BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

KETAHANAN ALAMI KAYU MERANTI MERAH (Shorea sp.) DARI HUTAN ALAM DAN HUTAN TANAMAN TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1 cm SNI JIS. 1 cm. Gambar 4 Miselium yang menempel pada kayu contoh uji sengon longitudinal.

V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA

BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI ASAP CAIR DARI KAYU LABAN

SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fakultas Pertanian, Universitas Darussalam Ambon. Corresponding author: (Tekat D Cahyono)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

Oleh/By : Mody Lempang dan Muhammad Asdar ABSTRACT. The main cause of building destroy is termite attacktion. Economic lossing

Mulai. Merancang bentuk alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. Merangkai alat. Pengelasan. Dihaluskan permukaan yang kasar.

SERANGAN RAYAP COPTOTERMES

Pengawetan Kayu Pulai (Alstonia scholaris L.) Dengan Asap Cair Ampas Tebu Terhadap Serangan Hama Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren.

BIOAKTIVITAS ASAP CAIR KULIT BUAH DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PAPAN PARTIKEL

Macam Kayu Menurut Susunannya. Pengetahuan Bahan

EFEKTIFITAS BAHAN PENGAWET DARI ASAP CAIR TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEAWETAN ALAMI KAYU ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) PADA UMUR YANG BERBEDA DARI HUTAN TANAMAN DI KALIMANTAN SELATAN ADE ZUMARLIN

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Kematian Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEAWETAN ALAMI KAYU MERANTI MERAH

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

Lampiran 1. Bagan Lahan Penelitian. Ulangan I. a V1P2 V3P1 V2P3. Ulangan II. Ulangan III. Keterangan: a = jarak antar ulangan 50 cm.

Lampiran 1. Bagan Penelitian. Letak tanaman dalam plot. Universitas Sumatera Utara P3M2. P0M2 1,5 m P2M0 P0M3 P1M1 P2M2 P0M3. 1,5 m P3M1 P0M1 P2M0

AKTIVITAS ANTI RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) TIGA FRAKSI EKSTRAK KAYU PELANJAU (Pentaspadon Motleyi Hook.f)

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2

BAB III BAHAN DAN METODE

BEBERAPA SIFAT FISIK GUBAL ANGSANA

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

KEAWETAN ALAMI KAYU TUMIH (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) DARI SERANGAN RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG

KEAWETAN ALAMI BERDASARKAN UJI LABORATORIUM PADA KAYU AKASIA (Acacia mangium Willd.) UMUR 5, 6, DAN 7 TAHUN M. AKHYAR AZID

Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

SIFAT ANTIRAYAP EKSTRAK KULIT BIJI SAGA (Adenanthera pavonina Linn) Antitermites Properties Of Extract Shell Seed Saga (Adenanthera pavonina Linn)

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

MEMAHAMI ANTIKLINAL DAN PERIKLINAL DALAM PROSES PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU MUHDI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kriteria yaitu warna, kenampakan, tekstur, rasa, dan aroma. Adapun hasil

KEAWETAN ALAMI BEBERAPA JENIS KAYU INDONESIA KURANG DIKENAL DARI KAMPUS IPB DRAMAGA TERHADAP SERANGAN RAYAP ANDI ZAIM PRANATA

BAB IV HASIL PENELITIAN. ketebalan (dengan satuan mm). Tingkat ketebalan adalah ukuran dari tinggi zona

MAKALAH. Budidaya Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr.) sebuah alternatif dalam upaya peningkatan. pendapatan masyarakat. Oleh:

Lampiran 2.Rataan persentasi perkecambahan (%)

Bagan Penelitian BI CI CII DIII

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Myrtaceae yang diketahui tumbuh pada areal dataran rendah berawa (coastal

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. umumnya disebabkan oleh beberapa hal seperti berkurangnya luas kawasan hutan

KELAS AWET JATI CEPAT TUMBUH DAN LOKAL PADA BERBAGAI UMUR POHON (Durability class of Fast Growing and Local Teak On Various Tree Ages)

Deskripsi Mentimun Hibrida Varietas MAGI F M. Bentuk penampang melintang batang : segi empat

KETAHANAN TIGA JENIS KAYU HUTAN RAKYAT TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu. Lampiran 2. Pengujian Sifat Keawetan terhadap rayap tanah (Captotermes curvignathus Holmgreen.

