian hayati (Natawigena, 1992). Keuntungan menggunakan musuh alami khususnya parasit dan predator adalah kerjanya secara aktif mencari mangsa, selalu tersedia di alam, berkembang biak dan memencar di alam dengan sendirinya, tidak menyebabkan mangsa menjadi resisten (Untung, 1993). Hasil survey yang dilakukan Adiarto (2003) pada pertanaman cabai merah dan terung ditemukan golongan predator hama T. parvispinus yaitu kumbang dari family Coccinelidae yaitu C. transversalis dan M.sexmaculatus. Kedua predator tersebut sangat potensial memangsa hama Thrips pada tanaman cabai. Menurut Pracaya (2011) kumbang lainnya yang merupakan predator wereng coklat dan aphids yaitu C. Arcuata, kumbang Scymnus apiciflavus merupakan predator pada kutu dompolan putih pada tanaman jeruk, kumbang S. Severini predator kutu sisik pada tanaman kelapa, dan Chilocorus melanophthalmus predator kutu hijau pada tanaman jeruk. Pracaya (2011) menyebutkan bentuk kumbang Coccinellidae setengah bola atau cembung, warna badannya ada yang merah, kuning, coklat, kelabu, ada yang mengkilat dan ada yang redup, biasanya berbecak-becak. Kumbang Coccinelidae mempunyai tipe mulut menggigit dan mengunyah, 3
bermetamorfosis sempurna. Kemampuan memangsa berkisar 100-250 nympha Thrips per hari pada areal pertanaman. Di alam, telur diletakkan pada kerumunan inangnya ( Thrips). Setelah telur menetas menjadi larva, beberapa jam kemudian larva mulai memangsa inangnya. Kadang-kadang larva juga memakan telur inangnya. Larva yang aktif memangsa adalah larva instar 2 3 hal ini disebabkan gizi yang banyak dibutuhkan untuk penyimpanan lemak didalam tubuhnya. Sedangkan instar 4 aktifitas larva mulai berkurang karena akan memasuki prapupa. Bentuk imago dari kumbang Coccinelidae berbeda, kumbang betina lebih besar dari kumbang jantan. Menurut Amir (2002), warna kumbang C. transversalis kuning kemerah-merahan sedangkan M. sexmaculatus merah coklat muda. Bentuk badan M. sexmaculatus lebih kecil dari C. transversalis. Panjang kumbang M, sexmaculatus 5-6 mm sedangkan C. transversalis 6-7 mm. Siklus hidup antara 60-65 hari. Kumbang ini lebih memilih inangnya dalam bentuk stadia nympha dibandingkan dengan bentuk imago karena bentuk imagonya merupakan stadia yang aktif sehingga sulit ditangkap (Kalshoven, 1981). Hama Thrips parvispinus adalah hama yang sangat kecil ukuran tubuhnya 1 2 mm memiliki dua pasang sayap berumbai, bermetamorfosis tidak sempurna. Thrips muda atau nympha belum dapat terbang tetapi sudah dapat merusak tanaman. Baik nympha maupun imago mempunyai alat mulut menusuk mengisap cairan daun tanaman sehingga pada daun terdapat bercak-bercak putih, kemudian berubah menjadi coklat dan akhirnya mengering (Natawigena, 1992) Kemampuan memangsa predator terhadap Thrips baik dalam bentuk nympha atau imago pada umumnya sebanding dengan ukuran tubuh atau umur predator tersebut. Makin besar tubuh predator makin banyak mangsa yang diperlukan. Jadi diduga kumbang C. transversalis dalam bentuk imago lebih rakus dan lebih banyak memangsa hama Thrips dibandingkan dengan M. sexmaculatus. Bahan dan Metode 1.Waktu dan Tempat Penelitian 4
Percobaan dilaksanakan bulan januari 2011 sampai dengan Februari 2011 di laboratorium Hama Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang dengan ketinggian 1250 m di atas permukaan laut. 2. Metode Penelitian Metode penelitian adalah percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, menggunakan 5 perlakuan dan 5 ulangan sebagai berikut : A = Imago M. sexmaculatus + 30 nympha T. parvispinus B = Larva M. sexmaculatus + 30 nympha T. parvispinus C = Imago C. transversalis + 30 nympha T. parvispinus D = Larva C. transversalis + 30 nympha T. parvispinus F = Kontrol ( 30 nympha T. parvispinus tanpa pemangsa) Duncan. Selanjutnya untuk mengetahui beda harga rata-rata antar perlakuan digunakan uji jarak berganda 3. Pelaksanaan Percobaan 1) Penyediaan Hama Thrips dan predator kumbang Coccinelidae Nympha Thrips diambil dari tanaman cabai di lapangan dengan menggunakan alat Aspirator dibawa ke laboratorium untuk diperbanyak sampai jumlah koloni nympha yang diperlukan. Kumbang predator Coccinelidae diambil dari tanaman jagung, padi, cabai dan kacang di lapangan kemudian disimpan di laboratorium untuk diperbanyak sampai jumlah kumbang yang diperlukan. 2) Tahap-tahap Penelitian Percobaan ini menggunakan tabung kaca berukuran panjang 20 cm dan diameter 2,5 cm. Didalam tabung kaca diberi media dari kertas atau daun cabai yang sudah dipotong kecil-kecil dan bagian pangkal daunnya dicelupkan ke air supaya tetap segar. Sebanyak 30 nympha Thrips dimasukkan kedalam tabung. 5