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

KANDUNGAN DAN KOMPONEN KIMIA KAYU MAKILA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Blok I Blok II Blok III 30 cm

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

C11. SIFAT PEREKATAN KAYU AKASIA FORMIS (Acacia auriculiformis) DARI HUTAN RAKYAT PADA VARIASI ARAH AKSIAL, RADIAL DAN UMUR

III. MATERI DAN METODE

Transkripsi:

18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat (Weight Loss) Contoh Uji Kehilangan berat (WL) merupakan salah satu respon yang diamati karena berkurangnya berat contoh uji akibat aktifitas makan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren.). Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan menggunakan metode JIS K 1571-2004 dengan masa pengumpanan selama 21 hari, diperoleh nilai rata-rata kehilangan berat kayu meranti merah dari hutan alam dan hutan tanaman yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Persentase kehilangan berat contoh uji kayu meranti merah dari hutan alam dan hutan tanaman Asal Kayu Posisi Batang Bagian Kayu WL rata-rata (%) Hutan Alam Atas Teras 2,66 Gubal 2,83 Bawah Teras 2,24 Gubal 2,76 Hutan Tanaman Atas Teras 2,72 Gubal 3,59 Bawah Teras 2,66 Gubal 3,42 Dari data tersebut, dapat terlihat perbedaan persentase kehilangan berat kayu meranti merah dari hutan alam. Kayu teras bagian atas dan bawah berturutturut sebesar 2,66% dan 2,24%, sedangkan pada kayu gubal atas dan bawah berturut-turut sebesar 2,83% dan 2,76%. Persentase kehilangan berat tertinggi baik pada kayu bagian atas maupun bagian bawah terdapat pada kayu gubal, hal ini dikarenakan kayu teras memiliki keawetan alami yang tinggi disebabkan adanya zat-zat yang bersifat toxic (racun) dalam zat ekstraktif (Pandit & Kurniawan 2008). Sedangkan persentase kehilangan berat pada posisi batang atas

19 memiliki nilai yang lebih tinggi daripada batang bawah. Brown (1952) menyatakan bahwa berat jenis kayu pada umumnya semakin menurun dari pangkal batang, pucuk dan cabang. Rayap biasanya menyerang bagian yang kurang padat, jadi bagian kayu awal dari riap tumbuh tahunan lebih disukai (Darrel 1987). Semakin kecil persentase kehilangan berat contoh uji menunjukkan bahwa semakin sedikit bagian contoh uji yang dimakan oleh rayap tanah C. curvignathus. Hal ini mungkin dapat diakibatkan oleh adanya pengaruh kandungan zat ekstraktif dengan jumlah yang sesuai dengan kondisi yang tidak disukai oleh rayap sehingga contoh uji yang dimakan oleh rayap sangat sedikit. Kehilangan berat kayu meranti merah dari hutan tanaman dengan perbedaan nilai kehilangan berat pada kayu teras bagian atas dan bawah berturutturut 2,72% dan 2,66%, serta kayu gubal bagian atas dan bawah berturut-turut 3,59% dan 3,42%. Persentase kehilangan berat tertinggi baik pada kayu bagian atas maupun bagian bawah terdapat pada kayu gubal, hal ini dikarenakan kayu teras memiliki keawetan alami yang tinggi. Sedangkan persentase kehilangan berat pada posisi batang atas memiliki nilai yang lebih tinggi daripada batang bawah. Hal tersebut juga terdapat pada hutan alam, dimana kayu teras memiliki keawetan yang lebih tinggi daripada kayu gubal. Keawetan kayu teras diperoleh dari unsur-unsur pokok zat ekstraktif yang berperan sebagai bahan-bahan pengawet alami (Darrel 1987). Nandika et al. (1996) menyatakan bahwa keawetan alami kayu ditentukan oleh jenis dan banyaknya zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap organisme perusak kayu yang jumlahnya bervariasi menurut jenis kayu, umur pohon, dan posisi dalam batang. Hal inilah yang menyebabkan keawetan alami setiap jenis kayu berbeda-beda bahkan pada jenis kayu yang sama dan pada batang kayu yang sama. Tabel 3 Perbandingan persentase kehilangan berat bagian kayu dari hutan alam dan hutan tanaman Asal Kayu Bagian Kayu WL rata-rata (%) Hutan Alam Teras 2,45 Gubal 2,80 Hutan Tanaman Teras 2,69 Gubal 3,51

20 Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat diketahui persentase kehilangan berat pada kayu hutan alam dan hutan tanaman untuk bagian kayu teras berturutturut adalah 2,45% dan 2,69%, sedangkan untuk bagian kayu gubalnya sebesar 2,80% dan 3,51%. Kayu teras hutan alam memiliki nilai kehilangan berat yang lebih kecil daripada hutan tanaman dan kayu gubal hutan alam memiliki nilai kehilangan berat yang lebih kecil daripada hutan tanaman. Jadi, dapat diketahui bahwa kayu meranti merah hutan alam memiliki keawetan alami yang lebih tinggi dibandingkan kayu meranti merah dari hutan tanaman dengan diameter batang yang sama yaitu 30 cm. Kayu meranti merah dari hutan tanaman merupakan kayu meranti cepat tumbuh dengan adanya perlakuan silvikultur yang menyebabkan pertumbuhannya bertambah dalam waktu yang lebih singkat. Sedangkan pada hutan alam, kayu tumbuh dengan alami hanya dengan dukungan faktor alam sehingga pertumbuhan lebih lama untuk mencapai diameter tertentu, namun memiliki kematangan kayu yang lebih baik dari hutan tanaman. Wistara et al. (2002) menyatakan bahwa umumnya semakin tinggi kandungan ekstraktif dalam kayu, maka keawetan alami kayu cenderung meningkat dan umur kayu memiliki hubungan yang positif dengan keawetan kayu. Pengujian secara statistik juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh asal kayu, posisi batang, bagian kayu, serta interaksi antar ketiganya terhadap kehilangan berat contoh uji. Tabel 4 Hasil analisis sidik ragam kehilangan berat contoh uji Faktor DB JK KT F Sig. Asal Kayu 1 1,357 1,357 6,611 0,021 * Posisi Batang 1 0,190 0,190 0,927 0,350 tn Bagian Kayu 1 2,014 2,014 9,812 0,006 ** Asal Kayu x Posisi Batang 1 0,024 0,024 0,118 0,736 tn Asal Kayu x Bagian Kayu 1 0,338 0,338 1,645 0,218 tn Posisi Batang x Bagian Kayu 1 0,025 0,025 0,122 0,732 tn Asal Kayu x Posisi Batang x 1 0,078 0,078 0,382 0,545 tn Bagian Kayu Error 16 3,285 0,205 Keterangan : * = nyata, ** = sangat nyata, tn = tidak nyata

21 Hasil yang diperoleh menunjukkan faktor asal kayu dan bagian kayu masing-masing memberikan pengaruh nyata dan sangat nyata terhadap kehilangan berat. Hal ini menunjukan bahwa kayu meranti merah dari hutan alam dan bagian kayu teras masing-masing memiliki keawetan alami yang tinggi dibandingkan kayu dari hutan tanaman dan bagian kayu gubal. Namun posisi kayu tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kehilangan berat contoh uji. Hal ini diduga karena posisi kayu pada pohon memiliki komposisi kimia yang tidak begitu berbeda antara batang atas dan batang bawah dengan jarak potong yang berdekatan dan pengambilan contoh secara acak pada masing-masing posisi kayu sesuai bagian kayu. Jika dilihat dari hubungan antar faktor, tidak ada interaksi yang memberikan pengaruh nyata terhadap kehilangan berat contoh uji. 4.2 Mortalitas Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) Parameter lain yang digunakan dalam pengujian tingkat keawetan kayu adalah mortalitas rayap. Persentase mortalitas rayap diperoleh dari perhitungan rayap yang mati selama masa pengujian sampel. Menurut Supriana (1983) dalam Islami (2011) perilaku makan rayap di alam berbeda dengan di laboratorium. Di alam rayap bebas untuk memilih sendiri lingkungan yang paling sesuai bagi hidupnya. Sedangkan di laboratorium, rayap akan memakan bahan (umpan) yang diberikan. Pada awalnya rayap tanah akan menyesuaikan diri dengan lingkungan pada botol uji. Kemudian akan memakan contoh uji yang diberikan. Rayap yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru umumnya mati pada awal pengujian. Bagi rayap yang lebih tahan, akan memilih untuk tidak makan, kemudian lambat laun rayap akan bertambah lemah dan mati.