Selanjutnya dilakukan investasi kumbang predator Coccinelidae sesuai dengan perlakuannya masingmasing satu larva atau satu imago per tabung dan kemudian tabung kaca ditutup rapat-rapat. Sebelum diinvestasikan kumbang Coccinelidae baik stadia larva maupun imago dipuasakan dahulu selama 24jam 3) Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 1, 3, 5 dan 24 jam setelah kumbang Coccinelidae diinvestasikan dengan menghitung jumlah hama Thrips yang dimangsa. Hasil dan Pembahasan Daya pemangsaan kumbang predator M. sexmaculatus dan C. transversalis terhadap hama Thrips dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Daya Pemangsaan M. sexmaculatus dan C.transversalis terhadap hama Thrips Perlakuan Thrips sp yang dimangsa 1 Jam 3 Jam 5 Jam 24 Jam Jumlah Rata2 Jumlah Rata2 Jumlah Rata2 Jumlah Rata2 Imago M. sexmaculatus 1 1 b 1-2 1,6 b 5-8 7 a 7-16 10,8 a Larva M. sexmaculatus 0 0 b 1 1 b 4-6 4,5 b 6-11 8,2 b Imago C.transversalis 1-3 1,8 ab 3-5 3,4 a 6-8 7 a 11-12 11,3 a Larva C.transversalis 1-4 2,6 a 4-5 4,2 a 7-9 8 a 10-13 11,4 a Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 Keterangan: angka rata-rata tiap lajur yang diberi tanda huruf tidak sama, berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan Pada Taraf 5 % Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa pemangsaan oleh kumbang predator mulai tampak pada 3 jam setelah investasi ( pelepasan). Kumbang dengan cepat memangsa nympha Thrips karena nympha tersebut belum bersayap dan masih bergerombol. Dari hasil pengujian secara statistik pada 3 jam dan 5 jam setelah investasi kumbang predator, terlihat bahwa daya pemangsaan kumbang C. transversalis baik dalam stadia larva dan imago lebih besar dan berbeda nyata dengan daya pemangsaan oleh M. 6
sexmaculatus. Tetapi pada 24 jam setelah investasi daya pemangsaan kedua kumbang predator tersebut tidak berbeda nyata. Terjadinya kisaran daya pemangsaan tersebut diduga karena perbedaan jenis kelamin pada imago dan perbedaan instar larva kumbang predator yang digunakan. Pada umumnya imago kumbang betina lebih besar daya pemangsaannya dibandingkan dengan imago jantan, karena imago betina memerlukan protein lebih banyak untuk persiapan peneluran. Sedangkan terjadinya perbedaan daya pemangsaan pada larva tergantung pada instar larva yang digunakan. Daya pemangsaan pada fase instar pertama sampai instar empat pada umumnya merupakan kurva parabola. Pada fase instar awal kemampuan memangsa sedikit karena larva ini baru keluar dari telur dan biasanya masih lemah, kemudian meningkat pada instar 2 dan 3 karena larva mulai aktif memencar dan mencari makan, sampai memasuki instar 4 larva mulai malas bergerak karena akan memasuki fase pupa sehingga daya pemangsaan menurun (Adiarto, 2003). Secara keseluruhan dari Tabel 1. tampak dari awal sampai akhir pengamatan, adanya indikasi bahwa C. transversalis mempunyai kemampuan memangsa Thrips lebih banyak dibandingkan dengan M. sexmaculatus. Hal ini disebabkan postur tubuh kumbang C. trasversalis lebih besar daripada M. sexmaculatus ( Amir, 2002). Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil percobaan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Penggunaan predator kumbang Coccinella transversalis baik dalam stadia larva dan imago lebih besar daya pemangsaannya terhadap hama Thrips parvispinus bila dibandingkan dengan kumbang Menochilus sexmaculatus baik dalan stadia larva maupun imago. Saran 7
Untuk lebih meyakinkan daya pemangsaan predator kedua kumbang ini, sebaiknya menggunakan instar larva dan kumbang yang sama. Daftar Pustaka Adiarto, B.K. 2003. Eksplorasi, Identifikasi dan Evaluasi Potensi Musuh-Musuh Alami Thrips. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Amir, M. 2002. Kumbang Lembing pemangsa Coccinelidae di Indonesia. Biologi LIPI Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia Revised by P.A.Van der Larn. PT. Ichti ar Baru-Van Hoeve Jakarta Natawigena, H. 1992. Entomologi Pertanian. PT Orba Sakti Bandung Pracaya. 2011. Hama & Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. Setiawati, W. 2003. Pengendalian Kutu Kebul Pada Tanaman Cabai. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang Tonny, K.M. dan Prabaningrum. 1996. Hama-Hama Tanaman Cabai Merah dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang Untung, K. 1993. Konsep Pengendalian Hama terpadu. Gajahmada University Press. Yogjakarta Riwayat Penulis Ir. Pasetriyani ET., MP., adalah Dosen Kopertis Wilayah IV dpk di Fakultas Pertanian, Universitas Bandung Raya 8