22 Tabel 5 Persentase mortalitas rayap kayu meranti merah dari hutan alam dan hutan tanaman Asal Kayu Posisi Batang Bagian Kayu Mortalitas (%) Hutan Alam Atas Teras 93,56 Gubal 90,67 Bawah Teras 98,89 Gubal 89,11 Hutan Tanaman Atas Teras 91,33 Gubal 85,33 Bawah Teras 93,11 Gubal 87,56 Tabel 5 dapat menunjukkan perbedaan nilai mortalitas rayap pada masingmasing contoh uji kayu meranti merah dari hutan alam dan hutan tanaman. Pada kayu meranti merah dari hutan alam, kayu teras bagian atas dan bawah memiliki nilai mortalitas rayap berturut-turut yaitu 93,56% dan 98,89%, sedangkan kayu gubal bagian atas dan bawah masing-masing sebesar 90,67% dan 89,11%. Kayu gubal bagian atas memiliki mortalitas yang lebih tinggi daripada bagian bawah. Namun, kayu teras bagian atas pada hutan alam ini memiliki mortalitas yang lebih rendah daripada bagian bawah. Persentase nilai mortalitas rayap berbanding terbalik dengan persentase kehilangan beratnya. Semakin besar kematian rayap maka kehilangan berat contoh uji semakin kecil, atau sebaliknya. Mortalitas rayap dimungkinkan terjadi oleh senyawa bioaktif dalam zat ekstraktif yang diduga bersifat racun dan merusak sistem saraf rayap sehingga mengakibatkan sistem saraf rayap tersebut tidak berfungsi yang akhirnya dapat mematikan rayap. Namun, faktor lingkungan pada saat pengujian juga mempengaruhi besar kecilnya mortalitas rayap. Dalam penelitian ini, suhu dan kelembapan ruang selama pengujian belum dapat dikendalikan. Menurut Nandika et al. (2003), kelembaban dan suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap. Perubahan kondisi lingkungan menyebabkan perubahan perkembangan, aktivitas, dan perilaku rayap.

23 Pada contoh uji kayu meranti merah dari hutan tanaman diperoleh informasi mortalitas rayap pada kayu teras bagian atas dan bagian bawah berturutturut sebesar 91,33% dan 93,11%, sedangkan pada kayu gubal bagian atas dan bawah berturut-turut sebesar 85,33% dan 87,56%. Mortalitas tertinggi terdapat pada kayu teras baik bagian atas maupun bawah dibandingkan kayu gubalnya. Selain faktor zat ekstraktif kayu dan faktor lingkungan, sifat kanibalistik dan necrophagy yang ada pada rayap juga memungkinkan terjadinya mortalitas rayap yang lebih tinggi. Rayap-rayap yang tidak menyukai makanan yang ada akan kelaparan, lemas, dan mati. Rayap-rayap yang lemah atau sakit akan dibunuh dan dimakan oleh rayap-rayap yang lebih aktif. Selain itu, dengan sifat nekrofagnya rayap aktif akan memakan bangkai sesamanya untuk bertahan hidup dan efisiensi koloni. Nandika et al. (2003) mengemukakan bahwa sifat ini akan semakin terlihat bila rayap kekurangan makanan. Perilaku ini merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan koloni. Perbandingan mortalitas rata-rata antara hutan alam dan hutan tanaman dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Perbandingan persentase mortalitas rayap antara bagian kayu dari hutan alam dan hutan tanaman Asal Kayu Bagian Kayu Mortalitas rata-rata (%) Hutan Alam Teras 2,45 Gubal 2,80 Hutan Tanaman Teras 2,69 Gubal 3,51 Persentase rata-rata mortalitas rayap antara kayu meranti hutan alam dan hutan tanaman untuk bagian kayu teras berturut-turut sebesar 96,23% dan 92,22%, sedangkan untuk bagian kayu gubalnya berturut-turut sebesar 89,89% dan 86,45%. Kayu meranti hutan alam memiliki mortalitas yang lebih tinggi daripada hutan tanaman, baik pada kayu teras maupun kayu gubalnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kayu meranti merah dari hutan alam memiliki

24 ketahanan alami yang lebih tinggi dibandingkan kayu meranti merah dari hutan tanaman terhadap serangan rayap tanah. Tabel 7 Hasil analisis sidik ragam mortalitas rayap contoh uji Faktor DB JK KT F Sig. Asal Kayu 1 83,142 83,142 6,611 0,021* Posisi Kayu 1 22,679 22,679 0,927 0,350 tn Bagian Kayu 1 220,039 220,039 9,812 0,006** Asal Kayu x Posisi Kayu 1 0,018 0,018 0,118 0,736 tn Asal Kayu x Bagian Kayu 1 0,462 0,462 1,645 0,218 tn Posisi Batang x Bagian Kayu 1 15,601 15,601 0,122 0,732 tn Asal Kayu x Posisi Kayu x 1 20,182 20,185 0,382 0,545 tn Bagian Kayu Error 16 109,825 6,864 Keterangan : * = nyata, ** = sangat nyata, tn = tidak nyata Uji statistik juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh asal kayu, posisi kayu, bagian kayu, serta interaksi antar ketiganya terhadap mortalitas rayap. Hasil yang diperoleh menunjukkan faktor asal kayu dan bagian kayu masing-masing memberikan pengaruh nyata dan sangat nyata terhadap mortalitas rayap. Hal ini menunjukan bahwa kayu meranti dari hutan alam dan bagian kayu teras masingmasing memiliki keawetan alami yang tinggi dibandingkan kayu dari hutan tanaman dan bagian kayu gubal. Namun posisi batang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas rayap. Jika dilihat dari interaksi antar faktor, tidak ada interaksi yang memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas rayap. 4.3 Bentuk Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) Rayap menggunakan kayu sebagai tempat berlindung dan untuk memperoleh sumber makannya (Bowyer et al. 2003). Aktivitas rayap C. curvignatus selama pengujian menimbulkan perubahan pada contoh uji. Menurut Krisna dan Weeaner (1971) dalam Ria (2009), rayap akan cenderung memilih makanan yang mengandung banyak selulosa, mudah digigit dan dihancurkan.

25 Pada contoh uji kayu meranti kerusakan berbentuk seperti lubang-lubang yang terdapat pada permukaan dan sisi contoh uji. Kerusakan tersebut merupakan bukti adanya serangan rayap tanah terhadap contoh uji. Contoh uji pada penelitian ini merupakan satu-satunya sumber makanan bagi rayap C. curvignathus, sehingga rayap hanya memiliki pilihan memakan contoh uji. Supriana (1983) dalam Saragih (2009) juga menyatakan bahwa dalam contoh uji preferensi makanan tunggal di laboratorium, rayap hanya dihadapkan pada satu pilihan makanan dan dalam keadaan terpaksa tersebut rayap memakan bahan makanan atau akan mati kelaparan. Bentuk kerusakan contoh uji sebelum dan sesudah pengumpanan dapat dilihat pada Gambar 5. (a) Gambar 5 Bentuk serangan rayap (C. curvignathus) terhadap sampel kayu meranti merah (a) sebelum pengujian; (b) sesudah pengujian (b)